AWAL KISAH
Kini aku berdiri di depan gedung yang tinggi, disini lah nantinya aku
akan menyandarkan mimpi ku, ya di sebuah sekolah, kampus namanya. usiaku
memang sudah 19 tahun, tapi aku baru bisa kuliah, semuanya karena
kondisi keuangan yang terpuruk 2 tahun ini dan juga mata hati ku belum
terbuka untuk berfikir maju dan terbuka.
Nama ku Vian Ananta panggil saja aku vian, aku anak baru di kampus
ini sama seperti teman-teman ku yang lain, entah bagaimana caranya aku
bisa masuk di universitas ini, tapi aku yakin aku mampu untuk bersaing.
Pruittt, suara peluit terdengar, itu dari kakak tingkat ku, entah
dengan sebuatan apa aku memanggilnya, kakak atau panggil nama. Mereka
masih seumuran dengan ku. Kami dibariskan di lapangan nama kami
dipanggil satu persatu menuju kelompoknya masing-masing kami di suruh
duduk di bawah pohon rindang, kami maju satu persatu memperkenalkan diri
dan ditanya banyak hal setiap anak berbeda pertanyaan, aku giliran yang
terakhir aku maju ke depan memperkenalkan diri
“nama saya vian ananta panggil saja saya vian hobi saya tersenyum,
cita-cita saya merubah sikap buruk dari seseorang. lahir di malang, 18
agustus 1992, terima kasih”
“emh… vian, hal yang paling berkesan menurut kamu apa?” Kakak tingkat ku bertanya
“hidup ku” jawab ku
“kenapa?” kakak tingkat ku bertanya lagi
“karena menurut ku itu lah yang paling berkesan yang pernah ku alami”
“oh.. ya.. coba cerita, kami mau dengar”
“tapi ceritanya panjang”
“tak masalah cerita kan saja”
“ok, baik lah”
—
Setiap peristiwa pasti mengisakan cerita, cerita berbagai cerita,
entah itu sedih atau bahagia sebuah cerita pasti akan selalu berkesan
bagi orang yang mengalaminya, begitu juga dengan cerita ku.
19 tahun yang lalu tepat pada tanggal 18 agustus 1992 pukul 19.43 WIB
aku dilahirkan dengan keadaan normal, dilahirkan sebagai anak pertama
dari ibu lili dan ayah tono mereka memberiku nama Vian Ananta nama yang
bagus, bukan?. Kata ayah, saat ibu melahirkan ku, ibu mengalami
pendarahan yang begitu hebat, tapi untung lah ibu dan aku dapat
diselamatkan, tubuh ibu begitu lemas saat beliau melahirkan ku,
kesakitan yang ibu alami setelah melahirkan ku tak kurang hanya 8 hari,
ibu pergi meninggalkan ku jauh, sangat jauh sampai-sampai aku tak bisa
untuk melihatnya lagi. entah kemana. ibu ku juga memberi ku gelar anak
yatim, ibu menyerahkan seluruh raga dan jiwanya untuk ku, rela berkorban
dan mengalah agar aku dapat melihat dunia. Aku tak pernah tau bagaimana
rupa ibu ku, tapi kata kebanyakan orang ibu ku sangat mirip pada bibi
yang ada di kampung. Ayah ku tak mampu jika harus merawat ku sendirian
tanpa seorang wanita di sisinya, ayah menitipkan ku pada bibi, bibi
memang begitu sayang padaku tapi tetap saja aku tak pernah bisa
merasakan dekap seorang ibu, bibi ku tinggal di sebuah desa yang teramat
sangat jauh pada kota besar, bibiku hanya seorang petani sama seperti
ayahku, selama aku berada dalam asuhan bibi, aku tak begitu mengenali
ayah ku, ayah ku hanya akan pulang jika akan mengantarkan uang pada ku,
bibi merawat ku selama 11 tahun, setelah aku tamat sekolah dasar aku
diajak oleh kakak ku pergi ke kota untuk menerus kan sekolah yang lebih
tinggi lagi, kakak ku berkata, jika aku menerus kan sekolahku di kota
aku akan mudah untuk mencari pekerjaan nantinya, aku yang tak tau
apa-apa hanya dapat ikut apa kata kakak ku saja. Kakak membawa ku ke
kota, mengajak aku tinggal bersamanya, tinggal di sebuah gubuk reot
miliknya, hanya sepetak bangunan sederhana, yang aku tau gubuknya itu
sangat sempit. semua aktivitas dikerjakan di sana mulai dari tidur,
memasak, bahkan kendaraan yang kakak punya juga disana, aku benar-benar
tidak betah untuk tinggal bersama kakak selamanya, semuanya serba susah,
bahkan untuk mandi atau sekedar buang air kecil saja harus menumpang
dahulu ke rumah tetangga, bukannya aku sombong pada keadaan yang seperti
itu, tapi aku benar-benar tak kuat jika harus selalu begitu.
Ayah ku mengizinkan ku untuk mengontrak rumah yang harganya
terjangkau tiap bulannya, akhirnya aku tinggal di salah satu kontrakan
yang tidak jauh dari tempat ku sekolah. Aku tak perlu naik kendaraan
lagi untuk menuju ke sekolah ku, hanya butuh beberapa menit saja untuk
tiba di sekolahku, sekarang aku bersekolah di MTS atau madrasah sanawiya
sekolah dengan pengajaran agama yang tinggi, disini aku diajari banyak
hal, mulai dari sholat sampai mengaji, maklum lah dari kecil aku tak
pernah belajar mengaji pada siapa pun. Kalau sholat aku hanya tau
gerakan saja itu pun tak pernah kulakukan, aku hanya akan sholat jika
aku mau saja atau jika lagi akan menjelang ujian sekolah, bukan sholat 5
waktu yang ku kerjakan tapi hanya magrib yang dianggap wajib oleh
kebanyakan orang.
