ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Islami Inspiratif: Kisah Takutnya Kekasih Allah SWT

Written By Situs Baginda Ery (New) on Kamis, 16 Januari 2014 | 16.59

Saudaraku, ketika seseorang telah menangkap indahnya kebenaran Kekasihnya dari dalam hati, maka ia akan memiliki kekuatan yang seimbang. Melalui harapan yang tinggi, ia pun terus merasakan kecintaan yang luar biasa. Sehingga dengan sendirinya akan merasa ketakutan bila menjauh dari Kekasihnya itu. Bahkan menjadi-jadi seiring keimanannya. Semakin hari yang ada hanyalah rasa takut untuk berpisah, namun merindukan perjumpaan yang akan terjadi dalam rupa tiada batasan. Yaitu kebahagiaan negeri akherat (Syurga).
Ya. Rasa takut pada Kekasih Yang Sejati adalah obat penghilang kesakitan hati. Dengan segala harapan dan renungannya, seseorang akan senantiasa memikirkan yang ia cintai itu. Karena dengan begitulah ia dapat menjalani setiap derap kehidupan dalam keseimbangan dan kebenaran hakiki. Ia pun akan cepat mengetahui bila telah melakukan kesalahan dan dosa. Sehingga akan tersiksa bila tidak segera meminta maaf (bertaubat) pada Kekasih yang paling dicintai, yaitu Allah SWT.
“Ya Allah. Anugerahkan dalam diriku kemampuan untuk mencintai keagungan-Mu. Sibukkan hatiku untuk selalu mengingat-Mu. Sebab, kebahagiaan terbesarku adalah kedekatan dengan cahaya-Mu”
“Ya Allah. Anugerahkan hamba dengan rasa cinta pada-Mu. Dengan rasa senang akan cinta pada perintah-Mu. Sebab, dengan mencicipi sebagian dari kemurnian cinta-Mu itu, jauh lebih hamba sukai dari isi dunia”
Dalam satu waktu Allah SWT pernah berfirman kepada Nabi Dawud AS; “Wahai Dawud, takutlah kepada-Ku, seperti engkau takut kepada binatang buas yang berbahaya”. Yang memiliki makna bahwa Allah SWT akan bertindak seperti binatang buas hanya untuk membinasakan sesuatu tanpa peduli. Hal itu karena meski pun Allah SWT menghancurkan alam semesta sekalipun, maka Dia tidak akan peduli. Sehingga Dia sangat patut untuk ditakuti. Sebagaimana sikap Rasulullah Muhammad SAW yang tertuang dalam sabdanya berikut ini:
“Akulah yang paling mengetahui Allah SWT di antara kalian. Dan aku pula yang paling takut kepada Allah SWT” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Diriwayatkan dari Aisyah RA pula bahwa ketika cuaca berubah dan angin bertiup kencang, maka wajah Rasulullah SAW juga ikut berubah. Beliau berdiri kebingungan di dalam kamarnya, serta keluar dan masuk kamar. Hal itu terjadi karena beliau mencemaskan siksa yang akan diberikan Allah SWT. (HR. Ahmad dan Haitsami)
Begitu pun yang di alami oleh Nabi Ibrahim AS, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Darda` RA bahwa; “Detak jantung Nabi Ibrahim AS terdengar dari jarak sejauh satu mil karena takut kepada Tuhannya”
Lain halnya dengan Nabi Dawud AS. Mujahid berkata; “Nabi Dawud AS menangis selama empat puluh hari sambil bersujud tanpa mengangkat kepalanya hingga rerumputan tumbuh dari kucuran air matanya dan menutupi kepalanya. Orang-orang berseru; “Wahai Dawud, apakah engkau lapar? Makanlah! Atau engkau haus? Minumlah! Engkau meratap di bawah kayu hingga terbakar oleh panasnya ketakutanmu”. Kemudian Allah SWT menerima tobatnya dan mengampuni dosanya. Nabi Dawud AS berkata; “Wahai Tuhanku, tuliskanlah dosa-dosaku di telapak tanganku”. Maka dosa-dosanya tertulis di telapak tangannya hingga dia tidak sanggup untuk merentangkan telapak tangannya untuk makan, minum dan hal yang lainnya. Hal itu karena dia senantiasa melihat dosa-dosanya di telapak tangannya dan menangisinya. Seseorang berkata; “Dawud pernah diberi gelas dengan dua pertiga gelasnya berisi air. Ketika dia menerimanya, dia melihat dosa-dosanya. Belum sampai dia menyentuhkan gelas itu di bibirnya, gelas itu telah penuh dengan air matanya”.
Suatu riwayat lain mengatakan bahwa Nabi Dawud AS tidak pernah mengangkat kepalanya untuk menatap langit sampai beliau wafat. Hal itu karena beliau malu dan takut kepada Allah SWT. Di dalam munajatnya, Nabi Dawud AS berkata; “Wahai Tuhanku, jika aku mengingat dosa-dosaku, bumi yang luas seakan-akan menjadi sempit. Namun, ketika aku mengingat rahmat-Mu, jiwaku seakan kembali ke dalam diriku. Maha Suci Engkau wahai Tuhanku. Aku telah mendatangi hamba-hamba-Mu yang shaleh untuk mengobati dosa-dosaku, mereka semua menyuruhku untuk mendatangi-Mu. Sungguh celaka orang-orang yang putus asa dari rahmat-Mu”
Fudhail RA pernah berkata; “Aku pernah diberi tahu bahwa pada suatu hari Nabi Dawud AS pernah mengingat dosa-dosanya, hingga beliau melonjak sambil berteriak dan meletakkan tangannya di atas kepalanya. Setelah itu dia berlari sampai di pegunungan hingga binatang-binatang buas berkumpul dan mengitarinya. Beliau berkata; “Pulanglah! Aku tidak menghendaki kedatangan kalian. Sesuatu yang kuinginkan hanyalah orang yang menangisi dosa-dosanya. Orang yang tidak memiliki dosa, maka apakah yang ia perlukan dari Dawud AS yang penuh dosa ini?”
Yazid Raqqasyi bercerita; “Pada suatu hari Nabi Dawud AS keluar menemui orang-orang untuk menasihati dan memperingatkan mereka. Empat puluh ribu orang menemuinya dan tiga puluh ribu orang meninggal (karena menerima dan meresapi nasihat beliau), hingga tersisa sepuluh ribu saja yang dapat pulang ke rumah mereka”
Riwayat yang lain menceritakan bahwa Nabi Dawud AS memiliki dua orang pelayan. Ketika beliau diliputi oleh rasa takut hingga menyebabkan ia terjatuh dan tubuhnya bergetar, maka kedua pelayannya menahan getaran tubuhnya. Hal itu karena mereka takut jika anggota tubuh Nabi Dawud AS akan terlepas.
Saudaraku tercinta, sungguh demikianlah yang tertanam di dalam hati para kekasih dan pecinta Allah SWT ini. Justru karena mereka adalah utusan-Nya, maka semakin pula rasa takut pada Tuhannya kian besar. Begitu pula yang dialami oleh para sahabat Rasulullah SAW. Oleh karena kecintaan dan rasa takutnya pada Allah SWT, mereka pun berkata:
Abu Bakar RA pernah berkata; “Seandainya aku seperti engkau, wahai burung. Dan tidak tercipta sebagai manusia”
Dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah, ia berkata bahwa Umar bin Khaththab RA suatu hari pernah mengambil segenggam tanah sambil berkata; “Seandainya aku menjadi tanah ini. Seandainya aku tidak disebut-sebut. Seandainya aku tidak pernah dilahirkan oleh ibuku. Seandainya aku dilupakan sama sekali”. Begitupun ketika beliau mendengarkan bacaan Al-Qur`an, ia jatuh pingsan karena ketakutan hingga ia dijengguk selama beberapa hari. Selain itu, terdapat dua goresan hitam bekas air mata di wajahnya. Umar RA berkata; “Barangsiapa yang takut kepada Allah SWT, dia tidak akan melampiaskan kemarahannya. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah SWT, dia tidak akan menuruti nafsunya. Kalau saja karena hari kiamat, maka keadaan sekarang akan berbeda”

