Liputan6.com, Jakarta: Desing peluru seolah kembali
bergema. Derap sepatu serdadu berbaur teriakan
histeris terdengar lagi memantul dari aspal jalan.
Kenangan pahit 12 Mei 1998, tepatnya Selasa petang
ketika itu, menjadi sejarah kelam Indonesia. Peristiwa
di Kampus Trisakti tidaklah mudah dilupakan. Insiden
yang menelan korban enam mahasiswa itu mengawali aksi
anarkis massal dan berujung pada runtuhnya "kerajaan"
Orde Baru. Hingga enam tahun kejadian Trisakti
berlalu, sosok yang mesti bertanggung jawab atas
peristiwa tersebut tetap misteri. "Saya sudah lelah,"
kata Karsiyati Sie, ibunda Hendrawan Sie, mahasiswa
Trisakti yang tewas tertembak.
Kelelahan memang terpancar pada raut Karsiyati ketika
berdialog dengan reporter SCTV Indiarto Priyadi di
Studio Liputan 6, Jakarta, Rabu (12/5) malam, dalam
acara Topik Minggu Ini bertajuk "Tragedi Mei 1998,
Sejarah Gelap Negeri Ini". Karsiyati mengaku jiwanya
kosong setelah ditinggal Hendrawan, putra tunggalnya.
Untuk menuntaskan rasa penasaran atas kematian
mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Angkatan
1996 itu, Karsiyati rela meninggalkan Kalimantan.
"Saya bekerja di koperasi Rektorat Trisakti," ungkap
dia.
Gelisah tak hanya menyergap Karsiyati. Lasmiati, ibu
kandung Herry Hartanto (mahasiswa Fakultas Teknik
Industri Jurusan Mesin Angkatan 1995) malah terpaksa
pindah rumah. "Trauma. Tiga tahun jalan empat tahun,
saya kebayang terus. Kita tidur, kayaknya dia
[Hendrawan] dateng," kata Lasmiati. Jika rindu
menyergap, hanya sehelai jaket almamater menjadi
pengobatnya. Lasmiati mungkin agak beruntung bisa
bertemu "jagoannya". Ketika terbaring di brankar
(velbed), Herry masih segar bugar. "Jam sembilan
[21.00 WIB] saya dibawa teman-temannya, dia [Herry]
sudah di kamar mayat," tutur Lasmiati. Sementara
Karsiyati mengetahui kabar Hendrawan tewas melalui
televisi saat menanti pesawat yang akan
menerbangkannya ke Jakarta.
Upaya hukum terus ditempuh agar pelaku penembakan
ditangkap. Mulai dari meminta bantuan hukum Tim
Gabungan Pencari Fakta Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (TGPF Komnas HAM), Komisi untuk Orang Hilang
dan Tindak Kekerasan (Kontras) dilakoni keluarga
korban Trisakti. Semua penyelidikan mengerucut pada
kesimpulan seperti diungkapkan Komisi Penyelidikan
Pelanggaran (KPP) HAM Kasus Trisakti dan Semanggi
I-II, bahwa telah terjadi kejahatan kemanusiaan dalam
tragedi itu [baca: KPP HAM Trisakti: Terjadi Kejahatan
Kemanusiaan].
Kesimpulan demikian belumlah memupus kegelisahan
keluarga korban. "Saya berharap tidak dipolitisir.
Saya tidak anti-TNI/Polri, yang penting berpihak
kepada rakyat semua," tegas Lasmiati. Proses peradilan
memang belum berhenti. Ada sembilan perwira TNI belum
tersentuh. Mereka antara lain Jenderal TNI
Purnawirawan Wiranto, eks Panglima Komando Cadangan
Strategis (TNI) Angkatan Darat (Kostrad) Letnan
Jenderal (Purn) Prabowo Subianto, mantan Kepala Badan
Intelijen ABRI Mayor Jenderal Zacky Makarim, dan
Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin.
Upaya pemanggilan paksa oleh KPP HAM tidak membuahkan
hasil. DPR akhirnya menggelar rapat dengar pendapat
dengan Wiranto, satu tahun silam. Hasilnya: "Kami
sudah dipanggil oleh Pansus [Panitia Khusus]
Trisakti-Semanggi oleh DPR dan akhirnya diputuskan
melalui Sidang Paripurna bahwa Semanggi dan Trisakti
bukan pelanggaran HAM berat," tegas Wiranto. Dan, para
keluarga korban cuma bisa menjerit pilu.
