ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

(Catatan dari Udara) 1000 Inspirasi

Written By Situs Baginda Ery (New) on Rabu, 25 Juli 2012 | 15.51

Pesawat baru saja lepas landas dari Bandara Polonia Medan. Sekilas ku intip ke luar lewat jendela kecil pesawat. Udara cerah. Ini kesempatan untuk tidur dalam perjalanan dua jam terbang menuju Jakarta. Lelah semalaman mungkin bisa terbayar dengan tidur pikirku.

Sampai awak pesawat memberitahu posisi terbang aman kucoba pejamkan mata. Tapi tak ada tanda-tanda kalau aku bisa bermimpi. Kepalaku justru memunculkan satu pertanyaan “apa yang bisa aku lakukan kini untuk sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak bedasarkan kemampuan yang aku miliki dan juga teman-temanku lainnya. Tentu saja jika ada teman-teman yang bersedia.”

Di depan bangku dudukku ada seorang perempuan chaines cantik. Kucoba alihkan pikiran dengan memperhatikan gerak-geriknya.

Kuperhatikan raut wajahnya. Hmmm manis dan cantik. Bibirnya mengingatkanku pada seseorang..halaghh

Lalu kulihat lengannya yang putih. Ada jam warna putih dan gelang kecil warna merah. Sangat Indonesia pikirku. Adakah ia secara simbolik ingin menegaskan kalau ia warga Indonesia? Kucoba arahkan telinga untuk memastikan kalau dia memang warga Indonesia. Benar, dia bicara dengan bahasa Indonesia dengan anaknya yang masih kecil.

Disampingku duduk anak usia sekolahan. Sepertinya dia terbang sendiri. Lalu iseng kutanya mau kemana dan dengan siapa. Jawabannya membenarkan dugaanku. Sejak itu kami terlibat dialog yang ramah.

Aku sengaja banyak bertanya dan semua jawabannya terkait pertanyaanku seputar dunia anak-anak menguatkan rencanaku untuk melakukan sesuatu yang mungkin, menarik, dan berguna dan tentu saja bisa untuk dilakukan secara sendiri apalagi secara bersama-sama.

Sesekali sebuah pertanyaan menggoda datang juga. “Kamu ini memang penuh rencana tapi ujungnya gagal lagi dan gagal lagi.” Tapi hatiku pada saat yang sama juga berucap “masih mending punya seribu rencana walau gagal ketimbang tidak ada rencana sama sekali. Kegagalan adalah kemenangan yang tertunda. Aku tidak takut berapa kali kamu gagal. Aku hanya takut jika kamu sudah tidak mau membangun rencana. Rencana adalah peta jalan yang semakin banyak gagal maka semakin besar peluang untuk belajar sukses.”

Halaghh..hatiku memang pinter menghibur dan bersama dengan saraf berpikir mereka terus saja menghadirkan imaji-imaji yang membuatku semangat lagi dan semangat untuk melakukan sesuatu lagi dan lagi.

Dan kali ini aku terinspirasi dari dialog anak asal Palembang yang kini menetap di Pangkalan Susu, Medan.

Kali ini aku terpikir tentang penulisan seribu kisah inspiratif dari anak-anak. Ada banyak kisah sukses yang bisa dan potensial untuk diangkat dan apabila ia dibaca tidak hanya bisa memberi inspirasi bagi banyak orang tapi sekaligus memotivasi anak-anak yang kisahnya diangkat dalam buku. Hasil penjualan buku itu sendiri bisa diberikan kepada anak-anak yang kisahnya ditulis dan juga bisa menjadi modal bagi penulisan buku berikutnya yang ditulis langsung oleh anak-anak setelah dilatih cara menulis.

Memangnya anak-anak pinggiran memiliki kisah sukses dan inspiratif? Bukankah sepenuhnya kisah sedih?

Jika dipakai kacamata problem solving memang benar. Anak-anak pinggiran adalah problem sosial. Namun, jika dipakai kacamata appreciative inquery maka ada banyak kisah inspiratif yang bisa diangkat.

Apalagi jika difinisi sukses mau sedikit diperlebar. Sukses tidak selalu jadi orang hebat (pejabat, pengusaha, artis, dan kelas elit lainnya). Sukses juga berarti mereka yang mampu bertahan hidup ketika orang lain tidak mampu hidup dengan keadaan yang ada. Sukses adalah juga kemampuan untuk menjadi diri yang penuh senyum kala orang lain tidak mampu melakukannya. Sukses adalah juga kemampuan membahagiakan orang lain kala orang lain tidak mau melakukannya. sukses adalah juga kemampuan untuk tetap menghidupkan hati untuk taat kepadanya kala orang lain berpaling dari-Nya. Sukses juga mereka yang masih memiliki cita-cita walau berkali-kali jatuh bangun karena deraan keadaan.

Sungguh kisah-kisah sukses itu ada di segenap komunitas termasuk dikomunitas mereka yang terpinggirkan secara ekonomi kaum elitis.
Akankah kisah-kisah sukses itu akan menginspirasi jika ditulis? Ya, dan bisa.

Pertama, pendekatan problem solving yang dimulai dengan pengenalan masalah ternyata pada pendekatannya terbuka untuk menimbulkan rentetan masalah baru. Karena itu, pendekatan AI sudah menjadi pendekatan yang tidak hanya digunakan untuk penguatan kelembagaan melainkan juga dipakai untuk mengatasi problem bangsa.

Kedua, tulisan-tulisan inspiratif lebih besar peranannya dalam membangkitkan spirit banyak orang, menumbuhkan ikatan lebih akrab serta mendorong kepedulian ketimbang kerja-kerja berbasis gugatan, dan kutukan.

Dengan dua alasan itu saja maka rencana penulisan seribu kisah inspiratif dari dunia kaum pinggiran mungkin untuk dilakukan.

Duuhh..pesawat sudah mau mendarat di Jakarta padahal saya masih ingin memikirkan langkah-langkah atau tahapan kerja untuk mewujudkan rencana ini. Nanti sajalah saya pikirkan dalam penerbangan ke Jogya.

26 Mei 2010

15.51 | 0 komentar | Read More

Jejak Langkah Sang Konseptor yg Meraih Kesuksesan Tak Disangka

Di tangannya, jaringan Alfamart menggurita dengan ribuan
gerai. Jejak gemilangnya juga terekam di Indomaret. Jangan
heran, ia kerap disebut sebagai sosok di balik sukses kedua
minimarket itu. Apa jurus ampuhnya?

Menyebut nama Chief Operating Officer PT Sumber Alfaria
Trijaya (SAT), Pudjianto, orang pun — terutama kalangan
eksekutif dan pentolan bisnis ritel nasional — akan
mengacungkan jempol padanya. Maklum, kelahiran Gombong, Jawa
Tengah, 4 Mei 1954, ini dikenal sebagai sosok di balik
keberhasilan Indomaret dan Alfamart. Berkat konsep yang
dibesutnya, kedua minimarket ini terus menggelinding ke
berbagai pelosok kota.

Setelah sukses membesarkan Indomaret, di tangannya, Alfamart
juga terus mengepakkan sayapnya. Saat dipinang Djoko Susanto,
pemilik Alfamart, pada 2001, gerai Alfamart baru 34. Pada
akhir 2001, jumlah gerai menjadi 145. Setahun kemudian, jumlah
gerai membengkak menjadi 350. Sampai akhir tahun lalu, jumlah
gerai sudah mencapai 2.266. Dan, saat ini gerai Alfamart
mencapai 2.600 dengan 26 ribu karyawan. Sampai akhir tahun
ini, gerai Alfamart ditargetkan mencapai 2.750. Tak hanya dari
sisi kuantitas, dari sisi ekuitas merek, Alfamart juga
tercatat sebagai minimarket nomor satu menurut data AC
Nielsen.

Strategi dan jurus apakah yang dilakukan Pudjianto? Diakuinya,
dibutuhkan waktu hingga satu tahun untuk mendesain konsep
Alfamart. “Perusahaan mengharapkan saya bisa membawa Alfamart
menjadi nomor satu dari jumlah unit dan keuntungan,” katanya.
Untuk memperbanyak gerai, menurutnya, ada beberapa
pertimbangan. Dalam hal potensi lokasi, misalnya, persyaratan
yang paling simpel: harus dihuni sekitar 2.000 kepala
keluarga, lalu-lintasnya harus dilalui angkutan umum, aman,
dan dilewati jaringan komunikasi. “Kalau dari hitungan bisnis
menguntungkan, kami berani buka outlet,” katanya.

Menurut Pudji, dalam mengelola minimarket, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain lokasi, segmentasi,
pemilihan produk, pricing, promosi, komunikasi dan inovasi.
Untuk inovasi, Alfamart memang selangkah lebih maju. Lewat
member card, mengadakan program ronda sore dengan membagikan
berbagai hadiah (seperti format Tok Tok Wow). Alfamart juga
menggelar program Product of the Month (tiga produk tertentu
yang dijadikan maskot setiap bulan). “Inovasi pasti diikuti
orang lain, tapi yang penting apakah inovasi tadi sejalan
dengan bisnis kita,” ujarnya.

Untuk itu, Pudji berencana mengoptimalkan kartu keanggotaan
Alfamart dengan kemudahan pembayaran di setiap gerai berlogo
Visa Bank Permata. Keanggotaan kartu Alfamart saat ini, kata
dia, telah mencapai 1,2 juta orang dengan 26 juta transaksi
per bulan di seluruh Indonesia. Ia juga tengah menggodok
layanan baru, yakni transfer uang yang dapat dilakukan di
Alfamart. “Jadi, WNI yang ada di Hong Kong dan negara lain
bisa mengirim uang dan si penerima cukup datang ke Alfamart
untuk mengambil uang. Mereka tidak perlu ke bank.”

Saat ini, ia tengah gencar mengembangkan operator mandiri.
Dengan pola ini, SAT akan menggandeng calon investor yang
berminat membuka gerai Alfamart. Syaratnya, calon investor
menyiapkan lahan, sedangkan kegiatan men-set up toko dan
memenuhi perlengkapan dilakukan SAT. Bila lahan disetujui,
paling tidak SAT akan menginvestasikan dana Rp 300-450 juta
guna menyiapkan gerai. Pola kerja samanya, pemilik lahan hanya
menyiapkan 6 orang untuk mengoperasikan minimarket tersebut.
“Ini cara kami membantu yang lemah,” kata Pudji. Saat ini,
menurutnya, dari total gerai yang ada, sekitar 20%
dikembangkan dengan pola operator mandiri. Pola ini
dikembangkan dengan menggandeng mitra lain seperti Induk
Koperasi Angkatan Darat, Koperasi Pondok Pesantren dan Pusat
Koperasi Polri. (Sumber : swa.co.id)

15.44 | 0 komentar | Read More

Lebih Detail Melihat Peluang – Cerita Sukses Ibu Nana

Peluang pasar untuk usaha kita masih sangat terbuka luas. Tidak hanya pasar di dalam negeri, pasar di luar negeri pun bisa membuka peluang. Begitu banyak peluang yang bisa kita garap untuk mewujudkan mimpi wira usaha yang sudah lama kita pikirkan.

Seperti yang dialami oleh produsen alas laptop, lap topper. Bisnis lap topper menuai sukses sejak 2008. Karena kualitas dan kerja kerasnya, produk ini sudah akrab dengan pasar di Australia dan Mesir.Menurut Juananda Sutan Assin, biasa dipanggil Ibu Nana, peluang bisnis dalam negeri masih sangat terbuka. Pengusaha hanya perlu hal yang berbeda untuk ditawarkan kepada pasar.Suksesnya usaha yang dirintis Ibu Nana tidak lepas dari beberapa upaya yang ia terapkan. Ia yakin ada beberapa hal yang bisa membuat produk atau barang baru bisa diterima di pasar dengan baik.Ibu Nana bepikir bisnisnya tidak akan bisa berjalan jika Ia tidak berani mengambil resiko. Kita sudah bisa menempatkan bahwa ersiko adalah hal penting yang kita pertimbangkan dalam memulai bisnis. Ibu tiga orang anak ini kemudian memberanikan diri mengambil resiko untuk memulai bisnisnya.Ia membawa sekitar lima puluh item lap topper dalam sebuah pameran di Singapura. Harapannya saat itu sederhana, ia berharap pasar suka dengan produknya. Hasilnya ? respon pasar terhadap produknya tidak terduga, semua produk yang ia bawa berhasil terjual. Apa yang membuat produknya laku ? Ternyata produknya punya orisinalitas dan beda.