Di kontrakan ku, aku mempunyai teman yang banyak, mulai dari yang
SMA, SMP, bahkan sudah kuliah, pergaulannya sangat lah bebas, semuanya
terserah, ibu kos’an tidak begitu memperhatikan, asal saja jangan pernah
membawa lawan jenis masuk ke kamar. Aku benar-benar seperti hidup
sebatang kara disini, seperti benar-benar tak ada yang memperdulikanku,
ayah ku hanya datang ke kontrakan ku sebulan sekali itu pun hanya
memberiku uang saja. Bagi ku ada dan tidak adanya ayah di sampingku itu
sama saja, tak ada yang benar-benar memperhatikan ku, hanya saja aku
bangga pada ayahku karena sampai saat ini iya tidak pernah berniat untuk
menikah lagi. Mungkin jika sekarang aku masih mempunyai ibu, kami akan
hidup bahagia, aku akan mempunyai adik yang selalu aku dambakan selama
ini, aku akan mengajarkan pada adikku banyak hal, mengajaknya bermain
sepak bola, bermain bersama bahkan aku akan lebih sering bertemu dengan
kedua orang tuaku setiap harinya, berkumpul bersama selalu riang canda
tawa walau keadaannya miskin tapi alangkah bahagianya bisa seperti itu..
Ahhh…. sudah lah semua itu hanya mimpi kosong ku saja, semuanya telah
terjadi dan tak akan mungkin dapat kembali, berulang kali aku
menginginkan mimpi itu terwujud bahkan sangat banyak pula harapan yang
gagal sebelum waktunya, karena yang selalu ku impikan hanyalah kenangan
manis masa lalu tetapi pahit dalam kenyataan.
Lingkungan kosanku memang sangat bebas, tak jarang kakak-kakak kosan
ku mengajak ku menjelajahi dunia malam atau hanya sekedar menyuguhkan
rok*k yang mereka punya pada ku, tapi tak sedikit pula aku menolak
mereka, kata ibu guru ku di sekolah, merok*k itu tidak baik untuk
kondisi kesehatan, merok*k dapat menyebabkan berbagai penyakit, dan juga
aku datang ke kota bukan untuk bersenang-senang tapi hanya untuk
sekolah dan menjadi orang yang sukses agar aku dapat menjadi orang yang
kaya banyak uang dan dijamin aku tak akan menjadi orang yang kekurangaan
lagi.
2 tahun berlalu tak terasa waktu begitu cepat berlalu, kini tiba lah
aku memasuki dunia SMA, dunia yang dianggap baling berkesan selama
masa-masa sekolah. aku memilih SMK sebagai SMA ku, aku berharap setelah
tamat SMK aku langsung dapat bekerja dan membuka praktik bengkel ku
sendiri, membuka banyak cabang di seluruh kota, ahh, alangkah indahnya
bermimpi.
Hari itu aku mulai memasuki sekolah ku, aku banyak mendapat teman,
teman dari asal yang berbeda-beda, aku bahagia dapat mengenal semua
karakter yang berbeda-beda dari mereka, hingga akhirnya aku berteman
lama dengan mereka, tapi aku tak pernah tau kalau mereka semua dari
keluarga yang beruntung tidak seperti ku, mereka semua mempunyai kedua
orang tua yang lengkap mempunyai kendaraan sendiri dan mereka juga punya
rumah sendiri, jujur lagi-lagi aku minder, aku iri dengan mereka semua,
aku ingin sama seperti mereka semua, bahagia dengan kehidupan mereka.
Hingga akhirnya aku meminta pada ayah ku untuk membelikan kan ku
kendaraan, ayah ku tak setuju katanya “ayah tak punya uang untuk
membelikan mu motor” aku tak terima, pokoknya aku ingin motor tak ingin
apa-apa aku melawan pada ayahku, aku ingin semua yang aku ingin kan
dapat terpenuhi oleh ayah ku, aku tak mau tau, pokoknya ayah harus
membelikan ku motor sekarang juga, aku mengancam ayah, kalau ayah tak
mau membelikan ku motor aku akan berhenti sekolah dan kembali ke desa,
satu-satunya alasan ku ingin mempunyai motor hanyalah karena aku malu
pada teman-teman ku.
Cinta pertama
VMJ (Virus merah jambu) menyerangku, Lagi-lagi mata ku melirik gadis
cantik yang bernama citra, dia gadis yang sangat baik, berpenampilan
menarik dan juga cantik, siapa yang tidak tertarik dengan gadis secantik
dia, semua orang juga ingin memiliki hatinya termasuk saya, tapi tak
ada yang lebih beruntung kecuali indra yang berhasil menaklukan hati
perempuan yang satu ini, kalau boleh jujur mereka memang sangat cocok.
Indra yang selalu mengantar jemput citra pulang pergi sekolah tampak
nya mereka benar-benar serasi. Tapi aku juga ingin merebut hati citra
dari indra aku akan melakukan apapun untuk satu hal ini, apa pun
caranya.
