ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Sufi Wanita:Begitu taatnya kepada Allah, akhirnya Tuhfah dianggap gila oleh majikannya

Written By Situs Baginda Ery (New) on Senin, 23 Juli 2012 | 10.19

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2pa6p07Y7qcuqVGCHHopoRpJkQjmkvzXK3YUmr4efliT97ygI2tVCUOYKtw4LcFLbUqwa_JROEWbmVV_66cF5UPUg3fQ5IKx_pbrH_WCsS2pATLQgCVUQg_HtmC36sgpNWG0Q8NOoZQ/s1600/bidadari.jpgBegitu taatnya kepada Allah, akhirnya Tuhfah dianggap gila oleh majikannya. Sehingga, ia dimasukkan di RS jiwa. Tiba-tiba seorang sufi ingin menebusnya, tapi majikan Tuhfah yang semula menjual harga tinggi, akhirnya malah tidak menjual. Bahkan, mereka akhirnya menjalankan ibadah haji bersama-sama sampai meninggal dunia.

Budak Yang Sufi
SUFI wanita, Tuhfah, hidup sezaman dengan sufi Sari al-Saqati (sekitar tahun 250 H/853 M). Tuhfah seorang budak yang tidak mengenal tidur maupun makan, sepanjang hari menangis serta merintih dalam mengabdi kepada Allah. Akhirnya ketika keadaan sudah demikian gawat untuk ditangani keluarga majikannya. Mereka pun mengirim ke rumah sakit jiwa.

Sufi yang banyak bercerita tentang Tuhfah adalah Sari al-Saqati. Menurut al-Saqati, dia pergi ke rumah sakit karena kesumpekan hati nya. Di suatu kamar, ia mendapati seorang gadis hanya saja kedua kakinya dirantai Air matanya berlinangaan sepanjang hari ia selalu melantunkan syair.

Ketika ingin tahu identitas gadis itu, seorang perawat mengatakan ia seorang budak yang gila dan bernama Tuhfah. la dikirim oleh seseorang yang rupanya majikannya. Ketika perawat itu menerangkan kepada al-Saqati perihal dirinya. la pun berlinang matanya.

Tuhfah berkata, “Tangisanmu ini, lahir dari pengetahuanrnu tentang sifat-sifat Allah. Bagaimana jadinya jika engkau benar-benar mengenal-Nya sebagaimana dibutuhkan oleh makrifat hakiki?” Setelah berkata begitu Tuhfah pingsan satu jam. Sesudah itu ia bersyair kembali.

Saqati menganggap, Tuhfah sebagai saudara. Ketika Saqati bertanya siapa yang memenjarakan (maksudnya mengirim) ke rumah sakit ini?” Orang-orang yang iri dan dengki,” jawabnya. Mendengar jawaban itu, Saqati menganjurkan kepada petugas rumah sakit itu agar Tuhfah dilepas saja dan membiarkan ia pergi ke mana saja. Melihat gelagat itu Tuhfah bereaksi.

SAQATI BERDOA
Mendadak seseorang muncul di rumah sakit. Menurut seorang perawat, dia adalah majikan Tuhfah. Siapa yang memberi tahu, kalau budaknya yang gila itu sudah bersama al-Saqati, seorang syaikh. la sangat gembira dan mengatakan barangkali Sufi yang datang itu bisa menyembuhkan budaknya. la mengaku bahwa dirinya yang mengirim ke rurnah sakit. Seluruh hartanya sudah ludes untuk membiayai pengobatannya. Katanya budak itu dibeli dengan harga 20.000 dirham.

Saqati tertarik rnembeli karena ketrampilannya sebagai penyanyi, sementara alat musik yang sering ia pakai adalah harpa. la seorang sufi wanita yang begitu kuat cintanya kepada Allah.

Mendengar kisah itu Saqati kemudian dengan berani menawar berapa saja uang yang diminta jika sang majikan menjualnya. Sang majikan menukas, “Wahai Saqati, engkau benar seorang sufi, tetapi engkau sangat fakir, tidak bakalan bisa menebus harga Tuhfah,” tukasnya.

Benar apa yang dikatakan majikan Tuhfah. Kala menawar, Saqati tak memiliki uang sedirham pun. Saqati pulang dengan hati menangis. Tekadnya untuk membeli Tuhfah begitu besar dan menggebu-gebu, namun apa dikata, uang pun ia tak mengantungi. Kemudian ia berdoa, “Ya Allah, Engkau mengetahui keadaan lahiriah dan batiniahku. Hanya dalam rahmat dan anugerah-Mu aku percayakan diriku. Janganlah Engkau hinakan diriku kini!”

Selesai berdoa tiba-tiba pintu diketuk orang. Saqati pun membuka pintu. Didapati seseorang yang mengaku bernama Ahmad Musni dengan membawa empat orang budak yang memanggul pundi-pundi. Musni mendengar suara gaib, agar ia membawa lima pundi-pundi ke rumah Sari Al Saqati, supaya sufi fakir itu memperoleh kebahagiaan untuk membeli Tuhfah. Itulah salah satu karomah yang dimiliki al-Saqati.

HAJI BERSAMA
Mendengar cerita Musni itu, Saqati langsung sujud sukur, dilanjutkan dengan salat malam, dan bangun sampai pagi. Ketika matahari sepenggalah, Saqati mengajak Musni ke rumah sakit. Majikan Tuhfah yang mengejeknya itu sudah
berada di rumah sakit lebih dahulu. Ketika hendak dibayar berapa saja harga yang diminta, majikan itu malah mengelak, “Tidak Tuan, sekiranya Anda memberiku seluruh dunia ini untuk mernbelinya, aku tidak mau menerimanya. Aku telah membebaskan Tuhfah. la henar-benar bebas untuk mengikuti kehendak Allah,” tuturnya.

Mendengar kata-kata majikan itu, Ahmad Musni yang memberi Saqati lima pundi-pundi ikut menangis. Musni menangis karena terharu kepada majikan itu yang sudah meninggalkan duniawi, melepaskan hartanya seperti dirinya juga.” Betapa agung berkah yang diberikan Tuhfah, kepada kita bertiga ini” ujar Musni sambil menatap Sari Al Saqati dan majikan Tuhfah.

Ketiga orang itu pun kini berperilaku seperti sufi. Ketiganya pergi haji ke Makkah Dalam perjalanan Baghdad-Makkah Musni meninggal dunia Ketika sampai di Baitullah dan keduanya thawaf, Ketika saqati memberi tahu, bahwa Musni sudah meninggal Tuhfah berkomentar, “Di surga ia akan menjadi tetanggaku, Belum ada seorang pun yang melihat nikmat yang diberikan kepadanya”.

Ketika Saqati memberi tahu bahwa majikannya juga melaksanakan haji bersamanya, Tuhfah hanya berdoa sebentar, sesudah itu ia roboh di samping Kakbah. Ketika majikannya datang dan melihat Tuhfah sudah tak bernyawa, ia sangat sedih dan roboh di sampingnya. Saqati kemudian memandikan, mengkafani, menyalati dan menguburkan Tuhfah dan majikannya. Saqati selesai berhaji pulang sendirian ke Irak.

Syair-Syair Mahabbah Tuhfah kepada Allah

Aku bahagia berada dalam jubah Kesatuan

yang Engkau kenakan pada diriku

Engkaulah Tuhanku, dan Tuhan dalam kebenaran, seluruhnya

Hasrat-hasrat sekilas mengepung qalbuku

Namun, setiap dorongan berhimpun dalam diri-Mu

bersama-sama, saat kutatap diri-Mu

Segenap tenggorokan tercekik kehausan pun

terpuaskan air minuman

Tapi, apa yang terjadi atas orang orang yang kehausan oleh air?

Qalbuku pun merenungkan dan merasa sedih atas segenap dosa dan kesalahan di masa lalu

Sementara jiwa yang terikat raga ini pun menanggung derita kepedihan

Jiwa dan pikiranku pun kenyang dengan kerinduan

Ragaku pun sepenuhnya bergelora dan membara

Sementara dalam relung qalbuku, cinta-Mu pun tertutup rapat-rapat

Betapa sering aku kembali menghadap kepada-Mu

seraya memohon ampunan-Mu

Wahai junjunganku, wahai Tuhanku,

Engkau tahu apa yang ada dalam diriku

Kepada orang banyak telah kuserahkan dunia dan agamanya

Dan aku sibuk terus menerus mengingat-Mu

Engkau, yang merupakan agama dan duniaku

Sesudah mencari-Mu dengan kecemburuan liar seperti ini,

kini akyu dibenci dan didengki

Karena Engkau adalah Tuhanku

kini akulah kekasih di atas segalanya

Ada lagi syair Tuhfah ra. lainnya

Qalbuku, yang mabuk oleh anggur lembut kasih sayang dan cinta,

kembali merindukan kekasihnya

Wahai, menangislah! Bebaslah dalam menangis di Hari Pengasingan

Air mata berlimpah yang jatuh berderai sesungguhnya baik semata

Betapa banyak mata yang dibuat Allah menangis ketakutan dan merasa risau kepada-Nya

kemudian merasa lega dan tentram

Sang budak yang tak sengaja berbuat dosa tapi menangis penuh penyesalan tetaplah seorang budak

Sekalipun ia kebingungan dan begitu ketakutan

Dalam qalbunya lampu terang pun bersinar cemerlang.

Pustaka :