Utsman bin Affan RA pernah berkata; “Aku tidak ingin dibangkitkan lagi setelah kematian” (Riwayat Ahmad, Baihaqi dan Hakim)
Pada suatu ketika Ali bin Abi Thalib RA memberi salam setelah melaksanakan shalat Fajar. Kemudian beliau membalikkan telapak tangannya dan berkata dengan sedih; “Aku melihat para sahabat Rasulullah SAW dan aku tidak pernah melihat sesuatu yang menyerupai mereka. Di pagi hari wajah mereka pucat, rambut mereka kusut, dan mata mereka membengkak seperti lutut kambing. Hal itu karena mereka selalu menghabiskan waktu malam mereka dengan bersujud, shalat dan membaca Al-Qur`an, serta naik turun antara kening dan kaki mereka (shalat). Setelah waktu pagi tiba, mereka berzikir kepada Allah SWT dan mencondongkan tubuh mereka seperti condongnya pohon yang tertiup angin. Mata mereka mengucurkan air mata hingga membasahi baju mereka. Demi Allah, aku seolah-olah berada bersama kaum yang lalai pada waktu malam”. Kemudian Ali RA berdiri. Sejak saat itulah dia tidak pernah terlihat tertawa lagi sampai Ibnu Muljam menikamnya.
Jika Ali bin Husain berwudhu, maka raut mukanya berubah pucat hingga keluarganya bertanya; “Mengapa engkau terbiasa seperti itu ketika berwudhu? Dia menjawab; “Tahukah kalian aku hendak berdiri untuk menghadap siapa?”
Umar bin Abdul Aziz pun pernah berkata; “Sungguh, Allah telah menjadikan kelalaian sebagai rahmat di dalam hati manusia, yaitu supaya mereka tidak mati karena takut kepada Allah SWT”
Ya. Begitulah bila rasa cinta yang mendalam bila telah dimiliki oleh seseorang kepada Kekasih Sejatinya. Ketakutan akan kian kentara namun justru menjadi obat yang dapat menyembuhkan penyakit hatinya. Sehingga, meninggalkan sesuatu yang tidak disukai-Nya akan menjadi sesuatu yang ringan dan menyenangkan. Kezuhudan pun menjadi kenyataan tanpa alasan riya` dan kemunafiqkan.
“Ya Allah. Tanamkan di dalam hatiku anugerah kerinduan pada-Mu. Bersihkan setiap kotoran jiwaku dg mengingat akan Dzat-Mu. Dan bila malam telah datang merayuku dalam kemalasannya, maka kasihanilah hamba agar dapat merayu-Mu untuk mengampuni dosa-dosaku”
Untuk itu saudaraku, mari kembali kita mengoreksi diri dan bertanya tentang sebatas mana rasa cinta – hingga menimbulkan ketakutan kepada Tuhan – itu mendiami hati kita. Tentang apakah kita sudah terlepas dari sikap sombong dan berpuas diri, karena merasa telah benar dalam bertindak dan terlalu percaya diri bila semua amal perbuatan telah diterima-Nya. Sedangkan siapa kita ini? Apakah merasa lebih hebat dan mulia dari para Nabi dan sahabat di atas? Sebab, jika tidak cepat-cepat, maka yakinlah penyesalan akan banyak menghampiri kehidupanmu. Sedangan azab Ilahi dengan riang gembira menanti di Neraka.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al-`Ashr [103] : 1-3)
Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk dapat mencintai dan merasa takut kepada Allah SWT. Baik dalam kondisi, tempat dan waktu kapanpun. Karena hanya dengan begitulah kita akan memiliki rasa malu bila melakukan kesalahan sehingga terhindar dari murka-Nya yang teramat perih.
Yogyakarta, 09 Desember 2011
Mashudi Antoro (Oedi`)
[Cuplikan dari buku "Kajian Hati, Isyarat Tuha", karya: Mashudi Antoro]

http://oediku.wordpress.com/2011/12/09/kisah-takutnya-kekasih-allah-swt/
16.59 | 0 komentar | Read More

Tentang Kebersihan dalam Agama Islam: Kebersihan Dalam Agama Islam Berdasar ISO Allah SWT

“Sesungguhnya mendapat kemenanganlah orang yang membersihkan dirinya “
QS Al A’la ayat : 14
Dalam Islam, kebersihan adalah bersifat global atau luas. Artinya kebersihan itu meliputi semua aspek dalam Islam. Barangsiapa benar-benar dapat mengamalkan kebersihan yang global secara Islam ini maka oleh Allah mereka dijanjikan kemenangan baik di dunia terlebih lagi di akhirat.
Kebersihan menurut Islam paling tidak ada 8 peringkat, yaitu :
1.Kebersihan I’tiqad atau Akidah.
Kebersihan dalam aspek ini adalah yang paling utama, yaitu kebersihan aqidah dari syirik atau kekufuran. Jangan sampai aqidah kita tidak bersih, baik kepada Zat Allah, Sifat Allah, maupun perbuatan-Nya. Seringkali kita terjebak secara tidak sadar dalam hal-hal kecil, dimana jika tidak kita pahami secara i’tiqad maka hal-hal kecil itu dapat menjerumuskna kita kepada syirik khafi ( halus ). Misalnya kita sering mengatakan, secara tidak sadar : “ Ijazah inilah yang akan mengubah nasibmu”, “Obat ini yang telah menyembuhkan sakitku selama ini”, “Dokter telah memvonis bahwa hidupnya tinggal 6 bulan lagi”, “Air minum ini dapat menghilangkan hausmu”, ”Andaikan semalam mereka tidak lewat puncak, pasti mereka tidak akan mengalami kecelakaan maut itu”
Atau kita sering bimbang dengan rizki kita, padahal selama kita masih hidup Allah telah menjamin rizki kita. Atau kita tidak yakin dengan ketentuan Allah, kita tidak redha dengan apa yang Allah telah tentukan kepada kita.
2.Bersih dari sifat Mazmumah ( sifat jahat dalam hati )
Mazmumah ada 2 jenis yaitu mazmumah atau sifat tercela terhadap Allah dan mazmumah terhadap sesama manusia, yaitu
Antara penyakit hati (mazmumah ) terhadap Allah adalah :
Tidak khusyuk beribadah, Lalai dari mengingat Allah,Tidak yakin dengan Allah,Tidak ikhlas dengan Allah,Tidak takut pada ancaman Allah,Tidak harap pada rahmat Allah,Tidak redha akan takdir Allah,Tidak puas dengan pemberian Allah,Tidak sabar atas ujian Allah, Tidak bersyukur atas nikmat Allah,Tidak terasa diawasi Allah,Tidak terasa kehebatan Allah,Tidak rindu dan cinta dengan Allah,Tidak tawakal pada Allah,Tidak rindu pada syurga dan tidak takut neraka,Gila dunia, membuang waktu dengan sia-sia,Penakut (takut pada selain Allah),Ujub,Riya’,Gila pujian dan kemasyhuran
Sedangkan mazmumah terhadap sesama manusia diantaranya, adalah :
Benci membenci,Rasa gembira kalau dia mendapat celaka dan rasa sedih kalau dia berhasil,Medoakan kejatuhannya,Tidak mahu minta maaf dan tidak memaafkan kesalahannya,Hasad dengki,Dendam,Bakhil,Buruk sangka,Tidak berlapang dada,Tidak tenggang rasa,Tidak tolong-menolong,Tamak,Degil dan keras hati,Mementingkan diri sendiri,Sombong,Tidak sabar dengan manusia,Memandang hina kepada seseorang,Riya’,Ujub,Rasa diri bersih
3.Bersih dari hawa Nafsu yang jahat.
Kita mesti bersih dari nafsu yang jahat, sebab nafsu itu kalau kita ikuti, maka Allah akan menganggap kita bertuhankan nafsu. Tuhan berfirman, “Tidakkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan?.” di firman yang lain Allah menyebutkan “ sejahat-jahat manusia adalah yang menuruti kehendak hawa nafsunya” .Nafsu adalah kehendak dalam diri manusia yang Allah ciptakan berupa fitrah, baik itu kehendak yang sesuai dengan syariat atau yang bertentangan dengan syariat. Kewajiban kita adalah membersihkan dan mendidik nafsu dari hal-hal yang melanggar syariat dengan cara melawan nafsu ( mujahadatun nafsi ) yang jahat diiringi dengan menyuburkan kehendak-kehendak yang sesuai dengan kehendak yang Allah redhai
4. Perkara yang lahiriah juga mesti terbebas atau bersih dari hal-hal yang makruh terlebih lagi yang haram.Yaitu kebersihan makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, rumah, kamar mandi, dsb
5. Kebersihan pergaulan dari terlibat pergaulan yang makruh atapun haram, bergaul bebas tanpa ada batasan syariat dsb.
6. Bersih di sudut ibadah,
misalnya bersih dari 3 jenis najis,bersih dari najis aini dan najis hukmi. Wajib bersih juga dari hadas besar dan hadas kecil, dari hal-hal yang menjijikan seperti kotoran hidung, kotoran mata, kotoran telinga. Begitu juga bersih dari perkara-perkara belepotan. Hidarkan sholat dengan pakaian yang tidak kemas dan rapih atau pakaian yang ala kadarnya, walaupun tidak najis tapi kita depan Tuhan. Bila mau bertemu orang penting saja, kita bersih, wangi, pakai make up sedangkan dengan Allah kita asal-asalan. Secara tidak sadar kita sudah mengecilkan Tuhan atau tidak beradab dengan Tuhan.
7. Kebersihan akal dari ideologi
Zaman solafussoleh dahulu umat Islam tidak ada ideologi-ideologi atau –isme seperti saat ini. Ideologi adalah cara atau sistem hidup yang direka oleh manusia yang tidak ada kaitannya dengan wahyu. Bersih dari Ideologi artinya jangan kita jadikan ideologi sebagai pegangan, sebagai agama,sebagai cara hidup.Tanpa terkecuali, seperti komunis, nasionalis, kapitalis, sosialis, demokrasi dsb. Sebagai ilmu tidak mengapa belajar ideologi, tapi jangan kita jadikan sebagai pegangan hidup. Karena hanya Islam saja merupakan sistem hidup yang diredhai Allah. Begitu juga ekonomi kita, pendidikan kita, hendaklah bersih dari sekulerisme, dari riba, penindasan, terutama pendidikan mesti bersih sebab pendidikan sangat mencorak jiwa pribadi dan pendirian kita. Jangan sampai pendidikan kita bercorak sekuler.
Diatara yang berbahaya dalam pendidikan sekuler yaitu mengesampingkan Tuhan, Allah tidak dimasukkan dalam setiap program pendidikan atau pendidikan tidak dikaitkan dengan Yang Maha Pencipta. Walaupun yang dipelajari perkara yang halal, akan tetapi bisa jadi hasilnya akan menjadi haram bila Allah ditinggalkan atau dikesampingkan. Kita mungkin bertanya, “apa salahnya saya belajar matematika, sastera, sejarah,ekonomi,sains?” Jawabannya, Tidak salah. Jasi salahnya dimana? Salahnya yaitu jika itu semua tidak dikaitkan dengan Allah atau mengesampingkan Allah. Jadi dikarenakan tidak dikaitkan dengan Allah, ilmu-ilmu yang tidak salah tadi menjadi salah.Kenapa? Sebab jika mengesampingkan Allah maka sains jadi Tuhan, matematika jadi Tuhan, walaupun tidak menyebut itu Tuhan. Side effect-nya juga ialah semakin maju peradaban, semakin canggih teknologi, semakin gagah pembangunan material maka semakin rusak akhlak dan moral manusia, semakin banyak terjadi kejahatan dan peperangan, dsb
Wahyu Allah yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad adalah : “iqra’ bismi rabbikal ladzi khalaq…”
8.Bersih dari adat.
Sekedar belajar adat tidak mengapa, tapi jangan dijadikan sebagai pegangan. Sebab Islam itu sudah syumul / lengkap / sempurna. Misalnya pembagian harta waris. Di beberapa darah, perempuan mendapat harta lebih banyak dari lelaki bahkan ada yang semua diberikan pada perempuan. Boleh jadi orang yang kawin dengan perempuan dari daerah itu secara tidak sadar dia makan harta haram. Masih banyaklagi contoh adat yang tidak sesuai dengan syariat. Jangan sebut adat bersendi syariat, sebut saja syariat, karena itu adalah dua hal yang berbeda, adat merupakan ciptaan manusia sedangkan Islam adalah dari Allah.
Jadi kebersihan menurut Islam, menurut kehendak Allah itu bersifat global. Marilah kita mengukur diri kita. Mungkin kita sudah menjaga kebersihan akidah dan ibadah, tapi pendidikan, ekonomi, akal dan pergaulan belum bersih. Atau misalnya walaupun tidak ikut ideologi, tapi kalau kita membesarkan dan memuja akal, pergaulan kita masih bebas, ekonomi masih terlibat riba dan kapitalis artinya kita belum bersih juga.
Agama Islam hendaklah bersih dalam semua aspek. Kita dapat melihat diri kita hanya bersih dalam beberapa aspek saja. Yang laibelum tentu. Itupun misalnya di sudut ibadah, setelah diperiksa rumah-rumah kita, belum bersih. Tempat Sholatnya, kamar mandinya, toiletnya, kamar tidurnya dsb
Yang disebut tadi yang besar-besar. Sebenarnya luas sekali ISO Allah tentang kebersihan ini. Tentang kebersihan ini pun kita masih gagal, sedangkan dalam ajaran Islam kebersihan sangat penting. Marilah kita berusaha sungguh-sungguh menjaga kebersihan dalam semua aspek untuk mendapat kemenangan di dunia dan Akhirat. Semoga Allah menilai usaha kita nanti.Amin
Sumber : Kuliah Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi

http://aboutmiracle.wordpress.com/2007/05/17/standar-kebersihan-menurut-kehendak-allah/
16.58 | 0 komentar | Read More

Inspiratif Islami: YAQAZAH – Rasulullah SAW sentiasa ada bersama kita

yaqazah
DEFINISI YAQAZAH DAN MUSYAFAHAH
Arti yaqazah pada bahasa ialah jaga, sedar, bukan dalam keadaan mimpi, (yaqiza) Aiy mutayaqqizun: Hazirun: jaga, sedar, berjaga-jaga. – Mukhtarus Sihah, Asy Syeikh AI Imam Muhammad bin Abi Bakar bin Abdul Qadir Ar Razi, Al Maktabah Al’asriyah, Soida, Beirut. (m.s. 349)
Adapun pengertian yaqazah pada istilah perbahasan ilmu tasawuf ialah bertemu atau berjumpa dengan roh Rasulullah SAW dalam keadaan jaga (bukan mimpi) dan ia merupakan satu karamah wali-wali Allah.
Arti musyafahah pada bahasa pula ialah berbual-bual antara dua pihak. (Al Musyafahah) Al Mukhatobah min fika ila fihi. – Mukhtarus Sihah, Asy Syeikh Al Imam Muhammad bin Abi Bakar bin Abdul Qadir Ar Razi, AI Maktabah AI’asriyah, Soida, Beirut. (m.s. 167)
Pada istilah pula ialah berbual-bual dengan roh Rasulullah SAW atau bersoaljawab atas apa-apa kesamaran dalam agama atau menerima amalan-amalan tertentu dari baginda.
Yaqazah adalah satu perkara luar biasa yang mencarik adat. Ia menjadi salah satu sumber kekuatan para ulama yang hak dalam mempertahankan kebenaran.
Imam As Sayuti apabila ingin memasukkan sebuah Hadis ke dalam kitab karangannya akan bertanya kepada Rasulullah SAW secara yaqazah: “Adakah Hadis ini daripadamu ya Rasulullah?”
Jika Rasulullah SAW membenarkan, barulah beliau merekodkan Hadis tersebut.
Begitu juga berlaku kepada ramai auliya Allah. Ini merupakan satu ‘teknologi’ yang sangat canggih yang tidak mampu dipintas oleh musuh-musuh Islam di kalangan Yahudi dan Nasrani. Bagaimana mereka ingin memintasnya sedangkan kekuatan mereka setakat memaksimumkan penggunaan akal. Akal sampai bila pun tidak akan berjaya mengalahkan kekuatan roh.
Inilah senjata kemenangan ulama-ulama dan para pejuang Islam sepanjang sejarah. Dengan bersungguh-sungguh mengusahakan taqwa, Allah kurniakan kepada mereka bantuan-bantuanNya secara zahir atau rohani. Di antara bantuan-bantuan rohani ialah mimpi yang benar, firasat, kasyaf, hatif dan lain-lain. Baca : HIKMAH & ILHAM: Saluran Ilmu Yg Sudah Hilang Dari ULAMA Islam Modern
Bacalah sejarah Tariq bin Ziad, Salehuddin Al Ayubi, Muhammad Al Fateh, Mimar Sinan, Imam Al Ghazali, Imam As Sayuti. Kajilah rahsia kejayaan mereka.
HUKUM YAQAZAH
Yaqazah hukumnya boleh berlaku pada wali-wali Allah sebagai kemuliaan (karamah) yang Allah kurniakan kepada mereka. la adalah perkara yang mencarik adat (luar dari kebiasaan) pada logik manusia sedangkan ia masih dalam lingkungan mumkinat (jaiz) bagi Allah mengadakan atau mentiadakannya.
Perlu diketahui perkara yang bersalahan dengan adat boleh dibahagikan kepada empat kategori, berdasarkan di tangan siapa ia terjadi:
1. Mukjizat: berlaku kepada para rasul a.s. sebagai bukti kerasulan mereka untuk mencabar penentang-penentang mereka.
2. Karamah: berlaku kepada kekasih-kekasih Allah (para wali) lambang kemuliaan yang Allah beri kepada mereka.
3. Maunah: berlaku kepada orang-orang mukmin dengan berkat guru atau amalan tertentu yang diistiqamahkan.
4. Sihir: berlaku di tangan orang-orang fasik atau kafir secara istidraj (dalam murka Tuhan).
dome
DALIL BOLEH BER-YAQAZAH
Perlu diketahui dan difahami, ada banyak ayat-ayat Al Quran yang memberi isyarat tentang peristiwa yaqazah ini. Kalaulah ia boleh berlaku kepada para rasul a.s. sebagai mukjizat, ia juga boleh berlaku kepada wali-wali Allah sebagai karamah.
Dalil pertama:
Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Musa a.s. Ketika Rasulullah SAW dimikrajkan, baginda dipertemukan dengan Nabi Musa a.s. sedangkan Nabi Musa telah wafat lebih 600 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad. Oleh kerana besarnya peristiwa ini maka Allah rakamkan di dalam Al Quran dengan firman-Nya:
Maksudnya: “Maka janganlah kamu ragu tentang pertemuanmu (dengan Musa ketika mikraj).” (Sajadah: 23)
Dalil kedua:
Solat jemaah Nabi SAW dengan para rasul Nabi Muhammad SAW bersembahyang berjemaah dengan para rasul di malam Israk sebelum baginda dimikrajkan. Firman Allah:
Maksudnya: “Dan tanyalah orang-orang yang Kami utus sebelum kamu (wahai Muhammad) di antara para rasul Kami itu.” (Az Zukhruf: 45)
Di dalam Tafsir Al Qurtubi, juzuk ke-7, ms 5915 tercatat:
“Masalah bertanya kepada anbiya di malam mikraj, Ibnu Abbas meriwayatkan bahawa para anbiya bersembahyang dengan berimamkan Rasulullah SAW dalam tujuh saf . Tiga saf terdiri dari rasul-rasul. Manakala empat saf lagi untuk nabi-nabi. Pertemuan Nabi SAW ini adalah dalam keadaan jaga dan Nabi SAW telah bertanya sesuatu kepada mereka di malam itu.”
Dalil ketiga:
Hadis dari Abu Hurairah r.a.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Aku dengar Nabi SAW bersabda:
Maksudnya: “Sesiapa yang melihatku di dalam mimpi, maka dia akan melihatku di dalam keadaan jaga dan syaitan tidak boleh menyerupai diriku.” (Sahih Bukhari, juzuk ke-9, m.s. 42)
PENGAKUAN ULAMA MENGENAI YAQAZAH
Ibnu Arabi dalam kitabnya Fara’idul Fawa’id menulis:
“Adalah jaiz  (khususnya bagi wali Allah yang diberi karamah) untuk bertemu dengan zat Nabi SAW baik rohnya atau jasadnya kerana Rasulullah SAW seperti lain-lain nabi dan rasul, semuanya hidup bila mereka dikembalikan (kepada jasadnya) serta diizinkan oleh Allah keluar dari kuburnya.”
Dalam kitab Al Khasoisul Kubra, Imam As Sayuti dalam Syarah Muslim oleh Imam Nawawi menulis:
‘Jikalau seseorang berjumpa Nabi SAW (dalam mimpi atau jaga), baginda menyuruh akan sesuatu perbuatan (sunat), melarang satu larangan, menegah atau menunjukkan suatu yang baik, maka tiada khilaf ulama bahawa adalah sunat hukumnya mengamalkan perintah itu.”
Datuk Seri Maharaja Datuk Seri Utama, Awang Haji Ismail bin Umar Abdul Aziz, Mufti Kerajaan Brunei Darussalam, mengeluarkan fatwa melalui Pejabat Mufti, Kementerian Hal Ehwal Agama, Negara Brunei Darussalam pada 14 Jamadil Awal1408H, 4 Januari 1988 iaitu:
“Maka nyata dari kata-kata ulama yang di atas ini bahawa berjumpa dengan Nabi SAW waktu tidur atau waktu jaga dan Nabi SAW mengajar akan sesuatu ilmu, suatu doa, suatu selawat dan suatu zikir, adalah harus dan boleh, bagaimana telah berlaku pada ulama-ulama, ahli ilmu Islam, wali-wali Allah dan orang-orang solehin, kita berkata perkara seperti itu termasuk di bawah ertikata fadhailul a’mal. Adapun perkara halal dan haram telah tertutup dengan berhenti wahyu kepada Nabi kita dan dengan wafat Nabi kita SAW sebagaimana kita telah sebutkan di awal-awal rencana ini”
Sila baca kitab-kitab berkenaan wali-wali Allah seperti Syawahidul Haq karangan Syeikh Yusuf Anbahani dan kitab Lathoiful minan karangan Al Arifbillah Tajuddin bin Athaillah As Sakandari yang meninggal tahun 709H dan Jami’u Karamatil Auliya karangan Syeikh Anbahani dan Hilyatul Auliya oleh Al Hafiz Abu Naim dan karangan Al :A’lamah Dr. Abdul Halim Mahmud, Mesir dan lain-lain.”
Rujukan
  1. Husain Hasan Tomai, Masalah Berjumpa Rasulullah Ketika Jaga Selepas Wafatnya, Pustaka Aman Press Sdn. Bhd, Kota Bharu, Kelantan, 1989
  2. Yusuf An Nabhani, Kisah-kisah keramat wali Allah
Kitab ulama-ulama yang membahas mengenai yaqazah:
  1. Syeikh Yusuf an Nabhani, Afdalul Salawat
  2. Syeikh Yusuf an Nabhani, Sa’adah ad-Daraini
  3. Syeikh Jalaluddin as-Sayuti, Inaratul Halik
  4. Imam al-Ghazali, Al-Munziqu minal Dzalal
—————————————————————————————————————————————-