Waktu terus bergulir, Ibu Nana merasa ada yang harus lebih diperhatikan untuk produknya itu. Hal lain yang pentng adalah intensitas waktu. Bayangkan saja, meski produknya sudah diterima pasar tapi Ibu Nana butuh satu tahun untuk memperkenalkan produknya hingga akhirnya permintaan lap Topper kian bertambah. Semakin hari kapasitas produksinya bisa mencapai 2000 item. Ibu Nana yakin kalo bisnis bakalan berhasil kalo kita bisa konsisten dengan waktu dan cara kita menentukan keberhasilan bisnis.

Oh ya, kadang-kadang kan kita gak sabar saat menjalankan bisnis, atau tergoda untuk melakukan bisnis yang lain sementara bisnis atau usaha sebelumnya belum ditangani dengan serius. Rumusan ini tidak berlaku buat Ibu Nana. Dalam menjalankan bisnis atau usahanya, Ibu Nana selalu fokus dan memberikan komitmen dengan bisnis yang sedang dibangun. Ia melibatkan dirinya langsung dalam operasional usahanya dan ini sangat penting sehingga bisa mengontrol segala sesuatunya dalam proses pengembangan awal bisnis.Salah satu kegiatan yang sangat efektif dalam mempromosikan produknya, Ibu Nana aktif mengikuti berbagai ajang promosi, Ia rajin ikutan dalam pameran atau bentuk kerja sama lainnya. Walhasil,produknya berhasil menjaring pasar . Kita perlu mengambil resiko – termasuk resiko untuk melakukan promosi.

Selain strategi promosi, konsistensi mengembangkan usaha dan komitmen dengan waktu dan layanan hal lain yang tidak kalah penting yang dilakukan Ibu Nana adalah membangun kepercayaan dengan pelanggan.Kepercayaan pelanggan produk atau jasa kita akan muncul dari cara kita membangun relasi usaha. Dimana Ibu Nana bisa menemukan kepercayaan pelanggan ? Pertama dari kepuasan pelanggan atas produknya, juga pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.Ibu Nana dan semua yang menjalankan usahanya sangat berkomitmen dengan pengiriman tepat waktu, dan sebagai pemilik usaha, Ibu Nana tidak bosen-bosennya menerima keluhan dan permintaan pelanggan kapan pun. Sikap seperti inilah yang penting untuk menumbuhkan kepercayaan pelanggan.

Dasar dari semuana adalah komunikasi yang baik. Ibu Nana dan kita tentu yakin dengan berkomunikasi yang terbangun merupakan pondasi yang kuat untuk membangun kepercayaan dengan pelanggan dan bahkan relasi bisnis kita.Kisah Ibu Nana dengan produk lap Topper nya banyak memberi kita inspirasi. Dari soal keyakinan menjalankan bisnis, keyakinan untuk sukses dan konsistensi menjalankan bisnisnya. Kita tentu bisa melakukan apa yang yang dilakukan Ibu Nana dan usahanya. Kenapa tidak, kata orang bijak, sukses dan gagal kita yang membuatnya sendiri. Dan, kita pasti ingin sukses bukan ?

15.41 | 0 komentar | Read More

Bukan Meninggikan/Merendahkan,Inilah Kisah Sukses Al Jazeera Network (Inspirasi Untuk Metro TV dan TV One)

12973910421660881079

Al jazeera network (dok al jazeera english)

Anda mungkin tercengang bila mendengar misil Amerika menghantam kantor stasiun TV. Terheran-heran Amerika menjebloskan jurnalis ke penjara Guantanamo dengan tuduhan terorisme. Tak habis pikir Presiden George Bush dan Jendral Collin Powell meminta Emir Qatar agar menutup atau menjual Al Jazeera Network. Tapi itulah kisah nyata. Bisa jadi karena tidak berkenan dengan gaya liputan berita blak-blakan ala Al Jazeera untuk memberi hak jawab kepada semua pihak yang bertikai. Sebuah spirit keterbukaan informasi yang mengancam dominasi Barat untuk terus mencekoki dunia dengan pemberitaan yang sesuai dengan kepentingan nasional mereka.

Atau, Amerika (baca: Barat) hanya melaksanakan keinginan kliennya yaitu para diktator di Timur Tengah yang merasa terancam ketika rakyat melek apa yang sebetulnya dilakukan oleh Raja dan Presiden mereka.

al jazeera logo (dok aljazeera.svg)

al jazeera network logo (dok aljazeera.svg)

Penulis tidak akan bahas detail profile al Jazerra Network yang dapat ditemui di banyak sumber. Namun lebih kepada sisi-sisi menarik perjuangan panjang sebuah media massa dari negeri kecil di jasirah Arab yaitu Qatar. Sebuah rangkaian perjuangan yang layak untuk diteladani oleh media-media serupa di negara berkembangan, misalnya Indonesia. Agar tidak terlena dengan penjajahan informasi dengan segala dampak negatifnya yang merugikan negara-negara kecil dan berkemembang.

Kenapa Al Jazeera? Apa yang menarik?

1) Siapa menyangka dunia Arab yang dikenal tertutup mampu memukau dunia dengan kehadiran jaringan TV kelas dunia yang menjadi santapan wajib petinggi Gedung Putih sejajar dengan CNN dan Foxnews?

2) Siapa menyangka keluarga emir Qatar bertekad menggedor publik Arab dengan keterbukaan media massa yang bertentangan dengan media milik pemerintah yang penuh kebohongan?

3) Siapa menyangka bahwa negeri kecil Qatar serupa Singapura menjadi pusat inspirasi gerakan demokrasi, revolusi rakyat, dan keterbukaan informasi yang justru membuat negara-negara Barat dan Arab panik?

4) Saking paniknya - Barat dan diktator Arab - Al Jazeera pun mencatat buku hariannya yang ditulis oleh banyak media massa di dunia dengan kisah pembunuhan jurnalis, penganiayaan, pelarangan liputan, dan pengusiran oleh pejabat Arab dan Barat.

>

presenter al jazeera (doc graziadaily.co.uk)

presenter al jazeera (doc graziadaily.co.uk)

Awal perjuangan

Al jazeera bermula tahun 1996 dengan merekrut sebagian crew dari BBC milik Saudi yang bermarkas di Doha Qatar yang ditutup karena crew BBC menolak sensor dari Kerajaan Saudi. Dunia Barat menyambut Al Jazeera sebagai corong keterbukaan informasi di dunia Arab untuk menyuarakan pendapat rakyat secara demokratis. Perlu diketahui bahwa media milik pemerintah di negara Arab serupa dengan TVRI dan koran Suara Karya pada jaman Orde Baru Indonesia. Tapi bulan madu dengan Barat tidak berlangsung lama.

Ciri khas Al Jazeera adalah gesit dalam pemberitaan dari suara langsung dari rakyat, mengangkat topik yang tidak dijamah oleh kebanyakan media, memiki crew militan yang berani mati demi memperoleh informasi dari tangan pertama.

Al Jazeera menuai kecaman dan permusuhan dari elite Barat dan Penguasa Arab ketika pasca tragedi 9/11 menayangkan video Ossama Bin Laden. Amerika marah karena menilai sebagai propaganda pro terorisme. Al Jazeera beralasan bahwa tugas jurnalis untuk beri kesempatan bicara kepada semua pihak yang bertikai.

Sejak itu musuh musuh Al Jazeera berusaha mengaitkannya dengan kelompok Al Qaeda di Afghanisan, Ikhwanul Muslimin di Mesir, Hammas di Palestina, dan Hisbullah di Syiria/Libanon. Namun tidak pernah terbukti. Malah tudingan ngawur tsb menarik simpati kalangan intelektual independen dunia untuk menjadi konstributor berita, esei, dan analisis. Sehingga Al Jazeera kian bergengsi di mata dunia sebagai media alternatif.

Belakangan terbukti banyak analis independen Barat mengendus kemarahan Barat tidak lain karena runtuhnya dominasi media massa Barat di Timur Tengah menyusul rontoknya ekonomi mereka disalip oleh China.

Tadinya baru menempatkan kantor cabang di Kuala Lumpur, London, Washington. Kini tersiar kabar Al Jazeera melebarkan sayap ke Bosnia, Pakistan, Turki, India, China, dan Rusia. Malahan ancang ancang untuk menerbitkan koran Al Jazeera berskala internasional. Hambatan dan rintangan menghadang dari banyak pihak yang tidak suka dengan keberadaan Al Jazeera yang lain daripada yang lain di tengah padang pasir. Namum kegigihan pemilik dan crew mampu membukukan prestasi gemilang dan mencengangkan.

Al jazeera menjelma menjadi media paling digemari di jasirah Arab. Kini Al Jazeera mengklain tak kurang dari 50 juta pemirsa setia saben hari. Bahkan 100 juta pemirsa di seluruh dunia. Sebuah penilitian menemukan rakyat Arab 80% penyuka Al Jazeera versus 20% penyuka media milik pemerintah. Sejak Maret 2006 Al Jazeera Network menjelma mejadi media dunia, kini terdiri atas beberapa flagship: Al Jazeera Arabic channel, Al Jazeera English, Al Jazeera Documentary, Al Jazeera Sport, Al Jazeera.net (the English and Arabic web sites), the Al Jazeera Media Training and Development Center, the Al Jazeera Center for Studies, Al Jazeera Mubasher (Live), and Al Jazeera Mobile.

Bahkan ketika terganjal masalah bahasa Inggris untuk versi dunia maka September 2007 Al Jazeera menyewa Phil Lawrie, mantan Vice President CNN untuk Distribusi Komersial, tujuannya adalah “to spearhead the effort as Director of Global Distribution,” kata PR Al Jazeera diplomatis.

presenter al jazeera (doc thisisbeirut.wordpress.com)

presenter al jazeera (doc thisisbeirut.wordpress.com)

Daftar Presenter dan jurnalis Al Jazeera meliputi berbagai bangsa a.l.: Khadija Benguenna, Nima Abu-Wardeh, Laila Al Shaikhli, , Jasim Al-Azzawi, Tayseer Allouni, Tareq Ayyoub, Jihad Ballout, Stephen Cole, Jane Dutton, Ghida Fakhry, David Foster (journalist), Yosri Fouda, David Frost, Steve Gaisford, Imran Garda, Steff Gaulter, Shiulie Ghosh, Richard Gizbert, Jamal Rayyan, Darren Jordon, Rizwan Khan, Hamish MacDonald, Teymoor Nabili, Maryam Nemazee, Rageh Omaar, Shahnaz Pakravan, Amanda Palmer (journalist), Verónica Pedrosa, Faisal al-Qassem, Sohail Rahman, Robert Reynolds (journalist), Josh Rushing, Kamahl Santamaria, Mark Seddon, Barbara Serra, Lauren Taylor, Sami Zeidan, Ahmed Mansour.

Belum termasuk para kontributor, guest speaker, blogger yang berdatangan dari penjuru dunia.

Berikut ini beberapa halangan dan rintangan yang menghadang dari para penguasa yang bernapsu untuk menghancurkan Al Jazeera:

>

- Desember 2001: Cameraman Al Jazeera Sami Al Hajj ditahan hingga May 2008 tanpa tuduhan yang JELAS di Guantánamo Bay, disertai penganiayaan fisik dan secara seksual . Pejabat Amerika mengatakan karena alasan keamanan. Sami Al Hajj dipaksa mengaku sebagai anggota Al-Qaeda.

- 13 November 2001: Serangan rudal AS menghancurkan kantor Al Jazeera di Kabul.

- 03 Oktober 2001 : Menlu Amerika Jendral Colin Powell membujuk Emir Qatar untuk menutup Al Jazeera.

- 24 Maret 2003: dua wartawan Al Jazeera yang meliput New York Stock Exchange (NYSE) dilarang beroperasi di lantai perdagangan bursa.

- 8 April 2003: Kantor Jazeera di Baghdad dihantam rudal AS, menewaskan reporter Tareq Ayyoub dan melukai lainnya.

