GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Menyibak Tabir Misteri Berdirinya Masjid Agung Karawang (FULL VERSION)

Written By Situs Baginda Ery (New) on Minggu, 22 Juli 2012 | 08.23

12980362732105516243

Masjid Agung Kabupaten Karawang Jawa Barat

Kurangnya bukti-bukti peninggalan yang berupa tulisan atau prasasti untuk menyusun Sejarah Karawang khususnya berdirinya Masjid Agung Karawang menimbulkan berbagai versi sejarah yang dapat ditemui diberbagai dan disajikan dalam bentuj tulisan.

Di sisi lain pyang harus digaris bawahi dan disadari bahwa tidak ada kebernaran sejarah yang mutlak benar, bergantung kepada siapa yang menulis dan dari bagaimana mereka mengambil pijakan penulisan.

Dari informasi yang saya himpun dari petugas DKM MAsjid Agung Karawang dikatakan sudah banyak ahli sejarah yang telah berusaha keras untuk menguak misteri berdirinya Masjid Agung Karawang, dari sekian banyak versi ada terdapat benang merah yang dapat ditelusuri contohnya adalah dimulainya penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa khususnya Jawa Barat di mulai pada tahun 1404 masehi, dimana nyai Subang Larang atau versi lain yang menyebutkan sebagai Subang Karancang, Dikisahkan sebagai nenek Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang merupakan salah satu wali songo periode kelima.

Tulisan ini merupakan pengantar dari menguak misteri keberadaan Masjid Agung Karawang dan juga Misteri Peran Syekh Quro dalam penyebaran Agama Islam di Karawang serta kisah-kisah yang semapat dituturkan Imam Masjid Agung beberapa Waktu lalu.

Tulisan Sebelumnya tentang masjid Agung Karawang Anda bisa lihat di link dibawah ini

Menyibak Tabir Misteri Berdirinya Masjid Agung Karawang (Bagian II)

12980362732105516243

Masjid Agung Kabupaten Karawang Jawa Barat

Keberadaan Masjid Agung Karawang yang saat ini kokoh berdiri tidak terlepas dari sosok Syekh Quro atau Syekh Hasanudin Penyebar Agama Islam di Jawa Barat Khususnya di Karawang. Ia menjadikan Masjid Agung Karawang sebagai Mercusuar penyebaran agama Islam, kisah dibawah ini merupakan penuturan dari Imam Masjid Agung Karawang yang pernah saya temui beberpa waktu yang lalu.

Diceritakan Syekh Hasanudin merupakan putera dari Syekh Yusuf Sidik seorang Ulama Besar dari Champa (Kamboja-red). Ia Kemudian melakukan penyebaran agama Islam ke Nusantara, ketika itu ia berlabuh di pelabuhan Cirebon yang kala itu juga dibawah pengawasan Ki Gedeng Tapa.

13130496001462081149

Ilustrasi Bagunan Pertama MAsjid Agung Karawang

Kemudian Syekh Hasanudin meminta izin untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon kepada Ki Gedeng Tapa yang pada akhirnya menyetujui dan mempersilahkan Syekh Hasanudin menyebarkan keyakinannya.

Namun usaha untuk terus melakukan dakwah di cegah oleh kepemimpinan Raja Padjajaran yang kala itu di pimpin oleh Prabu Angga Larang.

Akhirnya guna menghindari pertumpahan darah Syekh Hasanudin memutuskan untuk meninggalkan pulau Jawa dengan bertolak ke Malaka. Oleh Ki Gedeng Tapa, Syekh Hasanudin dititipkan putrinya yang baru berusia 12 tahun untuk menimba Ilmu Agama Islam, putri Ki Gedeng Tapa ini bernama Nyi Subang Larang.

Waktupun berlalu Syekh Hasanudin memutuskan kembali ke PUlau Jawa bersama muridnya Nyi Subang Larang, namun kali ini tidak merapat di Cirebon melainkan memalaui jalur lain yaitu ujung Karawang.