Kini, Wiranto dan Prabowo kembali disorot. Menjelang
Pemilihan Umum Eksekutif, Wiranto terpilih menjadi
calon presiden dari Partai Golkar. Prabowo--yang juga
mencalonkan diri--gagal dikalahkan Wiranto. Kehadiran
Wiranto berdampingan dengan Ketua Komnas HAM
Solahuddin Wahid (Gus Solah) seolah membangkitkan
mimpi buruk lagi. Padahal Wiranto sudah berusaha
menerangkan posisinya kepada khalayak seperti
dituangkan dalam buku Kesaksian di Tengah Badai [baca:
Wiranto Meluncurkan Buku Lagi].
Sang penulis, Aidul Fitricia Azhari, yang juga ikut
berdialog di SCTV mengatakan, buku tersebut juga
bercerita tentang rivalitas Wiranto dan Prabowo. Isu
persaingan antara kedua petinggi TNI itu terus
bergulir sejak Wiranto menjabat Panglima ABRI ada era
Soeharto, sampai menduduki jabatan Menteri Koordinator
Politik dan Keamanan di masa Presiden Bacharuddin
Jusuf Habibie. Belakangan Prabowo "unjuk gigi". Sebuah
buku bertajuk Politik Huru-Hara Mei 1998 diterbitkan
Fadli Zon, kawan dekat menantu mantan Presiden
Soeharto itu, Maret silam. "Jangan sampai anak cucu
kita membaca sejarah yang salah," kata Fadli.
Lebih jauh Fadli menjelaskan, banyak data dan fakta
dalam buku Kesaksian di Tengah Badai tidak akurat dan
cenderung propaganda pribadi Wiranto. Misalnya kutipan
Wiranto: "...Mendengar laporan kejadian tersebut saya
benar-benar merasa sangat sedih, kesal, dan menyesal,
semuanya menggumpal menjadi satu. Bisa dibayangkan,
kejadian yang sudah diantisipasi sebelumnya dan oleh
karenanya berbagai upaya sudah dilakukan sebagai
langkah pencegahan, namun pada akhirnya juga harus
kita terima sebagai kenyataan..."
Ketika peristiwa terjadi, kata Fadli, Wiranto dan
sejumlah petinggi TNI tengah berada di Malang, Jawa
Timur, menghadiri peringatan ulang tahun Kostrad.
Menurut Fadli, Komandan Kostrad yang kala itu dijabat
Prabowo hanya mengundang Kepala Staf Umum TNI Fachrul
Razi, bukan Wiranto. Tanpa alasan jelas, menjelang 7
Mei 1998 Wiranto berkeras pergi ke Malang. "Ada
kontradiksi, karena tanggal 4 Mei dia [Wiranto]
mengaku pergi ke Medan untuk mengurus kerusuhan di
sana," lanjut Fadli.
Sementara Prabowo selaku Pangkostrad, kata Fadli,
tidak bisa turun tangan langsung karena hanya bertugas
membantu pengamanan. Prabowo yang mengaku baru
mendengar kerusuhan sekitar pukul 20.00 WIB kemudian
berinisiatif akan mengerahkan pasukan untuk
menghentikan kerusuhan sistematis dan penjarahan
toko-toko. "Tapi, Panglima TNI melalui Kasum Fachrul
Razi melarang pengerahan pasukan untuk membantu Kodam
[Komando Daerah Militer] Jaya," sambung dia.
Aidul mengakui bukunya tidak menerangkan di mana
sesungguhnya posisi Wiranto ketika kerusuhan melanda
Ibu Kota selama tiga hari. "Saya tidak tahu persis,"
kata Aidul. Yang pasti, kepergian Wiranto ke Malang
diputuskan melalui rapat staf. "Eskalasi [situasi]
tidak hanya di Jakarta, tapi juga di Solo, seperti
saya alami sendiri," papar Aidul. Boleh jadi, dia
menambahkan, Wiranto memberikan mandat pengamanan
lewat Kepala Kepolisian Metro Jaya yang ketika itu
dipegang Mayor Jenderal Polisi Hamaminata.