Semakin rasa cinta ku pada citra bertamba besar semakin besar juga
keinginan ku untuk mempunyai kendaraan. Aku meminta hal yang sama pada
ayahku, dengan alasan yang sama dan dengan pengancaman yang sama, aku
ingin semua yang ku mau dapat terpenuhi, aku tidak sekolah selama ayah
ku tak membelikan ku motor, dan hal itu tidak ditindak lanjuti oleh
pihak sekolah, itu lah sebabnya banyak siswa yang bolos pada saat
hari-hari sekolah.
Sore itu aku sedang bercakap-cakap dengan teman-teman kosan ku di
luar, tiba-tiba ayah ku datang dengan mengendarai motor bermerek honda
yang tidak ada no plat polisinya, aku cercengang, ayah ku berjalan
gontai menemuiku, ayahku memberikan kunci motor pada ku, “vian ini motor
untuk kamu, tolong dijaga baik-baik, walau pun motor ini belum
sepenuhnya lunas tapi percayalah ayah akan memberikan mu yang terbaik
asal kamu sekolah” aku hanya mengangangguk dan tak berbicara apa-apa,
ayah ku pergi dari hadapan ku, berjalan membelakangiku, ayah berhenti di
depan kosaan seperti menunggu sesuatu, ada motor lewat di hadapan ayah,
ayah naik dan pergi, ada rasa tak tega dalam hati ku, sebenarnya aku
ingin sekali mengantarnya tapi apalah daya lagi-lagi rasa malu itu
menyerang ku lagi.
Teman ku rano, mengajak jalan-jalan malam ini, dia tau kalau aku
mempunyai kendaraan baru, awalnya aku ragu sebab ini hal yang baru dalam
duniaku tapi aku mencoba untuk berani mencoba untuk menikmati masa
remajaku di kota, aku setuju dengan ajakan rano, aku pergi bersama
teman-teman ku.
Benar kata teman-teman dunia malam itu sangat menyenangkan, penuh
canda, tawa, gurau dan yang pasti tak ada tangis. Aku diajak mereka
duduk-duduk di pinggir lapangan bola tepi jalan raya, udara yang begitu
segar, menghembus sepay-sepoy menabrak setiap helaian rambut ku. Aku
benar-benar tak tau kalau semua teman-teman ku merok*k hanya aku yang
tidak karena aku begitu ingat apa yang diucapakan ibu guru ku SMP
kemarin.
23.32 aku pulang sendiri melewati jalan tol kecil, aku mendengar
suara jeritan mintak tolong berkali-kali dari belakang pohon besar yang
sepi, entah apa yang terjadi pada ku, aku benar-benar tak berpikir
apa-apa aku langsung bergesas mencari tahu, aku melihat sepeda motor
yang tak asing lagi di mata ku, citra… ya itu citra, apa yang indra
lakukan pada citra tanpa berpikir panjang aku memukul habis wajah dan
badan indra ku jauh kan mukanya dari citra, laki-laki yang ku kira baik
teryata bajingan aku benar-benar tak tega kalau wanita yang ku cintai
terluka karena orang lain, indra tak mau mengalah dia memukul ku balik,
kami saling memukul satu sama lain, tapi citra menyelamat kan ku citra
memukul kepala indra menggunakan batu, kepalanya bercucuran darah tapi
tak banyak, aku menarik tangan citra, aku dan citra pergi dari tempat
itu meninggalkan indra sendiri, tubuh ku gemetar, aku tak mampu lagi
untuk berdiri dengkul ku lemas, tapi demi citra aku mencoba untuk tetap
tegar. aku mengantar citra pulang ke rumah, citra memeluk ku dia
berterimah kasih pada ku, tentu saja aku sagat bahagia, orang yang aku
suka seperti menaburkan benih-benih cintanya pada ku.
Keesokan harinya, indra tak masuk sekolah, kata teman-temannya indra
sakit, aku bersyukur karena indra masih hidup dari kejadian semalam.
Citra menghampiriku dia mengobati luka-luka ku yang sudah kering, aku
senang karena sekarang aku sudah bisa dekat dengan citra, pujaan hati ku
selama ini, tapi disisi lain aku juga takut jika nanti indra akan
membalas perbuatan ku padanya tadi malam.