1. Nurani 199, 6 – 12 Oktober 2004

2. Javad Nurbakh, Wanita-wanita Sufi, Penerbit Mizan, Bandung, 1983.

3. http://oryza.blogsome.com/2006/05/22/tuhfah-sufi-wanita-dari-irak/

10.19 | 0 komentar | Read More

Sufi Wanita:Wanita Mulia Fatimah binti Muhammad SAW Az-Zahra

 Fatimah adalah "ibu dari ayahnya." Dia adalah puteri yang mulia dari dua pihak, yaitu puteri pemimpin para makhluq Rasulullah SAW, Abil Qasim, Muhammad bin Abdullah bin   Abdul Muththalib bin Hasyim. Dia juga digelari Al-Batuul, yaitu yang memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam  hal keutamaan, ilmu,  akhlaq, adab, hasab dan nasab.          Fatimah lebih muda dari Zainab, isteri Abil Ash bin Rabi' dan Ruqayyah, isteri Utsman bin Affan. Juga dia lebih muda dari Ummu Kultsum. Dia adalah anak yang paling dicintai Nabi SAW sehingga beliau bersabda :"Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga menyusahkan aku dan apa yang mengganggunya juga menggangguku." [Ibnul Abdil Barr dalam "Al-Istii'aab"]          Sesungguhnya dia adalah pemimpin wanita dunia dan penghuni syurga yang paling utama, puteri kekasih Robbil'aalamiin, dan ibu dari Al-Hasan dan Al-Husein. Az-Zubair bin Bukar berkata :"Keturunan Zainab telah tiada dan telah sah riwayat, bahwa Rasulullah SAW menyelimuti Fatimah dan suaminya serta kedua puteranya dengan pakaian seraya ber- kata :"Ya, Allah, mereka ini adalah ahli baitku. Maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya." ["Siyar A'laamin Nubala', juz 2, halaman 88]          Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :"Datang Fatimah kepada Nabi SAW meminta pelayan kepadanya. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya : "Ucapkanlah :"Wahai Allah, Tuhan pemilik bumi dan Arsy yang agung. Wahai, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu yang menurunkan Taurat, Injil dan Furqan, yang membelah biji dan benih. Aku berlindung kepada- Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau kuasai nyawanya. Engkau- lah awal dan tiada sesuatu sebelum-Mu. Engkau-lah yang akhir dan tiada sesuatu di atas-Mu. Engkau-lah yang batin dan tiada sesuatu di bawah- Mu. Lunaskanlah utangku dan cukupkan aku dari kekurangan." (HR. Tirmidzi)          Inilah Fatimah binti Muhammad SAW yang melayani diri sendiri dan menanggung berbagai beban rumahnya. Thabrani menceritakan, bahwa ketika kaum Musyrikin telah meninggalkan medan perang Uhud, wanita- wanita sahabah keluar untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin. Di antara mereka yang keluar terdapat Fatimah. Ketika bertemu Nabi SAW, Fatimah memeluk dan mencuci luka-lukanydengan air, sehingga darah semakin banyak yangk keluar. Tatkala Fatimah melihat hal itu, dia mengambil sepotong tikar, lalu membakar dan membubuhkannya pada luka itu sehingga melekat dan darahnya berhenti keluar." (HR. Syaikha dan Tirmidzi) Dalam kancah pertarungan yang dialami ut kita, tampaklah peranan puteri Muslim supaya menjadi teladan yang baik bagi pemudi Muslim masa kini.          Pemimpin wanita penghuni Syurga Fatimah Az-Zahra', puteri Nabi SAW, di tengah-tengah pertempuran tidak berada dalam sebuah panggung yang besar, tetapi bekerja di antara tikaman-tikaman tombak dan pukulan- pukulan pedang serta hujan anak panah yang menimpa kaum Muslimin untuk menyampaikan makanan, obat dan air bagi para prajurit. Inilah gambaran lain dari pute sebaik-baik makhluk yang kami persembahkan kepadada para pengantin masa kini yang membebani para suami dengan tugas yang tidak dapat dipenuhi.           Ali r.a. berkata :"Aku menikahi Fatimah, sementara kami tidak mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari. Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu." Ketika Rasulullah SAW menikahkannya (Fatimah), belmengirimkannya (unta itu) bersama satu lembar kain dan bantal kulit berisi ijuk dan dua alat penggiling gandum, sebuah timba dan dua kendi. Fatimah menggunakan alat penggiling gandum itu hingga melecetkan tangannya dan memikul qirbah (tempat air dari kulit) berisi air hingga berbekas pada dadanya. Dia menyapu rumah hingga berdebu bajunya dan menyalakan api di bawah panci hingga mengotorinya juga. Inilah dia, Az-Zahra', ibu kedua cucu Rasulullah SAW :Al-Hasan dan Al-Husein.          Fatimah selalu berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam hatinya yang penyayang. Dunia selalu mengingat Fatimah, "ibu ayahnya, Muhammad", Al- Batuul (yang mencurahkan perhatiannya pada ibadah), Az-Zahra' (yang ce- merlang), Ath-Thahirah (yang suci), yang taat beribadah dan menjauhi keduniaan. Setiap merasa lapar, dia selalu sujud, dan setiap merasa payah, dia selalu berdzikir. Imam Muslim menceritakan kepada kita tentang keuta- maan-keutamaannya dan meriwayatkan dari Aisyah' r.a. dia berkata :          "Pernah isteri-isteri Nabi SAW berkumpul di tempat Nabi SAW. Lalu datang Fatimah r.a. sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan jalan Rasulullah SAW. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menyambutnya seraya berkata :"Selamat datang, puteriku." Kemudian beliau mendudukkannya di sebelah kanan atau kirinya. Lalu dia berbisik kepadanya. Maka Fatimah menangis dengan suara keras. Ketika melihat kesedihannya, Nabi SAW ber- bisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fatimah tersenyum. Setelah itu aku berkata kepada Fatimah :Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara khusus di antara isteri-isterinya, kemudian engkau menangis!" Ketika Nabi SAW pergi, aku bertanya kepadanya :"Apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu ?" Fatimah menjawab :"Aku tidak akan menyiarkan rahasia Rasul Allah SAW." Aisyah berkata :"Ketika Rasulullah SAW wafat, aku berkata kepadanya :"Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah kepadaku apa  yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu itu ?" Fatimah pun menjawab :"Adapun sekarang, maka baiklah. Ketika berbisik pertama kali kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril biasanya memeriksa bacaannya terhadap Al Qur'an sekali dalam setahun, dan sekarang dia memerika bacaannya dua kali. Maka, kulihat ajalku sudah dekat. Takutlah kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahului- mu." Fatimah berkata :"Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku, dan berkata :"Wahai, Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin wanita-wanita kaum Mu'min  atau ummat ini ?" Fatimah berkata :"Maka aku pun tertawa seperti yang engkau lihat."          Inilah dia, Fatimah Az-Zahra'. Dia hidup dalam kesulitan, tetapi mulia dan terhormat. Dia telah menggiling gandum dengan alat penggiling hingg berbekas pada tangannya. Dia mengangkut air dengan qirbah hingga berbekas pada dadanya. Dan dia menyapu rumahnya hingg berdebu bajunya. Ali r.a. telah membantunya dengan melakukan pekerjaan di luar. Dia ber- kata kepada ibunya, Fatimah binti Asad bin Hasyim :"Bantulah pekerjaan puteri Rasulullah SAW di luar dan mengambil air, sedangkan dia akan men- cupimu bekerja di dalam rumah :yaitu membuat adonan tepung, membuat roti dan menggiling gandum."          Tatkala suaminya, Ali, mengetahui banyak hamba sahaya telah datang kepada Nabi SAW, Ali berkata kepada Fatimah, "Alangkah baiknya bila engkau pergi kepada ayahmu dan meminta pelayan darinya." Kemudian Fatimah datang kepada Nabi SAW. Maka beliau bertanya kepadanya :"Apa sebabnya engkau datang, wahai anakku ?" Fatimah menjawab :"Aku datang untuk memberi salam kepadamu." Fatimah merasa malu untuk meminta kepadanya, lalu pulang. Keesokan harinya, Nabi SAW datang kepadanya, lalu bertanya : "Apakah keperluanmu ?" Fatimah diam.           Ali r.a. lalu berkata :"Aku akan menceritakannya kepada Anda, wahai Rasululllah. Fatimah menggiling gandum dengan alat penggiling hingga melecetkan tangannya dan mengangkut qirbah berisi air hingga berbekas di dadanya. Ketika hamba sahaya datang kepada Anda, aku me- nyuruhnya agar menemui dan meminta pelayan dari Anda, yang bisa mem- bantunya guna meringankan bebannya."          Kemudian Nabi SAW bersabda :"Demi Allah, aku tidak akan memberikan pelayan kepada kamu berdua, sementara aku biarkan perut penghuni Shuffah merasakan kelaparan. Aku tidak punya uang untuk nafkah mereka, tetapi aku jual hamba sahaya itu dan uangnya aku gunakan untuk nafkah mereka."          Maka kedua orang itu pulang. Kemudian Nabi SAW datang kepada mereka ketika keduanya telah memasuki selimutnya. Apabila keduanya menutupi kepala, tampak kaki-kaki mereka, dan apabila menuti kaki, tampak kepala-kepala mereka. Kemudian mereka berdiri. Nabi SAW bersabda :"Tetaplah di tempat tidur kalian. Maukah kuberitahukan kepada kalian yang lebih baik daripada apa yang kalian minta dariku ?" Keduanya menjawab :"Iya." Nabi SAW bersabda: "Kata-kata yang diajarkan Jibril kepadaku, yaitu hendaklah kalian mengucap- kan : Subhanallah setiap selesai shalat 10 kali, Alhamdulillaah 10 kali dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur, ucapkan Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan takbir (Allahu akbar) 33 kali."          Dalam mendidik kedua anaknya, Fatimah memberi contoh : Adalah Fatimah menimang-nimang anaknya, Al-Husein seraya melagukan :"Anakku ini mirip Nabi, tidak mirip dengan Ali."           Dia memberikan contoh kepada kita saat ayahandanya wafat. Ketika ayahnya menjelang wafat dan sakitnya bertambah berat, Fatimah berkata : "Aduh, susahnya Ayah !" Nabi SAW menjawab :"Tiada kesusahan atas Ayahanda sesudah hari ini." Tatkala ayahandanya wafat, Fatimah berkata :"Wahai, Ayah, dia telah memenuhi panggilang Tuhannya. Wahai, Ayah, di surfa Firdaus tempat tinggalnya. Wahai, Ayah, kepada Jibril kami sampaikan beritanya."          Fatimah telah meriwayatkan 18 hadits dari Nabi SAW. Di dalam Shahihain diriwayatkan satu hadits darinya yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim dalam riwayat Aisyah. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Tirmi- dzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud.  Ibnul Jauzi berkata :"Kami tidak mengetahui seorang pun di antara puteri-puteri Rasulullah SAW yang lebih banyak me- riwayatkan darinya selain Fatimah."          Fatimah pernah mengeluh kepada Asma' binti Umais tentang tubuh yang kurus. Dia berkata :"Dapatkah engkau menutupi aku dengan sesuatu ?" Asma' menjawab :"Aku melihat orang Habasyah membuat usungan untuk wanita dan mengikatkan keranda pada kaki-kaki usungan." Maka Fatimah menyuruh membuatkan keranda untuknya sebelum dia wafat. Fatimah melihat keranda itu, maka dia berkata :"Kalian telah menutupi aku, semoga Allah menutupi aurat kalian." [Imam Adz-Dzhabi telah meriwayatkan dalam "Siyar A'laamin Nubala'. Semacam itu juga dari Qutaibah bin Said ...dari Ummi Ja'far]          Ibnu Abdil Barr berkata :"Fatimah adalah orang pertama yang dimasukkan ke keranda pada masa Islam." Dia dimandikan oleh Ali dan Asma', sedang Asma' tidak mengizinkan seorang pun masuk. Ali r.a. berdiri di kuburnya dan berkata :          Setiap dua teman bertemu tentu         akan berpisah         dan semua yang di luar kematian         adalah sedikit kehilangan satu demi satu         adalah bukti bahwa teman itu         tidak kekal          Semoga Allah SWT meridhoinya. Dia telah memenuhi pendengaran, mata dan hati. Dia adalah 'ibu dari ayahnya', orang yang paling erat hubungannya dengan Nabi SAW dan paling menyayanginya. Ketika Nabi SAW terluka dalam Perang Uhud, dia keluar bersama wanita-wanita dari Madinah menyambutnya agar hatinya tenang. Ketika melihat luka-lukanya, Fatimah langsung memeluknya. Dia mengusap darah darinya, kemudian mengambil air dan membasuh mukanya.           Betapa indah situasi di mana hati Muhammad SAW berdenyut menunjukkan cinta dan sayang kepada puterinya itu. Seakan-akan kulihat Az-Zahra' a.s. berlinang air mata dan berdenyut hatinya dengan cinta dan kasih sayang. Selanjutnya, inilah dia, Az-Zahra', puteri Nabi SAW, puteri sang pemimpin. Dia memberi contoh ketika keluar bersama 14 orang wanita, di antara mereka terdapat Ummu Sulaim binti Milhan dan Aisyah Ummul Mu'minin r.a. dan mengangkut air dalam sebuah qirbah dan bekal di atas punggungnya untuk memberi makan kaum Mu'minin yang sedang berperang menegakkan agama Allah SWT.  Semoga kita semua, kaum Muslimah, bisa meneladani para wanita mulia tersebut. Amiin yaa Robbal'aalamiin.  Wallahu a'lam bishowab.[]  Sumber Tulisan:  http://www.sunnah.org/history/Sahaba/Indon/fatima2.html  Sumber Gambar:  http://photos-h.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs023.ash2/34520_144370642243163_120257107987850_4
10.16 | 0 komentar | Read More

Sufi Wanita:KISAH TELADAN RABI’AH AL-ADAWIYAH (VERSI LENGKAP 1 - 11 + PIC)

Rabi‘ah binti Ismail al-Adawiyah, berasal dari keluarga miskin. Dari kecil ia tinggal di Bashrah. Di kota ini namanya sangat harum sebagai seorang manusia suci dan seorang pengkhotbah. Dia sangat dihormati oleh orang-orang saleh semasanya. Mengenai kematiannya ada berbagai pendapat: tahun 135 H/752 M atau tahun 185 H/801 M.
Rabi’ah al-Adawiyah yang seumur hidupnya tidak pernah menikah, dianggap mempunyai saham yang besar dalam memperkenalkan cinta Allah ke dalam Islam tashawuf. Orang-orang mengatakan bahwa ia dikuburkan di dekat kota Yerussalem.

RABI’AH, LAHIR DAN MASA KANAK—KANAKNYA
Jika seseorang bertanya: ”Mengapa engkau mensejajarkan Rabi’ah dengan kaum lelaki?”, maka jawabanku adalah bahwa Nabi sendiri pernah berkata: “Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa kamu” dan yang menjadi masalah bukanlah bentuk, tetapi niat seperti yang dikatakan Nabi, “Manusia-manusia akan dimuliakan sesuai dengan niat di dalam hati mereka”. Selanjutnya, apabila kita boleh menerima dua pertiga ajaran agama dari ’Aisyah, maka sudah tentu kita boleh pula menerima petunjuk-petunjuk agama dari pelayanan pribadinya itu. Apabila seorang perempuan berubah menjadi ”seorang lelaki” pada jalan Allah, maka ia adaIah sejajar dengan kaum lelaki dan kita tidak dapat menyebutnya sebagai seorang perempuan lagi.