- 4 Juli 2004 : Pemerintah Aljazair membekukan kegiatan koresponden Al Jazeera.

- 30 Januari 2005: New York Times melaporkan bahwa pemerintah Qatar di bawah tekanan rezim George W Bush untuk untuk menjual stasiun TV Al jazeera.

- 22 November 2005: Tabloid The Daily Mirror menerbitkan cerita memperoleh memo bocor dari 10 Downing Street (kantor PM Inggris) bahwa mantan Presiden George W. Bush mempertimbangkan pengeboman markas Al Jazeera di Doha pada bulan April 2004, ketika Marinir AS yang melakukan serangan diperdebatkan di Fallujah.

-15 Juli 2009: Otoritas Nasional Palestina menutup kantor Al Jazeera di Tepi Barat.

- FIFA 2010: Al Jazeera gagal tayang meliput Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, dilaporkan ada gangguan saluran dan ketika diperbaiki tetap tidak beres. The Guardian mewartakan bahwa gangguan tsb adalah ulah dari pemerintah Jordania.

- 30 Januari 2011: Pemerintah Mesir memerintahkan saluran TV untuk menutup kantornya, disusul sehari kemudian di mana Pasukan Keamanan Mesir menangkap enam wartawan Al Jazeera selama beberapa jam dan menyita peralatan kamera mereka.

- Pemerintah Israel hanya menginjinkan crew Al Jazeera interview dengan 3 pejabat teras, yang lain dilarang bicara dengan Al Jazeera.

- Perusahaan telekomunikasi Amerika menolak menyediakan channel untuk Al Jazeera agar publik Amerika tidak dapat sekedar menengok siaran TV Al Jazeera.

Gaza Blogger for Al Jazeera (doc al jazeera english)

Gaza Blogger for Al Jazeera (doc al jazeera english)

Bagaimana dengan Indonesia?

Adalah sangat disayangkan bila modal besar konglomerat Indonesia hanya untuk mendirikan stasiun TV Berita dan portal berita tanpa mengubah kedudukan sebagai narasumber kelas dua di bawah CNN, BBC, ABC dll untuk liputan berita di wilayah nusantara dan sekitarnya. Apalagi untuk berbicara di level Asia Tenggara, Asia, dan dunia. Akankah terus menjadi etalase dagangan produk asing dalam bentuk budaya, pemikiran, dan kebijakan publik yang belum tentu sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia?

Mungkin para petinggi TV One dan Metro TV perlu mengubah orientasi. Yaitu mengutamakan pemberdayaan masyarakat dan pencerdasan bangsa. Serta menahan diri untuk tidak turut serta berebut jabatan RI-1 dan RI-2 dengan media massa miliknya sebagai corong propaganda politik. Jika tidak demikian maka publik selalu mencurigai fungsi kontrol sosial media tersebut karena dibayangi oleh agenda tersembunyi pemilik media untuk merebut kursi nan empuk di istana negara.

Atau…. jangan-jangan pemilik Metro TV dan TV One menjadikan media tsb untuk mengejar ambisi politik pribadi. Hemmm.

*

Salam tuljaenak

RAGILE, 11feb2011

>

>

Sumber:- Al Jazeera English, The Guardian UK, The Huffington Post USA, About.com USA

>

Postingan sebelumnya :

Kebohongan Pemimpin dan Media Massa Barat Soal Revolusi Mesir

*

Postingan kawan Della Anna :

Mercury Dan Musuh Kosmetika

15.35 | 0 komentar | Read More

Sebuah Renungan: Ingin Juara Satu di Otak Atau Juara Satu di Hati

Di kelasnya ada 50 orang murid, setiap kali ujian, anak perempuanku tetap mendapat ranking ke-23. Lambat laun membuat dia mendapatkan nama panggilan dengan nomor ini, dia juga menjadi murid kualitas menengah yang sesungguhnya. Sebagai orangtua, kami merasa nama panggilan ini kurang enak didengar, namun anak kami ternyata menerimanya dengan senang hati. Suamiku mengeluhkan ke padaku, setiap kali ada kegiatan di perusahaannya atau pertemuan alumni sekolahnya, setiap orang selalu memuji-muji "Superman cilik" di rumah masing-masing, sedangkan dia hanya bisa menjadi pendengar saja.

Anak keluarga orang, bukan saja memiliki nilai sekolah yang menonjol, juga memiliki banyak keahlian khusus. Sedangkan anak nomor 23 di keluarga kami tidak memiliki sesuatu pun untuk ditonjolkan. Dari itu, setiap kali suamiku menonton penampilan anak-anak berbakat luar biasa dalam acara televisi, timbul keirian dalam hatinya sampai matanya bersinar-sinar. Kemudian ketika dia membaca sebuah berita tentang seorang anak berusia 9 tahun yang masuk perguruan tinggi, dia bertanya dengan hati pilu kepada anak kami: Anakku, kenapa kamu tidak terlahir sebagai anak dengan kepandaian luar biasa? Anak kami menjawab: Itu karena ayah juga bukan seorang ayah dengan kepandaian luar biasa. Suamiku menjadi tidak bisa berkata apa-apa lagi, saya tanpa tertahankan tertawa sendiri.

Pada pertengahan musim gugur, semua sanak keluarga berkumpul bersama untuk merayakannya, sehingga memenuhi satu ruangan besar di restoran. Topik pembicaraan semua orang perlahan-lahan mulai beralih kepada anak masing-masing. Dalam kemeriahan suasana, anak-anak ditanyakan apakah cita-cita mereka di masa mendatang? Ada yang menjawab akan menjadi pemain piano, bintang film atau politikus, tiada seorang pun yang terlihat takut mengutarakannya di depan orang banyak, bahkan anak perempuan berusia 4½ tahun juga menyatakan kelak akan menjadi seorang pembawa acara di televisi, semua orang bertepuk tangan mendengarnya. Anak perempuan kami yang berusia 15 tahun terlihat sibuk sekali sedang membantu anak-anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya kelak. Di bawah desakan orang banyak, akhirnya dia menjawab dengan sungguh-sungguh: Kelak ketika aku dewasa, cita-cita pertamaku adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari dan bermain-main. Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan akan cita-cita keduanya. Dia menjawab dengan besar hati: Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang-bintang. Semua sanak keluarga tertegun dibuatnya, saling pandang tanpa tahu akan berkata apa lagi. Raut muka suamiku menjadi canggung sekali.
Kisah Renungan, Juara Satu di Otak Atau Juara Satu di Hati
Sepulangnya ke rumah, suamiku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak menjadi guru TK? Apakah kami tetap akan membiarkannya menjadi murid kualitas menengah? Sebetulnya, kami juga telah berusaha banyak. Demi meningkatkan nilai sekolahnya, kami pernah mencarikan guru les pribadi dan mendaftarkannya di tempat bimbingan belajar, juga membelikan berbagai materi belajar untuknya. Anak kami juga sangat penurut, dia tidak membaca komik lagi, tidak ikut kelas origami lagi, tidur bermalas-malasan di akhir minggu juga tidak dilakukan lagi. Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan tanpa henti. Namun biar bagaimana pun dia tetap seorang anak-anak, tubuhnya tidak bisa bertahan lagi dan terserang flu berat. Biar sedang diinfus dan terbaring di ranjang, dia tetap bersikeras mengerjakan tugas pelajaran, akhirnya dia terserang radang paru-paru. Setelah sembuh, wajahnya terlihat kurus banyak. Akan tetapi ternyata hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja nomor 23.

Kemudian, kami juga mencoba untuk memberikan penambah gizi dan rangsangan hadiah, setelah berulang-ulang menjalaninya, ternyata wajah anak perempuanku semakin pucat saja. Apalagi, setiap kali akan ujian, dia mulai tidak bisa makan dan tidak bisa tidur, terus mencucurkan keringat dingin, terakhir hasil ujiannya malah menjadi nomor 33 yang mengejutkan kami. Aku dan suamiku secara diam-diam melepaskan aksi menarik bibit ke atas demi membantunya tumbuh ini. Dia kembali pada jam belajar dan istirahatnya yang normal, kami mengembalikan haknya untuk membaca komik, mengijinkannya untuk berlangganan majalah "Humor anak-anak" dan sejenisnya, sehingga rumah kami menjadi tenteram kembali. Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak mengerti akan nilai sekolahnya.

Pada akhir minggu, teman-teman sekerja pergi rekreasi bersama. Semua orang mempersiapkan lauk terbaik dari masing-masing, dengan membawa serta suami dan anak untuk piknik. Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa dan guyonan, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan karya seni pendek. Anak kami tiada keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan gembira. Dia sering kali lari ke belakang untuk menjaga bahan makanan. Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat agak miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap jus sayuran yang bocor ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.
Kisah Renungan, Juara Satu di Otak Atau Juara Satu di Hati
Ketika makan terjadi satu kejadian di luar dugaan. Ada dua orang anak lelaki, satunya adalah bakat matematika, satunya lagi adalah ahli bahasa Inggeris. Kedua anak ini secara bersamaan menjepit sebuah kue beras ketan di atas piring, tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau membaginya. Walau banyak makanan enak terus dihidangkan, mereka sama sekali tidak mau peduli. Orang dewasa terus membujuk mereka, namun tidak ada hasilnya. Terakhir anak kami yang menyelesaikan masalah sulit ini dengan cara sederhana yaitu lempar koin untuk menentukan siapa yang menang.

Ketika pulang, jalanan macat dan anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku terus membuat guyonan dan membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan banyak bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan, membuat anak-anak ini terus memberi pujian. Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio masing-masing. Ketika mendengar anak-anak terus berterima kasih, tanpa tertahankan pada wajah suamiku timbul senyum bangga.

Sehabis ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku. Pertama-tama mendapatkan kabar kalau nilai sekolah anakku tetap kualitas menengah. Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang hendak diberitahukannya, hal yang pertama kali ditemukannya selama 30 tahun mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu siapa teman sekelas yang paling kamu kagumi dan alasannya. Selain anakku, semua teman sekelasnya menuliskan nama anakku.

Alasannya sangat banyak: antusias membantu orang, sangat memegang janji, tidak mudah marah, enak berteman, dan lain-lain, paling banyak ditulis adalah optimis dan humoris. Wali kelasnya mengatakan banyak usul agar dia dijadikan ketua kelas saja. Dia memberi pujian: Anak anda ini, walau nilai sekolahnya biasa-biasa saja, namun kalau bertingkah laku terhadap orang, benar-benar nomor satu.

Saya berguyon pada anakku, kamu sudah mau jadi pahlawan. Anakku yang sedang merajut selendang leher terlebih menundukkan kepalanya dan berpikir sebentar, dia lalu menjawab dengan sungguh-sungguh: "Guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan." Dia pelan-pelan melanjutkan: "Ibu, aku tidak mau jadi pahlawan, aku ingin jadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan." Aku terkejut mendengarnya dan mengamatinya dengan seksama.

Dia tetap diam sambil merajut benang wolnya, benang warna merah muda dipilinnya bolak balik di jarum bambu, sepertinya waktu yang berjalan di tangannya mengeluarkan kuncup bunga. Dalam hatiku terasa hangat seketika. Pada ketika itu, hatiku tergugah oleh anak perempuan yang tidak ingin menjadi pahlawan ini. Di dunia ini ada berapa banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi pahlawan, namun akhirnya menjadi seorang biasa di dunia fana ini. Jika berada dalam kondisi sehat, jika hidup dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hati, mengapa anak-anak kita tidak boleh menjadi seorang biasa yang baik hati dan jujur.

Jika anakku besar nanti, dia pasti akan menjadi seorang isteri yang berbudi luhur, seorang ibu yang lemah lembut, bahkan menjadi seorang teman kerja yang suka membantu, tetangga yang ramah dan baik. Apalagi dia mendapatkan ranking 23 dari 50 orang murid di kelasnya, kenapa kami masih tidak merasa senang dan tidak merasa puas? Masih ingin dirinya lebih hebat dari orang lain dan lebih menonjol lagi? Lalu bagaimana dengan sisa 27 orang anak-anak di belakang anakku? Jika kami adalah orangtua mereka, bagaimana perasaan kami?... [jelajahunik.us]
15.34 | 0 komentar | Read More

Juga Seorang Pelukis,Ia Pun juga Sukses Besar

Kisah Pelukis David Choe Yang Menjadi Milyuner
Setelah Menolak Imbalan Uang Dari Facebook


Pada tahun 2005, David Choe diminta Sean Parker – salah satu tokoh penting dalam berdirinya Facebook – untuk membuat lukisan di kantor Facebook, Palo Alto, California, Amerika Serikat (AS).