Tambahan artikel dari whasid.wordpress.com :
Apakah Rasulullah SAW masih hidup setelah kematiannya?
Imam Badruddin bin as Shahib mengambil dalil dalam Al Quran:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rejeki (QS: Ali Imran: 169).
Rasulullah SAW tentu kedudukannya lebih tinggi dari syuhada yang tentunya lebih berhak untuk keistimewaan itu.
Imam Baihaqi menyatakan dalam kitab Dalailun Nubuwwah: “Para Nabi hidup di sisi Tuhan mereka seperti para syuhada”
Abu Ya’la dalam Musnadnya dan Al Baihaqi dalam kitab Hayatul Anbiya mengeluarkan hadis dari Anas r.a:
Nabi saw bersabda: “Para Nabi hidup di kubur mereka dalam keadaan mengerjakan sholat.”
Apakah dapat menjumpai Rasulullah SAW setelah wafatnya?
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Barangsiapa yang melihatku di dalam tidurnya, maka ia akan melihat aku di dalam bangunnya (jaga) dan setan tidak bisa menyerupai diriku” ( Riwayat Bukhari, Muslim, dan Abu Daud)
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Siapa yang melihat aku di dalam tidurnya (mimpi) berarti ia benar-benar melihatku, sebab setan tidak dapat menyerupaiku” (Riwayat Bukhari, Muslim dan Turmudzi)
Nabi Bersabda: “Barangsiapa melihat aku, ia sungguh-sungguh melihat yang benar, sebab setan tidak bisa meniruku dalam segala hal” (Riwayat Syaikhan)
Dari Abu Hurairah, Nabi Bersabda: “Buatlah nama dengan namaku dan jangan membuat julukan dengan julukanku. Barangsiapa yang bermimpi melihatku maka ia telah melihatku, karena setan tidak dapat menyerupai bentuk rupaku. Dan barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka hendaklah ia menyediakan tempat duduknya di neraka” (Riwayat Bukhari)
Kisah-kisah orang yang berjumpa dengan Rasulullah SAW setelah wafatnya.
Kisah dari kalangan Sahabat
Sayidina Usman bin Affan
Kisah mengenai Sayidina Usman yang dikeluarkan oleh Abi Usamah dalam Musnadnya: Diriwayatkan oleh Abdullah bin Salam berkata: “Saya telah mendatangi Usman bin Affan untuk menyelamatkannya. Pada saat itu ia sudah terkepung. Usman berkata, “selamat datang wahai shabiy (anakku), kulihat Rasulullah SAW dari dalam gubuk ini.” Abdullah bin Salam berkata, “Wahai Usman, orang-orang telah mengepungmu” Usman menjawab,”Benar. Apakah engkau haus?” Aku menjawab, “Benar.” Kemudian ia mengambil air seember untukku. Aku pun meminumnya sampai puas, terasa dinginnya di antara tenggorokan dan dadaku. Lalu ia berkata, “Jika engkau mau, engkau boleh berbuka bersama kami.” Maka aku pilih berbuka bersama Nabi. Ternyata hari itu Usman r.a terbunuh.”
Sayidina Ibnu Abbas
Dalam ceritanya, Ibnu Abbas menuturkan:
“Aku merasa tidak sah shalatku sepanjang hidup kecuali sekali shalat saja. Hal itu terjadi ketika aku berada di Masjidil Haram pada waktu subuh. Ketika imam takbiratul ihram, aku juga melakukan hal yang sama.Tiba-tiba aku merasa ada kekuatan yang menarikku; kemudian aku berjalan bersama Rasulullah SAW antara Mekah dan Madinah. Kemudian kami melewati sebuah lembah. Nabi bertanya, “Lembah apakah ini?” Mereka menjawab, “Lembah Azraq.” Kemudian Ibnu Abbas berkata, “Seolah-olah aku melihat Musa meletakkan kedua jari telunjuk ke telinganya sambil berdoa kepada Allah dengan talbiyah melewati lembah ini. Kemudian kami melanjutkan perjalanan hingga kami sampai pada sebuah sungai kecil di bukit.” Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, “Seolah-olah aku melihat Nabi Yunus di atas unta yang halus, di atasnya ada jubah wol melewati lembah ini sambil membaca talbiyah.”
Kisah dari kalangan setelah Sahabat
Syeikh Abdul Qadir Jailani
Syeikh Sirajuddin bin Al Mulqan (wafat 804H/ 1401M) dalam kitabnya Thabaqatul Awliya’ menyebutkan: “Syeikh Abdul Qadir al Jailani berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW sebelum Zuhur, beliau berkata kepadaku, “wahai anakku, mengapa engkau tidak segera berceramah?” Aku menjawab, “wahai abatah (ayah), aku adalah seorang ‘ajam (bukan Arab). Bagaimana aku akan berbicara dengan orang-orang Baghdad yang fasih-fasih.” Lalu beliau berkata, “bukalah mulutmu.” Kemudian aku membuka mulutku lalu beliau meludahiku tujuh kali. Kemudian beliau bersabda, “berbicaralah kepada manusia dan ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mauizah (pesan-pesan) yang baik.” Kemudian aku menunaikan sholat zuhur dan duduk, tiba-tiba berduyun-duyun orang yang banyak mendatangiku, dan aku melihat Sayidina Ali berdiri di depanku dalam majlis itu. Kemudian Sayidina Ali berkata kepadaku, “wahai anakku, mengapa engkau tidak segera berbicara?” Aku menjawab, “Wahai Abatah (ayah), mereka berduyun-duyun datang kepadaku.” Kemudian dia berkata, “Bukalah mulutmu.” Kemudian aku membuka mulutku, lalu di ameludahiku sebanyak enam kali, lalu aku bertanya, “Mengapa tidak engkau sempurnakan menjadi tujuh kali?” Beliau menjawab, “adab kepada Rasulullah.” Selanjutnya beliau lenyap dari pandanganku. Kemudian aku berkata, “menyelam dalam pemikiran, kemudian menyelam dalam lautan hati mencari mutiara-mutiara kaum ‘arifin. Kemudian dikeluarkan ke pinggir shard (hati), kemudian mengundang agen penerjemah lisan, dibelinya hal itu dengan nafais isman (nafas-nafas berharga), yakni baiknya ketaatan di balik-balik yang Allah izinkan untuk di daki.”
Syeikh Abul Abbas al Mursiy (wafat 686H/1287M di Iskandariah)
Dalam kitab al Wahid disebutkan: Adalah Syeikh Abul Abbas al Mursiy mempunyai wuslah (hubungan khusus) dengan Nabi SAW. Jika bersalam kepada Nabi SAW, beliau pasti akan membalasnya dan menjawab ketika berbicara bersama beliau. Syeikh Tajuddin bin Athaillah (wafat 709H/1309M di Mesir) dalam kitabnya Lathaiful Minan menceritakan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Syeikh Abul Abbas al Mursiy, “wahai Tuanku, jabatlah tanganku ini, sebab engkau telah bertemu dengna banyak rijal (tokoh-tokoh) dan berkeliling negeri-negeri yang banyak.” Syeikh Abul Abbas al Mursiy menjawab, “Demi Allah, belumlah ada yang menjabat tanganku ini melainkan Rasulullah SAW.” Beliau melanjutkan, “Sekiranyaaku terhijab (terhalangi) dari Rasulullah SAW sekejap mata pun, tidaklah aku menilai diriku termasuk orang Islam.”
Syeikh Abdullah ad Dalasi
Syeikh Abdul Ghaffar mengatakan dalam kitabnya Al Wahid: “salah seorang yang aku ketahui (akan kewaliannya) di Mekah adalah Syeikh Abdullah ad Dalasi. Ia bercerita kepadaku bahwa ia merasa semua shalat dalam umurnya tidak sah kecuali sekali shalat saja. Ia meneruskan, “itu terjadi saat aku berada di Masjidil Haram pada waktu shalat Subuh. Ketika imam takbiratul ihram dan aku melakukannya, tiba-tiba ada kekuatan yang menarikku, di sana aku melihat Rasulullah SAW sedang melakukan shalat sebagai imam, sedang di belakangnya ada sepuluh orang, kemudian aku menyusul shalat bersama mereka. Hal itu terjadi pada tahun 673 H. Rasulullah SAW, saat itu, pada rakaat pertama membaca Surat Al Muddatsir dan pada rakaat kedua membaca surat An Naba’. Setelah selesai salam, beliau berdoa dengan doa ini:
“Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan memberikan petunjuk, bukannya orang yang sesat lagi menyesatkan, tidak mengharapkan akan kebaikanMu dan tidak pula merindukan apa yang ada di sisiMu, sebab Engkau yang memberikan anugerah kepada kami dengan mewujudkan kami, sebelumnya kami tidak ada. BagiMu-lah segala puji atas semua itu, tidak ada Tuhan selain Engkau.”
Ketika Rasulullah SAW selesai dan bersalam, bersamaan itu juga imam Masjidil Haram salam, dan aku menyadari salamnya. Kemudian aku juga melakukan salam.”