Hubungan ku pada citra dan teman-teman yang lain sudah semakin akrab,
aku senang semuannya bisa berjalan dengan lancar. Aku, citra dan
teman-teman yang lain juga sering jalan bareng, tentu saja dengan
pasangan ya masing-masing, teman-teman ku mengajak ku pergi ke sebuah
tempat makan yang terlihat begitu kumuh, gelap, dan banyak perempuan dan
laki-laki yang melenggokkan badan mereka seperti bebek mandi, diiringi
musik cepat yang sangat tak enak didengar. aku bingung kenapa aku diajak
ke tempat seperti ini, ini tak cocok pada duniaku sebelumnya, aku
dipersilakan duduk oleh teman-teman ku disuguhkan minum-minuman yang
baunya sangat aneh, dihidangkan kacang-kacangan dan beberapa bungkus
rok*k aku tak mengerti mengapa semua teman-teman ku seperti ini termasuk
citra. Aku tak menyentuh apa pun disini hanya memandangi wajah
orang-orang yang seperti tidak akan mati. Mereka semua bersenang-senang
bergoyang sepuas mereka sedangkan aku hanya duduk dengan beban pikiran
yang bergumpal di kepala ku, citra menghampiri ku
Dia berkata “kenapa hanya diam, ayo ikut bergoyang”
Aku hanya diam dan menggelengkan kepala ku, tapi citra tak mau mengerti
dia memaksa ku berdiri tapi aku tetap tak mau, citra mengalah dia duduk
di sampingku dia menatap wajah ku tapi aku menunduk, citra menyuguhkan
rok*k pada ku, lagi-lagi aku menggeleng
“kamu kenapa ian? Gak mau merok*k? rok*k itu enak, manis” rayu citra
aku tetap diam dan menunduk
“ayo dicoba dulu, kali ini aja udah itu udah, pliss, cowok ngak ngerok*k
itu gak keren, mau ya.” Citra merayu ku lagi, aku berpikir mungkin jika
1 kali saja tidak akan berpengaruh besar bagi kesehatan ku, aku
menganggukan kepala ku citra menyugukan 1 batang rok*k pada ku, aku
mengambilnya dan mulai menghisapnya awalnya aku batuk tapi lama kelamaan
tidak, benar apa yang dikatakan oleh citra rok*k itu nikmat, manis dan
mungkin ibu guru ku di smp salah, orang dapat berpenyakit berat bukan
disebabkan oleh rok*k, buktinya banyak orang merok*k tidak terserang
penyakit apa-apa, aku mencobanya lagi dan lagi rasanya seperti tidak
akan pernah bosan.
Setelah lama aku kenal dengan citra akhirnya baru ku ungkap kan semua
rasa cinta ku pada citra yang ku tunda sekian lama, awalnya aku ragu
citra menolak cinta ku tapi teman-teman ku selalu mendukungku aku
mengungkap kan rasa cinta ku pada citra di depan kelas yang disaksikan
banyak orang dan aku juga memberinya serangkaian bunga, citra mengambil
bunga pemberian ku dan menerima cinta ku aku begitu senang hari ini
sampai-sampai aku tak tahan lagi untuk ke kamar mandi, aku berjalan
dengan senyum-senyum sendiri setibanya di wc indra dan teman-temannya
sudah ada disana mereka mengunci pintunya aku diserbu banyak orang dan
terutama indra dia menghajar ku habis-habisan.
“vian, 2 kali loe udah bikin gue sengsara pertama loe hampir bikin gwe
mati dan kedua loe udah merebut citra dari tangan gwe jadi loe berhak
dapetin ini semua” indra memukuli ku berulang kali sampai-sampai aku
benar-benar tak berdaya, indra meninggalkan aku sendirian dengan penuh
luka di tubuh ku, aku pingsan seketika.
Tak ada yang bisa dilakukan oleh orang yang sedang pingsan hingga
membuka mata perlahan, ada citra dan teman-temanku di hadapanku aku
berada di ruangan serba putih banyak udara yang masuk dan di tangan ku
ada jarum infus yang menancap pada kulitku, aku seperti orang yang
kehabisan akal, aku tak memikirkan apa pun, pikiran ku kosong. Mereka
semua tersenyum pada ku, aku pun ikut tersenyum tapi rasanya tubuh ku
sulit untuk digerakan dan mulut ku seakan-akan enggan untuk berbicara,
aku bingung pada keadaan ini, keadaan yang menurut ku begitu sulit, muka
ku bonyok biru, rasanya sakit, mungkin seperti ini juga rasanya indra
sewaktu aku memukulinya kemarin.
Aku dibawa pulang oleh teman-teman ku ke kosan ku, aku hanya mampu
terbujur kaku di tempat tidur, aku sama sekali tak makan atau minum,
lagian siapa juga yang akan merawat ku, aku hidup disini hanya sebatang
kara, tak ada keluarga dan saudara. Semua keluargaku di kampung ayahku
juga tak akan memperdulikan ku apa lagi kakak ku yang setiap harinya
bekerja kesana kemari mencari pekerjaan yang tak jelas.
3 hari aku tak masuk sekolah alasan ku “sakit” selama 3 hari aku tak
masuk sekolah, aku mampu mengkabiskan 3 bungkus rok*k dan setelah
kejadian itu aku tetap beraktivitas seperti biasa masih dengan gaya ku,
dan masih dengan dunia ku, aku masih resmi menyandang status pacar citra
sampai saat ini dan aku sama sekali tak takut dengan indra walau pun
indra sering mengancam ku, aku juga masih dengan dunia malam ku, dunia
penuh canda dan tawa ku dan masih bersama batang-batang rok*k kesayangan
ku.
MOTIVASI TERBAIK
Aku tamat sekolah selama 3 tahun, aku sama sekali tak ada niatan untuk
kuliah yang aku pikir kan adalah bekerja dan mempunyai uang, bagi ku
kuliah hanya akan menghabiskan uang saja hanya untuk mendapat kan gelar
sarjana atau hanya untuk menambah nama belakang sekarang kan banyak
terbukti sarjana nganggur, jadi kalau hanya untuk menghamburkan uang
miliaran rupiah hanya untuk duduk di bangku selama 4 tahun, itu tindakan
yang percuma.