Pada malam Rabi’ah dilahirkan ke atas dunia, tidak ada sesuatu barang berharga yang dapat: ditemukan di dalam rumah orang tuanya, karena ayahnya adalah seorang yang sangat miskin. Si ayah bahkan tidak mempunyai minyak barang setetes pun untuk pemoles pusar puterinya itu. Mereka tidak mempunyai lampu dan tidak mempunyai kain untuk menyelimuti Rabi’ah. Si ayah telah memperoleh tiga orang puteri dan Rabi’ah adalah puterinya yang keempat. Itulah sebabnya mengapa ia dinamakan Rabi’ah (artinya ke-empat).
“Pergilan kepada tetangga kita si anu dan mintalah sedikit minyak sehingga aku dapat menyalakan lampu” isterinya berkata kepadanya.
Tetapi si suami telah bersumpah bahwa ia tidak akan meminta sesuatu jua pun dari manusia lain. Maka pergilah ia, pura-pura menyentuhkan tangannya ke pintu rumah tetangga tersebut lalu kembali Iagi ke rumahnya.
“Mereka tidak mau membukakan pintu” ia melaporkannya kepada isterinya sesampainya di rumah.
Isterinya yang malang menangis sedih. Dalam keadaan yang serba memprihatinkan itu si suami hanya dapat menekurkan kepala ke atas lutut dan terlena. Di dalam tidurnya ia bermimpi melihat Nabi. Nabi membujuknya: “JanganIah engkau bersedih, karena bayi perempuan yang baru dilahirkan itu adalah ratu kaum wanita dan akan menjadi penengah bagi 70 ribu orang di antara kaumku”.
Kemudian Nabi meneruskan; “Besok, pergilah engkau menghadap ‘Isa az-Zadan, Gubernur Bashrah. Di atas sehelai kertas, tuliskan kata-kata berikut ini: ’Setiap malam engkau mengirimkan shalawat seratus kali kepadaku, dan setiap malam jum’at empat ratus kali. Kemarin adalah malam jum’at tetapi engkau lupa melakukannya. Sebagai penebus kelalaianmu itu berikanlah kepada orang ini empat ratus dinar yang telah engkau peroleh secara halal’ “.
Ketika terjaga dari tidurnya, ayah Rabi’ah mengucurkan air mata. Ia pun bangkit dan menulis seperti yang telah dipesankan Nabi kepadanya dan mengirimkannya kepada gubernur melalui pengurus rumahtangga istana.

http://kisahteladansufi.com/wp-content/uploads/2011/01/Rabiah.jpg
“Berikanlah dua ribu dinar kepada orang-orang miskin”, gubernur memberikan perintah setelah membaca surat tersebut, ”sebagai tanda syukur karena Nabi masih ingat kepadaku. Kemudian berikan empat ratus dinar kepada si syaikh dan katakan kepadanya: ’Aku harap engkau datang kepadaku sehingga aku dapat melihat wajahmu. Namun tidaklah pantas bagi seorang seperti kamu untuk datang menghadapku. Lebih baik seandainya akulah yang datang dan menyeka pintu rumahmu dengan janggutku ini. Walaupun demikian, demi Allah, aku bermohon kepadamu, apa pun yang engkau butuhkan katakanlah kepadaku’ “.
Ayah Rabi’ah menerima uang emas tersebut dan membeli sesuatu yang dirasa perlu.

Ketika Rabi’ah menanjak besar, sedang ayah bundanya telah meninggal dunia, bencana kelaparan melanda kata Bashrah, dan ia terpisah dari kakak-kakak perempuannya. Suatu hari ketika Rabi’ah keluar rumah, ia terlihat oleh seorang penjahat yang segera menangkapnya kemudian menjualnya dengan harga enam dirham. Orang yang membeli dirinya menyuruh Rabi’ah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berat.
Pada suatu hari ketika ia berjalan-jalan, seseorang yang tak dikenal datang menghampirinya. Rabi’ah melarikan diri, tiba-tiba ia jatuh tergelincir sehingga tangannya terkilir. Rabi’ah menangis sambil mengantuk-antukkan kepalanya ke tanah: “Ya Allah, aku adalah seorang asing di negeri ini, tidak mempunyai ayah bunda, seorang tawanan yang tak berdaya, sedang tanganku cidera. Namun semua itu tidak membuatku bersedih hati. Satu-satunya yang kuharapkan adalah dapat memenuhi kehendak-Mu dan mengetahui apakah Engkau berkenan atau tidak”.
“Rabi’ah, janganlah engkau berduka”, sebuah suara berkata kepadanya. “Esok lusa engkau akan dimuliakan sehingga malaikat-malaikat iri kepadamu”.
Rabi’ah kembali ke rumah tuannya. Di siang hari ia terus berpuasa dan mengabdi kepada Allah, sedang di malam hari ia berdoa kepada Allah sambil terus berdiri sepanjang malam. Pada suatu malam tuannya terjaga dari tidur, dan lewat jendela terlihatlah olehnya Rabi’ah sedang bersujud dan berdoa kepada Allah.
“Ya Allah, Engkau tahu bahwa hasyrat hatiku adalah untuk dapat mematuhi perintah-Mu dan mengabdi kepada-Mu. jika aku dapat mengubah nasib diriku ini, niscaya aku tidak akan beristirahat barang sebentar pun dari mengabdi kepada-Mu. Tetapi Engkau telah menyerahkan diriku ke bawah kekuasaan seorang hamba-Mu”.

Demikianlah kata-kata yang diucapkan Rabi’ah di dalam doanya itu.
Dengan mata kepalanya sendiri si majikan menyaksikan betapa sebuah lentera tanpa rantai tergantung di atas kepala Rabi’ah sedang cahayanya menerangi seluruh rumah. Menyaksikan peristiwa ini, ia merasa takut. Ia lalu beranjak ke kamar tidurnya dan duduk merenung hingga fajar tiba. Ketika hari telah terang ia memanggil Rabi’ah, barsikap lembut kepadanya kemudian membebaskannya.
“Izinkanlah aku pergi”, Rabi’ah berkata.
Tuannya memberikan izin. Rabi’ah lalu meninggalkan rumah tuannya menuju padang pasir mengadakan perjalanan menuju sebuah
pertapaan di mana ia untuk beberapa lama membaktikan diri kepada Allah. Kemudian ia berniat hendak menunaikan ibadah haji. Maka berangkatlah ia menempuh padang pasir kembali. Barang-barang miliknya dibuntalnya di atas punggung keledai. Tetapi begitu sam-
pai di tengah-tengah padang pasir, keledai itu mati.
“Biarlah kami yang membawa barang-barangmu”, lelaki-lelaki di dalam rombongan itu menawarkan jasa mereka.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigdLJLWyDlsAN7eqy5X6h9sRFUWqBdZkv9nzQUmB_UOtSYgXm_QSpDfWtNa7HnCP-dypWYF-ELmiw2HdRm9U_AfU96X-GYGx9F0P14lwa_Bb4fvvv2RItD1j3TiDloNg0AFrtbtH9_b80/s1600/ROBIATUL+ADAWIYAH-0.jpg
“Tidak! Teruskanlah perjalanan kalian”, jawab Rabi’ah. ”Bukan tujuanku untuk menjadi beban kalian”.
Rombongan itu meneruskan perjalanan dan meninggalkan Rabi‘ah seorang diri.
“Ya AlIah”, Rabi’ah berseru sambil menengadahkan kepala.
”Demikiankah caranya raja-raja memperlakukan seorang wanita yang tak berdaya di tempat yang masih asing baginya?. Engkau telah me-
manggilku ke rumah—Mu, tetapi di tengah perjalanan Engkau membunuh keledaiku dan meningalkanku sebatangkara di tengah-tengah
pada pasir ini”.
Belum lagi Rabi’ah selesai dengan kata-katanya ini, tanpa diduga-duga keledai itu bergerak berdiri. Rabi’ah meletakkan barang-barang-nya ke atas punggung binatang itu dan melanjutkan perjalanannya.
(Tokoh yang meriwayatkan kisah ini mengatakan bahwa tidak berapa lama setelah peristiwa itu, ia melihat keledai kecil tersebut sedang
dijual orang di pasar).
Beberapa hari lamanya Rabi’ah meneruskan perjalanannya menempuh padang pasir, sebelum ia berhenti, ia berseru kepada Allah:
“Ya Allah, aku sudah letih. Ke arah manakah yang harus kutuju? Aku ini hanyalah segumpal tanah sedang rumah-Mu terbuat dari batu. Ya Allah, aku bermohon kepada-Mu, tunjukkanlah diri-Mu”.
Allah berkata ke dalam hati sanubari Rabi’ah: “Rabi’ah, engkau sedang berada di atas sumber kehidupan delapan belas ribu alam/dunia.
Tidakkah engkau ingat betapa Musa telah bermohon untuk melihat wajah-Ku dan gunung-gunung terpecah-pecah menjadi empat puluh keping. Karena itu merasa cukuplah engkau dengan nama-Ku saja!”.

ANEKDOT-ANEKDOT MENGENAI DIRI RABI’AH
Pada suatu malam ketika Rabi’ah sedang shalat di sebuah pertapaan, ia merasa sangat letih sehingga ia jatuh tertidur. Sedemikian nyenyak tidurnya sehingga ketika matanya berdarah tertusuk alang-alang dari tikar yang ditidurinya, ia sama sekali tidak menyadarinya.
Seorang maling masuk menyelinap ke dalam pertapaan itu dan mengambil cadar Rabi’ah. Ketika hendak menyingkir dari tempat itu didapatinya bahwa jalan ke luar telah tertutup. Dilepaskannya cadar itu dan ditinggalkannya tempat itu dan ternyata jalan keluar telah terbuka kembali. Cadar Rabi’ah diambilnya lagi, tetapi jalan keluar tertutup kembali. Sekali lagi dilepaskannya cadar itu. Tujuh kali perbuatan seperti itu diulanginya. Kemudian terdengarlah olehnya sebuah suara dari pojok pertapaan itu.
“Hai manusia, tiada gunanya engkau mencoba-coba. Sudah bertahun-tahun Rabi’ah mengabdi kepada Kami. Syaithan sendiri tidak berani datang menghampirinya. Tetapi betapakah seorang maling memiliki keberanian hendak mencuri cadarnya? Pergilah dari sini hai manusia jahannam! Tiada gunanya engkau mencoba-coba lagi jika seorang sahabat sedang tertidur maka Sang Sahabat-nya bangun dan berjaga-jaga”.

ooo

Dua orang pemuka agama datang mengunjungi Rabi’ah dan keduanya merasa lapar. ”Mudah-mudahan Rabi’ah akan menyuguhkan makanan kepada kita”, mereka berkata. “Makanan yang disuguhkan Rabi’ah pasti diperolehnya secara halal”.
Ketika mereka duduk, di depan mereka telah terhampar serbet dan di atasnya ada dua potong roti. Melihat hal ini mereka sangat gembira. Tetapi saat itu pula seorang pengemis datang dan Rabi’ah memberikan kedua potong roti itu kepadanya. Kedua pemuka agama itu sangat kecewa, namun mereka tidak berkata apa-apa. Tak berapa lama kemudian masuklah seorang pelayan wanita membawakan beberapa buah roti yang masih panas.
“Majikanku telah menyuruhku untuk mengantarkan roti-roti ini kepadamu”, si pelayan menjelaskan.
Rabi’ah menghitung roti-roti tersebut. Semua berjumlah delapan belas buah.
“Mungkin sekali roti-roti ini bukan untukku”, Rabi’ah berkata.
Si pelayan berusaha meyakinkan Rabi’ah namun percuma saja. Akhirnya roti-roti itu dibawanya kembali. Sebenarnya yang telah terjadi adalah bahwa pelayan itu telah mengambil dua potong untuk dirinya sendiri. Kepada nyonya majikannya, ia meminta dua potong roti lagi kemudian kembali ke tempat Rabi’ah. Roti-roti itu dihitung oleh Rabi’ah, ternyata semuanya ada dua puluh buah dan setelah itu barulah ia mau menerimanya.
“Roti-roti ini memang telah dikirimkan majikanmu untukku”, kata Rabi’ah.
Kemudian Rabi’ah menyuguhkan roti-roti tersebut kepada kedua tamunya tadi. Keduanya makan namun masih dalam keadaan terheran-heran.
“Apakah rahasia di balik semua ini?”, mereka bertanya kepada Rabi’ah. “Kami ingin memakan rotimu sendiri tetapi engkau memberikannya kepada seorang pengemis. Kemudian engkau mengatakan kepada si pelayan tadi bahwa kedelapan belas roti itu bukanlah dimaksudkan untukmu. Tetapi kemudian ketika semuanya berjumlah dua puluh buah barulah engkau mau menerimanya”.
Rabi’ah menjawab: “Sewaktu kalian datang, aku tahu bahwa kalian sedang lapar. Aku berkata kepada diriku sendiri, betapa aku tega untuk menyuguhkan dua potong roti kepada dua orang pemuka yang terhormat? Itulah sebabnya mengapa ketika si pengemis tadi datang, aku segera memberikan dua potong roti itu kepadanya dan berkata kepada Allah Yang Maha Besar, ’Ya Allah, Engkau telah berjanji bahwa Engkau akan memberikan ganjaran sepuluh kali lipat dan janji—Mu itu kupegang teguh. Kini telah kusedekahkan dua potong roti untuk menyenangkan hati-Mu, semoga Engkau berkenan untuk memberikan dua puluh potong sebagai imbalanya’. Ketika kedelapan belas potong roti itu diantarkan kepadaku, tahulah aku bahwa sebagian daripadanya telah dicuri atau roti-roti itu bukan untuk disampaikan kepadaku”.

ooo

Pada suatu hari pelayan wanita Rabi`ah hendak memasak sup bawang karena telah beberapa lamanya mereka tidak memasak makanan. Ternyata mereka tidak mempunyai bawang. Si pelayan berkata kepada Rabi’ah: “Aku hendak meminta bawang kepada tetangga sebeIah”.
“Tetapi Rabi’ah mencegah: “Telah empat puluh tahun aku berjanji kepada Allah tidak akan meminta sesuatu pun kecuali kepada-Nya. Lupakanlah bawang itu”.
Segera setelah Rabi’ah berkata demikian, seekor burung meluncur dari angkasa, membawa bawang yang telah terkupas di paruhnya, lalu menjatuhkannya ke dalam belanga.
Menyaksikan peristiwa itu Rabi’ah berkata: “Aku takut jika semua ini adalah semacam tipu muslihat”.
Rabi’ah tidak mau menyentuh sup bawang tersebut. Hanya roti sajalah yang dimakannya.

