Si Mbah tampil beda sore itu. Ia mengenakan baju koko kuning berlengan panjang, kain sarung, dan peci hitam. Padahal biasanya ia memakai baju batik lengan panjang. "Saya lihat baju itu ada renda-rendanya," kenang fotografer tabloid Nova, Daniel Supriyono, di RS Sardjito,Yogyakarta, kemarin.
Seusai si Mbah salat, Daniel bersama reporter Ahmad Tarmizi tergopoh-gopoh menya-laminya. Lalu Mbah Maridjanmasuk ke dalam rumah, diikuti dua laki-laki - satu orang mengenakan baju batik, satu lagi baju seragam yang biasa dikenakan awak media.
Daniel lalu bergabung dengan wartawan-wartawan lain dan beberapa warga. Ada sekitar 15 orang yang bercengkerama santai sambil mengudap di teras rumah si Mbah.
Pukul 16.30 WIB, rombongan wartawan turun, kecuali dua tamu si Mbah tadi dan sebagian warga. Cuaca mulai gelap. Pada saat bersamaan, ujar relawan Taruna Siaga Bencana Yogyakarta, Krista Martana, 29 tahun, serombongan orang naik ke Ki-nahrejo dengan mobil.
Misi para kerabat si Mbah inijelas, yaitu membujuk sang juru kunci Merapi agar turun. Mereka juga ingin memenuhi permintaan si Mbah. "Si Mbah telepon minta uang pitungatus rupiah (Rp 700)," kata Krista.
Misi gagal. Bintang iklan minuman berenergi itu menolak mengungsi. Tak lama berselang, awan panas meluluhlantakkan Dusun Kinahrejo, tempat Mbah Maridjan tinggal. Awan panas inilah yang merenggut jiwa sang kuncen Merapi bersama beberapa orang lainnya.
Setelah peristiwa itu, para kerabatnya menangkap maksud permintaan si Mbah. "Pitungatus bisa diartikan pitulungan (pertolongan). Jadi, si Mbah sebenarnya minta pertolongan,"kata Krista. Namun mereka tidak tahu jenis pertolongan yang dimaksudkan.
Selain permintaan tersebut, pada Jumat, 22 Oktober, si Mbah sempat menyampaikan pesan kepada koleganya, Wangsaf Yudi, yang akrab disapa Ki Demang. "Seusai salat Jumat, dia bilang wektuku iki wis cedhak"(waktuku sudah dekat)," ujar Ki Demang.
Biasanya, saat Merapi mulai batuk-batuk, si Mbah menyepi di Bukit Petir, sedangkan pada hari kematiannya itu si Mbah tetap di rumah. Dalam posisi bersujud, Mas Penewu Suraksohar-go alias Mbah Maridjan mengakhiri 28 tahun pengabdiannya sebagai juru kunci Merapi.
PW) AGUSTIN I KH FWOIKJl
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com