Sean Parker menawarkan imbalan berupa uang ribuan dolar atau saham. Namun David Choe memilih saham. Dan kini dari 0,1 – 0,25 saham sebagai upah lukisannya, ia memeroleh USD 200 juta atau sekitar Rp 180 miliar.

Darimana perhitungan USD 200 juta tersebut? Facebook telah go publik beberapa pekan yang lalu. Dan IPO Facebook ini bernilai USD 5 miliar atau sekitar Rp 45 trilyun.

Dan dari IPO tersebut, David Choe mendapatkan rejeki nomplok dari sahamnya (upah melukis dari Sean Parker) senilai USD 200 juta atau Rp 180 miliar.
David Choe pria kelahiran 1976 di Los Angeles (AS) dan berdarah Korea ini memiliki bakat serta kesukaan akan lukisan sejak usia dini.

Ia mengenal grafiti sejak remaja. Ia sering mencorat-coret grafiti di bangku terminal, bus, papan reklame, hingga tembok-tembok di jalan atau gang.

Selepas SMA David Choe berkeliling menyusuri dunia mulai Eropa, Timur Tengah, hingga Afrika. Usia 21 tahun ia kembali ke Los Angeles. Ia pernah mendesain cover album Linkin Park dan Jay Z.
Ia juga pernah menggarap cover film Juno, Glass House. David Choe memiliki mimpi untuk membuat poster orang nomor satu AS, Barrack Obama. [sidomi.com]
15.31 | 0 komentar | Read More

Kisah Sukses Seorang Pelukis,Siapakah Dia?

http://www.renunganhariankristen.net/wp-content/uploads/2012/07/melukis-dengan-jari-finger-painting.jpgM. Suwandi, yang kini lebih dikenal sebagai MS Wawan, seorang pelukis andal dari Jember, yang sudah melakukan pameran di empat benua di dunia, tak pernah menyangka nasibnya sebagai pelukis akan seperti ini. Mantab menjadi pelukis sejak masih duduk di bangku SMP, MS Wawan harus mendaki bukit terjal untuk mencapai kesuksesannya saat ini.

Masa lalu Wawan penuh dengan ikhtiar dan keprihatinan. Dibesarkan oleh kakek dan nenek di Kota Malang, karena orangtua sudah meninggal dunia, membuatnya menjadi seorang anak yang pendiam dan tertutup. Sejak, masih kanak-kanak Wawan akrab dengan kesunyian. Dia senang menyendiri dan merenung sendiri.

Untuk ukuran anak lelaki, sifat Wawan bisa jadi sentimental layaknya anak perempuan. Dia bisa mendiamkan teman lelakinya hanya karena sakit hati melihat sang teman berpelukan mesra dengan orangtuanya. Rasa sakit yang mengiris hatinya bak sembilu itu karena Wawan tak pernah merasakan sentuhan ayah dan ibunya.

Yang dia tahu, dia hanya anak yatim-piatu yang dibesarkan oleh kakek-nenek dan hidup bersama saudara-saudaranya. Hidup dalam keterbatasan, yang membuat dia mulai termotivasi untuk mencari nafkah sejak masih kanak-kanak. Di bangku sekolah dasar, di Malang, dia memilih menjadi penjual es. Dia jual ke teman-temannya untuk menambah uang saku ke sekolah.

Berlanjut ke SMP, Wawan memilih menjual kacang permen. Di masa SMP ini, dia mulai menunjukkan ketertarikan yang sangat pada dunia melukis. Bakat itu memang ada sejak dia masih kecil, hanya tak terlalu menarik minatnya. Di bangku SMP, dia melukis wajah kakek dan nenek salah seorang temannya dalam bentuk sketsa. Karena keterbatasan bahan, waktu itu dia tidak menggunakan pensil ketika membuat sketsa. “Saya menggunakan bekas baterai,” katanya.

Komponen baterai memang menggunakan bubuk karbon yang berwarna hitam. Bubuk itu, dia keluarkan dari baterai, dan dia gunakan sebagai alat pengganti pensil. Itu pertama kalinya dia melukis dan langsung menerima bayaran. “Itu uang pertama dari lukisan. Dan saya bangga sekali,” katanya. Kejadian menggembirakan itu adalah tonggak pertama, dia mulai berpikir untuk mencari nafkah dari melukis. Dia sudah memantabkan diri untuk menjadi seorang pelukis.

Hanya saja, karirnya untuk menjadi seorang pelukis tak bisa langsung dia wujudkan. Dia masih diharuskan untuk melanjutkan sekolah di bangku SMA. Sambil terus melukis, dia kembali berjualan. Kali ini, dia memilih menjadi penjual koran, majalah, dan buku TTS di Stasiun Tugu Yogyakarta. Setiap hari dia menumpang kereta yang melaju di jalur Solo-Klaten-Yogyakarta-Kutoarjo. Begitu terus setiap hari.

Di sela-sela menjual koran, majalah, dan buku TTS itu, diam-diam Wawkat mengasah bakat lukisnya. Dia menggunakan aneka kardus yang sisa bungkus barang-barang yang bergeletakan di stasiun sebagai media gambarnya. Dia tentu saja tak bisa dengan mudah membeli kertas gambar. Mahal dan pasti akan menghabiskan uang hasilnya bekerja. Dari kardus-kardus bekas itu, dia melukis seorang anak, seorang kakek, seorang ibu, hiruk pikuk stasiun.

Awal yang mendekatkannya pada potret kehidupan anak manusia. Lulus dari SMA Jetis Yogyakarta, dia mantab melanjutkan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta. Masuk ke sekolah seni dia mendapat tentangan dari kakaknya. Masa depan seniman ketika itu kerap membuat orang mengerutkan keningnya ketika anak sanak saudara atau anak mereka memilihnya menjadi gantungan nafkah.

“Mau jadi apa kamu kalau jadi seniman lukis. Itu kata kakak saya. Masak kamu nggak ingin menjadi dokter. Itu kan lebih enak. Masa depan terjamin,” katanya menirukan provokasi sang kakak. Secara terus menerus, sang kakak terus memprovokasi Wawan untuk mengubah keinginan menjadi pelukis. Sang kakak terus menerus menekankan bahwa menjadi dokter atau pegawai akan membuatnya hidup makmur.

Wawan hanya bisa menghela napas panjang. Dengan pelan, dia berusaha memberi pengertian kepada sang kakak. Tentu, dia tak ingin sang kakak sakit hati. Karena kakaklah yang merawat dia sebagai pengganti orangtua. “Saya bilang, Kak, selama ini pernahkah saya menolak saran dan nasihat kakak. Tolong, sekali ini biarkan saya menempuh jalan hidup saya sendiri,” katanya.

Tak ada kesepakatan. Yang ada hanya pembiaran dan sikap diam. Sang kakak memilih tidak menegurnya ketika Wawan nekat melanjutkan pendidikannya di ASRI. Melanjutkan mimpi-mimpinya untuk menjadi seorang pelukis. Tiga kali hari raya kakaknya tak menegurnya. Tapi, lama kelamaan keluarga bisa menerima dirinya sebagai seorang pelukis. Perjuangannya yang tak tanggung-tanggung membuat dia sukses menjadi seniman lukis.

Wawan sudah pameran di 26 negara. Pertama kali pameran diluar negeri, dia sudah mengunjungi Berlin, Belgia, Rotterdam, Amsterdam, dan Brussel, serta beberapa negara lain. Bulan Juni nanti, dia kembali akan melangsungkan pameran di Menara Jamsostek Jakarta, Yogyakarta, Nusa Dua Bali, Kyoto Jepang, Singapura, dan Putra Jaya Malaysia.

Pameran, bagi seorang seniman sangat mutlak diperlukan. Wawan menilai seniman itu harus konsisten untuk pameran. “Selain untuk menambah wawasan dan untuk menunjukkan inilah karyaku, pameran itu untuk menambah poin kharismanya. Sebuah titik awal menjadi maestro,” katanya.

Pameran di berbagai negara juga sangat menguntungkan pelukis tanah air karena menambah kemajuan bagi karya mereka. Berbeda dengan seniman di Indonesia yang kadang kelewat eksklusif, seniman mancanegara justru lebih bersahabat dengan sesama seniman. Ada sharing pengetahuan dan teknik melukis, ada rasa saling isi mengisi. “Beda jauh, kalau seniman luar negeri mereka lebih friendly. Akhirnya, kami bisa saling isi mengisi,” katanya.

Di Jember, seniman masih terikat dengan teori. Bagi Wawan itu menghambat seorang seniman untuk lebih maju. Seniman hanya tenggelam dalam idealisme tapi tak kunjung berkembang. “Kalau teori sudah sampai Pluto, tapi orangnya masih di Jelbuk. Padahal, kalau mau lebih maju, pasti bagus,” katanya.

Untuk sampai ke pameran di berbagai negara, selepas dari ASRI Yogyakarta, dia masih harus magang di seorang maestro Belanda, yang kini tinggal di Bali. Di sana, dia terus mengasah kemampuan melukis, sekaligus kepekaan sebagai seorang seniman. Kini, karya-karyanya sudah banyak dipesan oleh kolektor dengan pasaran sekitar Rp 40 juta ke atas. Bahkan ada sebuah karya yang sudah ditawar Rp 120 juta. Karya itu dia beri nama Bamboo Village.

Tak lama untuk membuat sebuah lukisan. Wawan juga tak percaya dalam proses berkreativitas, seorang seniman tergantung pada mood. “Oh saya tak percaya itu. Seniman ya seniman, mau suasana kacau, tenang, berisik, harusnya ya tetap bisa berkarya,” katanya. Dia sendiri merasa ada hutang ide jika dia tidak segera menuangkan ide-idenya dalam sebuah karya lukis.

Untuk ide, dia juga mengaku tidak tergantung mood. Ide bisa datang dari mana saja. Bahkan, pertemuan dengan seorang wanita muda Tiongkok ketika dia berada di Shan Dong, bisa menjadi sumber inspirasi. Awalnya hanya say hello, berlanjut dalam hubungan pertemanan, akhirnya wanita muda itu bersedia menjadi modelnya. Sungguh mudah bukan, asal ada niat disitu pasti ada jalan. “Berkarya dengan menggunakan otak yang diciptakan Tuhan, itu sungguh tak terbatas. Bukan karena mood, mood bisa dikendalikan asal kita sungguh-sungguh menjalani dengan sepenuh hati,”pungkasnya.

15.21 | 0 komentar | Read More

Sepenggal Kisah Seorang Musafir: Ketenangan dan Kenyamanan

Yang kukasihi kawan seperjalananku,

Pertemuan terakhir kita beberapa waktu lalu menyisakan beberapa pertanyaan yang penting di dalam diri saya, terutama yang berkaitan dengan rasa nyaman dan ketenangan.

Waktu mengajarkan kita bahwa hidup ini sejatinya adalah sebuah perjalanan panjang dimana bukan hanya tawa kebahagian yang kita lewati, tetapi justru ingatan akan penderitaan demi penderitaan yang serasa terus mendatangi. Tawa sukacita hanyalah sebuah perayaan sejenak ketika kita berhasil melalui akhir dari satu babak penderitaan yang harus kita jalani, bahkan kadangpun kita lupa untuk merayakannya, karena sudah banyak tantangan yang di depan yang harus dijalani.

Kawan, saya menganggap diri saya sebagai seorang musafir, seorang pendatang dan perantau di dunia ini. Tidak ada tempat yang terbaik yang harus saya diami, selalu saja ada waktu dimana saya harus membongkar kemah saya atau membungkus secuil perbekalan saya (kalau pun ada) untuk kemudian melanjutkan perjalan sampai ke tempat yang dirindukan.

