Ketika mereka asyik berbicara, tiba-tiba seorang pengemis berdiri
meminta. Si Tukang tambal ban merasa terganggu dengan kehadiran pengemis
tersebut. Dia menolaknya, dan pengemis itupun berlalu. Demikian
berturut-turut hingga ada beberapa pengemis yang selalu ditolaknya.
Kawannya bertanya. “Disini banyak pengemis yang datang ya?.”
“Wah, kalau dituruti, sehari bisa puluhan orang. Saya selalu menolak
mereka. Buat apa mengajari orang malas.” Kata si Tukang tambal itu.
Kawannya diam sejenak. Lalu berbicara, “Kalau boleh menyatakan,
sebaiknya jika ada pengemis jangan ditolak. Meskipun seratus perak.
berikanlah kepadanya!.”
Si tukang tambal ban tersenyum kecut dan menanggapi dengan sikap
dingin. “Pengemis sekarang bukanlah orang yang benar-benar miskin. Di
daerahnya, mereka meiliki rumah besar, ternak banyak dan sawah luas.
Mengemis dibuat sebagai mata pencaharian. Jika menuruti pengemis,bisa
bangkrut aku. Sedangkan sejak pagi tak satupun kendaraan yang berhenti
untuk mengisi angin ataupun minta ditambal.”
Temannya berusaha menasehati dengan bijak,”Berpikir begitu boleh-boleh
saja. Tetapi saya tetap yakin bersedekah itu lebih bermanfaat dan
menguntungkan diri sendiri. Aku menggemarkan diri bersedekah sudah
beberapa tahun lalu.”
“Kamu berbicara begitu karena memang sudah pantas melakukan sedekah,
sebab penghasilanmu besar, punya mobil dan rumah bagus. Sedangkan
diriku!? hanyalah seorang tukang tambal ban.tidak lebih dan tidak
kurang!”
“Aku dulu juga seperti dirimu…… Kau tahu kan? Kehidupanku compang
camping. Sekarang makan, besok harus hutang ke tetangga. Tetapi aku
tidak pernah berhenti bersedekah. Maaf, ini bukan pamer ataupun
membanggakan diri, tetapi maksudku berbagi pengalaman denganmu. Setiap
ke masjid, aku selalu memasukan uang meskipun hanya recehan. Setiap ada
pengemis datang selalu kuberi jika memang masih ada uang, tetapi kalau
lagi tidak ada …air minum saja juga sudah sangat senang. Itu kulakukan
secara istiqomah, Dan sungguh, aku mengalami sebuah kejadian luar biasa.
Rejekiki sangat lancar, setiap ada rencana selalu berhasil, setiap
transaksi selalu sukses, apa sajayang kulakukan selalu membawa berkah
hingga kamu lihat sendiri seperti sekarang ini.” kata temannya itu
menambahkan.
Si tukang tambal ban tidak segera menjawab. Dia tampaknya sedang
berpikir. Temannya lalu berkata lagi, “Memberi sedekah tidak harus
kepada pengemis. kamubisa mengulurkan tanganmu kepada sanak saudara atau
siapa saja.asalkan ikhlas.”
“Benar… dan sedekah yang lebih tinggi harganya ialah ketika dirimu
dalam keadaan sempit. Jangan menunggu kaya baru bersedekah. Saat
sekarang ini kamu harus memulainya.” begitu temannya dengan sangat bijak
dan mengena memberikan saran.
Si tukang tambal ban mulai bisa menangkap makna memberi, dari kata-kata
temannya tadi terutama kondisi dulu yang menyatakan kalau dirinya juga
berawal dari orang yang tidak punya karena tidak punya pekerjaan tetap.
Maka dia pantas dipercaya karena keadaanya memang sudah mapan
dibandingkan dengan dirinya.
Keesokan harinya si Tukang tambal ban mulai menyediakan uang recehan.
Selama uang recehan masih ada, ia tidak pernah menolak pengemisyang
datang. Kecuali jika sudah habis jatahnya baru ia menolaknya, bahkan
setiap pergi ke masjid dia tidak pernah melupakan sedekah ke kotak
infaq.
Semenjak itu rejekinya lancar. Setiap hari sejak pagi hingga petang
sambung menyambung motor yang berhenti minta ditambalkan ataupun sekedar
mengisi angin. Bahkan dua keponakannya yang menganggur diajaknya
membantu pekerjaan itu.
Sekarang si Tukang tambal ban telah memiliki tabungan. Dari tabungannya
dia mampu menyewa tempat dan membangunnya meskipun tidak permanen.
Sehingga dia kinibisa bekerja dengan tenang karena tidak harus
dikejar-kejar polisi pamong praja.
Seiring waktu, si Tukang tambal ban tidak hanya melayani jasa menambal
atau mengisi angin. tetapi berkembang menjadi sebuah usaha ban kanisir.
Bahkan dia mempunyai puluhan pelanggan perusahaan jasa angkutan. Kalau
dulu dia menerima uang recehan dari pelanggannya. Sekarang dia menerima
cek dari perusahaan sebagai pembayaran ban kanisir. Anak buahnya semakin
bertambah.
Keadaan hidup si tukang tambal ban telah mapan. Dia bisa membeli rumah
dan mobil. Setiap tahun zakat malnya dibagikan di kampung halamannya
untuk orang-orang miskin dan yatim piatu. Bahkan dia telah berangkat
haji bersama istrinya,
Si Tukang tambal ban berhasil membuka tabir misteri keajaiban sedekah.
Sekarang dia benar-benar percaya bahwa sedekah itu sangat memberikan
manfaatyang luar biasa seperti saran temannya dulu yang diawalnya dia
tanggapi dengan sikap dingin. Subhanalloh…………..
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com