Ia beserta Muridnya menyusuri Sungai Citarum dan menambatkan perahunya di Pelabuhan Karawang yaitu Bunut Kertayasa (Saat ini dikenal sebagai Kampung Bunut-red)

Syekh Hasanudin kemudian meminta izin kepada penguasa setempat untuk mendirikan bangunan sebagai tempat tinggal sekaligus tempat pendidikan (mengaji), tempat tersebut dikemudian hari dikenal sebagai Pesantren Quro (Saat Ini dikenal sebagai kawasan Masjid Agung Karawang) pada tahun 1418 Masehi.

13130497811270584802

Umpak Batu Pertama Masjid Agung Lama : Dok Pribadi

Mendengar kabar bahwa Syekh Hasanudin telah tiba dan mendirikan kediaman di Bunut Kertayasa membuat geram Raja Padjajaran kala itu Prabu Angga Larang.

Akhirnya ia mengutus puteranya Raden Pamanah Rasa untuk membubarkan pusat pendidikan (Pesantren) Syekh Hasanudin. Singkat cerita Raden Pamanah Rasa datang lengkap dengan pasukan kerajaan menyambangi pesantren Quro, setelah tiba disana ia secara tidak sengaja mendengar alunan merdu ayat suci Al-Quran yang dilantunkan oleh Nyi Subang Larang.

Ia kemudian tertarik mendengar lantunan ayat-ayat suci Alquran tersebut yang akhirnya meluluhkan niatnya untuk membubarkan pesantren dan kemabali ke Padjajaran.

Sejak peristiwa tersebut Prabu Pamanah Rasa tidak dapat melaupakan kejadian tersebut, ia selalu terngiang akan lantunan suara Nyi Subang Larang yang melantunkan ayat Suci Alquran, sehingga ia memutuskan datang ke pesantren kembali untuk melamar Nyi Subang larang.

Raden Pamanah Rasa akhirnya mendatangi Syekh Hasanudin dan mengutarakan keinginannya untuk mempersunting Nyi Subang Larang. Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya lamaran diterima namaun dengan syarat, yaitu mas kawin harus Bintang Saketi (bintang Kerti) yang dilambangkan simbol Tasbih dengan kata lain Prabu Pamanah Rasa harus masuk Islam dan Syarat kedua adalah salah satu keturunan dari anak yang dilahirkan harus menjadi Raja Pajajaran.

Akhirnya syaratpun diterima dan pernikahan dilaksanakan di Pesantren Quro, sebagai penghulunya adalah Syekh Hasanudin atau Syekh Quro dan menurut informasi yang di dapat kala itu Nyi Subang Larang berusia 14 tahun dan Raden Pamanah Rasa kemudian menjadi Raja Pajajaran Bergelar Prabu Siliwangi.

Dari hasil perkawianan ini dikaruniai tiga orang Anak, yaitu : raden Walangsungsang, Nyi Mas Rarar Santang dan Raden Kean Santang.

Kemudian Raden Walangsungsang diberi kekuasan untuk menguasai Cirebon dengan gelar Cakra Ningrat.

Menurut cerita sewaktu Raden Walngsungsang dan Nyi Mas Rara Santang Menuntut ilmu di Makkah, Nyi Mas Rara Santang dipersuntung oleh bangsawan Makkah yaitu Syekh Syarif Abdillah, kemudian Nyi Rara Santang mengganti namanya dengan Syarifah Muadaim dan dikaruniai dua orang putra yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Narullah.

Pada Tahun 1475 M, Syarifah Muadaim beserta puteranya Syarif Hidayatullah kembali kepulau Jawa, dari situ dikarenakan Pangeran Cakra Buana Telah Sepuh pemerintahan diserahkan kepada Syarif Hidayatullah dengan gelar Sunan Gung Jati, Wallahualam Bisahawab

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...