Syeikh Prof. Dr Abdus Salam Al Haras (masih hidup, tinggal di Maroko)
Ketika Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi ke Maroko pada tahun 1986, Abuya berjumpa dengan Syeikh Prof. Dr Abdus Salam Al Haras di rumahnya. Kemudian beliau bertanya kepada Abuya: “Kenapa kamu datang ke mari? Kebangkitan Islam di tempat kamu (Malaysia & Indonesia). Buktinya ialah kamu yang bawa Islam ke mari.” Syeikh Prof. Dr Abdus Salam Al Haras berkata bahwa Rasulullah-lah yang memberitahunya sebelum Abuya tiba ke rumahnya itu.
Syeikh Abdul Nasir (masih hidup, tinggal di Mekah)
Syeikh Abdul Nasir dari Mekah datang menjumpai Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi di Malaysia pada tahun 1996. Beliau mendapat pesan bahwa orang-orang Imam Mahdi sedang giat mempersiapkan kedatangan Imam Mahdi. Rasulullah SAW memberitahu bahwa Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi adalah orang Imam Mahdi yang ada di Timur.
Syeikh Abu Mus’ab (masih hidup, tinggal di Jordan)
Ketika Abuya Ashaari Muhammad At Tamimi berkunjung ke Jordan, beliau berjumpa dengan Syeikh Abu Mus’ab. Kemudian Syeikh Abu Mus’ab menunjukkan buku catatannya yang bertuliskan: “Ashaari bin Muhammad pembawa kebangkitan di Timur, akan datang ke Jordan.” Syeikh Abu Mus’ab mengaku pesan itu didapat dari Rasulullah SAW.
—————————————————————————————————————————————–
————————————————————————————-
PERSOALAN ROH DAN ROH MUQADASAH
Roh itu kekal atau dikekalkan, tidak seperti jasad lahir (fizikal)  yang akan binasa, namun jasad para kekasih Allah seperti Rasul, Nabi dan para wali tidak binasa dan seolah2 masih hidup. Ini adalah satu tanda2 kebesaran Allah
Roh yang bersih, Allah akan kurniakan rasa yang Tepat atau Firasat. Roh kalau terlalu bersih, matanya lebih tajam dari mata lahir atau mata kepala, sebahagian yang ghaib Allah perlihatkan kepadanya yang dikatakan mukasyafatul Qulub (kasyaf)
Kejadian Yaqazah antara para wali dan Rasululah SAW sesudah wafatnya itu  yang menjadi satu isu kontoversi di zaman moden itu adalah sebahagian dari rahsia alam ghaib. Bila dikatakan alam ghaib, ia tidak termasuk Tuhan, Tuhan juga ghaib tetapi Tuhan bukannya alam. Tuhan itu tersendiri. Maha Suci Tuhan daripada menyerupai alam. Alam adalah apa sahaja selain Tuhan. Alam adalah ciptaan Tuhan dan dinamakan makhluk.Tuhan itu Pencipta atau Khaliq.
Ghaibnya Tuhan tidak sama dengan ghaibnya alam. Alam ghaib ini ada beberapa kategori.Yang tertinggi ialah alam malaikat, kedua alam jin dan ketiga alam roh muqaddasah. Malaikat diceritakan di dalam Quran dan Hadis. Roh muqaddasah pula sebenarnya adalah MANUSIA. Muqaddasah itu maksudnya DISUCIKAN. Roh muqaddasah ialah roh yang disucikan.
Roh muqaddasah atau roh yang suci ini peranannya lebih kuat dari peranan jasad. Roh muqaddasah ini dia mutassarif atau aktif, lebih aktif dari fizikalnya. Roh ini kuat semasa hidupnya umpama Roh Asif Barhiya yang dapat mengangkat takhta Ratu Balqis, umpama Roh Imam Mazhab yang empat, roh ulama-ulama muktabar dahulu yang dapat melihat dan bertemu roh Rasulullah SAW, juga umpama Roh Yazid Bustami RH yang dapat menggandakan dirinya menjadi ratusan semasa mahu dipanah skuad pemanah,
Roh-roh ini jika sudah dikeluarkan dari jasadnya, (wafat / meninggal dunia) ia lebih bebas kerana tidak terkurung dalam sarang fizikalnya. Inilah roh-roh muqaddasah yang berperanan dan aktif tetapi tidak disedari manusia.
Teknik’ yang digunakan oleh Allah SWT untuk melakukan yang demikian ( yaqazah ) itu boleh di’baca’ dalam sebuah Hadis Rasulullah  SAW ini: “Akan datang di setiap awal 100 tahun seseorang yang akan membaharui Agama (Mujadid). Dia dapat menzahirkan kebenaran dan tidak dapat dirosakan oleh orang-orang yang menghalangnya”
Sudah ada 14 mujadid yang datang di awal kurun hijrah yang sudah berlalu selama 14 kurun, sejak kewafatan Rasulullah. Di antara mereka ialah Imam Syafie yang datangnya adalah untuk mengaktifkan semula amalan syariat dengan memperkenalkan kaedah ijtihad. Keluarlah darinya penemuan-penemuan kaedah baru untuk menghidupkan agama di zamannya. Pendekatan secara ijtihad ini adalah khusus untuk kaum di zaman itu. Penemuan kaedah ini janganlah kita anggap hasil akal fikiran atau hasil pengajiannya di alam dunia beliau di zamannnya.
Sebenarnya bila Allah SWT dan Rasulullah SAW isytiharkan adanya mujadid disetiap awal kurun ertinya mujaddid itu adalah bikinan dan ciptaan Allah SWT dengan Rasulullah SWT sebagai perantara, di mana monitornya adalah Allah menerusi perantaraan Rasulullah SAW-lah yang mengajarkan mujaddid  itu untuk melakukannya, begini, begini samada secara langsung ( yaqazah)  beserta/atau  berupa ilham yang dicampakkan ke dalam hati.
Roh Rasulullah SAW diizinkan Allah untuk hadir (Yaqazah) lalu ‘mengajarkan’ melalui ilham yang jatuh ke hati para mujadid. Hakikatnya Rasulullahlah yang melakukan tugasannya sebagai Nabi akhir zaman untuk menghidupkan agama Islam atau Al Quran dan As Sunnah setiap 100 tahun sekali. Tetapi mengapakah kaedah ini yang diambil Tuhan?
Allah mahu menunjukkan kuasaNya yang Maha Agung itu terhadap Nabi Muhammad yang mana roh Nur Muhammad itu adalah lebih dominan daripada fizikalnya. Ia kekal wujud sejak awal-awal diciptakan sebagai ciptaan paling utama, hinggalah mampu berperanan sebagai mahluk paling akhir yang akan dimatikan. Ajaran Nur Muhamad akan terus menguasai dan akan bangkit sekali lagi untuk memerintah dunia seluruhnya. Grand design oleh Allah SWT dan Rasul ini adalah percaturan paling licik Allah untuk membuatkan musuh-musuhNya akhirnya menyerah diri kepada Allah dan menerima agama Muhammad.
Mujadid-mujaddid yang datang untuk kurun-kurun mereka dihantar oleh Allah dan Rasul dan dibekalkan kekuatan untuk menghidupkan agama Allah dan Rasul kepada kaumnya semula. Contohnya Imam Ghazali mampu menyatukan semula syariat, tasawuf dan tauhid yang sudah terpisah-pisah. Gabungan tiga bidang ilmu yang dibuat dalam Al Quran dan Hadits oleh Allah dan Rasul terpecah dalam beberapa kurun kemudiannya. Lalu tanggungjawab Allah dan Rasulllah yang membetulkan semula kerosakan itu dengan cara menghantar orangnya selaku mujaddid.
Cuba anda fikir kepada para orangNya,masakan Allah dan Rasul tidak punya apa-apa hubungan, sedangkan misi mujaddid sepertimana hadis tersebut ialah misi Allah dan Rasul.
Selain  Imam Syafie dan Imam Al Ghazali, Imam  Abu Hassan Asy Syaari pula mengeluarkan kaedah pengajaran ilmu tauhid secara falsafah. Terkenal kaedahnya sebagai ilmu sifat 20. Imam Fakhruddin Ar Razi menghuraikan cara bagaimana mentafsirkan Al Quran. Imam Sayuti menghuraikan bagaimana imam mujtahid berijtihad. Demikianlah karamah-karamah besar yang Allah rezekikan kepada setiap mujaddid yang datang…semuanya memperbaharui agama di awal setiap kurun. Ini adalah mukjizat Nabi Muhammad yang sangat besar yang berlaku selepas wafatnya baginda. Mujaddid-mujaddid itu sebenarnya roh mereka ’bersama’ roh Rasulullah SA W.
Para mujaddid adalah seperti para nabi di zaman tiada nabi. Yaitu peranannya bukan membawa syariat baru. Mereka menyampaikan syariat Rasulullah untuk setiap seratus tahun sekali. Supaya setiap umat sepanjang  1oo tahun mendapat sentuhan Nabi mereka melalui mujaddid. Demikianlah rahmat dan keadilan Allah. Supaya setiap orang diberi peluang untuk selamat dari api neraka.
Sesiapa yang hidup di zaman adanya petunjuk samada Rasul, nabi dan mujaddid tapi tidak mengikut petunjuk maka bersiap-siaplah untuk mendapat pembalasan Tuhan.

