Mahasiswa China Xu Jingjing, 25 tahun, melarikan diri dari China ke Amerika Serikat karena penganiayaan rezim komunis terhadap ibunya yang berlatih Falun Gong.
Nasibnya nampaknya sama dengan siswa luar negeri yang
lain. Namun, apa yang membawanya ke Amerika adalah sebuah cerita
panjang memilukan. Ibunya, di China, masih di dalam penjara.
Ayah
Xu adalah pedagang. Ibunya dahulu bekerja di kantor cabang Bank
Industri dan Komersial China Ltd. Mereka hidup tenang dan normal.
Peristiwa apa yang terjadi yang akhirnya membawa mereka ke Amerika
Serikat?
Berikut ini adalah penuturan Xu tentang nasib keluarganya di China
Saya
hidup bahagia dengan kedua orang tua saya. Hidup kami penuh kasih. Ibu
berlatih Falun Gong, Ayah dan saya mendukungnya. Orang tua saya
menetapkan standar yang tinggi bagi saya. Saya disuruh menjadi orang
baik sejak usia dini. Mereka juga menetapkan standar yang tinggi bagi
diri mereka sendiri. Kami bertiga adalah keluarga yang sangat bahagia.
Namun,
itu semua berubah ketika Partai Komunis China (PKC) mulai menindas
Falun Gong pada 1999. Sejak itu, polisi sering kerumah saya. Tanpa
alasan dan tidak mengikuti prosedur hukum, mereka sewenang-wenang
mengobrak-abrik seisi rumah kami. Mereka memecahkan perabotan rumah
tangga, pintu lemari dibuka, dokumen dan pakaian berantakan. Para
petugas mengambil barang berharga apapun yang bisa mereka temukan.
Ayah
tidak bisa berbuat apa-apa selain mengumpulkan apa yang masih tersisa,
mengeluarkan airmata dalam diam. Saya belajar dari orang-orang yang
lebih tua seperti tahun-tahun Revolusi Besar Kebudayaan antara akhir
1960-an dan awal 1970-an.
Saya duduk di sekolah
menengah. Setiap hari saya duduk di barisan terakhir di pojok, berusaha
menghindari cemooh dari teman sekelas dan tatapan merendahkan dari para
guru. Sebelumnya saya termasuk lima siswa terbaik di kelas. Sekarang
saya di peringkat terakhir. Setelah pulang sekolah, saya khawatir
tentang kekerasan yang dilakukan polisi. Saya terus-menerus hidup dalam
ketakutan dan stres, seolah-olah langit akan runtuh.
Ketika
penganiayaan terhadap Falun Gong semakin meningkat, Ibu dipecat dari
bank. Bisnis ayah sangat terpengaruh. Polisi sering datang dengan alasan
untuk mendenda ayah. Semua barang berharga diambil selama penggeledahan
yang melanggar hukum. Saya hampir pingsan. Dunia menjadi gelap. Hidup
tidak ada artinya bagi saya.
Saya tidak peduli
tentang apa-apa, tidak juga diri sendiri. Saya dapat nilai buruk pada
pendaftaran ujian senior. Saya tidak ingin pergi ke sekolah lagi. Ibu
tidak menyerah.
"Ya, kamu masih muda. Dengan pengetahuan, kamu dapat lebih melindungi diri sendiri," kata Ibu.
Dia
mendorong dan meyakinkan saya setiap hari. Meskipun kondisi keuangan
keluarga sangat buruk, Ibu menghabiskan lebih banyak uang agar saya
mendaftarkan diri di sekolah menengah yang dekat dengan rumah kami.
Bisnis
ayah terus merosot. Dia menderita kerugian yang cukup besar. Pada
akhirnya, ia harus menutup bisnisnya dan membuka sebuah toko swalayan
kecil. Tidak ada perubahan kearah yang lebih baik. Polisi terus datang
untuk mengganggu kami. Mereka bahkan mengambil apa pun yang mereka suka
dari rak, seolah-olah mereka tidak akan berhenti sampai kami terkejar
ke ujung tebing. Menghadapi kemunduran terus menerus, Ibu tetap
optimis.
"Sayang, jangan takut, penderitaan ini akan selesai suatu hari," katanya.
Suatu
hari, polisi muncul dan mengklaim ibu saya punya masalah mental. Mereka
memaksa membawanya ke rumah sakit jiwa. Ibu disuntik dengan obat yang
tidak diketahui. Dia merasa pusing sepanjang waktu. Setelah dia
dibebaskan, dia tidak lagi dapat menjalankan tokonya. Meskipun dia
kembali ke rumah, setiap hari saya khawatir polisi akan muncul dan
membawanya pergi lagi. Ketidakpastian dan penyiksaan mental sulit untuk
ditahan.