Aneh memang. Tapi, kedua buku tersebut tetap tak
menjawab misteri Tragedi Mei `98. Apalagi, saat ini,
Wiranto dan Gus Solah yang semula diandalkan keluarga
korban Trisakti tengah bersiap bertarung di kancah
pemilihan presiden. Jika Wiranto atau calon pemimpin
Bangsa lain sudah terpilih, Karsiyati maupun Lasmiati
mengaku pesimistis. Jalan cerita pengusutan kasus
tersebut diyakini tak jauh berbeda. "Atau mungkin akan
dipetieskan," tandas Karsiyati.(KEN)
http://www.liputan6.com/fullnews/77958.html
--
Komentar:
May. 01, 2005 00:16:30 WIB
Abdoul
Tidak bisa kita mengatakan "yang berlalu biarlah
berlalu" enak kali tuh,coba warga pribumi yang menjadi
korban pemerkosaan,pembunuhan,perampokan dan
penganiyaan bagaimana??? tentu kalian juga tidak
menyerah begitu saja tetapi negara INDONESIA bukan
punya etnis tionghoa mereka hanya numpang ngomong
kasarnya sih begitu dan meski mereka bukan asli orang
INDONESIA tetapi mereka banyak mendukung perekonomian
INDONESIA tetapi kenapa mereka dirampok,dibunuh bahkan
wanitanya diperkosa dan dibakar oleh biadabnya pribumi
INDONESIA? hanya ALLOH saja yang bisa menghukum
saudara yang terlibat termasuk oknum pejabat tinggi di
era orde baru.kapan bisa diusut?siapa yang berani
sampai saat ini tahun 2005 tidak pernah lagi
diceritakan sudah raib ditelan setan kali!!! memang
brengsek banget INDONESIA saya malu bukan bangga
sangat biadab pribumi INDONESIA,walaupun sholat 5 kali
satu hari ataupun 1000 kali kagak berguna kalau
berbuat jahat!ALLOH tidak mengampuni dosa orang yang
biadab! bagi etnis tionghoa jangan menghayal bisa di
bongkar masalah besar ini,berdoa saja pada
keyakinannya semoga yang maha kuasa selalu melindungi
kalian semua.AMIN.
Apr. 12, 2005 15:47:16 WIB
Dustoff
Tragedi bulan mei 1998 adalah lembaran hitam yang akan
melekat selamanya dirahim Ibu Pertiwi yang kata orang
punya jiwa berBinneka Tunggal Ika dan Ber-azaskan
prikemanusian,tapi dimana azaz tersebut terletak kalau
para Pemimpin negri ini TIDAK MAMPU MENGUAK DALANG
TRAGEDI TERSEBUT !!!! DIMANA RASA KEADILAN DAN
KEMANUSIAAN ???? YANG MENJADI KORBAN BAIK DARI
KALANGAN MAHASISWA TRISAKTI DAN RAKYAT JELATA (
PRIBUMI & ETNIS TIONGHA )HANYA JADI TUMBAL KEKUASAAN
BELAKA.DALANG TRAGEDI MEI 1998 TAK AKAN DAPAT
DITANGKAP,YANG ADA HANYA KORBAN KAMBING HITAM DARI
PERISTIWA INI,USA YANG DIBILANG NENEKNYA NEGARA
DEMOKRASI SAJA,SAMPAI SKRG TDK DAPAT MEMBUKA / MENGUAK
DALANG PEMBUNUH PRESIDEN JHON F.KENNEDY,APALAGI RI
YANG BARU MELEK DEMOKRASI,KASUS PEJUANG HAM MUNIR SAJA
MASIH BIAS,YANG KORBANNYA CUMA SATU ORANG
SAJA,BAGAIMANA DENGAN TRAGEDI MEI 1998,CUMA TUHAN SAJA
YANG TAHU,SEMOGA DIAKHERAT NANTI MEREKA DAPAT GANJARAN
YANG SETIMPAL !!!!
Apr. 09, 2005 00:30:31 WIB
Moessavierre
HUKUM KARMA SEDANG BERPUTAR DI TITIK YANG SAMA ! SIAPA
MENABUR ANGIN DIA AKAN MENUAI BADAI. Jiwa dan darah
korban kerusuhan Mei 98 saat ini sedang menuntut
pembayaran hutang nyawa mereka.KORBAN KERUSUHAN MEI 98
BUKAN CUMA MAHASISWA TRISAKTI ATAU 200 JIWA MAYAT
TERPANGGANG DI DALAM DEPT.STORE JOGJA (ssst..tau nggak
LAGI NGAPAIN MEREKA DI SITU ??) TAPI JANGAN DI INGKARI
JUGA BAHWA ADA RATUSAN NYAWA DAN KEHORMATAN ETNIS
TIONGHOA YANG MEMBUSUK TAK TERSENTUH OLEH HUKUM.
Mereka dijarah dan dirampok,tapi toh mereka tak
menjadi miskin,harta mereka malah bertambah
berlipat-lipat,tapi bagaimana nasib sang penjarah dan
perampok apakah mereka sudah menjadi kaya sekarang ?
Tetap saja mereka hidup Blangsak mengais makanan di
tumpukan sampah. Jangan berharap kasus ini di angkat
sampai kapanpun,kecuali PBB turun tangan dengan sanksi
embargo DISEGALA SEKTOR. Atau menunggu Presiden RI
yang bernama si A Cong,A Siong atau A Kiong. (artinya
MUSTAHIL KHAN.....) SUDAH TERIMA SAJALAH
NASIBMU.SELAMAT BERMIMPI.