http://aboutmiracle.wordpress.com/2011/10/21/yaqazah-teknologi-roh-para-kekasih-allah/
16.57 | 0 komentar | Read More

Artikel Islami Inspiratif: Kekasih Allah Tidak Takut Dan Tidak Pula Berdukacita

team-kebangkitan-islam.jpg
Allah Ta’ala ada berfirman dalam QS Yunus : 62,yang artinya:
“Ketahuilah olehmu bahwa para kekasih Allah itu tidak ada ketakutan pada mereka dan tidak pula ( mereka ) berdukacita”
Di antara kehendak ayat ini, ialah :
  • Orang bertaqwa itu tidak takut dengan manusia dan kuasa manusia, kalau ia didatangkan ujian dari manusia tidak pula berdukacita
  • Orang mukmin tidak takut dengan kemiskinan, jika terjadi kemiskinan tidak pula berdukacita
  • Orang mukmin tidak takut dengan kesakitan, kalau terjadi tidak pula susah hatinya
  • Orang yang bertaqwa tidak bimbang dengan penghinaan dari manusia, kalau terjadi tidak pula sakit hatinya
  • Orang mukmin tidak takut dimurka oleh manusia, kalau terjadi tidak pula susah hati
  • Kekasih Tuhan itu tidak takut dan bimbang tentang rezekinya, kalau tidak ada redha hatinya
  • Orang mukmin itu tidak takut tidak dikasihi orang, kalau terjadi tidak pula cacat jiwanya
  • Wali Allah itu tidak bimbang kalau tidak ada harta,kalau hilang hartanya tidak pula jiwa derita
  • Orang mukmin tidak bimbang dengan takdir Tuhannya, kalau terjadi tidak pula bersedih hati
  • Wali Allah itu tidak takut meninggalkan dunia, harta benda dan sanak-saudaranya, dan tidak pula bersedih dengan kematiannya
Orang mukmin takut hanya dengan Tuhannya, dia berdukacita kalau terbuat dosa, dia takut kalau Tuhan tidak redha, dia susah hati kalau lalai dengan Tuhannya,dia bimbang kalau tercabut imannya, dia bersedih kalau cuai dengan ibadahnya.
Orang yang bertaqwa sentiasa saja dipimpin Allah. Karena memang mereka adalah kekasih-Nya. Sekali-sekala disusahkan-Nya untuk naik pangkat. Hati mereka tetap redha.Sekali-sekala dimewahkan kehidupannya, untuk dapat pahala syukur. Ya, dia tetap bersyukur. Dia tidak tersungkur jatuh oleh kemewahannya.
Adakalanya dia ditekan oleh musuh-musuhnya. Mungkin dizalimi, dengan berbagai-bagai caranya. Agar dia bertambah berpaut dengan Tuhannya. Supaya dia merasakan Tuhan dekat dengannya. Rasa kehambaannya bertambah-tambah menebal di jiwanya
Dia juga tidak lepas dari pujian dan cacian. Memang Allah lakukan demikian rupa. Agar dia merasa malu dengan Tuhan dari pujian. Rasa tidak layak menerimanya. Kerana itu milik Tuhan, bukan miliknya. Dengan cacian menyedarkan dirinya memanglah demikian. Hamba patut menerima kejian. Kerana hamba mempunyai kelemahan dan kesalahan. Dia berusaha membaiki dirinya. Sesiapa yang mencacinya dan menghinanya didoakannya. Moga-moga Allah ampunkan dosa-dosanya, dosa-dosa kita pun diampun. Rasa berdendam dan bertindak tidak dilakukannya. Kalaupun ada rasa hendak marah, dia boleh membendungnya
Begitulah orang yang bertaqwa. Dia sentiasa di dalam pimpinan Tuhan-Nya
[ Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi ]

http://aboutmiracle.wordpress.com/2007/08/30/kekasih-allah-tidak-takut-dan-tidak-pula-berdukacita/
16.56 | 0 komentar | Read More

Kisah Islami Menarik: Menangisnya Kekasih Allah

Malaikat Jibril telah mengabarkan kepadaku, bahwasanya di dalam Neraka Jahanam itu terdapat sebuah gunung yang disebut Sakrana. Gunung itu berasal dari sebuah jurang yang dinamakan Ghadhban. Sedang Ghadhban itu sendiri... 

Nabi Zakaria a.s., sebagai seorang utusan Allah, kerap menyampai­kan ajaran-ajaran Allah kepada umatnya. Pesan-pesan yang disampaikannya senantiasa mengajak kaumnya untuk menyembah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Namun, sebelum ia menyampai­kan ayat-ayat Allah Swt. yang telah diwahyukan kepadanya, ia akan terlebih dahulu memerhatikan siapa saja yang bakal menjadi audiennya.




Apabila di antara mereka itu tidak terdapat Nabi Yahya a.s., ia akan membacakan ayat-ayat Allah yang berisi tentang ancaman siksa api neraka. Namun sebaliknya, apabila di antara audiennya itu terdapat putranya, yakni Nabi Yahya, tak sedikit pun ia menyinggung ayat-ayat yang berisi tentang ancaman siksa neraka.


Sebab, Nabi Zakaria a.s. paham betul bagaimana rentannya hati Nabi Yahya a.s. jika mendengar ayat-ayat Allah yang berisi tentang siksaan Allah Swt. Nabi Yahya a.s. selalu menangis jika mendengar ayat-ayat mengenai siksa neraka. Bahkan ia akan menyepi dan menangis sepanjang hari, sampai akhirnya ibunya datang membujuk dan menenteramkan hatinya.

Demikianlah ciri sifat Nabi Yahya a.s., sebagai tanda rasa takutnya kepada Allah dan kuatnya keimanan yang tertanam di dalam dirinya. Pernah, suatu ketika Nabi Zakaria a.s. akan menyampaikan ayat-ayat Allah kepada kaumnya. Sebagaimana yang biasa ia lakukan, ia akan memerhatikan dulu apakah di tengah orang yang hadir itu ada putranya atau tidak ada.

Setelah Nabi Zakaria a.s. memerhatikan dengan saksama tak melihat Nabi Yahya ikut hadir di situ, mulailah ia menyampai­kan ajaran-ajaran Allah Taala yang telah diwahyukan kepadanya. Ia juga menyertakan ayat-ayat yang berisi ancaman siksa neraka bagi mereka yang tak mau mengikuti apa yang telah ditentukan oleh Allah. Ketika menyampaikan ayat-ayat tersebut, Nabi Zakaria a.s. sendiri juga menangis. Itu tidak lain disebabkan rasa takutnya yang amat sangat kepada Allah Rabbul ‘Izzati.

Di tengah isak tangisnya itulah, Nabi Zakaria a.s. berkata kepada kaumnya:

"Malaikat Jibril telah mengabarkan kepadaku, bahwasanya di dalam Neraka Jahanam itu terdapat sebuah gunung yang disebut Sakrana. Gunung itu berasal dari sebuah jurang yang dinamakan Ghadhban. Sedang Ghadhban itu sendiri diciptakan dari murka Allah Yang Maha Kasih Sayang."

"Pada jurang Ghadhban tersebut," lanjut beliau, "terdapat beberapa sumur api. Kedalaman masing-masing sumur itu mencapai dua ratus tahun perjalanan di bumi ini. Di dalam setiap sumur, terdapat banyak rantai dan belenggu yang terbuat dari besi."

Bersamaan dengan itu, ternyata Nabi Yahya a.s. datang dan sempat mendengar ayat-ayat yang berisi mengenai ancaman siksa neraka itu. Nabi Yahya a.s. langsung melompat keluar dari majelis dan berlari pergi seraya berteriak-teriak, "Aduh, Sakrana..., aduh

Ghadhban..." Dalam waktu yang relatif singkat, Nabi Yahya a.s. telah menghilang dari pandangan Nabi Zakaria a.s. dan orang- orang yang hadir dalam majelis itu.