Tamat dari smk sudah menjadi modal ku untuk melamar pekerjan di
bengkel, aku diterima sebuah bengkel mobil tak jauh dari kontrakkan ku,
setelah satu bulan aku bekerja aku hanya digaji Rp300.000,- lumayan
untuk makan selama 1 bulan tapi aku bekerja siang dan malam, tubuh ku
tak pernah bersih, tumpahan oli telah jadi makanan ku setiap hari, jatah
makan tak diberi, kalau mau makan ya beli saja sendiri, itu kata bos
ku, jadi selama aku bekerja di bengkel ini, uang ku hanya habis untuk
makan sebulan kalau pun ada sisanya aku harus memmbayar cicilan motor
agar tak membebankan ayah ku lagi, tapi itu sangat jarang, masih tetap
ayah ku yang membayar uang cicilan motor selama 1 tahun ini aku hanya
bisa membantu 1 kali aja sebab uang gaji ku tak pernah naik-naik dari
aku pertama sekali masuk sampai sekarang aku sudah bekerja 1 tahun, aku
anak yang masih labil, ego ku masih tinggi aku lebih memilih berhenti
dari pekerjaan ku ketimbang aku harus bekerja siang dan malam tak
menghasil kan apa-apa yang ada tubuh ku pegal-pegal dan aku menjadi
hitam legam.
Aku akhirnya memilih untuk bekerja jadi kuli bangunan, memang aku
kurang tau masalah membangun rumah, tapi kalau hanya sekedar mengaduk
semen, mengecat, atau bantu-bantu mengangkat pasir jelas saja aku bisa,
aku tidak dibayar perbulan tapi setelah pekerjaan ku selesai mau 10
hari, 1 bulan, 2 bulan jika dalam tempo itu kami selesai tugas maka di
saat itu juga kami dibayar, bayarannya memang lebih besar sekarang dari
kemaren, mencapai Rp800.000,- an lumayan bisa cicil motor, tapi
pekerjaan ini tak selalu ada, jadi kalau ada pekerjan baru aku akan
digaji.
Kakak ku menikah bulan ini, aku disuruh mendampinginya, awalnya aku
menolak tapi kakak memaksa, akhirnya aku mau mendamping nya. Aku pergi
ke rumah calon istri kakak, rumahnya besar tidak seperti guubuk reot
milik kakak atau rumah bibi yang ada di desa, aku bingung kenapa ada
wanita yang mau menikah dengan kakak ku yang tak tau apa-apa ini. Aku
memasuki rumahnya keluarganya begitu ramah menyambut kedatangan kami,
kami dipersilakan untuk makan dengan hidangan yang jarang sekali kami
temukan tiap harinya, selesai makan kami dipersilakan untuk mencicipi
hidangan yang lain dengan ruangan yang berbeda, calon istri kakak dari
tadi mendampingi kami, tiba-tiba ada 2 orang gadis menuju ke arah kami
yang satu tidak menggunakan jilbab dan yang satu menggunakan jilbab
tampaknya mereka adik kakak yang jelas yang tidak menggunakan jilbab itu
kakak nya mukanya terlihat lebih tua, dari yang memakai jilab, mereka
menyalami kami, mereka duduk dekat calon istri kakak, aku hanya bisa
diam tidak mengucapkan 1 kata pun dari muulut ku, kami disuruh duduk di
ruangan lain, ruang yang lebih kecil lagi kami disuruh melipat tisu
untuk makan,
Lalu wanita yang tidak pakai jilbab bertanya “kita belum kenalan, siapa namumu?”
Aku menjawab “vian, kalian?”
“aisah” kata wanita yang tidak memaki jilbab
“saya azzahra panggil saja zahra” kata wanita yang menggunakan jilbab.
Dia begitu mempesona, anggun, cantik dan sopan sesuai dengan namanya
azzahra, terkadang dia tertawa, tapi tawanya juga membuat ku tertawa.
Aku mengeluarkan rok*k ku, azzahra memang duduk di samping ku, tapi
aku tetap mengisap dan menghembuskan asap rok*k sepertii biasa, azzahra
memang terlihat biasa saaja tapi tangannya selalu menuutup hidungnya,
azzahra terkadang juga batuk-batuk kecil aku masih melanjutkan aktivitas
ku. menghisap rok*k. azzahra pergi entah apa yang iya lalukan lama
sekali iya tak kembali, akhirnya azahra kembali tapi zahra duduk agak
jauh dari ku, azzaahra duduk di dekat jendela, jenndelanya terbuka
lebar, entah itu disengaja atau tidak aku juga tak mengerti. Kami banyak
ngobrol tapi belum satu pun aku tau informasi tentang zahra.
Keesokan harinya aku, kakak, calon istri kakak, zahra, dan juga kak
aisah jalan-jalan keliling kampung untuk mampir di rumah-rumah tetangga
untuk makan, tinggah ku sama yaitu selalu merok*k di setiap kondisi, aku
melihat zahra yang selalu batuk-batuk jika aku sudah berada di dekatnya
apa lagi jika iya tercium bau rok*k ku zahra lebih milih keluar
ketimbang harus ada di dekat orang yang sedang merok*k, entah itu aku
atau kakak, dan tak jarang juga kak aisah juga ikut keluar jika zahra
sudah keluar. Dengan acara jalan-jalan ini, aku dan zahra bisa mengenal
satu dengan yang lain zahra tau banyak tentang kehidupan ku, aku pun
begitu banyak tau tentang zahra tapi mungkin masih banyak yang belum ku
ketahui tentang zahra, namanya azzahra nur fatma iya sering dipanggil
zahra, umurnya baru 16 tahun dia masih kelas 2 sma hanya beda 2 tahun
dari ku, dia anak pertama dari 4 bersaudara adiknya semuanya laki-laki
hanya dia sendiri yang perempuan. Ada satu hal yang membuat ku
penasaran, akhirnya aku beranikan untuk bertanya
“za, kenapa setiap kali aku merok*k kamu selalu menghindar” tanya ku,
azzahra tersenyum iya menjawab “aku gak suka rorok, apalagi asapnya”
jawab zahra
“lho, kenapa?”