Seperti halnya banyak orang lain, saya pun sering mengira-ngira bahwa sekiranya saya melakukan ini atau itu, atau mendapatkan ini dan itu, maka saya akan merasa nyaman dan tenang dan perjalanan say a menjadi lebih mudah. Dengan demikian, saya menjadi merasa berguna atau saya merasa hebat, tetapi justru itu merupakan sebuah awal yang salah untuk memulai sebuah perjalanan. Sejatinya saya tidak lebih hebat dan lebih berguna dengan semua itu, bukan apa yang saya peroleh dan yang saya kerjakan yang membuat saya hebat, tetapi sebuah kasih yang menerima saya apa adanya justru yang membuat saya menjadi pribadi yang berarti.

Kawan, hidup ini penuh dengan ketika sempurnaan. Hubungan-hubungan yang rapuh, kepahitan, kesendirian, harapan yang tidak sampai, pengkhianatan, hati yang patah dan hancur, kekecewaan dan semua hal yang sepertinya bagaikan memburu-buru berlelah untuk ketidakpastian dan ketidakcukupan.

Kadang kala justru saya diperhadapkan kepada beratnya tekanan kehidupan yang membuat berat untuk melangkah dengan tegap. Banyak sekali beban yang tidak saya harapkan yang justru membebani saya di dalam melangkah, saya jadi kecut dan tawar hati, kemarahan memuncak di dalam diri dan siap membakar , tetapi semua itu justru membuktikan bahwa memang sejatinya diri saya tidak berdaya, saya bangkrut, rubuh dan patah.

Bukankah kita semua pernah mentertawakan semua kebodohan kita, kekita kita menjadi sensitif dan menjadi tidak sabar dengan segala sesuatunya ketika apa yang kita harapkan tidak sampai, atau merasa kata-kata yang paling bijakmu dari orang lain menjadi sebuah serangan atas harga diri kita, namun selalu saja kita jatuh di dalam kesalahan yang sama.

Kita menjadi tidak “jenak” (tenang), tegang dan hubungan-hubungan dengan sesama kita menjadi hancur. Kita ingin menjadi pahlawan dengan segala ketidaksempurnaan yang terjadi, tetapi justru kita malah menjadi pecundang yang tidak berdaya.

Semua itu bagaikan duri di dalam hidup kita, tetapi justru di dalam semua itu kita sejujurnya merindukan anugrah yang memampukan kita mengatasi itu.

Di dalam ketidaksempurnaan saya yang endemik ini, saya akhirnya menyadari supaya Tuhan yang Maha Sempurna untuk menganugrahi saya kekuatan untuk mengatasi hal ini.

Selama perjalanan, saya akhirnya sadar bahwa hidup ini bukanlah tentang saya. Menengok kembali ke belakang, saya terasa tertohok, bahwa betapa saya di dalam kebodohan yang akut ingin membuktikan siapa saya di hadapan Tuhan. Saya patut, saya layak, saya berhak, saya mampu, saya hebat, dan semua peninggian atas diri saya ingin saya pertaruhkan dihadapan Tuhan, padahal semua itu sampah. Akhirnya anugrah menjadi tidak berguna bagi orang seperti saya. Saya orang yang rugi, karena di dalam kemegahan diri saya, saya membuat tidak bermakna tawaran anugrah Tuhan bagi hidup saya.

Kawan, sebenarnya hati saya miris dan getir ketika mengingat semua kebodohan itu. Waktu justru membuktikan kepada saya, bahwa bukan kuat dan gagah saya yang bisa saya andalkan untuk melajutkan perjalanan kita, tetapi saya membutuhkan kuasa dari tempat yang tinggi untuk memampukan saya melanjutkan perjalanan ini.

Bukankah perjalanan yang sedang kita lalui ini sebenarnya justru sebagai sebuah pembuktian tentang siapa Tuhan, Tuhan yang dapat diandalkan di dalam setiap langkah perjalanan yang kita lalui bersama.

Tetapi ketika hidup ini berlalunya terburu-buru, maka saya pun tahu bahwa saya tidak mempunyai kuasa untuk mengendalikan apa yang terbaik bagi diri saya.

Saya ingat kata-kata yang pernah suatu kali aku dengar, “di dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu”.

Sulit rasanya menerapkan kata-kata bernas itu. Seorang pernah mengatakan kalau hati ini, jiwa ini itu seperti monyet, tidak pernah tenang bertengger di satu dahan, selalu melompat kesana kemari berayun-ayun tiada henti melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Kita tersenyum tidak rela ketika jiwa kita digambarkan seperti halnya seekor monyet, tetapi fakta mengatakan memang betapa sulitnya untuk membuat jiwa kita tenang dan percaya.

Akhirnya saya menyadari, sikap tinggal tenang merupakan sebuah pilihan kehidupan. Tinggal tenang adalah sebuah langkah iman.

Sebagai musafir, kadang saya merasa sendiri, tetapi sebenarnya saya tidak sendiri, ada Tuhan yang beserta kita. Tuhan beserta kita. Itu adalah kata-kata yang sakti dan rahasia. Memahami rahasia kata itu seperti kita mengecap indahnya kemuliaan Tuhan yang disingkapkan di dalam hidup kita. Bukankah hal itu yang akhirnya membuat kita memilih untuk tenang dan percaya.

Kawan, saya akhirnya perlu untuk berkata kepada jiwa saya, “mengapa engkau tertekan hai jiwaku dan gelisah di dalam diriku?” Ya mengapa? Tidak ada alasan saya untuk tertekan dan gelisah ketika saya menggantungkan kehidupan saya kepada Tuhan.

Kadang saya agak dibingungkan, apa ini sebuah nasihat, sebuah janji atau sebuah perintah? Tetapi itu tidak menjadi persoalan lagi ketika yang mengatakan hal ini adalah Tuhan yang penuh kasih dan kemurahan, yang siap merengkuhkan tanganNya untuk menolong dan menopang saya ketika saya pun hanya mempunyai senoktah iman untuk mempercayaiNya.

Kepercayaan itu membangkitkan kekuatan, tetapi juga kerendahan hati yang sejati. Di dalam jiwa yang rendah hati, kenyaman dan ketenangan yang sempurna bersemayam, dan kekuatan untuk menghadapi persoalan kehidupan menemukan gairahnya. Kekuatan itu melahirkan kelemahlembutan, dan kelemahlembutan itu mengatasi segala rintangan.

Kawan, saya menyadari bahwa jiwa saya seharusnya selalu merindu Tuhan. Merindu Tuhan merupakan sebuah energi yang tiada habisnya yang senantiasa memotivasi perjalan seorang musafir. Bukankah kerinduan itu membuat jiwa kita bergetar-getar menanti-nantikan saatnya penemuhan itu tiba, menjadi bunga-bunga yang berseri di taman sari hati, membuat wajah dan hidup kita merona menantikannya.

Adalah merupakan sebuah anugrah yang menguatkan jikalau ada kawan seiring yang selalu bersama berbagi dalam perjalanan ini, namun tidak selamanya hal itu terjadi, Kawan. Ada kalanya kita membutuhkan kesendirian untuk akhirnya bisa memahami dengan sempurna ketenangan, kecukupan dan kenyamanan yang sejati. Bukankah jikalau Dia beserta kita, itu cukup bagi kita?

Kawan, selamat melanjutkan perjalanan. Doa syukur dan harapan pada Tuhan aku naikkan supaya perjalanan kita semua sampai dengan sempurna.

Salam Taklim,

Kang Samad

15.18 | 0 komentar | Read More

Banyak Kisah TKI yg Sukses,Apakah Anda Juga Ingin Seperti Mereka

Kisah TKI Yang Sukses..!

Akhirnya dan akhirnya…..!! moratorium tentang pengiriman tki ke saudi akan berlaku juga mulai 1 agustus 2011!!

Ya mungkin ini yg terbaik bagi para tkw itu..tak ada yg salah sih..memang itulah jalan yg paling bijak untuk saat ini,sambil membenahi dan negoisasi dengan pemerintah arab saudi..!

Perlu pembaca ketahui..mungkin banyak pembaca yg belum paham,bahwa pengirman tkw ke saudi arabia adalah gratis alias free..untuk tahun-tahun terakhir ini..jadi tidak benar jika tkw itu harus menjual sawah dan harta benda lainnya untuk bisa bekerja di saudi arabia,malah sebagian dapat uang saku sampai ratusan ribu,sebelum berangkat ke saudi arabia..ya maksudnya sih buat keluarga yg ditinggalkan..!dan juga tidak ada potongan gaji sama sekali seperti yg berlaku jika tkw itu berangkat ke asia pacific ,singapore,taiwan dan hongkong yg biasanya kena potong gaji sampai 7bulan,ya makhlum saja memang kerja jadi tkw di saudi adalah pilihan terakhir karena memang UU perburuhan untuk pekerja informal macam pembantu belum di sahkan..!makanya untuk menarik hal itu..biaya adalah free dapat ticket pesawat PP..gaji minimal tahun pertama adalah 800sr /@1sr=2200-2300 rupiah..!

Mengapa saya menulis hal ini..saya mewakili kaum marginal yg hidup didesa-desa..saya tahu persis betapa beratnya hidup didesa..cari uang 10ribu saja susahnya setengah mampus..!!jadi tak heran pilihan bekerja sebagai tkw ke saudi adalah jalan pintas yg dilakukan oleh kaum migran yg pendidikkan sd saja tidak tamat ini..!mahu dagang tidak punya modal,mau bertani tahu sendirilah nasib buruh tani..tak ada cerita sukses dari kaum buruh tani dari jaman dulu hingga jaman sekarang!!sementara yg dagang di pasar-pasar saja untungnya juga tidak seberapa,apalagi yang modalnya pas-pasan alias dagangan hanya digelar di emperan pasar,kadang dagang makanan..atau buah2an hanya muter saja modalnya habis buat transpot dan dari pada nganggur..ini pengalaman sodara saya yg jualan buah-buahan di pasar kampung saya/purwokerto..!

Sementara kebutuhan hidup tidak seimbang dengan pendapatan bulanan..!!ini adalah problem klasik buat daerah yg jauh dari kawasan industri macam p.jawa bagian selatan..kawasan ini paling banyak menjadi buruh migran,baik itu kawasan jabar,jateng dan jatim bagian selatan kawasan ini..tidak tergarap dengan baik..hanya derah tertentu saja..yg ada kawasan industrinya..itu saja industri berat/minyak macam di cilacap yg tidak menyerap tenaga kerja kaum buruh ini..!

Kembali ke tema..!

Kisah para TKI/TKW yg sukses(sukses disini)bukan kelasnya konglomerat/pengusa ya..!!sukses disini adalah mereka berasal dari kaum papa atau urban yang berubah menjadi mempunyai rumah permanent dan punya usaha..! setelah bekerja keras menjadi tki di saudi arabia beberapa diantaranya adalah:

1.Maman dan Istri dari majalengka

Maman ini tetangga saya di jeddah sini..!!Dia dapat visa sopir tapi malah bekerja di hotel atau penginapan..didepan tempat kerja saya..hotel kelas melati kalo di indonesia!!

Maman berasal dari majalengka-jabar.istrinya sudah berangkat duluan sebagai tkw selama tiga tahun,ditambah dengan kedatangan suaminya yg menyusul atas inisiatif istrinya maka dikasih visa sopir..jadi sekarang sudah 5tahun kerja,selama kerja di saudi istrinya dan pasangan ini sudah mampu membangun rumah permanen dan juga membeli sawah beberapa ratus meter.serta membeli angkot..makhlum suami istri jadi cepat banget kumpul duitnya..!!selama bekerja disaudi..anaknya di asuh oleh ibu dari istri maman ini..!dan sekarang pasangan suami-istri ini sudah pulang kamnpung serta tidak kembali lagi ke saudi arabia..dengan alasan sudah cukup..sudah punya modal jadi antar jemput pedagang sayur di pasar majalengka..!sementara istrinya sekarang hanya mengasuh anak saja dirumah ya itung-itung istirahat..menggemukan badan setelah 5tahun bekerja keras sebagai prt di saudi arabia..!!tapi setidaknya sekarang mereka boleh tersenyum pasangan ini karena sudah punya rumah permanent dan juga mobil buat antar jemput serta sawah buat tanam padi buat makan..!padahal niat mereka hendak balik kerja lagi disaudi..cuma gara-gara dibohongi tidak satu bos(istri di abha,suami di jeddah),maka mereka tidak memperpanjang lagi..paling-paling ketemu jika istrinya dibawa ke jeddah,karena majikannya masih satu keluarga kakak- adik…selamat untuk pasangan ini..!