Melihat hal itu, Nabi Zakaria segera mengakhiri ceramahnya dan kemudian mengajak istrinya untuk pergi mencari Nabi Yahya yang telah lari entah ke mana. Mereka bertanya kepada orang- orang yang ditemui di sepanjang jalan, apakah mereka melihat orang yang memiliki ciri-ciri seperti putranya. Namun, sebagian besar orang tak mengetahui ke mana Nabi Yahya pergi.

Hingga sore hari, mereka masih tak mengetahui keberadaan Nabi Yahya. Dalam pencarian tersebut, Nabi Zakaria dan istrinya bertemu dengan seorang penggembala yang akan pulang ke rumahnya. Setelah bertanya kepada sang penggembala itu, Nabi Zakaria memperoleh jawaban, bahwa orang yang dicarinya tengah berada di atas gunung.

"Aku tadi melihatnya di atas gunung sana. Ia menangis seraya berkata tak akan makan dan minum sampai ia mengetahui apakah tempatnya bakal di dalam surga ataukah di neraka," ujar si penggembala itu.

Segera Nabi Zakaria dan istrinya mendaki gunung yang dimaksudkan. Setibanya di atas gunung, mereka memang melihat Nabi Yahya tengah duduk berdzikir. Sebagai seorang ibu yang sangat khawatir dengan keadaan putranya, istri Nabi Zakaria berjalan mendekati Nabi Yahya.

"Anakku yang telah kukandung dan kususui, kemarilah engkau, dan ayo kita pulang bersama," bisik ibunya perlahan.

Nabi Yahya segera menunjukkan kepatuhannya kepada sang ibu. Ia segera melangkah menuju ibunya dan mengikuti ayah dan ibunya pulang ke rumah. Setelah tiba di rumah, Nabi Zakaria meminta putranya itu untuk mengganti jubahnya dengan jubah

lainnya yang lebih bagus. Nabi Yahya menurutinya. Kemudian ibunya memasak gulai untuk makanan mereka bersama.

Usai makan, Nabi Yahya langsung tertidur. Di dalam tidurnya, tiba-tiba ia bermimpi ada suara yang memanggilnya.

"Hai Yahya, apakah engkau telah mendapatkan rumah yang lebih baik dari rumah-Ku dan tetangga yang lebih baik dari tetangga-Ku?" Demikian isi suara dalam mimpinya saat itu. Nabi Yahya langsung terbangun dan menangis kembali.

Seraya masih tetap menangis, ia meminta kepada ayahnya agar mengembalikan lagi jubah miliknya yang ia pakai semula. Kemudian ia mengembalikan jubah barunya kepada ayahnya. Nabi Zakaria menuruti kehendak putranya itu. Sebab, ia tahu betul bahwa semua itu dilakukan anaknya karena rasa takutnya kepada Allah.

Tatkala ibadah mereka bertambah kuat, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Zakaria yang berbunyi: "Sesungguhnya Aku telah mengharamkan neraka bagikalian semua" Ayat itu menjadi kabar gembira bagi keluarga Nabi Zakaria, bahwa mereka telah dijamin Allah untuk masuk ke dalam surga-Nya.

Karena kepatuhan, ketaatan dan ketakutan mereka kepada Sang Pencipta itulah, Allah kemudian memuji keluarga Nabi Zakaria dalam Al-Quran Surah Al-Anbiya` ayat 90 yang berbunyi: "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik, dan mereka berdoa kepada Kami dengan rasa harap dan cemas. Dan mereka termasuk orang-orang yang khusyuk kepada Kami" (QS Al-Anbiya` [21]: 90)



Disadur dari buku terbitan Darul Hikmah, karya Ummi Alhan Ramadhan Mazayasyah           

Mutiara Hikmah, Kisah Para Kekasih Allah

http://kolom.abatasa.co.id/kolom/detail/hikmah/798/menangisnya-kekasih-allah.html
16.55 | 0 komentar | Read More

Artikel Islami: Amalan Anak-anak Untuk Ibu Bapa Yang Sudah Meninggal Dunia

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
http://kfk.kompas.com/image/preview/RFNDXzA0OThfMC5KUEc%3D.jpg

Sahabat yang dirahmati Allah,
Ibu bapa adalah orang yang paling berjasa kepada anak-anaknya. Bermula daripada kesusahan ibunya mengandung selama 9 bulan 9 hari. Kesusahan melahirkan anak-anak dan menyusukan dan membesarkan mereka.

Bagi anak-anak jasa dan pengorbanan ibu bapa sangat besar nilainya. Mereka dengan penuh rasa tanggungjawab membesar, mendidik dan memelihara anaknya hingga menjadi manusia yang berguna kepada masyarakat dan negara. Seorang anak yang diasuh dan dididik dengan nilai agama, hendaklah memberi penghormatan dan kasih sayang sewajarnya kepada mereka.

Kita hendaklah menunjukkan rasa terima kasih dengan sentiasa berbuat baik dan tidak melanggar segala perintahnya, menjaga perasaannya jangan sampai terluka serta menjaganya ketika mereka dalam tua atau uzur.

Sememangnya, kedudukan atau darjat ibu bapa di sisi Allah sangat mulia dan tinggi sekali, sehingga menjadi sebagai ukuran penentu bagi keredaan dan kemurkaan Allah. Ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang bermaksud: "Keredaan Allah terletak pada keredaan ibu bapa dan kemurkaan Allah pula terletak pada kemurkaan ibu bapanya." (Hadis riwayat at-Tirmizi dan Hakim).

Berdasarkan maksud hadis di atas, seharusnya sebagai insan yang memiliki kesempurnaan akal, kita berusaha untuk mencapai keredaan ibu bapa. Namun dalam masyarakat kita, lebih-lebih lagi pada zaman sekarang ini, kenyataannya masih ramai yang belum insaf dan tidak prihatin terhadap keterangan hadis di atas. Mereka dengan rasa tanpa segan silu, melakukan penderhakaan terhadap ibu bapa yang banyak berjasa.

Sahabat yang dimuliakan,
Setiap yang hidup anak mati , mati tetap datang kepada sesiapa sahaja tanpa mengira umur apabila saatnya sampai maka dia akan dijemput oleh Allah SWT untuk bertemu dengan-Nya di alam barzakh. Apabila ibu atau bapa kita sudah meninggal dunia atau kedua-duanya sudah kembali kerahmatullah, sebagai anak apakah hadiah dan bantuan terbaik yang dapat kita berikan tanda kita kasih dan sayang kepada kedua ibu bapa kita? , dan sebagai tanda penghargaan kita sebagai seorang anak yang soleh atau solehah?

 Terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Luqman Hakim bahawa seorang sahabat bertanya Nabi SAW mengenai apakah jasa yang boleh dilakukan oleh anak kepada kedua ibu bapanya yang telah meninggal dunia.?

"Setiap kali Rasulullah SAW mengadakan majlis iaitu tempat baginda mengajar umatnya, ia sentiasa di penuhi oleh orang ramai. Pada suatu hari ketika baginda sedang duduk di sekeliling oleh para sahabat, datanglah seorang lelaki yang bernama Usaid bin Malik bin Rabiah menghadapnya. Dia adalah seorang pahlawan Islam yang sangat berani.

Setiap kali Nabi SAW mengadakan majlis itu, Usaid sentiasa menghadirinya. Dia merasakan segala nasihat-nasihat tentang agama dan ilmu itu sangat penting baginya. Ketika mereka sedang asyik mendengar syarahan dari baginda, tiba-tiba datang seorang lelaki dari golongan Bani Salmah. Sebaik sahaja dia masuk kemajlis itu dengan hormat dia pun bertanya kepada Rasulullah SAW :

“Ya Rasul Allah, masih dapatkah saya berbuat baik terhadap ibu bapa saya meskipun mereka telah meninggal dunia. Semasa mereka masih hidup saya telah berbuat baik terhadap mereka mengikut apa yang terdaya oleh saya. Saya sentiasa berfikir apakah yang boleh saya lakukan setelah keduanya meninggal dunia.”

Rasulullah SAW menjawab yang bermaksud :

“Ya…dapat, sembahyangkanlah untuk kedua ibu bapa kamu, mohon keampunan untuk keduanya, laksanakanlah wasiatnya dan eratkanlah silaturahim dengan orang-orang yang kedua ibu bapa kamu lakukan serta muliakanlah teman kedua ibu bapa kamu.”

Sebaik sahaja mereka terdengar jawapan dari Rasulullah SAW itu mereka terdiam seketika tetapi di wajah masing-masing terbayang kegembiraan. Lelaki yang bertanya tadi masih tidak faham akan jawapan yang di berikan oleh Rasulullah SAW, lantas dia meminta baginda menerangkan sekali lagi.

Rasulullah SAW  tersenyum mendengar kata-kata lelaki itu lantas baginda pun bersabda yang bermaksud “Apabila meninggal dunia seorang anak Adam maka putuslah segala amalannya kecuali tiga iaitu :

1. Sedekah yang di tinggalkan semasa hidup.

2. Ilmu yang di menfaatkan dan

3. Anak yang soleh yang mendoakan kedua ibu bapanya.”

Setelah Rasulullah SAW berkata begitu barulah lelaki itu faham dan mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Nabi SAW kerana telah memberi sesuatu yang besar menfaatnya kepada yang hidup maupun yang telah mati.”