“itu gak bagus untuk kesehatan”
“oh.. ya?”
Zahra menganggukan kepala “kalau kakak kenal dekat dengan ku nanti kakak akan tau sendiri”
Aku tambah semakin bingung dengan semua tingkah laku zahra, iya begitu membuat ku penasaran.
Aku banyak bergaul dengan zahra sekarang, aku sekarang mengerti, aku tidak pernah merok*k di depan azzahra lagi
“umur kakak berapa?” tanya azzahra
“18 tahun za”
“kenapa gak kuliah?”
“kuliah? Enggak ahh, ngabisin biaya, lagian dengan kuliah gak menjamin
akan banyak dapat uang dan pekerjaan, lagian sekarang banyak sarjana
nganggur za” jawab ku
“memang ada sarjana pengangguran, tapi itu hanya sebagian kecil, yang
sarjana S1, S2 saja susah untuk cari pekerjaan apalagi hanya tamatan
SMK, di zaman sekarang semua orang berlomba-lomba untuk menjadi orang
sukses, berlomba-lomba dalam hal kekayaan dan terkadang itu semua
menyebabkan mereka semua kufur akan nikmat ALLAH SWT benar-benar lupa
atau dilupakan. entahlah.”
“zahra nanti kuliah?” tanya ku
“mungkin, jika ALLAH mengizinkan aku akan kuliah”
“kenapa mungkin?”
“karena kita tak pernah tau umur kita sampai kapan, mungkin besok,
minggu depan, atau beberapa bulan lagi semuanya ada di tangan ALLAH”
Aku hanya menganggukan kepala, mungkin semua yang dikatakan zahra ada
benarnya manusia itu selalu kekurangan, tak mau bersukur dan kufur akan
nikmat Allah, dan begitu juga dengan aku.
Dalam beberapa hari ini aku selalu bertemu dengan zahra, hari itu
zahra mengajak ku sholat magrib berjamaah, aku hanya menganggukan kepala
ku, tapi tak ikut sholat berjamaah dengan zahra dan keluarga calon
istri kakak, aku dan kakak sholat sendirian di kamar, aku menganggap
sholat sendirian lebih baik dari sholat berjamaah sebab aku tak pernah
sholat berjamaah, aku tau ilmunya tapi aku enggan untuk melakukannya,
selesai sholat zahra bertanya pada ku
“kenapa tak sholat”
Aku menjawab “aku sholat”
“kenapa tak berjamaah?”
“untuk apa?, aku bisa sendiri”
“sholat berjamaah itu pahalanya 70 derajat dari orang yang hanya sholat sendiri”
“aku tau itu”
“lantas kenapa tak dikerjakan?”
“aku tak terbiasa untuk sholat berjamaah”
“segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan itu berawal dari ketidak
biasaan jadi terbiasa jika ada peluang, kenapa tidak dimanfaat kan
dengan baik”
Seperti biasa aku hanya mengangguk dan pura-pura mengerti
“kakak tau sholat apa saja yang wajib dilakukan?”
“tau, sholat 5 waktu kan?”
“iya, wajib itu artinya apa sih kak?”
“emm, jika dikerjaan mendapat pahala dan jika tidak dikerjakan mendapat dosa”
“kalau gitu, kakak sudah mengerjakan sholat wajib itu?”
Aku terdiam sebentar “belum, hanya magrib yang aku kerjakan dan itu pun kadang-kadang”
“kenapa hanya magrib, ke-4 sholat lainnya kenapa tidak dikerjakan?”
Aku hanya bisa diam tidak untuk bicara
“neraka itu gak enak loh kak, gak bisa makan enak, kerjanya hanya
disiksa atas apa yang telah iya lakukan di dunia, minuman ya nanah,
jangan kan untuk duduk tersenyum saja mungkin tak bisa, orang yang
selalu mengerjakan sholat 5 waktu, naik haji dan berzakat saja belum
tentu bisa masuk surga, apa lagi kita yang banyak salah dan dosa”
Aku masih terdiam terkadang juga aku menghela kan nafas ku dan berfikir mungkin apa yang dikata kan zahra itu benar.
Waktu mendekati isya aku pergi ke masjid dekat sini, keadaan masih
sangat sepi aku mengambil air wudu aku teringat akan perkataan ibu guru
ku di SMP iya bilang kalau kita mau memasuki masjid sebelum duduk, kita
dianjurkan untuk sholat tahyatul masid pengerjaannya boleh 2 rakaat
saja, aku sholat, hanya ada aku sendiri disini aku merenung sempat
terpikir bagaimana jika aku meninggal hari ini dan aku benar-benar
dimasukan kedalam api neraka, apa benar aku tak akan dapat tersenyum
lagi? Apa benar aku akan disiksa? Dan apa mungkin aku tak pernah bisa
mencium bau surga ya Allah selama ini aku telah zalim, banyak
meninggalkan perintah mu, mungkin dosa ku sekarang dak dapat ku hitung
lagi, bertumpuk seperti gunung entah berapa banyak tumpukan
gunung-gunung dosa ku, entah 2, 3, 4 bahkan 1000. Aku banyak
menyia-nyikan orang yang sayang padaku. tak terasa air mata ku mengalir
sedikit membasahi pipi ku, ada seorang bapak menghampiri ku dia menyuruh
ku azan, tapi aku tak mau, aku lupa bait-bait azan sangking lamanya aku
pernah mendengar azan, bila azan berkumandang aku seolah tak mendengar
aku tetap asik dengan ponselku, itu lah kesalahan kecil yang akibatnya
fatal untuk ku. Azan isya berkumandang aku mendengarkan dengan penuh
penghayatan ku ikuti bait-bait azan aku merasa aku sudah tau, padahal
tidak.