Kami kehilangan pendapatan setelah toko
kami ditutup. Ibu harus pergi naik sepeda untuk menjual sayuran yang
diawetkan. Ayah pergi ke luar kota mencari kerja sambilan. Hidup kami
sengsara. Saya tidak pernah bisa melupakan bahwa pada pagi hari awal
musim dingin, Ibu bangun sebelum fajar. Dia membilas setiap daun dari
sayuran hijau dalam air dingin. Jari-jarinya berubah merah dan bengkak.
Tangannya perlahan-lahan berubah kasar dan gelap. Saya merasa saya tidak
melakukan bagian pekerjaan saya saya. Saya tidak ingin terus pergi ke
sekolah. Biayanya sangat mahal. Saya ingin pergi menjual sayuran bersama
ibu.Namun Ibu mencegah.
"Tidak, anakku tersayang. Kamu masih muda. Kamu perlu memiliki masa depanmu sendiri," ujarnya.
Menjelang
akhir tiga tahun di SMA, saya menghadapi gelombang tekanan. Pemerintah
mengambil kesempatan pendaftaran ke perguruan tinggi untuk lebih
menganiaya Falun Gong. Pemerintah terus menuntut sekolah tinggi untuk
memeriksa latar belakang siswa dan mengisi formulir. Semua pemohon
perguruan tinggi dipaksa untuk melaporkan apakah ada dalam keluarga
mereka yang berlatih Falun Gong. Siswa yang dekat dengan anggota
keluarga yang berlatih Falun Gong didiskriminasi ketika mengajukan
permohonan untuk mendaftar di perguruan tinggi.
Demi
mempertimbangkan hal terbaik dari diri saya, Ayah dan ibu memutuskan
untuk bercerai meskipun mereka cinta satu sama lain. Secara formalitas,
saya akan diambil oleh ayah, sehingga saya bisa mengisi formulir
aplikasi bahwa tidak ada seseorang pun di keluarga saya berlatih Falun
Gong. Setelah belajar tentang pengorbanan mereka, saya merasa seperti
hati dipotong-potong dengan gunting yang tajam. Saya menangis sepanjang
malam.
Kemudian, saya diterima di Sekolah Seni
Propinsi Jilin. Untuk menghindari berimplikasi keluarga, Ibu pergi
keluar untuk bekerja dan pekerjaan sambilan untuk membantu membayar uang
kuliah saya. Pada 13 Agustus 2007, ia ditangkap oleh polisi karena
membagikan brosur tentang klarifikasi bagaimana dia dan para praktisi
Falun Gong lainnya dianiaya sejak 1999. Pada 26 Oktober, ia dijatuhi
hukuman tiga setengah tahun penjara.
Dengan
penangkapan ibu, polisi datang ke sekolah saya untuk interogasi dan
paksaan. Pelecehan mereka berkepanjangan merusak ketenangan hidup saya.
Guru yang dulunya baik terhadap saya mulai menjauhkan diri. Teman kuliah
menatap saya dengan pandangan berbeda. Saya sedang terisolasi. Kader
politik di sekolah seni bertindak atas nama polisi untuk memaksa saya
tidak memihak terhadap ibu.
Sementara polisi
mulai muncul di rumah saya untuk penggeledahan sewenang-wenang. Sekali
lagi, mereka mengambil semua barang berharga dari rumah saya. Saya
menghabiskan hari-hari dengan tangis.
Satu tahun
setelah saya lulus, saya berada di bawah pengawasan terus menerus dan
dibuntuti. Ketakutan tak berkesudahan dan tekanan menyebabkan depresi.
Saya mengunci diri di kamar, menolak untuk berbicara dengan siapa pun.
Saya tidak ingin terluka lagi setelah bergaul dengan orang lain,
kemudian dikucilkan, dilecehkan dan diinterogasi.
Ayah
dan teman-teman dekat juga kerabat datang dengan biaya kuliah yang
hanya cukup untuk mengirim saya ke Amerika Serikat untuk belajar mandiri
atas sponsor sendiri. Sekarang saya di negara dimana kebebasan
keyakinan dilindungi. Namun saya tidak dapat membantu mereka tapi selalu
memikirkan ibu yang masih dipenjara di China hanya karena keyakinannya
pada Falun Gong, dan ayah yang tinggal sendirian dengan bisnisnya yang
hancur karena bersimpati dengan keyakinan ibu. (EpochTimes/man)
Ini adalah versi yang diterjemahkan dan diedit dari artikel pertama kali diterbitkan pada Kanzhongguo.com.
Baca artikel asli dalam bahasa Mandarin.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com