(Hadis Riwayat Luqman Hakim)

Berdasarkan hadis di atas terdapat beberapa amalan yang boleh dilakukan oleh seorang anak untuk kedua ibu bapanya yang telah meninggal dunia iaitu :

1. Sembahyangkan untuk mereka.

2. Mohon keampunan untuk mereka.

3. Laksanakan wasiat yang mereka tinggalkan.

4. Eratkanlah silaturahim dengan orang-orang yang mereka lakukan

5. Muliakanlah teman-teman mereka.

6. Doakan kepada mereka. (Setiap selepas solat fardu berdoalah kepada Allah SWT untuk  kedua ibu bapa supaya Allah SWT mengampunkan semua dosa-dosa mereka)

Selain daripada perkara-perkara diatas seorang anak yang soleh atau solehah akan melakukan beberapa perkara kebaikan untuk membantu ibu bapa mereka yang sedang berada di alam barzakh sebagai ikhtiar dan usaha-usaha untuk membantu mereka beroleh kebaikan dan tambahan pahala yang berterusan.

1. Banyakkan bersedekah terutama sedekah jariah (pembinaan sekolah agama, masjid, rumah anak yatim dan mewakafkan tanah perkuburan orang Islam) niatkan untuk mereka.

2. Sedekahkan al-Quran, buku-buku Islam di sekolah-sekolah agama atau maahad tahfiz atau dimasjid-masjid niatkan untuk mereka.

3. Selalu sedekahkan al-Fatihah, surah al-Ikhlas, surah al-Falaq dan surah an-nas, surah Yasin, surah al-Baqarah dan ayat-ayat al-Quran yang lain untuk mereka. Sebaik-baik yang membacanya adalah kita sendiri sebagai seorang anak.
Sedekah bacaan al-Quran menurut majoriti ulama ahli sunah waljamaah sampai kepada simati :

Abu al-Lajlaj Abu Khalid (seorang sahabat) mendengar Nabi SAW menggalakkan para sahabat membaca ayat suci al-Quran di bahagian kepala dan kaki si mati di atas kubur. Lalu mewasiatkan amalan tersebut kepada anaknya supaya berbuat demikian.

Abd Rahman bin al-A’la bin Lajlaj daripada bapanya, katanya : berkata Abu al-Lajlaj Abu Khalid : “Wahai anakku, apabila aku meninggal dunia kebumikanlah aku. Apabila kamu meletakkan jasadku di liang lahad, bacalah: “Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah SAW, Kemudian curahkanlah tanah dengan cermat ke atasku. Kemudian bacalah disisi kepalaku permulaan surah al-Baqarah dan penutupnya, kerana aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda sedemikian.” (al-Thabrani, Mu’jam al-Kabir, 1982, Maktabah al-Ulum Wal Hikam, hlm 220 juz 19)

Di dalam kitab al-Azkar di bawah tajuk: “Apa yang perlu dibaca selepas pengebumian?. Imam al-Nawawi menyebutkan: “Al-Syafie dan para sahabat (ulamak Syafi’iyyah) mengatakan: “Disunatkan membaca disisi kubur sesuatu daripada ayat al-Quran. Mereka mengatakan: Jika mereka mengkhatamkan al-Quran kesemuanya maka itu adalah (sesuatu yang) baik.” (al-Nawawi, al-Azkar, Dar al-Makrifah: Beirut, 1996, hlm. 142 )

Imam al-Hassan bin al-Sobbah al-Za’farani berkata: “Aku bertanya kepada al-Syafi’ie tentang bacaan al-Quran di kubur. Lalu beliau menjawab: “Tidak mengapa. Al-Khallal meriwayatkan daripada Al-Sya’bie katanya: “Orang Ansar apabila berlakunya kematian dikalangan mereka, maka mereka selalu mengunjungi kuburnya untuk membaca al-Quran di sisinya.”

4. Selesaikan semua hutang-hutang mereka samaada hutang sesama manusia atau hutang dengan Allah SWT. Jika hutang sesama manusia tidak diselesaikan roh mereka akan tergantung di antara langit dan bumi. Hutang dengan Allah SWT adalah nazarnya (jika ada). fidyah kerana meninggalkan puasa. Jika ibu bapa mempunyai hutang dengan bank seperti rumah, kereta dan lain-lain pinjaman tersebut melalui cara riba maka tukarkanlah pinjaman tersebut kepada cara muamalah  Islam dan tukar hak milik kepada anak-anak, kerana berat dosanya yang ditanggung oleh ibu bapa di alam barzakh.

5. Jika ibu bapa belum menunaikan haji maka kita boleh upahkan haji untuk mereka (niatkan upah haji untuk mereka).

6. Beramal dengan amalan Islam. Semua anak-anak yang masih hidup apabila mereka tidak mengamalkan cara hidup Islam dengan melakukan maksiat dan dosa, anak perempuan tidak menutup aurat,  bergaduh sesama adik beradik kerana harta pusaka semua tindakkan ini menyusahkan dan membebankan ibu bapa kita yang berada dialam barzakh. Ibu bapa akan menyesal kerana mereka tidak mendidik anak-anak mereka dengan cara hidup Islam hingga mereka melakukan maksiat kepada Allah SWT. Ketika ini penyesalan sudah tidak berguna lagi kerana perkara tersebut sudah berlaku. Tetapi untuk anak-anak pula macamana mereka hendak membantu ibu bapa mereka yang sudah mati tadi? Maka mereka perlu beramal soleh, beramal ibadah dan beramal kebaikan kerana semua pahala yang kalian buat akan membari saham yang besar kepada ibu bapa kalian yang sedang menderita di alam barzakh.

Amalkanlah ilmu yang diajarkan oleh kedua ibu bapa kalian maka mereka akan mendapat pahala ilmu yang bermanfaat. Banyakkan sedekah jariah dan niatkan untuk ibu bapa maka ibu bapa kalian akan mendapat pahala sedekah jariah.

Sahabat yang dikasihi,
Teruskan berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT. Apabila kita selesai solat fardu atau ketika berada diwaktu-waktu akhir malam , waktu mustajab doa maka berdoalah untuk kesejahteraan ibu bapa kita yang telah meninggal dunia :

Segala puji bagi Allah yang telah memerintah kami untuk bersyukur dan berbuat baik kepada ibu dan bapa, dan berwasiat agar kami menyayangi mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidiki kami sewaktu kecil.

Ya Allah sayangilah kedua orang tua kami. Ampuni, rahmati dan redhailah mereka.

Ya Allah ampunilah mereka dengan keampunan menyeluruh yang dapat menghapuskan dosa-dosa mereka yang lampau dan perbuatan buruk yang terus menerus mereka lakukan.

Ya Allah, berbuat baiklah kepada mereka sebanyak kebaikan mereka kepada kami setelah dilipatgandakan, dan pandanglah mereka dengan pandangan kasih sayang sebagaimana mereka dahulu memandang kami.

Ya Allah berilah mereka hak rububiyah-Mu yang telah mereka sia-siakan kerana sibuk mendidik kami.

Maafkanlah segala kekurangan mereka dalam mengabdi kepada-Mu kerana mengutamakan kami.

Maafkanlah mereka atas segala dosa, maksiat dan syubahat yang mereka jalani dalam usaha menghidupkan kami.

Ya Allah berilah mereka bagian ganjaran dari ketaatan yang Engkau hidayahkan kepada kami, kebaikan yang Engkau mudahkan bagi kami, dan taufiq yang telah mendekatkan kami kepada-Mu.

Dan jangan bebankan kepada mereka segala dosa dan kesalahan yang kami lakukan dan tanggungjawab yang kami abaikan. Dan janganlah tambahkan dosa kami ke atas dosa mereka.

Bagi ibu bapa dan nenek moyang kami yang telah meninggal, berikanlah mereka rahmat yang menerangi pembaringan mereka di kubur dan rahmat yang menimbulkan rasa aman ketika manusia merasa ketakutan saat dibangkitkan. Jadikanlah lubang kubur mereka daripada taman-taman syurga. Jauhkan lubang kubur mereka salah satu daripada lubang-lubang api neraka.

Ya Allah lemah lembutlah kepada mereka yang berbaring di kubur dengan kelembutan yang melebihi sikap lembut mereka kepada kami di masa hidup mereka.

Ya Allah janganlah sampaikan kepada mereka berita tentang kami yang mengecewakan mereka, dan jangan bebankan dosa-dosa kami kepada mereka.

Jangan hinakan mereka di hadapan pasukan kematian, malaikat Munkar dan Nakir dengan perbuatan-perbuatan hina dan mungkar yang kami lakukan.

Senangkanlah roh mereka dengan amal-amal kami di tempat pertemuan para arwah, ketika orang yang soleh bergembira dengan putera-puteri mereka yang soleh. Janganlah jadikan mereka ternoda oleh perbuatan buruk kami.

Ya Allah jadikanlah kami penyejuk hati mereka pada hari berdirinya para saksi. Dan jadikanlah mereka orang-orang yang paling cemburu dengan keberhasilan anak-anak mereka hingga Engkau kumpulkan kami, mereka dan segenap kaum muslimin di negeri kemuliaan-Mu, tempat menetapnya rahmat-Mu, dan tempat para wali-Mu bersama orang-orang yang Engkau beri kenikmatan,

Yaitu, para nabi, shiddiqin, syuhada dan solihin, mereka itulah sebaik-baiknya teman.

Demikianlah kurnia dari Allah dan Allah cukup mengetahui. Selawat dan salam semoga dilimpahkan Allah kepada junjungan kami Nabi Muhammad S.A.W, keluarga dan para sahabat baginda.

Walhamdulillahi Rabbil `Aalamin.  Amin

https://www.facebook.com/notes/indah-nya-ayat-ayat-al-quran/amalan-anak-anak-untuk-ibu-bapa-yang-sudah-meninggal-dunia/295383053812042
10.55 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...