Mar. 27, 2005 16:25:47 WIB
Nalakerti
Kepada para Pejabat ? Elite Politik yg terlibat dlm
Tragedi Mei '98, selamat untuk anda karena anda telah
memeberi keluarga anda sesuatu yg tak pantas..., saat
anda menikmati, anda takkan tahu balasan itu datang
tiba-tiba.
Mar. 22, 2005 12:21:33 WIB
Djo_edan
makanya, selama kita masih menganut ideologi
kapitalis, sekuleris, demokratis, pacasilais,
nasionalis, gitaris dll ideologi bikinan makluk
manusia, yaaa begini2 ajah
Mar. 22, 2005 09:36:20 WIB
Bintang12
Tragedi mei 98 telah memakan korban dari mahasiwa
trisaksi.mereka adalah pahlawan sejati yang setia
dengan mempertahankan idiologi murni mahasiswa.hai
kawanku, jasa-jasa pengorbanan kalian tidak sia2.dan
slalu kita kenang,smoga mrk berada ditempat terbaik
disisi Allah SWT..amien
Mar. 19, 2005 17:16:54 WIB
Pukitolo
Yg lalu biarlah berlalu. Mari kita jelang masa depan
dgn semangat nasioanlisme dan membangun negeri ini dgn
jiwa yg bersih.
Mar. 18, 2005 03:38:20 WIB
Train
saya tidak setuju dengan Radiol yang mengatakan bahwa
mengingat kembali masa lalu itu hal bodoh,
perlu kita ingat bahwa jelas ada korban baik material
, maupun spiritual.
bagaimana mungkin kita bisa membiarkan hal ini
(kerusuhan Mei) tidak ditindak, coba anda pikirkan
bagaimana perasaan korban kerusuhan mei ini, perasaan
orang tua yang melihat anak dan istrinya mati terbakar
, dibunuh atau diperkosa. sementara pelaku bebas
berkeliaran di luar. Bila hal ini menimpa anda ,
bagaimana perasaan anda ? melupakannya ? tutup mata ?
Permasalahan kedua adalah apa yang terjadi bila hal
ini dibiarkan tanpa ditindak, para oknum yang terlibak
tidak akan jera, karena kuasa hukum tidak menyentuh
mereka, maka bisa dipastikan hal yang sama akan
terulang lagi dimasa depan.
apalah salah kami sebagai orang Cina ? mengapa kami
dibantai ? semua jabatan di pemerintah dipegang
mayoritas pribumi, mengapa kami dituduh sebagai
perusak bangsa ? apakah dengan menjarah dan membantai
kami negara kita akan bertambah makmur ?
Dimanakah
KETUHANAN YANG MAHA ESA, KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN
BERADAB, PERSATUAN INDONESIA ,
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN DENGAN HIKMAT DENGAN
PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN ,
KEADILAN SOSIAL BAGI SEMUA RAKYAT INDONESIA
apakah semua itu tidak berlaku untuk keturunan Cina ?
Berbeda-beda tetapi tetap satu , kecuali Cina ?
tidak semua Cina itu baik, ada yang jahat,kotor, tapi
apakah kami bukan manusia ?
Mar. 16, 2005 11:51:02 WIB
GLADIOL
Kata pepatah,hanya orang yang tidak berilmu yang
terus-terusan melihat ke belakang,jadi menurut saya
orang yang selalu mengkotak atik masalah masa lalu itu
orang kuarng kerjaan,atau jangan-jangan dia seorang
pengangguran,atau mungkin dia orang pandai tapi jadi
penghianat Bangsa,atau juga dia di bayar negara asing
untuk memporak porandakan Bangsa Indonesia,tapi yang
pasti Itu dia adlah penghianat Bangsa,orang negerinya
sedang di acam negara lain kok buta dan terus terusan
mengobok - obok negri sendiri,Hai pemerintah orang
seprti itu tangkapi saja buang ke tengah laut selatan
untuk makan hiu-hiu lapar,yang sudah ya sudahlah mari
kita bangun negri ini ke depan demi sejahtera nya
rakyat.
Feb. 24, 2005 11:56:20 WIB
Tommykwitang
Bp Abdoul,
Saya setuju dengan anda. Saya sudah merasakan sendiri
indahnya hidup dalam kebersamaan. Tanpa membedakan ras
dan keturunan atau bangsa.
Jadi selain kasus para mahasiswa korban 13 MEi '98 dan
Peristiwa Semanggi, akibat gerakan politik saat itu
juga telah memakan korban dari etnis China dan rakyat
kecil. Saya sangat berharap SBY peduli dengan kasus
ini.
Ini bukan masalah dendam, tetapi untuk pelajaran
bangsa kita kedepan, bahwa kalau kita berpecah belah
akan berakibat kehancuran bagi bangsa kita sendiri.