Pada suatu hari Rabi’ah berjalan ke atas gunung. Segera ia dikerumuni oleh kawanan rusa, kambing hutan, ibeks (sebangsa kambing hutan yang bertanduk panjang) dan keledai-keledai liar.
Binatang-binatang ini menatap Rabi’ah dan hendak menghampirinya; Tanpa disangka-sangka Hasan al-Bashri datang pula ke tempat itu.
Begitu melihat Rabi’ah segera ia datang menghampirinya. Tapi setelah melihat kedatangan Hasan, Binatang-binatang tadi lari ketakutan dan meninggalkan Rabi’ah. Hal ini membuat Hasan kecewa,
“Mengapakah binatang-binatang itu menghindari diriku sedang mereka begitu jinak terhadapmu?”, Hasan bertanya kepada Rabi’ah.
“Apakah yang telah engkau makan pada hari ini?”, Rabi’ah balik bertanya.
“Sup bawang”.
“Engkau telah memakan lemak binatang-binatang itu. Tidak mengherankan jika mereka lari ketakutan melihatmu”.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0hvi6GRE1-w32b6roKUCGP0JgXzP0E9t6aCa53MhJp_vAKf5DQGYZOCdzZCHSeAZ6QaNDSiAC0hEsBNEFPNcOi-SEg-fg-Fe2VFwqUkTVj30Em2NWqGEO7dcP6RB3g4K7i1p8JJPV-Xk/s1600/berdoa.jpg

ooo

Di hari lain, ketika Rabi’ah lewat di depan rumah Hasan. Saat itu Hasan termenung di jendela. Ia sedang menangis dan air matanya menetes jatuh mengenai pakaian Rabi’ah. Mula-muIa Rabi’ah mengira hujan turun, tetapi setelah ia menengadah ke atas dan melihat Hasan, sadarlah ia bahwa yang jatuh menetes itu adalah air mata Hasan.
“Guru, menangis adalah pertanda dari kelesuan spiritual”, ia berkata kepada Hasan. “TahanIah air matamu. Jika tidak, di dalam dirimu akan menggelora samudera sehingga engkau tidak dapat mencari dirimu sendiri kecuali pada seorang Raja Yang Maha Perkasa”.
Teguran itu tidak enak didengar Hasan, namun ia tetap menahan diri. Di belakang hari ia bertemu dengan Rabi’ah di tepi sebuah danau. Hasan menghamparkan sajadahnya di atas air dan berkata kepada Rabi’ah,
“Rabi’ah, marilah kita melakukan shalat sunnat dua raka’at di atas air! “.
Rabi’ah menjawab: “Hasan, jika engkau mempertontonkan kesaktian-kesaktianmu di tempat ramai ini, maka kesaktian-kesaktian itu haruslah yang tak dimiliki oleh orang-orang lain”.
Sesudah berkata Rabi’ah melemparkan sajadahnya ke udara, kemudian ia melompat ke atasnya dan berseru kepada Hasan: “Naiklah ke mari Hasan, agar orang-orang dapat menyaksikan kita”.
Hasan yang belum mencapai kepandaian seperti itu tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian Rabi’ah mencoba menghiburnya dan berkata: “Hasan, yang engkau lakukan tadi dapat pula dilakukan oleh seekor ikan dan yang kulakukan tadi dapat pula dilakukan oleh seekor lalat. Yang terpenting bukanlah keahlian·keahIian seperti itu.
Kita harus mengabdikan diri kepada Hal-hal Yang Terpenting itu”.

Pada suatu malam Hasan beserta dua tiga orang sahabatnya berkunjung ke rumah Rabi’ah. Tetapi rumah itu gelap, tiada berlampu. Mereka senang sekali seandainya pada saat itu ada lampu. Maka Rabi’ah meniup jari tangannya. Sepanjang malam itu hingga fajar, jari tangan Rabi’ah memancarkan cahaya terang benderang bagaikan lentera dan mereka duduk di dalam benderangnya.
Jika ada seseorang yang bertanya: “Bagaimanakah hal seperti itu bisa terjadi?”, maka jawabanku adalah: “Persoalannya adalah sama dengan tangan Musa”. jika ia kemudian menyangkal: “Tetapi musa adalah seorang Nabi!”, maka jawabanku: “Barangsiapa yang mengikuti jejak Nabi akan mendapatkan sepercik kenabian, seperti yang pernah dikatakan Nabi Muhammad sendiri, ’Barangsiapa yang menolak harta benda yang tidak diperoleh secara halal, walaupun harganya satu sen, sesungguhnya ia telah mencapai suatu tingkat kenabian. Nabi Muhammad juga pernah berkata, ’Sebuah mimpi yang benar adalah seperempat puluh dari kenabian “

ooo

Pada suatu ketika Rabi’ah mengirimkan sepotong lilin, sebuah jarum dan sehelai rambut kepada Hasan, dengan pesan:
“Hendaklah engkau seperti sepotong lilin, senantiasa menerangi dunia walaupun dirinya sendiri terbakar. Hendaklah engkau seperti sebuah jarum, senantiasa berbakti walaupun tidak memiliki apa-apa. Apabila kedua hal itu telah engkau lakukan, maka bagimu seribu tahun hanyalah seperti sehelai rambut ini”.
“Apakah engkau menghendaki agar kita menikah?” tanya Hasan kepada Rabi’ah.
“Tali pernikahan hanyalah untuk orang-orang yang memiliki keakuan. Di sini keakuan telah sirna, telaha menjadi tiada dan hanya
ada melalui Dia. Aku adalah milik-Nya. Aku hidup di bawah naungan-Nya. Engkau harus melamar diriku kepada-Nya, bukan langsung kepada diriku sendiri”.
“Bagaimanakah engkau telah menemukan rahasia ini, Rabi’ah?”, tanya Hasan.
“Aku lepaskan segala sesuatu yang telah kuperoleh kepada-Nya”, jawab Rabi’ah.
“Bagaimana engkau telah dapat mengenal-Nya?”
“Hasan, engkau lebih suka bertanya, tetapi aku lebih suka tafakkur”, jawab Rabi’ah.

Suatu hari Rabi’ah bertemu dengan seseorang yang kepalanya dibalut.
“Mengapa engkau membalut kepalamu?”, tanya Rabi’ah
“Karena aku merasa pusing”, jawab lelaki itu.
“Berapakah umurmu?”, Rabi’ah bertanya Iagi.
“Tiga puluh tahun”, jawabnya.
“Apakah engkau banyak menderita sakit dan merasa susah di dalam hidupmu?”
“Tidak,” jawabnya lagi.
“Selama tiga puluh tahun engkau menikmati hidup yang sehat, engkau tidak pernah mengenakan selubung kesyukuran, tetapi baru malam ini saja kepalamu terasa pusing, engkau telah mengenakan selubung keluh kesah”, kata Rabi’ah.

ooo

Suatu ketika Rabi’ah menyerahkan uang empat dirham kepada seorang lelaki.
“Berikanlah kepadaku sebuah selimut”, kata Rabi’ah, “karena aku tidak mempunyai pakaian lagi”.
Lelaki itupun pergi, tetapi tidak lama kemudian ia kembali dan bertanya kepada Rabi’ah: “Selimut berwarna apakah yang harus kubeli?”
“Apa perduliku dengan warna?!” Rabi`ah berkata. “Kembalikan uang itu kepadaku kembali”.
Diambilnya keempat buah dirham perak itu dan dilemparkannya ke sungai Tigris.

ooo

Suatu hari di musim semi, Rabi’ah memasuki tempat tinggalnya, kemudian melongok ke luar karena pelayannya berseru:
“Ibu, keluarlah dan saksikanlah apa yang telah dilakukan oleh
Sang Pencipta”.
“Lebih baik engkaulah yang masuk ke mari”, Rabi’ah men-
jawab, “dan saksikanlah Sang Pencipta itu sendiri. Aku sedemikian
asyik menatap Sang Pencipta sehingga apakah perduliku Iagi terhadap
ciptaan-ciptaan-Nya?”.

ooo

Beberapa orang datang mengunjungi Rabi’ah dan menyaksikan
betapa ia sedang memotong sekerat daging dengan giginya.
“Apakah engkau tidak mempunyai pisau untuk memotong
daging itu?”, mereka bertanya. ,
“Aku tak pernah menyimpan pisau di dalam rumah ini karena
takut terluka”, jawab Rabi`ah.

Rabi’ah berpuasa seminggu penuh. Selama berpuasa itu ia tidak
makan dan tidak tidur. Setiap malam ia tekun melaksanakan shalat
dan berdoa. Lapar yang dirasakannya sudah tidak tertahankan lagi.
Seorang tamu masuk ke rumah Rabi’ah membawa semangkuk
makanan. Rabi’ah menerima makanan itu. Kemudian ia pergi meng-
ambil lampu. Ketika ia kembali ternyata seekor kucing telah me-
numpahkan isi mangkuk itu.
“Akan kuambilkan kendi air dan aku akan berbuka puasa”,
Rabi’ah berkata.
Ketika ia kembali dengan sekendi air ternyata lampu telah
padam. Ia hendak meminum air kendi itu di dalam kegelapan, tetapi
kendi itu terlepas dari tangannya dan jatuh, pecah berantakan.
Rabi’ah meratap dan mengeluh sedemikian menyayat hati seolah-
olah sebagian rumahnya telah dimakan api.
Rabi’ah menangis: “Ya Allah, apakah yang telah Engkau per-
buat terhadap hamba-Mu yang tak berdaya ini?”
“Berhati-hatilah Rabi’ah”, sebuah seruan terdengar di telinga
nya, “janganlah engkau sampai mengharapkan bahwa Aku akan
menganugerahkan semua kenikmatan dunia kepadamu sehingga peng-
abdianmu kepada-Ku terhapus dari dalam hatimu. Pengabdian
kepada-Ku dan kenikmatan-kenikmatan dunia tidak dapat dipadukan
di dalam satu hati. Rabi’ah, engkau menginginkan suatu hal sedang
Aku menginginkan hal yang lain Hasrat-Ku dan hasratmu tidak
dapat dipadukan di dalam satu hati”.
Setelah mendengar celaan ini, Rabi’ah mengisahkan, “kulepas-
kan hatiku dari dunia dan kubuang segala hasrat dari dalam hatiku
sehingga selama tiga puluh tahun yang terakhir ini, apabila melaku
kan shalat, maka aku menganggapnya sebagai shalatku yang
terakhir”.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmCaYCYWmuYG4lCpwr-N0CZX1enY1dB39zTTVUh08KoltR-c49tVIoSSopY-H1RR1TBbvWunj8hSkmKhgu0H8ZmWXybYiEH-T8H8U9ZgA5uLVNr4AJkia5GzSakeGw4I87ZQAs-CmpEUs/s1600/sufi-wanita.jpg

Beberapa orang mengunjungi Rabi’ah untuk mengujinya.
Mereka ingin memergoki Rabi’ah mengucapkan kata-kata yang tidak
dipikirkannya terlebih dahulu.
“Segala macam kebajikan telah dibagi-bagikan kepada kepala
kaum lelaki”, mereka berkata. “Mahkota kenabian telah ditaruh di
kepala kaum lelaki. Sabuk kebangsawanan telah diikatkan di
pinggang kaum lelaki. Tidak ada seorang perempuan pun yang telah
diangkat Allah menjadi Nabi”.
“Semua itu memang benar”, jawab Rabi’ah. “Tetapi egoisme,
memuja diri sendiri dan ucapan ’Bukankah aku Tuhanmu Yang Maha
Tinggi?” tidak pernah membersit di dalam dada perempuan. Dan tak
ada seorang perempuan pun yang banci. Semua ini adalah bagian
kaum lelaki”.

ooo

Ketika Rabi’ah menderita sakit yang gawat. Kepadanya ditanya-
kan apakah penyebab penyakitnya itu.
“Aku telah menatap surga”, jawab Rabi’ah, “dan Allah telah
menghukum diriku”. ’
Kemudian Hasan al-Bashri datang untuk mengunjungi Rabi’ah.
“Aku mendapatkan salah seorang di antara pemuka-pemuka
kota Bashrah berdiri di pintu pertapaan Rabi’ah. Ia hendak memberi-
kan sekantong emas kepada Rabi’ah dan ia menangis”, Hasan
mengisahkan. “Aku bertanya kepadanya: ’Mengapakah engkau me-
nangis?’. ’Aku menangis karena wanita suci zaman ini’, jawabnya.
’Karena jika berkah kehadirannya tidak ada lagi, celakalah ummat
manusia. Aku telah membawakan uang sekedar untuk biaya perawat-
annya’, ia melanjutkan, ‘tetapi aku kuatir kalau-kalau Rabi’ah tldak
mau menerimanya. Bujuklah Rabi’ah agar ia mau menerima uang
ini’ “.
Maka masuklah Hasan ke dalam pertapaan Rabi’ah dan mem-
bujuknya untuk mau menerima uang itu. Rabi’ah menatap Hasan
dan berkata, “Dia telah menafkahi orang-orang yang menghujjah-
Nya. Apakah Dia tidak akan menafkahi orang-orang yang mencintai-
Nya? Sejak aku mengenal-Nya, aku telah berpaling dari manusia
ciptaan-Nya. Aku tidak tahu apakah kekayaan seseorang itu halal
atau tidak, maka betapakah aku dapat menerima pemberiannya?
Pernah aku menjahit pakaian yang robek dengan diterangi lampu
dunia. Beberapa saat hatiku lengah tetapi akhirnya akupun sadar.
Pakaian itu kurobek kembali pada bagian-bagian yang telah kujahit
itu dan hatiku menjadi lega. Mintalah kepadanya agar ia tidak mem-
buat hatiku lengah lagi”.