2.Khori dan istri dari madura.

Nah pasangan ini lain lagi kisahnya..mereka datang via umroh,setelah umroh mereka lepas dan kabur ke rumah sodaranya dijeddah yg memang sudah di rencanakan..dari madura..!pertama-pertama mereka kesulitan cari kerja terutama suaminya karena dia kurang pandai sebagai sopir,maka kerja dijeddah paling hanya direstoran atau menjaga rumah orang arab..!sementara istrinya sebagai prt langsung tancap gas..karena permintaan prt di jeddah sangat tinggi,maka dalam hitungan hari istrinya ini sudah dapat kerja dengan gaji minimal 1200sr/bulan,lama-lama setelah tahu bahasa..istrinya ini..punya inisiatif tersendiri,yaitu kerja part time diberbagai rumah orang arab..caranya adalah hari ini kerja dirumah si A,besok si B dan seterusnya..pokoknya dihitung dalam seminggu mungkin 3kali datang dengan maksimal kerja 4-5jam/hari pada masing-masing rumah..!!dari satu keluarga tergantung nego ada yg kasih 600sr-700sr/bulan,karena dia kerja di lima keluarga maka satu bulan dapat uang lebih dari 3000sr lebih..ini sudah biasa buat tkw kaburan…kerja harian namanya..!dan bisa pulang kerumah sewa-an..tiap hari!begitupun suaminya..bisa dapat 1000sr/bulan dari kerja direstoran,total pasangan ini dapat uang 4000sr/bulan..!pernah saya tanya sama suaminya ini..mengapa sampai ke saudi arabia..alasannya klasik banget anaknya sudah besar sedang kuliah di akademi perawat dimadura..!!makanya karena biayanya sangat besar ,mereka terpaksa lewat jalur umroh,dulu kerja dagang ikan di madura atau jadi nelayan..tapi tidak cukup untuk biaya anak gadisnya yg kuliah di akademi perawat..!tapi sayang suaminya sekarang sudah ke tangkap polisi dan di deportasi ke indonesia ,sementara istrinya masih aman kerja dijeddah,banyak sodaranya yg kerja dijeddah..!

3.Saedudin dan istri dari purwokerto

Nah yang ini masih satu kampung dengan saya..!saedudin ini sudah tki bangkotan kali sudah lama banget ada kali 10tahun kerja di saudi arabia,malah istrinya sudah kembali duluan,tempo hari saat saya cuti..masya allah..sudah mampu bangun rumah mewah dua malah,satu yg ditempati dan satunya lagi dikosongkan serta punya pekarangan yg ada kolam ikannya..!mobil pic up kecil juga sudah punya buat antar jemput barang,sementara sekarang usaha kelontong dan play station untuk anak-anak dikampungnya..!selama kerja di saudi gajinya sudah sampai 1800sr/belum lagi kadang dapat obyekan cuci mobil orang saudi yg ngontrok dirumah majikannya jadi sebulan nih orang dapat 2500sr/tapi sayang karena kemaruk duit dia ketangkap saat mau menyebrangkan tkw ke mekkah yg mau kerja di mekkah..(perlu diketahui orang jeddah atau luar mekah yg mau masuk ke mekkah harus kena chek point)dan dia kena banned tidak boleh masuk saudi selama 5tahun,karena membawa wanita yg bukan muhrimnya,padahal dia niatnya ngobyek/mengantarkan saja..menyebrangkan wanita ini dari jeddah ke mekah yg mau kerja dimekkah..!tapi sudah cukup kaya jadi dia tidak begitu menyesal..walau tetap niatnya ingin kembali lagi ke saudi arabia,tapi sayang sudah kena banned selama 5tahun..!jadi susah jika mau ke saudi lagi..!harus sabar..!

4.Mas sahid dan istri dari sumbawa!

Nah nih orang lain lagi..kisahnya..!!sudah sopir dan suami istri sampai lebih 10 tahun juga..gaji sih tidak besar,hanya mentok dikisaran 1400sr,baik istri or suami..tapi karena sudah sampai begitu lama..wajarlah sudah punya rumah sendiri dan mobil angkot di sumbawa..anak-anaknya juga sudah besar-besar sudah SMA..!!yg lucu istrinya mengizinkan suaminya poligami/kawin lagi..!!sudah dicoba poligami sama orang cirebon gak taunya malah cerai..untung saja istrinya masih setia dan malah mentertawakanya!!emang enek punya istri dua..?satu aje gak habis pakai istri dua..belagu banget nih mas sahid..!!hehehe..sunattulah katanya..terus kata istri sih..takut gak masuk surga kalo gak ngijinin suaminya kawin lagi..istri yg soleha..suami yg ndablek..ya gimana gak ndablek..istri sudah membantu jadi tklw bareng satu majikan,selama bertahun-tahun malah minta izin kawin lagi..untungnya kok ya di izinkan..!hehehe..tapi istrinya pinter bikin nasi uduk..sedap oie..saya pernah dikasih..dulu dah lama..!!sekarang katanya mau cuti 6 bulan dan mau berusaha bisnis diindo,jika jalan ,maka..gak balik lagi ke saudi arabia,jika gagal maka kembali lagi..!

Makanya jangan memandang tki/w itu rendah..apalagi dianggap memalukan bangsa..buat saya tkw/i tidak memalukan bangsa,yg memalukan bangsa itu koruptor,dan KKN,politikus yg cuma obral janji,serta mafia peradilan yg menjadikan indonesia dipandang sebagai negara tidak benar dan investor lari semua ..!ya itu tadi karena birokrasi yg berbelit,serta jaminan keamanan yg tidak pasti..!

Kedepan sih saya harap dibangun semacam rumah singgah/agency buat memantau nasib tki/w di saudi..jadi prinsipnya..tkw itu bukan milik majikan orang saudi tapi bekerja,jadi perlu diawasi..!dan tidak boleh diperlakukan semena-mena..!jika ada laporan dari tkw bahwa dia tidak dapat hak nya seperti gaji tidak dibayar,tidak dikasih makan,atau malah terancam jiwanya karena mau diperkosa dll.maka rumah singgah/agency ini bisa mengambil tindakan dengan menarik tkw tersebut..!ini yg perlu dibahas dengan pemerintah saudi arabia..kalo bisa buka perwakilan/rumah singgah/agencyini di 13 propinsi di saudi arabia,negara arabia itu luas dan peluang kerja sangat besar untuk sektor sopir dan tkw…hanya saja perlindungannya yg tidak maksimal..!sektor lainnya juga banyak,cuma orang indonesia gagal bersaing dengan warga philipin dan india.

Andai saja Indonesia mampu menyediakan lapangan kerja sudah pasti tak ada yg mau jadi tki..!!tentu saja seimbang antara pendapatan dan pengeluaran..disini saudi contohnya..walau tki digaji segitu,tapi mereka dapat jatah makan untuk tkw..jadi bisa utuh..!!sementara harga-harga makanan juga terjangkau..!!

Ok ya sekian dulu..kisah ini kisah nyata dan semoga bermanfaat..!!

Salam TKI from Jeddah..!

#pic from google#

15.10 | 0 komentar | Read More

Potret Kehidupan Dari Orang-Orang Pinggiran

Ini adalah catatan lama, namun tetap aktual jika mengingat berbagai berita yang mengekpos gaya hidup para petinggi negara yang jauh dari sikap sederhana. Di balik bintang gemerlap potret kalangan atas, nun jauh di sana, berjuta rakyat bergelimang dengan lumpur kemiskinan. Ki Nener adalah kisah yang kembali muncul, saat saya memandang realitas sekarang ini.

Program TV Orang Pinggiran dan Andai Aku Menjadi, seringkali menjadi tontonan keluarga selepas magrib. Potret hidup orang-orang susah kami anggap dapat membentuk kami dan terutama anak-anak menjadi orang yang senantiasa bersyukur dan berbelas kasih pada yang kurang beruntung.

Terutama karena akhir-akhir ini, Dik Rani Putri kedua kami seringkali melakukan aksi ngambek dan rewel ketika meminta-minta sesuatu yang kami tidak penuhi. Ada saja yang dimintanya sepanjang hari. Berbagai jenis camilan atau makanan yang dilihat di iklan Tv atau seperti yang dimiliki temannya.Atau yang mencengangkan, dia pernah pengen rumah mewah seperti yang ditayangkan di program Griya Unik, harganya barangkali diatas 3 M. Weleh…weleh..Please deh…

Bahkan pernah suatu saat ketika kami berbelanja di toko dia minta di belikan sesuatu, dan karena tidak kami belikan (bukan karena nggak ada uang, tetapi lebih sebagai upaya mendidik dia cermat menggunakan uang) dik rani nangis sampai ndlosor ndlosor, berguling-guling di lantai depan toko.

“Biarin aja Yah, “ bisikku pada suami. Karena kalau tidak dia bakalan mengulang perilaku seperti itu, sebagai senjata untuk memaksa kami memberikan apa saja yang dia mau.Kami cuekin dia (karena di beri pengertian baik-baik udah nggak mempan), kami terus berjalan ke arah parkir motor. Akhirnya dia yang nyerah, sambil tetap nangis sesengukan (maafkan Bunda nak, Bunda hanya ingin mendidikmu menjadi manusia yang baik)

Saya dan suami tumbuh di keluarga sederhana. Ayah saya hanya pegawai negeri (golongan IIIb ketika meninggalnya), suami saya malah ayahnya hanya PNS golongan II dengan 6 anak.Kami tidak pernah menyesali itu. Justru kami bangga pada para orangtua kami.Karena orangtua kami justru telah memberikan warisan yang sangat berharga. Kecintaan pada ilmu, kebersahajaan, harga diri, kejujuran, kerja keras dll.

Saya tidak benci atau dendam pada seorang kawan kecil saya yang dulu pernah mengolok-olok ” Rumah Kamu kok kaya kandang kebo seh”. Saya juga tidak menyesal karena Bapak tak mampu membiayai kursus bahasa inggris yang sangat saya inginkan waktu itu. Suami saya juga tidak pernah marah karena harus membantu ibunya berjualan gorengan waktu kecil.

Pengalaman masa kecil yang sangat bersahaja (atau kalau tidak, boleh juga disebut sengsara ha…ha.. :) membuat saya dan suami tak ingin anak-anak kami tumbuh jadi anak manja dan sombong. Kami ingin kenalkan kerasnya hidup pada mereka. sambil tentunya juga kami limpahi mereka dengan kebahagiaan-kebahagiaan yang bersahaja. Tak perlu kemewahan. Simpel tetapi berarti.

Begitulah, sambil menonton potret kehidupan orang susah seringkali setiap petang. Dipeluklah dik rani oleh ayahnya. Sembari menambahkan penjelasan : ” Lihat tuh dik, rumahnya hanya dari gedhek, makannya hanya sama sambal atau garam. Tapi ibu itu bersyukur dik”. ” Lihat, dia rajin sholat dan berdoa. “ ” Dik, kasian banget bapak itu sampai sesak napasnya karena kerjanya berat banget”. ” duh kasian ya, sudah sakit nggak punya uang buat ke dokter”….

Di saat-saat seperti itulah, tak bisa tidak aku selalu mengingat satu potret keluarga miskin. Orang menyebutnya Ke Nener (Ki Nener) karena pekerjaannya mencari nener (anak ikan). Mereka sekeluarga : Ki nener yang sudah setengah baya, istrinya yang terlihat masih muda, dan anak semata wayang mereka berumur 1 -2 tahun, tinggal di gubuk reyot menempel di belakang pagar rumahku. Numpang di pekarangan salah satu tetangga.Di kebun bambu.

Pagi buta Ia telah berangkat ke pantai, mencari nener. terkadang istrinyapun ikut membantu, dan mungkin karena beratnya beban pekerjaan, si anak batita mereka tinggal sendiri di rumah.Menjelang tengah hari, tak jarang si bocah malang tersebut menangis meraung-raung. entah karena lapar atau karena mencari ibunya. Saat itu biasanya ibuku akan menugaskanku mengantar sepiring nasi untuk si bocah. Dan setelah itu si bocah berhenti menangis.