Feb. 15, 2005 11:06:21 WIB
Permadi_536
Nggak akan ada habis-habisnya, seperti air laut,
ngapain....???
Percuma kamu-kamu jadi orang beriman kalau meributkan
orang yang jadi pahlawan. Sudah arwahnya nggak tenang,
ke akhirat tidak ke dunia juga tidak, yang seneng TPI,
jadi arwah GENTAYANGAN
Rela anak-anakmu jadi setan.....?
Feb. 04, 2005 20:18:50 WIB
Yaya_ez
Menurut saya, sebenarnya para pejabat2 di lapisan atas
sudah tahu sama tahu siapa dalang dan tokoh peristiwa
'Mei 98. Tapi mental pejabat kita kan semuanya mental
TEMPE. Mungkin nga SBY bikin gebrakan utk mengupas
ini? Buat para pejabat yang tau, semoga hati nurani
kalian terbuka dan mau ikut membongkar peristiwa Mei
98.Pikirkan jika ini kelak terjadi pada cucu ato cicit
kalian, gimana? Kalian rela kalo mereka yang harus
membayar kesalahan kalian? Pada saat nanti, bangsa
Tionghoa akan lebih kuat dari sekarang dan akan
menjadi penggerak RI. Saatnya nanti akan ada Presiden
Tionghoa, dan siapa pun yang terlibat pada kerusuhan
Mei '98 harus membayar dosanya plus di akherat juga,
Rasain Lu....
Buat SCTV, acara ini dah basi, hanya akan membuka luka
lama para korban. Kalo mau memuat berita ini lagi,
sekalian dong dengan kupasan para pelaku dibalik
peristiwa ini, jangan tanggung2.
Apa komentar2 ini dibaca para pemirsa nga? Tujuan
kolom komentar utk apa dong?
Jan. 09, 2005 14:08:21 WIB
Abdoul
Saya juga ikut prihatin dengan masalah besar yang
menimpa etnis TIONGHOA PADA ERA KERUSUHAN MEI
yang tidak tau menau tentang pemerintahan RI yang
bejat menjadi korban sia sia,jangan selalu singgung
pembunuhan 6 mahasiswa tuh saja begitu banyak etnis
tionghoa yang diperkosa,dibunuh dan dianiya tuh
masalahnya belum dikupas oknum pejabat diera orde baru
harus bertanggung jawab penuh dengan duka besar dihati
etnis tionghoa yg sudah merasa pahit,padahal mereka
sangat banyak membangun negara RI kita ini.saat ini
musibah "tsunami"mereka juga tidak menyimpan dendam
pada kita warga asli pribumi malahan ikut membantu
baik menyumbang tenaga atau pun materiil untuk korban
tsunami di ACEH dan RRC juga menyumbang uang tuk
negara RI padahal di RRC semua china yg ada didaratan
CHINA tau persis saudaranya yg hidup di negara RI
selalu menjadi kambing hitamnya warga asli
pribumi,saya bukan menyinggung tentang RAS tetapi
memang kenyataan dunia indonesia yang banyak dosa dan
bejat indonesia sudah dicap black list buku hitam
internasional tak bermoral coba kalau kerusuhan mei
tuh RRC mengirim pasukannya ke indonesia saya jamin
USA juga tidak bisa berbuat banyak tuk
indonesia,kalian pemerintah seharusnya sudah sadar
jangan ada istilah anak kandung dan anak tiri
diindonesia yang selalu dirongrong warga etnis
tionghoa dan pajak besar sampai pajak kecil selalu
mereka bayar tapi tuk warga asli sedikit dan malahan
kadang tidak mau bayar pajak yah...warga asli bisa
donk berontak coba warga etnis tionghoa hanya bisa
"iya pak saya bayar" kalau kagak bayar dibentak dan
dimaki maki woi...cina dan cina sudah cukuplah
penderitaan saudara kita etnis tionghoa--->semoga
kasus kerusuhan mei yg banyak mengambil korban etnis
tionghoa segera di kupas tapi siapa yg berani ya?