Abdul Wahid Amir mengisahkan bahwa ia bersama Shofyan
ats-Tsauri mengunjungi Rabi’ah ketika sakit, tetapi karena me-
nyeganinya mereka tidak berani menegurnya atau menyapa Rabi’ah.
“Engkaulah yang berkata”, kataku kepada Shofyan.
’”Jika engkau berdoa”, Shofyan berkata kepada Rabi’ah,
“niscaya penderitaanmu ini akan hilang”.
Rabi’ah menjawab: “Tidak tahukah engkau siapa yang meng-
hendaki aku menderita seperti ini? Bukankah Allah?”
“Ya”, Shofyan membenarkan.
“Betapa mungkin, engkau mengetahui hal ini, menyuruhku
untuk memohonkan hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya?
Bukankah tidak baik apabila kita menentang Sahabat kita sendiri?”
“Apakah yang engkau inginkan, Rabi’ah?”, Shofyan bertanya
pula.
“Shofyan, engkau adalah seorang yang terpelajar! Tetapi meng-
apa engkau bertanya ‘Apakah yang engkau inginkan?’. Demi kebesar-
an Allah”, Rabi’ah berkata tandas, “telah dua belas tahun lamanya
aku menginginkan buah korma segar. Engkau tentu tahu bahwa di
kota Bashrah buah korma sangat murah harganya, tetapi hingga
saat ini aku tidak pernah memakannya. Aku ini hanyalah hamba-Nya
dan apakah hak seorang hamba untuk menginginkan sesuatu? jika
aku menginginkan sesuatu sedang Allah tidak menginginkannya,
maka kafirlah aku. Engkau harus menginginkan segala sesuatu yang
diinginkan-Nya semata-mata agar engkau dapat menjadi hamba-Nya
yang sejati. Tetapi lain lagi persoalannya jlka Tuhan sendiri mem-
berikannya”.
Shofyan terdiam. Kemudian ia berkata kepada Rabi’ah:
“Karena aku tak dapat berbicara mengenai dirimu, maka engkaulah
yang berbicara mengenai diriku”.
“Engkau adalah manusia yang baik kecuali dalam satu hal:
engkau mencintai dunia. Engkau pun suka membacakan hadits-
hadits”. Yang terakhir ini dikatakan Rabi’ah dengan maksud bahwa
membacakan hadits-hadits tersebut adalah suatu perbuatan yang
mulia.
Shofyan sangat tergugah hatinya dan berseru: “Ya Allah, kasihi-
lah aku!”
Tetapi Rabi’ah mencela: “Tidak malukah engkau mengharapkan
kasih Allah Sedang engkau sendiri tidak mengasihi-Nya?”

Malik bin Dinar berkisah sebagai berikut: Aku mengunjungi
Rabi’ah. Kusaksikan dia menggunakan gayung pecah untuk minum
dan bersuci, sebuah tikar dan sebuah batu bata yang kadang-kadang
dipergunakannya sebagai bantal. Menyaksikan semua itu hatiku men-
jadi sedih.
“Aku mempunyai teman-teman yang kaya”, aku berkata
kepada Rabi’ah. ”Jika engkau menghendaki sesuatu akan kuminta-
kan kepada mereka”.
“Malik, engkau telah melakukan kesalahan yang besar”, jawab
Rabi’ah. ”Bukankah“ yang menafkahi aku dan yang menafkahi
mereka adalah satu?”
“Ya”, jawabku.
”Apakah yang menafkahi orang-orang miskin itu lupa kepada
orang-orang miskin karena kemiskinan mereka? Dan apakah Dia
ingat kepada orang-orang kaya karena kekayaan mereka?”, tanya
Rabi’ah.
“Tidak”, jawabku.
“Jadi”, Rabi’ah meneruskan, “karana Dia mengetahui keadaan-
ku, bagaimanakah aku harus mengingatkan-Nya? Beginilah yang
dikehendaki-Nya, dan aku menghendaki seperti yang dikehendaki-
Nya”.

ooo

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVLH19sUYKGRLBfX-5Mx3mpWGNapPzsY67vlEKKqH5YiPq-4oWz3mh5KzTGQzPCDdXyrqiMvy8U6HAK6LOfFSPbcshuDj1IdfI_TLgxWVQ1b6CF59Fiv1Laduv36QxmUjeQBXCiRA-3ek/s1600/silhouette-of-Muslim-woman.jpg

Pada suatu hari, Hasan al-Bashri, Malik bin Dinar dan Syaqiq
al-Balkhi mengunjungi Rabi’ah yang sedang terbaring dalam keadaan
sakit.
, “Seorang manusia tidak dapat dipercaya kata-katanya jika ia
tidak tabah menangung cambukan Allah”, kata Hasan memulai pem-
bicaraan.
“Kata-katamu itu berbau egoisme”, Rabi’ah membalas.
Kemudian giliran Syaqiq untuk mcncoba: “Seorang manusia
tidak dapat dipercaya kata-katanya jika ia tidak bersyukur karena
cambukan Allah”.
“Ada yang lebih baik daripada itu”, jawab Rabi”ah.
Malik bin Dinar maju: “Seorang manusia tidak dapat dipercaya
kata-katanya jika ia tidak: merasa bahagia ketika menerima cambukan
Allah?
“Masih ada yang lebih baik daripada itu”, Rabi’ah mengulangi
jawabannya.
“Jika demikian, katakanlah kepada kami”, mereka mendesak
Rabi’ah.
Maka berkatalah Rabi’ah: ”Seorang manusia tidak dapat di-
pcercaya kata-katanya jika ia tidak lupa kepada cambukan Allah,
ketika ia merenungkan-Nya”.

ooo

Seorang cendekia terkemuka di kota Bashrah mengunjungi Rabi’ah yang sedang terbaring sakit. Sambil duduk di sisi tempat tidur Rabi’ah ia mencaci maki dunia. Rabi’ah berkata kepadanya: “Sesungguhnya engkau sangat mencintai dunia ini. jika engkau tidak mencintai dunia tentu
engkau tidak akan menyebut-nyebutnya berulangkali seperti ini.
Seorang pembelilah yang senantiasa mencela barang-barang yang hendak dibelinya. jika engkau “tidak merasa berkepentingan dengan dunia ini tentulah engkau tidak akan memuji-muji atau memburuk-burukkannya. Engkau menyebut-nyebut dunia ini seperti kata sebuah peribahasa, ’barangsiapa mencintai sesuatu hal maka ia sering menyebut-nyebutnya”.

ooo

Ketika tiba saatnya Rabi’ah harus meninggalkan dunia fana’ ini, orang-orang yang menungguinya meninggalkan kamarnya dan menutup pintu kamar itu dari luar. Setelah itu mereka mendengar suara yang berkata: “Wahai jiwa yang damai, kembalilah kepada Tuhanmu, dengan berbahagia”.
Beberapa saat kemudian tak ada lagi suara yang terdengar dari kamar Rabi’ah. Mereka lalu membuka pintu kamar itu dan mendapatkan Rabi’ah telah berpulang.
Setelah Rabi’ah meninggal dunia, ada yang bertemu dengannya dalam sebuah mimpi. Kepadanya ditanyakan,
“Bagaimanakah engkau menghadapi Munkar dan Nakir?”.
Rabi’ah menjawab: “Kedua malaikat itu datang kepadaku dan bertanya: ’Siapakah Tuhanmu?’. Aku menjawab: Pergilah kepada
Tuhanmu dan katakan kepada-Nya: ’Dia antara beribu-ribu makhluk yang ada, janganlah Engkau melupakan seorang wanita tua yang lemah. Aku hanya memiliki Engkau di dunia yang luas, tidak pernah lupa kepada-Mu, tetapi mengapakah Engkau mengirim utusan
sekedar menanyakan ’siapakah Tuhanmu’ kepadaku?’ “.

DOA-DOA RABI’AH
“Ya Allah, apa pun yang akan Engkau karuniakan kepadaku di dunia ini, berikanlah kepada musuh-musuh-Mu, dan apa pun yang akan Engkau karuniakan kepadaku di akhirat nanti,berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu, karena Engkau sendiri cukuplah bagiku”.
“Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut kepada neraka, bakarlah aku di dalam neraka; dan jika aku menyembah-Mu karena mengharapkan surga, campakkanlah aku dari dalam surga; tetapi jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu yang abadi kepadaku”.
”Ya Allah, semua jerihpayahku dan semua hasratku di antara segala kesenangan-kesenangan dunia ini adalah untuk mengingat Engkau. Dan di akhirat nanti, di antara segala kesenangan akhirat, adalah untuk berjumpa dengan-Mu. Begitulah halnya dengan diriku, seperti yang telah kukatakan. Kini, perbuatlah seperti yang Engkau kehendaki”.[]

BIBLIOGRAFI
M. Smith, Rabi’a the Mystic: and her Fellow-saints in Islam, (Cambridge, 1928).
‘L.Massignon, Essay, halaman 193-197.
Ibnu Khallikan, Wafayatul A’yan, (Cairo, 1948), no. 217.
Al-Yafi’i, op.cit., I, 281.
jami, Nafahatul Uns, (Tcheran, 1336), halaman 615-616.
Ibnul ’Imad, Shadaratudz Dzahab, (Cairo, 1350-1351 H), I, 193.

CATATAN MENGENAI ANEKDOT-ANEKDOT
“Kelahiran Rabi’ah”: T.A., I, 59-61. Tampaknya Attar telah menemukan sebuah monografi mengenai kehidupan dan perbuatan-perbuatan Rabi’ah yang selama ini dianggap hilang. Hal ini jelas terlihat karena banyak detail-detail di dalam biografl ini tidak dapat kita jumpai di dalam sumber-sumber yang lain.
“Anekdot-Anekdot Mengenai Rabi’ah: T.A., I, 63-66, 68-72. Klsah seorang maling yang hendak mencuri cadar Rabi’ah diulangi lagi oleh Attar di
dalam karyanya yang berjudul Mushibat-nama (Teheran, 1338), halaman 335.
Kisah Hasan yang menyaksikan Rabi’ah sedang dikerumuni binatang-binatang buas, diuIangi di dalam Ilahi-nama (Iihat halaman 7 untuk data-data publikasi-nya), halaman 96-97; dan di dalam karya terjemahannya pada halaman 166-167). “Pada Raja Yang Maha Perkasa”`adalah ayat aI-Qur`an, 54: 55. Kisah seorang yang bertamu pada suatu hari di musim semi, diulangi Attar di dalam Mushibat-nama, halaman 198. Kisah mengenai lampu, tempayan dan kucing diulangi di dalam Ilahi-nama, halaman 128-129; dan di dalam karya terjemahan nya halaman 208-209. ”Bukankah Aku Tuhanmu Yang Maha Tinggi” adalah dari aI-Qur’an, 79; 24, yaitu kata-kata yang diucapkan Fir’aun. Kisah Rabi’ah yang
dinasehati ketika sakit dapat diketemukan di dalam karya aI-Qushairi, op.cit, halaman 136. Kisah mengenai Rabi’ah yang “menjahit pakaian” berasal dari karya al-Qushairi, op.cit., halaman 64. Betapa Rabi’ah tidak menyetujui Shofyan ats-Tsauri yang menghapal hadits-hadits Nabi disebutkan di dalam karya Abu Thalib aI-Makkiy yang berjudul Quthul Qulub, (Cairo, 1310 H), I, 156.
“Wahai jiwa yang tenteram damai’ adalah dari aI-Qur’an, 89: 27. Munkar dan Nakir adalah dua malaikat yang akan menginterograsi manusia yang baru mati di dalam kubur.
”Doa-Doa Rabi’ah”: T.A., I, 73.

ilustrasi gambar oleh:eryevolutions

Sumber Tulisan:
Diketik Ulang dari buku “Warisan Para Aulia” karya Fariduddin Al-Attar,Penerbit Pustaka, Bandung, 2000.

Sumber Gambar:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixgiyi5_ww3yH4DamyVl6ZXJG1sB5tTEvG9xB_IeMwdhmjgULIwDDpuaSxIKnDSfP0mzIGcPdfSZzgSMinf-cFr8oaZK8arPFzuMQIkCpax-w_iJHAOP2siQ6NscmQ-TbfZC20Wcsz9Js/s400/index.jpg



10.00 | 0 komentar | Read More

Sikap Teladan Rasulullah Terhadap Istri-Istri Beliau

Dalam segala aspek kehidupan Rasulullah saw menjadi contoh baik dan teladan bagi kita. Termasuk dalam masalah rumah tangga.

http://ceritateladan.com/wp-content/uploads/2012/03/khalifah-221x260.jpg

Rasulullah SAW adalah contoh yang terbaik seorang suami yang mengamalkan sistem Poligami. Baginda Nabi sangat romantis kepada semua istrinya.

Poligami, jelas sangat diperbolehkan dalam Islam dan dicontohkan oleh baginda Rasul meski pun dalam tradisi dan budaya masyarakat kita, beristri lebih dari satu masih merupakan hal yang dianggap tidak lazim bahkan tabu.