Keesokan hari nya aku masih ada di rumah calon isri kakak menunggu
hari bahagianya kakak disini itung-itung aku bisa dekat dengan azzahra,
zahra menghampiriku iya membawa 1 toples permen zahra memberikan permen
itu pada ku, aku bingung untuk apa permen sebanyak ini? Tapi kata
azzahra jika nanti aku mau berhenti merok*k aku bisa mengganti rok*k
dengan permen jika setiap kali aku mau merok*k lagi. Aku hanya tersenyum
dan berkata sepertinya aku tak butuh ini, tapi aku masih mengambil
toples permen yang diberikan azzahra pada ku, aku menyimpannya di tas
ku.
Detik pun berganti akhirnya hari yang ditunggu kakak tiba calon istri
kakak memang sangat cantik dihari pernikahannya tapi tentunya azzahra
lebih cantik dia begitu mengagumkan di setiap kesempatan, acara itu tiba
begitu menegangkan tapi tidak dengan azzahra wajahnya begitu santai tak
ada rasa gugup atau tegang sama sekali, itu lah istimewanya azzahra dia
benar-benar istimewa, setelah acara selesai aku sengaja duduk di dekat
azzahra,
“kamu gak tegang tadi?” tanya ku
Azzahra tersenyum “aku sudah terbiasa mengahadapi segala sesuatu yang
tegang, aku berusaha untuk tidak tegang mencoba untuk tenang agar
nantinya kita terbiasa menghapi segala masalah dengan tenang, walaupun
sebenarnya kita tidak tenang”
Aku hanya menganggukan kepala ku “emm, za kamu tolong jawab yang jujur
ya kanapa kamu kalau bau asap rok*k dikit aja kamu batuk?”
Lagi-lagi zahra tersenyum “nanti kakak tau sendiri”
“tapi aku mau tau sekarang!”
“bener mau tau?”
Aku menganggukan kepala
zahra menjawab sambil tersenyum “aku perok*k pasif kak”
“apa itu?”
“kakak gak tau?”
Aku mengelengkan kepala ku
“cari tau sendiri saja ya kak, aku gak bisa menjelaskan”
Aku hanya mengangguk dan pura-pura mengerti.
Beberapa minggu setelah pernikahan kakak, aku dan kakak ku hanya
tinggal di rumah istri kakak, sama sekali aku tak pernah bertemu dengan
azzahra, aku hanya bisa menatap pertmenn yang telah diberikan azzahra
pada ku.
Kringgg… kringgg… kring…
Ibunya istri kakak atau sering ku sebut ibu mengangkat telpon
“hallo,”
“waalaikum salam”
“hah? Sekarang ada di ruang mana?”
“ohh iya iya nanti kami akan kesana”
Ibu menutup telponnya iya masuk ke kamar, istri kakak bertanya,
“ada apa ma?”
“azzahra masuk rumah sakit ti, ibu harus kesana”
Aku terkejut, kembali diam dan tak dapat berkata apa-apa ibu lewat didepan ku “ibu aku ikut” ajak ku
Ibu mengangguk, aku kembali ke kamar membawa tas yang hanya ada permen
dari azzahra yang ku bawa, aku dan ibu mencari ruangan azzahra aku ingin
cepat bertemu dengan azzahra, sesampainya aku di ruangan azzahra, aku
hanya melihat azzahra terbaring lemas di tempat tidur iya bernafas
menggunakan tabung oksigen, apa yang terjadi? Kenapa semuanya serba
rahasia? Aku keluar dari ruangan, aku melihat ayah azzahra duduk di
sebuah kursi, aku mengahampirinya aku bertanya,
“pak, azzahra sakit apa?”
Terlihat begitu banyak penyesalan dari wajah ayah azzahra
“ini semua salah saya”
“kenapa pak” aku bertanya lagi
“coba saja kalau saya tidak merok*k”
“tapi, bukan kah bapak memang tidak merok*k”
“saya baru berhenti merok*k 3 tahun yang lalu setelah saya tau azzahra mengidap penyakit Bronkitis kronis”
“apa itu pak”
“bronkitis kronis adalah gangguan pernafasan jangka panjang dimana
peradangan dan produksi dahak dapat berlangsung selama tiga bulan dalam
setahun selama dua tahun berturut-turut, penyakit ini biasanya disebab
kan oleh orang yang merok*k”
“tapi pak, bukan ya zahra tidak merok*k”
“benar, zahra memang tidak merok*k tapi zahra menjadi perok*k pasif
selama 13 tahun dari dia bayi dia sudah jadi perok*k pasif dan itu
karena saya”
“perok*k pasif, apa itu pak?”