tanda tanya juga sih,kalau ada tulisan saya yg gak
enak dibaca mohon maaf saya ikut prihatin dengan
bangsa kita RI yang kayaknya ada saling dendam
diantara etnis asli dan bukan itu saja.semoga
indonesia bisa seperti MALAYSIA yg segala etnis bisa
bersatu tidak seperti negara kita iri hati melihat
orang lain maju dan berhasil,kalau anda mau berhasil
positif donk pemikiran kalian wahai saudaraku jangan
malas arti kata giat dalam hal positif karna saya tau
sendiri dilingkungan saya banyak pengangguran yg
setiap malam main gitar minum minuman keras dan kalau
ada etnis tionghoa lewat selalu digangguin dan
dimintain uang,contoh buruk dan malas maunya hidup
santai dan iri hati lihat kemajuan orang lain.mohon
maaf sekali lagi kalau ada pihak tertentu yang
tersinggung oleh tulisanku,saya maunya indonesia
damai,tenteram dan maju seperti tetangga kita malaysia
dan singapura ok!kepada sctv supaya diberitakan
kepihak pemerintah RI supaya bisa menyentuh hati
mereka kita kan orang beragama walaupun lain warna
kulit gitu bilangnya ok! banyak masukan dari teman
saya dari etnis tersebut yg sedih dan bisanya hanya
pasrah saja.MERDEKA RI
bergema. Derap sepatu serdadu berbaur teriakan
histeris terdengar lagi memantul dari aspal jalan.
Kenangan pahit 12 Mei 1998, tepatnya Selasa petang
ketika itu, menjadi sejarah kelam Indonesia. Peristiwa
di Kampus Trisakti tidaklah mudah dilupakan. Insiden
yang menelan korban enam mahasiswa itu mengawali aksi
anarkis massal dan berujung pada runtuhnya "kerajaan"
Orde Baru. Hingga enam tahun kejadian Trisakti
berlalu, sosok yang mesti bertanggung jawab atas
peristiwa tersebut tetap misteri. "Saya sudah lelah,"
kata Karsiyati Sie, ibunda Hendrawan Sie, mahasiswa
Trisakti yang tewas tertembak.
Kelelahan memang terpancar pada raut Karsiyati ketika
berdialog dengan reporter SCTV Indiarto Priyadi di
Studio Liputan 6, Jakarta, Rabu (12/5) malam, dalam
acara Topik Minggu Ini bertajuk "Tragedi Mei 1998,
Sejarah Gelap Negeri Ini". Karsiyati mengaku jiwanya
kosong setelah ditinggal Hendrawan, putra tunggalnya.
Untuk menuntaskan rasa penasaran atas kematian
mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Angkatan
1996 itu, Karsiyati rela meninggalkan Kalimantan.
"Saya bekerja di koperasi Rektorat Trisakti," ungkap
dia.
Gelisah tak hanya menyergap Karsiyati. Lasmiati, ibu
kandung Herry Hartanto (mahasiswa Fakultas Teknik
Industri Jurusan Mesin Angkatan 1995) malah terpaksa
pindah rumah. "Trauma. Tiga tahun jalan empat tahun,
saya kebayang terus. Kita tidur, kayaknya dia
[Hendrawan] dateng," kata Lasmiati. Jika rindu
menyergap, hanya sehelai jaket almamater menjadi
pengobatnya. Lasmiati mungkin agak beruntung bisa
bertemu "jagoannya". Ketika terbaring di brankar
(velbed), Herry masih segar bugar. "Jam sembilan
[21.00 WIB] saya dibawa teman-temannya, dia [Herry]
sudah di kamar mayat," tutur Lasmiati. Sementara
Karsiyati mengetahui kabar Hendrawan tewas melalui
televisi saat menanti pesawat yang akan
menerbangkannya ke Jakarta.
Upaya hukum terus ditempuh agar pelaku penembakan
ditangkap. Mulai dari meminta bantuan hukum Tim
Gabungan Pencari Fakta Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (TGPF Komnas HAM), Komisi untuk Orang Hilang
dan Tindak Kekerasan (Kontras) dilakoni keluarga
korban Trisakti. Semua penyelidikan mengerucut pada
kesimpulan seperti diungkapkan Komisi Penyelidikan
Pelanggaran (KPP) HAM Kasus Trisakti dan Semanggi
I-II, bahwa telah terjadi kejahatan kemanusiaan dalam
tragedi itu [baca: KPP HAM Trisakti: Terjadi Kejahatan
Kemanusiaan].
Kesimpulan demikian belumlah memupus kegelisahan
keluarga korban. "Saya berharap tidak dipolitisir.
Saya tidak anti-TNI/Polri, yang penting berpihak
kepada rakyat semua," tegas Lasmiati. Proses peradilan
memang belum berhenti. Ada sembilan perwira TNI belum
tersentuh. Mereka antara lain Jenderal TNI
Purnawirawan Wiranto, eks Panglima Komando Cadangan
Strategis (TNI) Angkatan Darat (Kostrad) Letnan
Jenderal (Purn) Prabowo Subianto, mantan Kepala Badan
Intelijen ABRI Mayor Jenderal Zacky Makarim, dan
Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin.