Selepas maghrib, saat penat di tubuh mereka menggunung. Sekeluarga yang bersahaja itu selalu terlihat bertilawah bersama. Membaca ayat-ayat Allah di keremangan malam yang hanya berterang lampu teplok di teras rumah mereka.Subhanallah Di manapun sekarang mereka…. Semoga Allah memberikan keselamatan, rizqi dan kebahagiaan untuk mereka. Amiin…

LIhat : Catatan Widyanti

15.09 | 0 komentar | Read More

Hanya Sepenggal Kisah,Namun Mempunyai Banyak Penggalan Kebahagiaan

13025765561877881349

Pak Wandi dan isterinya (Dokumen pribadi)

Menjadi tukang becak bukan berarti miskin dan tidak punya apa-apa. Bisa jadi mereka punya kebun garapan yang luas di kampungnya dan punya anak-anak yang sukses. Ini yang terjadi pada Pak Wandi, seorang tukang becak asal Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul.

Ini sebenarnya kisah lama sewaktu saya sedang survey umbi-umbian bulan November 2008 di daerah DI Yogyakarta. Saya ceritakan seingatnya karena kejadiannya sudah lama juga. Saya dan seorang teman menginap di Hotel Trim 2, di ujung Jl. Pasar Kembang dekat Malioboro, di seberang Stasiun Tugu. Kalau orang Yogya pasti tahu tempatnya. Atau jangan-jangan malah pernah ketemu juga dengan Pak Wandi.

Perkenalan kami dengan Pak Wandi dimulai di sini. Beliau setiap hari selalu mangkal di depan Hotel Trim 2. Pagi hari itu kami pergi mencari makan sambil menumpang becaknya. Temanku juga ingin mengunjungi saudaranya di dekat Malioboro. Pak Wandi orangnya banyak cerita jadi selama mengayuh becaknya dia selalu bertanya dan mengajak kami ngobrol. Kebetulan temanku juga orang Yogya dan senang ngobrol juga, jadi nyambung deh. Maka terjadilah obrolan yang seru selama perjalanan di becak

Karena waktu itu kami sedang berburu umbi-umbian dan tepungnya, kami sekalian menanyakan infonya pada Pak Wandi, apakah beliau tahu tempatnya jenis umbi-umbian yang sedang kami cari seperti garut, ganyong, uwie, gadung, suweg, gembili dan semacamnya. Beliau menjawab kalau tanaman seperti itu banyak sekali di kampungnya (daerah Wonosari), bahkan dijadikan makanan sehari-hari. Pak Wandi juga bilang kalau di Pasar Beringhardjo juga banyak dijual umbi-umbi semacam itu.

Akhirnya kami sepakat untuk menjadikan Pak Wandi sebagai penunjuk jalan/guide untuk mengantar berburu umbi-umbian di daerah Wonosari. Dan ternyata beliau setuju saja. Keesokan harinya, kami berempat bersama sopir meluncur ke sana.

Selama perjalanan, kami selalu berbincang-bincang. Beliau bertanya buat apa sih nyari umbi-umbian. Kami menjawab kalau ini untuk penelitian mengenai keanekaragaman pangan.
“Wah enak ya jalan-jalan terus” celetuknya
“Ya, saya sering sekali pergi-pergi dalam rangka tugas” kata temanku
“Emang ibu sudah kemana aja?” tanya Pak Wandi pada temanku
“Wah saya sudah pernah tugas hampir ke seluruh Indonesia” jawab temanku
“Wah ibu hebat ya, orang sekolahan sih. Kalau saya dulu pernah tinggal di Sumatera, tapi jadi kuli. Soalnya saya bukan orang sekolahan, tapi anak saya sekolahin semua” jawab Pak Wandi dengan bahasa Jawa yang medhok.
“Lho memang Pak Wandi anaknya berapa?” tanyaku penasaran

Pak Wandi mulai bercerita, tapi saya tidak terlalu ingat detilnya, maklum sudah dua tahunan yang lalu. Kalau gak salah beliau punya 3 orang anak. Anak laki-laki pertama, lulusan teknik perminyakan UGM, saya lupa S1 atau S2 gitu. Kerjanya di Balongan Indramayu (kalau gak salah). Rupanya sewaktu kerja di sana, ia ditaksir putri bosnya di kantor yang orang Banjarmasin, akhirnya mereka menikah dan sekarang sudah punya anak. Anak yang lain ada yang kuliah di Universitas Negeri Yogya (UNY) dan ada yang sarjana juga (lupa nama universitasnya) tapi malah buka usaha rumah makan. Yang jelas gak ada yang jadi tukang becak kayak Pak Wandi hehehe. Gak nyangka euy sekolahnya sampai kuliahan semua.

Tak terasa kami sudah memasuki Kabupaten Gunung Kidul, ternyata Yogya-Gunung Kidul jauh juga ya, sepertinya perjalanan yang ditempuh selama 2 jam. Gak kebayang Pak Wandi menempuh perjalanan Yogya-Wonosari sejauh itu, tapi beliau bilang terkadang pulang ke rumah hanya sebulan atau dua minggu sekali. Saya bertanya “emangnya gak kangen sama istri?”. Beliau malah mejawab “kalau sering ketemu malah bosan nanti”. Saya hanya tertawa saja mendengarnya.

Tapi jalanan ke sana sudah mulus dan tidak macet. Waktu itu musim penghujan jadi, daerah sana terlihat hijau dan subur. Kami akhirnya memasuki desa tempat tinggal Pak Wandi di daerah Wonosari. Sebelum sampai di rumahnya kami ketemu pamannya yang sudah tua renta. Rumahnya juga biasa banget. Tapi katanya sebentar lagi mau naik haji, karena pohon jatinya sudah laku terjual. Di sana memang kulihat banyak pohon jati. Kata Pak Wandi, satu pohon yang sudah berumur sekitar 20 tahun bisa laku sampai 15 juta. Wah bisa kaya tuh dengan pohon jati.

1302564483282332352

Pohon jati dan kebun jagung di desanya Pak Wandi (Dokumen pribadi)

13025650151724257946

Pemandangan di depan rumah Pak Wandi (Dokumen pribadi)

Sesampainya di rumah Pak Wandi, kami disambut oleh istri beliau. Pak Wandi langsung mengambil cangkul dan mulai mengambilkan umbi-umbian yang kami cari. Lahan di sana memang luas-luas. Pantas kalau Pak Wandi bilang, “kalau di desa orang miskin tapi masih punya lahan dan rumah, coba di kota kayak Jakarta cuma punya petak 2 x 1 meter. Bahkan ada yang tinggalnya di kolong jembatan. Tapi heran koq orang masih seneng tinggal di kota sih”. Aku hanya menjawab “biasalah pak ngejar gengsinya aja, fatamorgana kehidupan hehehe”.

1302564884863289691

Rumah Pak Wandi (Dokumen pribadi)

13025655221373354525

Pak Wandi sedang membantu menggali uwi (Dokumen pribadi)

Rumah Pak Wandi luas juga, meskipun sederhana dan gak pakai lantai keramik. Di sampingnya ada kandang kambing kecil. Rupanya beliau senang memelihara ternak juga. Di sana kami disuguhi macam-macam makanan khas desa alias rebus-rebusan seperti jagung dan pisang rebus, ada juga peyek buatan istrinya dan buah mangga hasil panen sendiri. Di sana tempatnya enak, tenang karena jauh dari keramaian kota.

1302564665102346311

Kandang kambing di samping rumah Pak Wandi (Dokumen pribadi)

Ya lumayan banyak umbi-umbian yang kami dapat di rumah Pak Wandi. Setelah membereskan dan memotret umbi-umbian yang didapat, kami berbincang-bincang sebentar bersama Pak Wandi istrinya. Beliau cerita kalau isterinya itu dulunya lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Guru), tapi karena keburu kepincut dan menikah dengan Pak Wandi akhirnya gak jadi guru deh hehehe. Ya gak apa-apalah, paling tidak sudah jadi guru bagi anak-anak mereka sampai bisa sukses seperti sekarang.

1302565179509457861

Berfoto bersama Pak Wandi dan istrinya (Dokumen pribadi)

Kamipun tidak lupa berpotret ria bersama beliau dan istrinya. Setelah itu kami pamit, Pak Wandi masih tetap ikut bersama kami karena kami juga memintanya untuk menemani perjalanan berikutnya ke Temanggung dan Kebumen.

Sepulangnya dari sana temanku mengajak mampir ke rumah makan yang ada masakan dari belalang atau jengkerik gitu. Hiii aneh banget sih, boro-boro mau makan, ngeliatnya aja sudah geli. Kami juga sempat mampir ke Pantai Baron dan Krukup di daerah selatan Gunung Kidul.

Selama perjalanan pulang saya sempat bertanya pada Pak Wandi “Ngapain sih capek-capek jadi tukang becak, lha wong anaknya udah sukses semua. Terus rumah dan kebun juga ada, tinggal duduk santai saja di rumah, hidup tenang bersama isteri di kampung” Beliau menjawab “Saya kalau gak narik becak malah pusing dan badan pegel semua, soalnya sudah biasa, itung-itung sekalian olahraga”. Beliau mengaku waktu itu usianya sudah 62 tahun, kukira masih kurang dari 60 tahun.

Keesokan harinya kami menunggu kedatangan Pak Wandi karena akan kami ajak survey umbi di daerah Temanggung. Tetapi sudah sekian menit ditunggu koq gak datang-datang. Temannya sesama tukang becak mengabarkan kalau beliau kurang enak badan jadi gak bisa ikut untuk hari ini. Tetapi beliau menjanjikan untuk perjalanan berikutnya bisa ikut menemani. Akhirnya hari itu kami pergi sendiri tanpa Pak Wandi.

Hari berikutnya, saya dan teman survey ke daerah Kebumen dan sekitarnya, dan waktu itu Pak Wandi bisa ikut. Saya tanya kenapa kemarin koq gak ikut ke Temanggung. Dia menjawab kalau tidak terbiasa naik mobil ber-AC jadi malah masuk angin. Rupanya beliau sudah biasa pakai AC alami alias ‘Angin Cemilir’ jadi malah gak tahan dengan AC beneran hehehe.

Umbi yang kami dapat di Kebumen tidak sebanyak di Rumah Pak Wandi. Sepulangnya dari sana, kami sempat mampir ke Pasar Beringhardjo untuk mencari tepung umbi-umbian. Lumayanlah selama di Yogya dapat guide macam Pak Wandi, bahkan beliau sempat membantu kami sewaktu packing barang-barang yang kami peroleh selama di sana untuk dikirim ke Bogor. Untung ada Pak Wandi, terima kasih Pak :-)

Hanya sayangnya waktu kami akan meninggalkan Yogya, tidak sempat pamit karena beliau sedang pulang kampung karena di rumahnya ada kenduren. Waduh fotonya juga belum sempat dikasih ke Pak Wandi, padahal waktu itu dia minta untuk kenang-kenangan katanya. Beberapa waktu lalu, teman saya sempat ke Yogya lagi tapi tidak sempat memberikan fotonya karena temanku malah sakit jadi gak sempat kemana-mana.

Begitulah beberapa hari bersama Pak Wandi di Yogya. Seorang tukang becak dari Wonosari, yang tetap memilih menarik becaknya meskipun usianya sudah tua dan anaknya sukses semua serta kebunnya cukup luas. Entah sekarang ini dia masih di situ atau tidak.

Semoga bermanfaat

Bogor, 12 April 2011

Notes : Buat yang tinggal di Yogya, tolong dong diliatin apa beliau masih mangkal di depan Hotel Trim 2 atau tidak ya, kalau ada titip salam ya hehehe.

15.06 | 0 komentar | Read More

Bukan Sara & Perdebatan: Kenapa Tuhan Itu Membingungkan?

Itu setidaknya pengakuan jujur saya bila ada yang bertanya tentang Tuhan. Bagaimana tidak membingungkan? Sedang berbagai agama di dunia yang menjadi area untuk mendapat kejelasan tentang Tuhan sendiri kebingungan ketika dipertemukan untuk mendapatkan satu kata kejelasan tentang Tuhan.

Padahal hampir semua ajaran agama mempercayai, bahwa hanya ada satu Tuhan di alam semesta ini. Tapi ketika ditanya tentang Tuhan yang sebenarnya, masing-masing agama (dan kepercayaan) mengklaim dirinya yang paling benar dalam mendefinisikan Tuhan.