“mereka yang tidak merok*k kemudian asap rok*k juga terhirup dari orang
yang merok*k, meraka mempunyai resiko yang sama masalah pernafasan”.
hening. sejenak saya berfikir
“saya dulu adalah perok*k berat, saya bisa sehari menghabiskan 1 bungkus
rok*k dan zahra selalu ada di dekat saya dari kecil sampai sekarang dan
zahra yang sakit bukan saya, dan sekarang penyakit zahra sekarang makin
bertambah parah saya tak tahu harus melakukan apa lagi saya bingung”
lanjut ayah zahra
“pak, bapak harus sabar ya”
Aku berjalan gontai membelakangi ayahnya azahra hati ku tiba-tiba
berdenyut, sedih, aku tak mampu membendung air mata ku aku berlari,
berlari kencang, aku seperti orang ling-lung, aku mencari masjid atau
musolah untuk sekedar menengkan hati ku suara zahra selalu
terngiang-ngiang di telinga ku, aku takut, takut jika harus kehilangan
zahra, aku menyandarkan diriku pada dinding masjid yang sendari tadi ku
cari aku mengambil air wudu’ aku sholat malam berdoa akan keselamatan
zahra aku menangis dalam doa ku, aku benar-benar tak mau akan kehilangan
zahra, aku tak berpikir apa-apa, aku langsung membuang rok*k ku ke
kotak sampah sekarang aku baru tau kenapa selama ini zahra tak menyukai
rok*k, dan juga kenapa zahra selalu memaksa ku untuk tidak merok*k. Aku
kembali ke rumah, sesampainya aku di rumah aku langsung tidur di kamar
aku merasa lelah.
Malam pun berganti, bergulir mendekati siang aku kembali bangun
menatap pancaran cahaya yang masuk ke dalam selah-selah kamar ku,
rencana untuk hari itu aku akan pergi ke rumah sakit lagi untuk
menjenguk zahra, pagi sekali aku telah bergegas pergi sesampainya aku di
rumah sakit aku melihat keadaan yang begitu gaduh semua orang menangis
aku masih berdiri hanya sekedar melihat, dokter keluar dari ruang
azzahra, wajah dokder sudah mengambarkan jelas aku kembali membendung
tangis sebelum dokter bicara, setelah jelas semua air mata ku tak bisa
dibendung lagi aku terduduk diatas kursi, menangis. aku seakan tak
percaya gadis kecil yang ku kenal 1 bulan lalu telah pergi jauh sekali
meninggalkan orang-orang yang iya cintai dan meninggalkan perih yang
berbekas di hati, aku tak pernah merasa kehilangan seperti ini, apa ini
yang dialami ayah saat harus kehilangan ibu? Aku mengalaminya lagi,
senyum manisnya selalu tergambar dalam ingatan ku, suara ya pun begitu,
aku mengambil permen pemberian azahra aku memeluknya erat, ini lah
satu-satunya pemberian azahra untuk ku, kemarian aku mengatakan permen
ini tak ku butuh kan tapi sekarang aku benar-benar sangat
membutuhkannya, zahra begitu banyak memberiku arti kehidupan yang
sesungguhnya, memotivasiku dari pengalaman hidupnya bahkan sepahit
apapun hidup yang harus iya jalani iya masih tetap tersenyum tenang
dihadapan semua orang.
Air mata ku mengalir lebih deras saat aku kembali menyaksikan zahra
yang telah dibungkus kain kafan, iya dimasukan ke dalam lubang yang
kecil, isak tangis menyelimuti pemakaman zahra semua orang mencintai
zahra tapi kenapa iya harus pergi begitu cepat, iya memberi tau ku
segalanya, pengetahuan yang sangat berarti dan pelajaran yang sulit ku
mengerti, aku kembali ke rumah mata ku bengkak, aku masih sulit menerima
kenyataan ini. Aku lebih suka di kamar setelah pemakaman zahra.
Hari itu aku melihat ayah azahra di rumah, kakak memanggil ku, aku turun dan menemuinya ayah zahra bertanya,
“vian, apa kamu mau kulia?”
Aku terdiam, bengong,
“vian?”
“kenapa ya pak?” jawab ku
“zahra perna cerita tentang kamu, tapi kami abaikan lalu setelah zahra
meninggal kami begitu banyak menemukan surat di kamarnya salah satunya
ini,
Dear papa, mama
Pa, ma, mungkin saat papa dan mama membaca surat ini, azzahra udah gak ada tapi zahra tetap ada kok pa, ma di hati kalian semua.
Pa, papa masih ingat kan anak yang perna zahra ceritakan sama papa?
Namanya vian pa, dia sudah kehilangan ibunya sejak 8 hari ia dilahirkan,
zahra kasihan pa, dia seharusnya kuliah pa, tapi mungkin dia gak punya
biaya, dia mau jadi orang kaya tapi gak mau sekolah, papa tolong aku ya,
ajak dia supaya dia mau sekolah dan aku mohon anggap dia jadi anak
papa, jika kata papa, papa sudah menabung untuk kuliah ku tapi sayang pa
sepertinya umur ku tak sampai kejenjang kuliah, papa biayain vian kulia
ya, pliss.
Azzahra sayang kalian semua.
Azzahra nur fatma
Suara tepuk tangan dari teman-teman terdengar kencang. Aku tersenyum
dan kemudian berdiri tak terasa air mata ku mengalir lagi saat 1 tahun
ini aku telah kehilangan zahra.
“nah teman-teman itu lah kisah hidup ku terimakasih untuk waktunya”
Selesai
Cerpen Karangan: Ririn Nurpi Herwanti
Facebook: Ririn Nurpi
http://cerpenmu.com/cerpen-islami-religi/demi-masa.html