Namun yang ingin kami uraikan disini, bukanlah mengenai poligaminya akan tetapi mengenai sikap romantis Rasulullah saw yang harus menjadi panutan kita semua sebagai seorang suami.

Rasulullah SAW sangat pandai dan baik dalam memperlakukan istri-istrinya dengan segala sifat romantis yang ada dalam diri beliau.

Di antara sisi romantis Rasulullah saw, beliau mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat. Dari ‘Aisyah Radhiallaahu ‘anha, “Bahwa Nabi SAW mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu”. (HR Ahmad).

Hal ini menunjukan bagaimana Rasulullah SAW mengekspresikan cinta kepada istrinya dengan sederhana dan bersahaja. Hadis ini juga memperlihatkan tentang kelembutan Rasulullah SAW dalam memperlakukan istri-istrinya.

Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke hadapan suaminya dan bertanya, "Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling disayangi?". Rasulullah SAW hanya tersenyum lalu berkata, "Aku akan beritahukan kepada kalian nanti"

Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah memberikan sebuah kepada istri-istrinya masing-masing sebuah cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada istri-istri yang lain.

Lalu suatu hari hari para istri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu Rasulullah SAW menjawab, "Yang paling aku sayangi adalah yang kuberikan cincin kepadanya". Kemudian, istri-istri Nabi SAW itu tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa dirinya tidak terasing.

Masih ada amalan-amalan lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan suasana romatis seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pernah bersabda,Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan istrinya memperhatikan suaminya,” kata Nabi Saw menjelaskan, “maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan perhatian penuh Rahmat. Manakala suaminya merengkuh telapak tangannya (diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela-sela jari jemarinya.” (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi dari Abu Sa’id Al-Khudzri r.a)

Rasulullah SAW selalu berpegangan tangan dengan Aisyah ketika di dalam rumah. Beliau acapkali memotong kuku istrinya, mandi janabat bersama, atau mengajak salah satu istrinya bepergian, setelah sebelumnya mengundinya untuk menambah kasih dan sayang di antara mereka.

Rasulullah SAW juga senang memanjakan istri-istrinya dan selalu memanggil mereka dengan panggilan yang menyenangkan dan membuat hati berbunga-bunga. "Wahai si pipi kemerah-merahan" adalah contoh panggilan yang selalu beliau ucapkan tatkala memanggil Aisyah sehingga selalu membuat Aisyah menjadi tersenyum dan tersipu-sipu malu.

Dalam memperlakukan istri-istrinya Rasulullah SAW bukan saja dengan kelembutan. Tak segan-segan Rasulullah saw mengerjakan perkerjaan mereka. Di antaranya mencuci pakaian. ‘Aisyah umul mukminin mengisahkan, “Rasulullah SAW pernah mencuci pakaian bekas kami, lalu keluar untuk menunaikan shalat dengan pakaian tersebut, dan saya masih melihat bekas cucian itu.” (HR Bukhari Muslim).

Subhanallah..Nabi Muhammad saw adalah seorang nabi dan rasul,manusia yang derajatnya ditinggikan Allah SWT dan beliau juga seorang pemimpin umat. Namun tak segan mengerjakan perkerjaan rumah yang biasa dikerjakan oleh perempuan yaitu mencuci baju.

Bukan hanya itu, pada zaman itu masyarakat menganggap perempuan adalah rendah martabatnya. Bahkan memiliki anak perempuan dianggap sebagai suatu aib. Dan perempuan dianggap najis ketika haid, seperti yang diyakini orang Yahudi. Sehingga tidak berkenan makan bersama dengan wanita haid.

Namun Rasulullah SAW mengajarkan untuk memperlakukan seorang wanita dengan istimewa bahkan sangat istimewa. Hal itu ditunjukan ketika Nabi Muhammad SAW tidak sungkan mandi dari sisa air istrinya. Dari Ibnu Abbas, “Bahwa nabi saw pernah mandi dari air sisa Maimunah.” (HR Muslim).

Semua hal yang dilakukan oleh Rasulullah menunjukan bahwa Rasulullah sangat memahami psikis dan perasaan wanita. Rasulullah SAW pun menghargai persamaan.

Kepada suami-suami yang baik, mulailah bersikap lembut dan berupaya membuat sang istri selalu mengembang senyumnya. Peganglah tangan istri anda setiap waktu, setiap kesempatan. Begitu pula para istri-istri yang sholehah, peganglah juga tangan suami anda untuk menghapuskan segala dosa-dosa.

Beliau bersabda : “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya. Dan aku adalah yang terbaik pada istri dari kamu sekalian “. (HR Tirmidzi & Ibnu Hibban) .

Tidak tanggung-tanggung, bahkan Al-Quran juga telah mengisyaratkan hal yang senada : “ Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, maka(bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak “ ( QS An-Nisa :41 )

Syarat untuk menjadi terbaik, harus berbuat baik terlebih dahulu kepada istri. Berbuat baik itu luas dan banyak peluangnya. Dari yang sekedar tersenyum, meremas jari tangan, bahkan hingga merawat pasangan kita saat sakit sekalipun. Subhanallah, bermesraan dengan istri itu membahagiakan hati dan menghapus segala gundah. Dan ternyata bukan itu saja, Islam juga menjadikan kebaikan, kemesraan, dan romantisnya seseorang terhadap pasangannya sebagai ladang pahala, bahkan kunci surga di akhirat kelak.

Rasulullah saw bersabda : "Sesunggguhnya istri-istrimu adalah surga dan nerakamu." (HR Ahmad) .

Juga diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah bersabda : “Siapapun wanita yang meninggal dunia sedangkan suaminya dalam keadaan ridha kepadanya, maka ia masuk surga “ (HR. Hakim & Tirmidzi)

08.47 | 0 komentar | Read More

Romantisnya Baginda Rasulullah SAW (by AyoNikah.com)

AyoNikah.comBagaimana romantisnya Baginda Rasulullah kepada istri-istrinya, sebaiknya kita simak sekelumit cerita pendek yang dicontohkan Rasulullah bagaimana bersikap romantis kepada istri-istrinya. Rasulullah suri tauladan kita, manusia agung yang sangat romantis terhadap istri-istrinya sebelum kita bicarakan niat atau kemungkinan untuk berpoligami.

Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke hadapan suaminya dan bertanya, “Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling disayangi?”. Rasulullah SAW hanya tersenyum lalu berkata, “Aku akan beritahukan kepada kalian nanti”

Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah memberikan sebuah kepada istri-istrinya masing-masing sebuah cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada istri-istri yang lain.

Lalu suatu hari hari para istri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Yang paling aku sayangi adalah yang kuberikan cincin kepadanya”. Kemudian, istri-istri Nabi SAW itu tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa dirinya tidak terasing.

Masih ada amalan-amalan lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan suasana romatis seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Apabila pasangan suami istri berpegangan tangan, dosa-dosa akan keluar melalui celah-celah jari mereka”.

Rasulullah SAW selalu berpegangan tangan dengan Aisyah ketika di dalam rumah. Beliau acapkali memotong kuku istrinya, mandi janabat bersama, atau mengajak salah satu istrinya bepergian, setelah sebelumnya mengundinya untuk menambah kasih dan sayang di antara mereka.

Baginda Nabi SAW juga selalu memanggil istri-istrinya dengan panggilan yang menyenangkan dan membuat hati berbunga-bunga. “Wahai si pipi kemerah-merahan” adalah contoh panggilan yang selalu beliau ucapkan tatkala memanggil Aisyah.

Itulah sedikit contoh romantisme Rasulullah SAW yang dapat kita teladani dan praktekkan dalam kehidupan berumahtangga. Tentu, masih banyak contoh romantisme lainnya.

Kepada suami-suami yang baik, mulailah bersikap lembut dan berupaya membuat sang istri selalu mengembang senyumnya. Peganglah tangan istri anda setiap waktu, setiap kesempatan. Begitu pula para istri-istri yang sholehah, peganglah juga tangan suami anda untuk menghapuskan segala dosa-dosa.

Jadi, jika kita bisa meniru romantisme ala Rasul, sehingga istri pun membalas dengan yang tidak kalah romantisnya, masalah mana lagi yang sempat mampir dalam bahtera rumahtangga kita?

Ibarat kata, tidak ada makanan di rumah pun bisa diselesaikan berdua dengan tetap tersenyum, bukan begitu?

Semoga menginspirasi sobat semua,

Wassalam,

--

www.ayonikah.com

Kontak jodoh terbesar Nomor 1 di Indonesia, paling banyak member, banyak pilihan, semua siap menikah. Ada foto, profil, video, webcam, chat, cari jodoh makin mudah. Temukan jodoh terbaik untuk menikah. Rahasia & privacy terjaga.

08.45 | 0 komentar | Read More

Inilah (malam) Lailatul Qodar Sesungguhnya!

Lailatulqadr

Lailatulqadr

Inilah (malam) Lailatul Qodar Sesungguhnya!

Sayyed Ep BikailaRobbi.wordpress.com

Berbeda dengan pandangan madzhab Malik, Syafii dan Hambali yang beranggapan bahwa lailatul qadar hanya terjadi di bulan Ramadhan, Imam Abu Hanifah mengatakan malam yang sangat sepesial bagi umat Muhammad ini tidak terjadi hanya pada bulan suci Ramdhan saja seperti yang telah diyakini oleh mayoritias umat muslim, akan tetapi malam mulia itu mungkin juga terjadi pada bulan-bulan lainnya.

Menguatkan argumen madzhab Hanafi, Ali Khowwas seorang ulama sufi juga berpendapat bahwa malam lailatul qadar adalah semua malam yang dilalui oleh seorang hamba dengan kekhusu’an ibadah mendekatkan diri pada sang sang Khaliq, entah itu bulan Ramadhan atau bukan. Makna lailatul qadar seperti ini mematahkan argumen ulama yang mengatakan bahwa lailatul qadar hanya terjadi satu kali dalam tiap tahunnya, serta argumen orang-orang yang menghususkannya pada malam bulan Ramadhan.

Lebih jauh, Imam Sya’roni salah seorang ulama berpengaruh dari Mesir memiliki saksi hidup perihal terjadinya lailatul qadar di luar bulan Ramadhan. Dalam kitabnya Mizanul Kubro, beliau menceritakan bahwa saudaranya yang bernama Afdhaluddin pernah melihatdan merasakan lailatul qadar pada bulan Rabiul Awwal dan Rajab, dia berkata: makna ayat ‘Inna anzalnaahu fi Lailatul qadar’ adalah malam pendekatan. Karenanya semua malam yang dilalui dengan taqarrub mendekatkan diri pada sang pencipta maka malam itu adalah malam lailatul qadar yang sebenarnya.

Meskipun banyak hadis yang menyinggung penghususan lailatul qadar pada bulan Ramadhan hal itu tidak menafikan terjadinya malam mulia ini pada bulan-bulan lainnya. Karena menurut versi Abu Hanifah lailatul qadar adalah ‘Jenis’ ( dari dari berbagai hakikat Taqorrub). Meskipun demikian, lailatul qadar di bulan Ramadhan lebih sering terjadi dibandingkan bulan lainnya. sebab pada saat puasa, hati mayoritas manursia menjadi lembut dan mudah mendapatkan pancaran nur ilahi, tidak seperti bulan lain dimana hati mereka sangat keras.

Semoga kita mengalami malam-malam mulia ini hingga menjadi hamba aka Abied yang permanen. Berkat berkah dan kemuliaan mengikuti jejak sang RASUL Muhammadku. Amen

Wallahu a’lam. Salam Sayyed EP

Mizan Kubro n Ma Rule!