Upaya pemanggilan paksa oleh KPP HAM tidak membuahkan
hasil. DPR akhirnya menggelar rapat dengar pendapat
dengan Wiranto, satu tahun silam. Hasilnya: "Kami
sudah dipanggil oleh Pansus [Panitia Khusus]
Trisakti-Semanggi oleh DPR dan akhirnya diputuskan
melalui Sidang Paripurna bahwa Semanggi dan Trisakti
bukan pelanggaran HAM berat," tegas Wiranto. Dan, para
keluarga korban cuma bisa menjerit pilu.
Kini, Wiranto dan Prabowo kembali disorot. Menjelang
Pemilihan Umum Eksekutif, Wiranto terpilih menjadi
calon presiden dari Partai Golkar. Prabowo--yang juga
mencalonkan diri--gagal dikalahkan Wiranto. Kehadiran
Wiranto berdampingan dengan Ketua Komnas HAM
Solahuddin Wahid (Gus Solah) seolah membangkitkan
mimpi buruk lagi. Padahal Wiranto sudah berusaha
menerangkan posisinya kepada khalayak seperti
dituangkan dalam buku Kesaksian di Tengah Badai [baca:
Wiranto Meluncurkan Buku Lagi].
Sang penulis, Aidul Fitricia Azhari, yang juga ikut
berdialog di SCTV mengatakan, buku tersebut juga
bercerita tentang rivalitas Wiranto dan Prabowo. Isu
persaingan antara kedua petinggi TNI itu terus
bergulir sejak Wiranto menjabat Panglima ABRI ada era
Soeharto, sampai menduduki jabatan Menteri Koordinator
Politik dan Keamanan di masa Presiden Bacharuddin
Jusuf Habibie. Belakangan Prabowo "unjuk gigi". Sebuah
buku bertajuk Politik Huru-Hara Mei 1998 diterbitkan
Fadli Zon, kawan dekat menantu mantan Presiden
Soeharto itu, Maret silam. "Jangan sampai anak cucu
kita membaca sejarah yang salah," kata Fadli.
Lebih jauh Fadli menjelaskan, banyak data dan fakta
dalam buku Kesaksian di Tengah Badai tidak akurat dan
cenderung propaganda pribadi Wiranto. Misalnya kutipan
Wiranto: "...Mendengar laporan kejadian tersebut saya
benar-benar merasa sangat sedih, kesal, dan menyesal,
semuanya menggumpal menjadi satu. Bisa dibayangkan,
kejadian yang sudah diantisipasi sebelumnya dan oleh
karenanya berbagai upaya sudah dilakukan sebagai
langkah pencegahan, namun pada akhirnya juga harus
kita terima sebagai kenyataan..."
Ketika peristiwa terjadi, kata Fadli, Wiranto dan
sejumlah petinggi TNI tengah berada di Malang, Jawa
Timur, menghadiri peringatan ulang tahun Kostrad.
Menurut Fadli, Komandan Kostrad yang kala itu dijabat
Prabowo hanya mengundang Kepala Staf Umum TNI Fachrul
Razi, bukan Wiranto. Tanpa alasan jelas, menjelang 7
Mei 1998 Wiranto berkeras pergi ke Malang. "Ada
kontradiksi, karena tanggal 4 Mei dia [Wiranto]
mengaku pergi ke Medan untuk mengurus kerusuhan di
sana," lanjut Fadli.
Sementara Prabowo selaku Pangkostrad, kata Fadli,
tidak bisa turun tangan langsung karena hanya bertugas
membantu pengamanan. Prabowo yang mengaku baru
mendengar kerusuhan sekitar pukul 20.00 WIB kemudian
berinisiatif akan mengerahkan pasukan untuk
menghentikan kerusuhan sistematis dan penjarahan
toko-toko. "Tapi, Panglima TNI melalui Kasum Fachrul
Razi melarang pengerahan pasukan untuk membantu Kodam
[Komando Daerah Militer] Jaya," sambung dia.
Aidul mengakui bukunya tidak menerangkan di mana
sesungguhnya posisi Wiranto ketika kerusuhan melanda
Ibu Kota selama tiga hari. "Saya tidak tahu persis,"
kata Aidul. Yang pasti, kepergian Wiranto ke Malang
diputuskan melalui rapat staf. "Eskalasi [situasi]
tidak hanya di Jakarta, tapi juga di Solo, seperti
saya alami sendiri," papar Aidul. Boleh jadi, dia
menambahkan, Wiranto memberikan mandat pengamanan
lewat Kepala Kepolisian Metro Jaya yang ketika itu
dipegang Mayor Jenderal Polisi Hamaminata.