Tuhan sendiri seakan ‘mengadu domba’ umat manusia. Dalam agama A, Tuhan katakan (lewat kitab sucinya), bahwa penganut agama B atau C tak akan pernah suka juga dengan agamanya. Maka mereka adalah musuh yang harus diperangi, karena selain mereka yang meyakini sesuai dengan firman Tuhan adalah sesat, kafir alias ingkar.

Agama B juga mengatakan hal yang sama, hanya yang mengakui agama B yang selamat dan masuk surganya, selainnya, sesat, kafir, musuh yang harus diperangi. Demikian pula dengan ajaran agama C, D, E dan seterusnya hingga agama Z.

“Mengapa Tuhan seakan gemar mengadu domba?” Inilah pertanyaan dari orang yang melihat Tuhan dari luar lingkaran agama A sampai Z. Kenapa Tuhan tak bilang saja bahwa semua agama A sampai Z semuanya benar, sebab semua agama adalah milikNya, semua Nabi dan Rasul yang diturunkan ke bumi berasal dari-Nya juga, semua kitab suci adalah firman-Nya, hanya dituliskan dengan cara dan bahasa berbeda.

Ada yang memanggilnya Gusti, ada yang memanggilnya Tuan, My lord, Rabbi, Allah, Jesus, Pangeran, Huwa, Sang Hyang, dan masih banyak lagi panggilan lainnya. Panggilan membingungkan bagi yang belum mengerti ragam bahasa. Selain panggilan yang diyakininya, maka dianggap mereka memanggil Tuhan yang salah.

Tuhan memang membingungkan. Satu kali Dia katakan sebarkan cinta kasih sayang, di lain kali Dia perintahkan untuk gelorakan peperangan. Satu kali Dia katakan bantulah kehidupan sesama, di saat lain Dia perintahkan untuk membunuh sesama. Umat manusia kebingungan menangkap firman Tuhan yang tertulis dan terucap dalam ragam cara dan bahasa. Kenapa Tuhan tak menurunkan satu agama saja? Dan dengan satu cara dan satu bahasa saja, agar manusia tidak kebingungan mengartikan pesan-pesan dalam firman-Nya yang berbeda-beda?

Tak begitu aneh jika dari kebingungan manusia, Tuhan selalu dijadikan alasan pembenaran untuk permusuhan, perselisihan dan peperangan antar penganut agama berbeda. Lebih membingungkan lagi ketika dua orang bertemu dan saling membunuh dengan alasan yang sama, berdalil firman yang sama dari kitab yang sama dalam agama yang sama. Apakah memang Tuhan bermaksud mengadu domba? Mustahil Tuhan sebodoh itu, sebab semua juga meyakini bahwa Tuhan itu Maha Sempurna, termasuk ilmu-Nya.

Tuhan memang membingungkan. Kalau tidak membingungkan, berarti bukan Tuhan. Dengan kebingungan itulah manusia mestinya memahami, bahwa Dia tak terjangkau oleh pemahaman manusia. Dengan kebingungan itulah mestinya manusia menyadari betapa parah kelemahan dan kebodohannya.

Lalu dengan kebingungan itulah manusia mestinya menyadari bahwa ia mesti selalu meminta petunjuk-Nya, karena hanya dengan petunjuk-Nya akan berkurang kadar kebingungan manusia. Memang manusia tak akan pernah lepas dari kebingungan, karena yang bisa merdeka dari kebingungan hanyalah Tuhan semata.

Tuhan dan ketuhanan tak akan pernah bisa menyatukan seluruh umat manusia di dunia pada satu lingkaran kejelasan tanpa kebingungan. Selama manusia bicara tentang “Tuhan dan ketuhanan,” maka manusia akan selalu berada dalam kebingungan yang berujung permusuhan dan peperangan. Namun bila manusia bicara dengan “manusia dan kemanusiaan,” maka seluruh manusia baru akan lepas dari kebingungan, hidup bersama dalam perdamaian dan persaudaraan.

Humanisme universal, uomo universale, rahmat meta-karunia, nguwongke wong (memanusiakan manusia), ragam dalam satu, satu dalam ragam, bhinneka tunggal ika, tunggal ika bhinneka, manunggaling kawulo lan gusti. Yang banyak, sejatinya satu, yang satu, sejatinya banyak. Satu dan banyak hanyalah bilangan kebingungan. Lepas bilangan, maka lepaslah kebingungan.

Lalu ada vox populi, vox dei. Suara rakyat, suara Tuhan. Bonume commune, bonum publicum, agama publik, agama komunitas, agama rakyat. Komunitas, bangsa, rakyat dan Tuhan berbaur dalam satu titik lebur. Titik kebingungan manusia di dunia.

Siapa kenal diri (ego-jiwa)nya, tentu kenal Tuhannya. Siapa kenal Tuhannya, tentu kenal manusia. Siapa kenal manusia, tentu kenal dirinya. Diri, Tuhan dan manusia adalah tiga titik di satu garis lurus. Jika kita lihat diri, Tuhan menghilang. Jika kita lihat Tuhan, diri dan manusia menghilang. Jika kita lihat manusia, diri akan menghilang. Jika kita lihat diri, Tuhan dan manusia, garis akan menghilang. Jika kita lihat garis, ketiganya menghilang. Makin membingungkan?

Beruntunglah jika kita masih bingung, sebab itu artinya kita masih termasuk manusia. Tuhan, meskipun seolah berbilang banyak, namun hakikatnya hanya ada satu di dunia, Tuhan itu sendiri. Demikian pula manusia, meski seolah berbilang banyak bermilyar-milyar jiwa, namun hakikatnya hanya ada satu di dunia, spesies primata dengan rupa dan akal paling sempurna yang bernama “manusia.”

Salam…
El Jeffry

15.02 | 0 komentar | Read More

Beginilah Apa Adanya,Kehidupan Pramoedya Ananta Toer (Episode 1942-1947): Sekolah di Taman Siswa, Masuk Militer dan Dipenjara

Pada 1942, Pramoedyo (Moek) bersama adiknya Prawito (Pra) meninggalkan kampungnya Blora menuju Jakarta. Moek dan Pra tinggal di rumah pamannya Moedigdo (Om Dig) dan istrinya di daerah Gang Sawo, Kemayoran. Di rumah Om Dig, Moek dan Pra hidup pas-pasan dengan hanya makan sekali sehari, itu pun cuma bubur. Maklum, keadaan waktu itu memang sangat susah sekali. Moek juga melakukan banyak pekerjaan rumah membantu tantenya: ngepel, nyuci, nyetrika, termasuk belanja.

Dalam keadaan seperti itu, Moek tetap bersyukur karena bisa hidup, makan dan bersekolah. Oleh Om Dig, Moek dimasukkan ke sekolah Taman Siswa yang berjarak dekat dari rumah, hanya sekira 100 kilometer. Hal yang kemudian membuat Moek sangat menghormati Om Dig atas jasanya tersebut. Taman Siswa adalah sekolah yang didirikan Ki Hadjar Dewantara dan cukup besar kala itu, memiliki sekira ratusan cabang di seluruh Indonesia.

Di Taman Siswa, jiwa menulis Moek berkembang. Moek kemudian berteman dengan tiga orang yang juga penulis: AK Hadi, Asrul Sani dan Sandjaja. Keempatnya dikenal sebagai Empat Serangkai Taman Siswa yang sering ikut lomba menulis. Dalam perlombaan, AK Hadi selalu menjadi yang nomor satu, disusul Moek, Asrul Sani dan Sandjaja. Oleh teman-temannya, Pramoedyo akrab dipanggil Pram, bukan Moek.

Suatu ketika, Pram menulis surat kepada Bapaknya di Blora. Dalam surat itu, Pram menyampaikan bahwa dia sudah bersekolah setingkat SMA. Pram juga meminta uang kepada bapaknya untuk membeli sebuah buku. Namun, surat Pram ‘tak pernah dibalas oleh bapaknya; uang pun ‘tak pernah dikirimkan, padahal seminggu lalu bapaknya mengirimkan uang kepada Pra. Pram kembali sakit hati kepada bapaknya dan berjanji tidak akan lagi meminta uang kepada bapaknya. Pram lalu memutuskan untuk mencari kerja.

Sambil bersekolah, Pram akhirnya bekerja di kantor berita Domei (sekarang kantor berita Antara) sebagai juru ketik. Pram bersekolah di pagi hari dan bekerja di sore hari. Uang hasil kerja dipakai Pram membiayai sekolah Pra, sebagian dikirim ke Blora. Di tempat kerjanya, Pram banyak belajar sastra dan pers, termasuk banyak membaca buku-buku untuk menambah wawasannya. Saat libur di hari Ahad, Pram juga meluangkan waktunya membaca buku di perpustakaan Gedung Gajah.

Pada 1945, Pram membantu Om Dig mengurusi penerbitan majalah The Voice of Free Indonesia. Setelah itu, Pram diajak AK Hadi bersama puluhan pemuda bergabung dengan tentara Siliwangi (Militer) di Cikampek. Pram pun menjalani kehidupan baru di Militer. Awalnya, Pram bertugas di bagian perhubungan dimana AK Hadi sebagai Komandannya, tapi kemudian Pram pindah ke bagian perkabaran (korespondensi).

AK Hadi menceritakan kenangan di Militer saat Pram menjadi anakbuahya, “Pram pernah ngawal saya mbongkar gudang bahan makanan punya Belanda…. Pram pernah bertengkar dengan yang namanya Durahman. Entah masalah apa mereka bertengkar, saya ndak tahu. Tapi waktu itu Durahman sempat menodongkan pistolnya pada Pram. Anehnya, Pram bukan angkat tangan, malah berteriak sambil nudingkan telunjuknya pada pistol Durahman, ‘Masukkan! Masukkan!’ Katanya. Tapi Pram kemudian menjadi koresponden militer. Jadi kami berpisah.”

Saat menjadi koresponden Militer, Pram belajar banyak perihal ilmu pengarsipan dan pers karena tugasnya memang mendokumentasikan kejadian lalu memberitakannya kepada beberapa media, di antaranya koran Merdeka milik BM Diah, majalah Pantja Raja, majalah Siasat dan lainnya. Selain itu, Pram juga banyak mengunjungi daerah-daerah seperti Kranji, Bekasi, Cibubur dan salah satunya Purwokerto tempat dimana dia bertemu dengan istri pertamanya. Setiap hari, dia menuliskan pengalamannya di beberapa daerah itu, muncullah artikel Pram berjudul Kemana, Tanpa Kemudian, Sepuluh Kepala Nica dan lainnya yang juga dimuat di media.

Dua tahun di Militer, Pram mengundurkan diri pada 1947. Pram kecewa melihat praktik korupsi yang terjadi di tubuh Militer. Menurut Pram, praktik tersebut tidak ada bedanya dengan kekejian penjajah. “Kalau menghadapi musuh mereka lari. Tapi kalau menghadapi bangsa sendiri, kejamnya bukan main,” ujar Pram. Pram keluar dari Militer dengan keputusan resmi, ada suratnya. Di surat itu tertulis bahwa Pram berhak atas gaji selama enam bulan dan biaya pulang ke tempat tujuan asal. Tapi setelah dua bulan menunggu, Pram tidak memperoleh hak-haknya. Pram pun pulang ke Jakarta dengan menumpang gratis kereta api.

Di Jakarta, Pram bekerja di majalah The Voice of Free Indonesia yang didirikannya bersama Om Dig. Pram juga menerbitkan novel pertamanya hasil pengalamannya di Militer: Kranji Bekasi Jatuh. Atas tulisan-tulisannya, Pram menjadi buronan penjajah. Puncaknya, ketika markas The Voice of Free Indonesia di Kemayoran dikepung tentara penjajah (Inggris dan belanda). Pram akhirnya ditangkap dan ditahan di Penjara Bukitduri, Jatinegara. Naskah asli beberapa tulisannya dirampas dan hilang entah di mana.

Referensi: Pramoedya Ananta Toer dari Dekat Sekali, oleh Koesalah Soebagyo Toer; Mengenang Hidup Orang Lain: Sejumlah Obituari, oleh Ajip Rosidi.

14.53 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...