08.44 | 0 komentar | Read More

Rahasia Letak Malam Lailatul Qadar berdasarkan Pengalaman Syeh Imam Abil Hasan As-Syadzili

LAILATUL qadar punya beberapa pengertian. Pertama, alqodru artinya assyaroofu arrofii (kemuliaan tinggi) atau walqodrul ’aly (kedudukan yang tinggi). Kedua, dari kata taqdir yang artinya ketentuan. Ketiga dari alqodru yang artinya doyyiq atau sempit.
Dikatakan malam mulia karena Allah SWT mengangkat umat Muhammad saw dengan diturunkannya Alquran sebagai way of life, jalan hidup untuk mencapai tingkatan yang tinggi di sisi Allah.
Allah juga mengangkat umat Muhammad dengan memberi bonus yang dahsyat di mana ibadah satu malam mendapatkan pahala ibadah lebih baik dari 1.000 bulan. Seribu bulan itu sama dengan 83 tahun lebih empat bulan.
Menurut Ibnu Abbas, sebab turunnya QS Al-Qadar 1-5 ialah Malaikat Jibril menyebutkan di hadapan Nabi seorang hamba yang namanya Syam’un Al-Ghozi.
Ia memerangi orang kafir dalam masa 1.000 bulan. Dengan berpuasa siang harinya dan qiyamul lail semalam suntuk selama 1.000 bulan. Rasulullah menyampaikan kepada Jibril berharap umatnya memperoleh pahala seperti yang diperoleh Syam’un Al-Ghozi.
Lalu Rasul mohon kepada Allah, ’’Ya Allah, engkau jadikan umatku umat yang terpendek umurnya tetapi paling banyak amalnya.’’Kemudian Allah memberikan kepada umat Muhammad bonus yang tidak diberikan kepada umat lain, yaitu satu malam senilai seribu bulan.
Kedua, kenapa disebut alqadar berpengertian takdir artinya taqdiirul umur. Karena pada malam itu, Allah menyerahkan kepada empat malaikat sebagai pengatur segala urusan baik masalah kematian, hidup, rezeki, sehat dan sakit, naik dan turun pangkat, hujan dan kemarau dan lain-lain. Empat malaikat tersebut yaitu Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail. Ketiga, alqadar yang berarti malam sempit, karena turunnya rombongan malaikat ke dunia sehingga penuh oleh malaikat.
Lailatul qadar merupakan hal yang dirahasiakan oleh Allah SWT kapan persisnya hanya Allah semata yang tahu. Hal itu terkandung beberapa hikmah antara lain agar orang tekun beribadah sepanjang masa utamanya dalam bulan suci Ramadan. Tidak hanya mencari pada malam selikuran saja. Sebagaimana Allah juga merahasiakan saatul ijabah (waktu yang segala pinta manusia dikabulkan) pada hari Jumat dirahasiakan kapan jamnya.
Kemudian ismul a’dzom dari 99 asma-asma Allah juga dirahasiakan. Dimana ismul a’dzom itu apabila dibuat berdoa Allah mengabulkannya dan apabila dibuat minta Allah memberikannya. Apabila dipakai mohon ampun Allah mengampuninya.
Sebagaimana orang mukmin pada masa Nabi Sulaiman yang dengan ismul a’dzom bisa memindahkan singgasana Ratu Bilqis dari kerajaan Saba Yaman ke Palestina dalam sekejap mata.
Allah merahasiakan wali atau kekasihnya dimana orang yang memusuhi wali berarti menantang perang dengan Allah. Hal itu bertujuan agar manusia ber-khusnudzon kepada setiap manusia, menghormati orang lain dan tidak gampang menuduh jelek orang lain. Ajal manusia juga dirahasiakan kapan datangnya, agar manusia selalu siaga menghadapi kedatangan malaikat pencabut nyawa sewaktu-waktu.
Sholatil wustho juga dirahasiakan agar orang memperhatikan dan menjaga shalat lima waktu. Allah berfirman ’’Hafidzuu ala sholawatii wassholatil wustho’’. Secara umum, Allah memerintahkan agar kita memerhatikan seluruh shalat, namun Allah SWT mengkhususkan terhadap shalatil wustho.
Namun, sholatil wusto itu kapan? Isya, Subuh, Zuhur, Asar atau Maghrib itu dirahasiakan. Hikmahnya agar orang selalu menjaga semua shalat lima waktu.
Kalau ingin dapat Lailatul Qadar disarankan beribadahlah sepanjang malam utamanya bulan Ramadan dengan ibadah. Beribadah tidak pilah-pilih pada malam selikuran saja. Kalau berdoa ditentukan yang ijabah hanya itu. .
Siti Aisyah ra dalam malam-malam terakhir Ramadan memperbanyak doa, ’’Allahumma innaka afuiuwun karimun tuhibbul ’afwa fakfuanni’’. Meski kapan lailatul qadar dirahasiakan, dalam kitab tafsir Showi Syeh Imam Abil Hasan As-Syadzili berdasarkan pengalaman spiritualnya memberikan tanda-tanda datangnya lailatul qadar. Tanda-tanda itu seperti terangnya cuaca, tidak ada lolongan anjing, berhembusnya angin sepoi-sepoi basah dan lain-lain.
Syeh Imam Abil Hasan As-Syadzili juga memberikan ancar-ancar kalau awal Ramadan hari Ahad maka kemungkinan besar lailatul qadar jatuh pada malam 29 Ramadan.
Kalau awal Ramadan pada Senin, maka lailatul qadar jatuh malam 21. Kalau awal Ramadan pada Selasa, maka jatuh malam 27, Kalau awal Ramadan pada Rabu, maka jatuh malam 19. Kalau Kamis jatuh malam 25. Kalau Jumat jatuh malam 17 dan bila awal Ramadan hari Sabtu, maka lailatul qadar jatuh 23 Ramadan.
Namun pengalaman spiritual ulama yang lain juga berbeda. Hidupkanlah malam-malam Ramadan dengan aktivitas ibadah. Semoga kita termasuk yang mendapatkan lailatul qadar. Amin.


08.42 | 0 komentar | Read More

6 Perkara Yang Menjadi Rahasia Allah SwT

Sayyidina Umar r.a., pernah berkata tentang urusan-urusan yang menjadi rahasia Allah SwT.

Pertama, Allah SwT menyembunyikan keridhaan-Nya dalam ketaatan kepada-Nya.

Hal ini dimaksudkan agar hamba-Nya senantiasa untuk bersungguh dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SwT. Jangan sekali-kali meremehkan suatu ketaatan meskipun itu sepertinya sangat kecil atau perkara yang remeh. Karena bisa jadi, dalam ketaatan yang dianggap kecil itu terdapat keridhaan Allah SwT yang dapat memberikan berkah, pahala, dan ampunan sehingga dapat menjadi bekal di akhirat kelak.
Perkara yang kedua adalah, Allah menyembunyikan murka-Nya dalam kemaksiatan seorang hamba-Nya.

Tujuannya adalah agar hamba-hamba-Nya selalu berupaya dengan seluruh daya dan upaya meninggalkan kemaksiatan dan takut terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan itu. Meskipun kemaksiatan itu hanyalah kemaksiatan yang sangat kecil, karena bisa saja dengan kemaksiatan yang sangat kecil itu justru terdapat murka Allah SwT. Memang dalam beberapa kasus Allah SwT menampakkan kemurkaan-Nya, seperti orang yang sedang mabuk tiba-tiba tersambar petir padahal tidak ada hujan dan cuaca yang cerah. Atau ketika sedang bermesraan dengan bukan pasangan yang dihalalkan tiba-tiba meninggal dunia. Namun, kasus-kasus seperti itu hanyalah sebagian kecil saja dan mayoritas kemurkaan Allah SwT dirahasiakan oleh Allah SwT.

Ketiga, Allah SwT menyembunyikan kapan Malam Lailatul Qadar muncul di bulan Ramadhan.

Dengan merahasiakan datangnya Malam Lailatu Qadar ini diharapkan dapat memberikan semangat kepada orang-orang yang beriman untuk selalu menghidupkan bulan Ramadhan baik siang maupun malam selama satu bulan penuh, agar dapat melahirkan ketakwaan dalam diri sesuai dengan tujuan pelaksanaan puasa Ramadhan (QS. Al-Baqarah [2]: 183). Kerahasiaan Malam Lailatul Qadar ini memang cukup beralasan, karena nilainya lebih baik dari 1000 bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan (QS. Al-Qadr [97]: 1-5).

Keempat, Allah SwT menyembunyikan keberadaan para wali di antara manusia.

Agar setiap orang selalu menghormati orang lain dan tidak mudah meremehkan orang lain karena status sosial yang disandangnya. Siapa tahu, orang yang diremehkan itu adalah wali Allah SwT.

Perkara kelima Allah SwT menyembunyikan kapan datangnya kematian kepada seseorang.

Sebenarnya ini merupakan sebuah cara agar manusia selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dengan selalu taat beribadah kepada Allah SwT dan melaksanakan sunnah Rasulullah Saw. Namun, masih banyak yang melupakan persiapan menyambut kedatangan maut yang pasti akan menjemput. Buktinya, masih banyak yang bermaksiat kepada Allah SwT dan tidak mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Korupsi merajalela, perselingkuhan, perzinahan, mabuk-mabukkan, mencuri, meninggalkan shalat lima waktu, tidak mengeluarkan zakat, tidak mau berpuasa Ramadhan dan kemaksiatan lainnya yang dapat dengan jelas kita lihat dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kita. Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang mempersiapkan kedatangan kematian itu.

Dan perkara yang dirahasiakan oleh Allah SwT yang keenam adalah ash-shalatul wustha (shalat yang paling utama) dalam shalat lima waktu. Supaya setiap orang muslim senantiasa memelihara shalat lima waktunya dengan baik.

Pada intinya semua perkara yang dirahasiakan oleh Allah SwT bertujuan agar hamba-Nya selalu berupaya untuk beribadah kepada Allah SwT, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya tanpa terkecuali. Dan tentunya disempurnakan dengan mengikuti dan melaksanakan sunnah Rasulullah Saw. Mudah-mudahan dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SwT. Amiiin ya Rabbal ‘Alamiin. (Zarkasih)

08.38 | 0 komentar | Read More

Fakta Ilmiah Tentang Keistimewaan Malam Lailatul Qodar (Membedah Rahasia Malam dari 1000 Bulan)

Artikel bagus tentang Lailatul Qadar ini bersumber dari karya Rajendra Kartawiria, Quranic Quotient Centre. Sebagian isi buku ini kemudian dipublikasikan di internet oleh Aulia Muttaqin dan beberapa sumber lainnya.

"Manfaatkan malam Ramadhan untuk memperluas ilmu dan membangun keyakinan ya..."



http://ardisaja.student.umm.ac.id/files/2011/08/lailatul-qadar_1124_l.jpg
Mengapa Ramadhan? Dalam Islam kita mengenal adanya 4 bulan suci, yaitu Dzulka'idah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Ramadhan yang berarti panas pun tidak termasuk sebagai bulan suci. Mengapa Ramadhan dipilih untuk puasa sebulan penuh?

Dalam ilmu astronomi, Radiasi Matahari memiliki siklus 11 tahunan. Tahun 2007 sendiri merupakan akhir dari siklus ke 23 sejak pengamatan pertama pada abad 18. Bumi dilindungi Magnestosphere, sehingga dampak badai radiasi bukan terjadi pada sisi bumi yang menghadap matahari (siang hari). Saat badai radiasi matahari datang, dampaknya terasa pada bagian bumi yang membelakangi matahari (malam hari).

Radiasi di malam hari mempengaruhi tingkat getaran otak. Radiasi dan gravitasi bulan purnama meningkatkan permukaan air laut dan kehidupan makhluk laut di malamhari. Juga menarik air dalam membran otak dan lebih menggetarkan sel-sel otak.

Getaran sel otak menggambarkan tingkat kesadaran dan aktivitas otak. Umat muslim dianjurkan puasa sunnah 3 hari "shaumul biidh" pada saat terang bulan setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan-bulan Hijriyah dan menghidupkan malam-malamnya.

Tingkat radiasi bervariasi 0-100,000 dan di skala S1-S5 oleh NOAA. Berdasarkan pengamatan, radiasi sebesar 1000 MeV particles s-1 ster-1 cm-2 terjadi 10 kali dalam satu siklus 11 tahunan, atau terjadi setiap 13 bulan sekali.

Radiasi sebesar 1000 MeV particles s-1 ster-1 cm-2 ini digolongkan dalam skala S3, dan mulai berbahaya bagi manusia sebesar 1 chest x-ray. Radiasi dengan siklus 11,7 bulan (1 tahun hijriyah) adalah sebesar800 MeV particles s-1 ster-1 cm-2. Mengarah pada hipotesa malam Lailatul Qadar Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan (QS Al Qadr 97:3)

Siklus satu tahunan (hijriyah) bernilai 1000 x bulan purnama Malam yang nilainya 1000 bulan purnama adalah Lailatul Qadr Lailatul Qadr terjadi di bulan Ramadhan

Jadi siklus badai matahari yang berulang setiap satu tahunan (hijriyah) terjadi setiap bulan Ramadhan. Itulah sebabnya' Sejarah para nabi menunjukkan bahwa mereka senang merenungkan hakekat kehidupan, bertapa, pada setiap bulan Ramadhan.

Secara umum wahyu-wahyu tentang ajaran agama yang membutuhkan tingkat pemahaman yang tinggi, banyak yang diturunkan di malam-malam bulan Ramadhan. Penataan ayat-ayat Al Quran kedalam surat-surat seperti yang tersaji saat ini, dilakukan Nabi Muhammad pada malam-malam bulan Ramadhan.

Umat muslim diajak untuk menghidupkan malam-malam di bulan Ramadhan. Lebih utama adalah i'tiqaf di masjid pada 10 malam terakhir, pada malam-malam sebelum dan setelah Lailatul Qadr Energi ekstra untuk pembelajaran di bulan Ramadhan.

Untuk bisa mengaji malam Ramadhan dibutuhkan energi ekstra Kenyataannya puasa siang hari bukanlah menyebabkan tubuh kekurangan / kehabisan energi Justru puasa menghemat energi tubuh 10% karena tidak digunakan untuk mencerna makanan Energi yang dihemat ini sangat membantu pemahaman pelajaran di malam hari

Three in One di bulan Ramadhan. Efektif memahami Al Quran di malam hari. Detoksifikasi dan Manajemen Energi di siang hari. Kembali fitrah setelah berpuasa 28 hari berturut-turut

Manfaatkan malam-malam Ramadhan. Untuk dapat dengan mudah memahami makna kehidupan secara komprehensif dan benar, manfaatkan keenceran otak di kesunyian malam Lailatul Qadr. Untuk mendapat pemahaman lebih luas, malam-malam di sekitar Lailatul Qadr juga oke (10 malam terakhir Ramadhan) Lebih oke lagi kalau kamu mulai sejak malam pertama Ramadhan, mumpung siangnya berpuasa
http://safartour.blogdetik.com/files/2010/09/dua1.jpg
Hasil renungan malam ini harus dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nikmat hidup akan diperoleh jika kita berkontribusi positif kepada kehidupan dunia dengan berserah diri kepadaNya. Nikmat kehidupan akhirat akan diperoleh bila kita mampu selalu menikmati dan mensyukuri kehidupan dunia.
08.36 | 0 komentar | Read More

Rahasia batas umur manusia ditemukan,BENARKAH!?!?...

Written By Situs Baginda Ery (New) on Minggu, 22 Juli 2012 | 09.58



Kemajuan Biologi di abad ini memang mencengangkan. Setelah beberapa tahun lalu teknologi cloning mencuat dan telah menjadi bisnis miliaran dolar, sekarang ditemukan sebuah teknik baru untuk mengetahui rahasia batas umur manusia.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLL34WcASQDiDzkXXzaHnISA2hT8CTi0kDBqKGi8rni8H9Upwk7VtsxvLNzQqHRF1barpmefNiJNQeTyd3_NgRTaxfo6ZNhGbQWdOFhm6IgbjABBwlkzPJwKzaIc4pt6OziEqBAPjhnOs/s1600/umur.jpg
Mengetahui panjang usia seseorang selama hidup di dunia tampak mustahil. Apalagi kalau konsep dalam sains dilarikan ke masalah dogmatis: yang mengetahui rahasia batas umur manusia hanyalah Tuhan. Namun, kemajuan di bidang Biologi memungkinkan memprediksi umur seseorang melalui panjang suatu bagian ujung kromosom yang disebut telomere. Ini merupakan sebuah terobosan baru yang bisa memungkinkan Anda tahu berapa lama bisa bertahan hidup. Dengan biaya £435 atau sekitar Rp 6 juta, tes panjang usia lewat serangkaian uji DNA ini akan mulai ditawarkan di Inggris akhir tahun 2011.
Para ilmuwan Biologi menjelaskan bahwa telomere merupakan indikator penting terkait kecepatan penuaan (aging) seseorang. Individu dengan telomere lebih pendek dari ukuran normal, cenderung meninggal di usia lebih muda, dibandingkan pemilik telomere lebih panjang. Tapi, tes ini belum bisa memprediksi jumlah pasti bulan dan tahun kapan seseorang akan meninggal dunia. Namun pengujian lanjutan telomere akan terus dilakukan dalam lima atau 10 tahun ke depan.
Dari hasil penyelidikan kromosomal ternyata ditemui bahwa pada setiap peristiwa pembelahan sel akan terjadi pemendekan telomere. Telomere adalah suatu pengulangan sekuen DNA yang biasa didapati diujung akhir sebuah kromosom. Telomer pada manusia yang terletak di ujung setiap kromosom ini terdiri dari ratusan pengulangan dari enam sekuen nukleotida yaitu TTAGGG.
FastStoneEditor Rahasia batas umur manusia ditemukan
Telomer manusia merupakan pengulangan dari 6 nukleotida: TTAGGG
Uniknya, setiap kali sel membelah dan kromosom melakukan replikasi, sebagian kecil dari ujung kromosom ini selalu hilang entah kemana. Penyebab dan mekanismenya juga belum diketahui sampai sekarang. Dari hasil penyelidikan tersebut muncullah salah satu teori mengenai masalah aging (penuaan) ini yang disebut dengan Teori Telomer.
Nah, masalah pemendekan telomere ini diketahui menyebabkan munculnya sinyal agar sel berhenti membelah. Hal inilah yang diduga berhubungan erat dengan percepatan penuaan dan kematian. Pemendekan telomere ini ternyata disebabkan oleh aktivitas enzim yang dikenal dengan telomerase.
Terlepas dari akurasinya, temuan ini menuai banyak kritik dan menjadi kontroversi karena seolah bisa menguak rahasia di balik kotak pandora. Beberapa ilmuwan juga telah mengajukan pertanyaan tentang kontrol etika jika teknologi ini banyak digunakan di masa depan. Sebab, ini bisa memicu reaksi negatif jika hasil tes buruk. Sejumlah peneliti juga khawatir dengan kemungkinan organisasi atau individu melakukan pembajakan terhadap hasil tes ini dan berusaha menjajakan ramuan palsu untuk kehidupan.
Namun, selain mampu digunakan untuk memprediksi rahasia batas umur manusia, para ilmuwan juga mengatakan bahwa tes ini juga memberi manfaat penting untuk meminimalisir gangguan kesehatan yang berkaitan dengan usia, mulai dari penyakit kardiovaskuler hingga Alzheimer dan kanker.
09.58 | 0 komentar | Read More

Benarkah Akan Ada 7 Rombongan Iblis Saat Sakaratul Maut? (FULL IMAGE)

http://1.bp.blogspot.com/-12KV1Iuacn8/Tx7Lx2iPQyI/AAAAAAAAFm4/d7DwGrnpgQ8/s1600/Gambaran_neraka.jpg
Iblis akan senantiasa mengganggu manusia, mulai dengan memperdayakan manusia dari terjadinya dengan setitik mani hingga ke akhir hayat mereka, dan yang paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat yaitu ketika sakaratul maut. Iblis mengganggu manusia sewaktu sakaratul maut disusun menjadi 7 golongan dan rombongan.


Hadith Rasulullah S.A.W. menerangkan:
"Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari tipuan syaitan diwaktu sakaratul maut. "

Rombongan 1
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqlX2Fc72sfg0BplckJQBgT3IUQx3xetmnQRjdPhPzceLCe9B6vcnzBhQHra8ZGXZY6wQFmRCPTp5liHDngWBgn-1n_P4al18XLXn_Jxwah2L6-q6Z5MX9pOqkwFDnKG6WgT76JrVTdWgn/s400/iblis.jpg
Akan datang Iblis dengan berbagai rupa aneh seperti emas, perak dan lain-lain, serta sebagai makanan dan minuman yang lezat-lezat. disebabkan orang yang di dalam sakaratul maut itu di masa hidupnya sangat tamak dan loba kepada barang-barang tersebut, maka diraba dan disentuhnya barang2 Iblis itu, pada waktu itu nyawanya putus dari tubuh. Inilah yang dikatakan mati yang lalai dan lupa kepada Allah SWT inilah jenis mati fasik dan munafik, ke nerakalah tempatnya.

Rombongan 2

Akan datang Iblis kepada orang yang didalam sakaratul maut itu merupakan diri sebagai rupa binatang yang di takuti seperti, Harimau, Singa, Ular yang berbisa. Yang apabila orang yang sedang sakaratul maut itu memandang ke binatang itu, maka dia pun menjerit dan melompat sekuat hati. Maka seketika itu juga akan putuslah nyawa itu dari badannya, maka matinya itu disebut sebagai mati lalai dan mati dalam keadaan lupa kepada Allah SWT, matinya itu sebagai Fasik dan Munafik dan ke nerakalah tempatnya.

Rombongan 3

Akan datang Iblis mengacau dan memperdayakan orang yang di dalam sakaratul maut itu dengan menyerupai binatang kesayangannya. Apabila tangan orang yang hendak mati itu meraba-rabakepada binatang kesayangan itu dan waktu tengah meraba-raba itu dia pun mati, maka matinya itu di dalam golongan yang lalai dan lupa kepada Allah SWT. Matinya itu mati Fasik dan Munafik, maka nerakalah tempatnya.

Rombongan 4

Akan datang Iblis merupakan dirinya sebagai rupa yang paling dibenci oleh orang yang akan mati, seperti musuhnya ketika hidupnya dahulu maka orang yang di dalam sakaratul maut itu akan menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu kepada musuh yang dibencinya itu. Maka sewaktu itulah maut pun datang dan matilah ia sebagai mati Fasik dan Munafik, dan nerakalah tempatnya

Rombongan 5
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyFCmrtsCuHxWBGzQMEMGngDOekuGIWxGpB-7OP4AQ-t2SK6gzEaiYgfSCqOahKB7Jt60PROFeyBtyQukOFsu7ixe2sDTbpBmqMQfgGZwSL3zrYxhamS3LGcOdTp8MmUbwYwqHLMjGIo8/s1600/satan_3.jpg
Akan datang Iblis merupakan dirinya dengan rupa sanak-saudara yang hendak mati itu, seperi ayah ibunya dengan membawa makanan dan minuman, sedangkan orang yang di dalam sakaratul maut itu sangat mengharapkan minuman dan makanan lalu dia pun menghulurkan tangannya untuk mengambil makanan dan minuman yang dibawa oleh si ayah dan si ibu yang dirupai oleh Iblis, berkata dengan penuh kasih "Wahai anakku inilah saja makanan dan bekal yang kami bawakan untukmu dan berjanjilah bahwa engkau akan menurut kami dan menyembah Tuhan yang kami sembah, supaya kita tidak lagi bercerai dan marilah bersama kami masuk ke dalam syurga. "

Maka dia pun sudi mengikut tawaran itu dengan tanpa berfikir lagi, ketika itu waktu matinya pun sampai maka matilah dia di dalam keadaan kafir, kekal di dalam neraka dan terhapuslah semua amal kebajikan semasa hidupnya.

Rombongan 6
https://oediku.files.wordpress.com/2012/03/cahaya-hati.jpg
Akan datanglah Iblis merupakan dirinya sebagai ulama'-ulama' yang membawa banyak kitab-kitab, lalu berkata ia: "Wahai muridku, lama sudah kami menunggu akan dikau, ternyata kamu sedang sakit di sini, karena itu kami bawakan kepada kamu dokter dan obat untukmu. " Lalu diminumnya obat, itu maka hilanglah rasa penyakit itu, kemudian penyakit itu datang lagi.

Lalu datang pula Iblis yang menyerupai ulama' dengan berkata: "Kali ini kami datang kepadamu untuk memberi nasihat agar kamu mati didalam keadaan baik, tahukah kamu bagaimana hakikat Allah?"
Berkata orang yang sedang dalam sakaratul maut: "Aku tidak tahu. "

Berkata ulama' Iblis: "Ketahuilah, aku ini adalah seorang ulama' yang tinggi dan hebat, baru saja kembali dari alam ghaib dan telah mendapat syurga yang tinggi. Cobalah kamu lihat syurga yang telah disediakan untukmu, kalau kamu hendak mengetahui Zat Allah SWT hendaklah kamu patuh kepada kami. "

Ketika itu orang yang dalam sakaratul maut itu pun memandang ke kanan dan ke kiri, dan dilihatnya sanak-saudaranya semuanya berada di dalam kesenangan syurga, (syurga palsu yang dibentangkan oleh Iblis untuk tujuan menggoda orang yang sedang dalam sakaratul maut). Kemudian orang yang sedang dalam sakaratul maut itu bertanya kepada ulama' palsu:
"Bagaimanakah Zat Allah?" Iblis merasa gembira apabila jeratnya mengena.

Lalu berkata ulama' palsu: "Tunggu, sebentar lagi dinding dan tirai akan dibuka kepadamu. "
Ketika tirai dibuka selapis demi selapis tirai yang berwarna warni itu, maka orang yang dalam sakaratul maut itu pun dapat
melihat satu benda yang sangat besar, seolah-olah lebih besar dari langit dan bumi.

Berkata Iblis: "Itulah dia Zat Allah yang patut kita sembah. "
Berkata orang yang dalam sakaratul maut: "Wahai guruku, bukankah ini benda yang benar-benar besar, tetapi benda ini mempunyai enam sisi, yaitu benda besar ini ada kiri dan kanannya, mempunyai atas dan bawah, mempunyai depan dan belakang.

Sedangkan Zat Allah tidak menyerupai makhluk, sempurna Maha Suci Dia dari sebarang sifat kekurangan. Tapi sekarang ini lain pula keadaannya dari yang di ketahui dahulu. Tapi sekarang yang patut aku sembah ialah benda yang besar ini. "

Dalam keraguan itu maka Malaikat Maut pun datang dan terus mencabut nyawanya, maka matilah orang itu di dalam keadaan kafir dan kekal di dalam neraka dan terhapuslah segala amalan baik selama hidupnya di dunia ini.

Rombongan 7

Rombongan Iblis yang ketujuh ini terdiri dari 72 barisan sebab dari menjadi 72 barisan ialah karena dia menepati Iktikad Muhammad S.A.W bahwa umat Muhammad akan terbagi kepada 73 barisan). Satu barisan/golongan yang benar yaitu ahli sunnah waljamaah, 72 yang lain masuk ke neraka karena sesat.

Ketahuilah bahwa Iblis itu akan mengacau dan mengganggu anak Adam dengan 72 macam yang setiap satu berlainan di dalam waktu manusia sakaratul maut. Oleh karena itu hendaklah kita mengajarkan kepada orang yang hamper meninggal dunia akan talkin Laa Ilaaha Illallah untuk menyelamatkan dirinya dari gangguan Iblis dan syaitan yang akan berusaha bersungguh-sungguh menggoda orang yang sedang dalam sakaratul maut.

Disebutkan dalam sebuah hadith yang artinya: "Ajarkan oleh kamu (orangyang masih hidup) kepada orang yang hampir mati itu: Laa Ilaaha Illallah. "
ilustrasi gambar oleh:eryevolutions
09.43 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...