Aneh memang. Tapi, kedua buku tersebut tetap tak
menjawab misteri Tragedi Mei `98. Apalagi, saat ini,
Wiranto dan Gus Solah yang semula diandalkan keluarga
korban Trisakti tengah bersiap bertarung di kancah
pemilihan presiden. Jika Wiranto atau calon pemimpin
Bangsa lain sudah terpilih, Karsiyati maupun Lasmiati
mengaku pesimistis. Jalan cerita pengusutan kasus
tersebut diyakini tak jauh berbeda. "Atau mungkin akan
dipetieskan," tandas Karsiyati.(KEN)
http://www.liputan6.com/fullnews/77958.html
--
Komentar:
May. 01, 2005 00:16:30 WIB
Abdoul
Tidak bisa kita mengatakan "yang berlalu biarlah
berlalu" enak kali tuh,coba warga pribumi yang menjadi
korban pemerkosaan,pembunuhan,perampokan dan
penganiyaan bagaimana??? tentu kalian juga tidak
menyerah begitu saja tetapi negara INDONESIA bukan
punya etnis tionghoa mereka hanya numpang ngomong
kasarnya sih begitu dan meski mereka bukan asli orang
INDONESIA tetapi mereka banyak mendukung perekonomian
INDONESIA tetapi kenapa mereka dirampok,dibunuh bahkan
wanitanya diperkosa dan dibakar oleh biadabnya pribumi
INDONESIA? hanya ALLOH saja yang bisa menghukum
saudara yang terlibat termasuk oknum pejabat tinggi di
era orde baru.kapan bisa diusut?siapa yang berani
sampai saat ini tahun 2005 tidak pernah lagi
diceritakan sudah raib ditelan setan kali!!! memang
brengsek banget INDONESIA saya malu bukan bangga
sangat biadab pribumi INDONESIA,walaupun sholat 5 kali
satu hari ataupun 1000 kali kagak berguna kalau
berbuat jahat!ALLOH tidak mengampuni dosa orang yang
biadab! bagi etnis tionghoa jangan menghayal bisa di
bongkar masalah besar ini,berdoa saja pada
keyakinannya semoga yang maha kuasa selalu melindungi
kalian semua.AMIN.
Apr. 12, 2005 15:47:16 WIB
Dustoff
Tragedi bulan mei 1998 adalah lembaran hitam yang akan
melekat selamanya dirahim Ibu Pertiwi yang kata orang
punya jiwa berBinneka Tunggal Ika dan Ber-azaskan
prikemanusian,tapi dimana azaz tersebut terletak kalau
para Pemimpin negri ini TIDAK MAMPU MENGUAK DALANG
TRAGEDI TERSEBUT !!!! DIMANA RASA KEADILAN DAN
KEMANUSIAAN ???? YANG MENJADI KORBAN BAIK DARI
KALANGAN MAHASISWA TRISAKTI DAN RAKYAT JELATA (
PRIBUMI & ETNIS TIONGHA )HANYA JADI TUMBAL KEKUASAAN
BELAKA.DALANG TRAGEDI MEI 1998 TAK AKAN DAPAT
DITANGKAP,YANG ADA HANYA KORBAN KAMBING HITAM DARI
PERISTIWA INI,USA YANG DIBILANG NENEKNYA NEGARA
DEMOKRASI SAJA,SAMPAI SKRG TDK DAPAT MEMBUKA / MENGUAK
DALANG PEMBUNUH PRESIDEN JHON F.KENNEDY,APALAGI RI
YANG BARU MELEK DEMOKRASI,KASUS PEJUANG HAM MUNIR SAJA
MASIH BIAS,YANG KORBANNYA CUMA SATU ORANG
SAJA,BAGAIMANA DENGAN TRAGEDI MEI 1998,CUMA TUHAN SAJA
YANG TAHU,SEMOGA DIAKHERAT NANTI MEREKA DAPAT GANJARAN
YANG SETIMPAL !!!!
Apr. 09, 2005 00:30:31 WIB
Moessavierre
HUKUM KARMA SEDANG BERPUTAR DI TITIK YANG SAMA ! SIAPA
MENABUR ANGIN DIA AKAN MENUAI BADAI. Jiwa dan darah
korban kerusuhan Mei 98 saat ini sedang menuntut
pembayaran hutang nyawa mereka.KORBAN KERUSUHAN MEI 98
BUKAN CUMA MAHASISWA TRISAKTI ATAU 200 JIWA MAYAT
TERPANGGANG DI DALAM DEPT.STORE JOGJA (ssst..tau nggak
LAGI NGAPAIN MEREKA DI SITU ??) TAPI JANGAN DI INGKARI
JUGA BAHWA ADA RATUSAN NYAWA DAN KEHORMATAN ETNIS
TIONGHOA YANG MEMBUSUK TAK TERSENTUH OLEH HUKUM.
Mereka dijarah dan dirampok,tapi toh mereka tak
menjadi miskin,harta mereka malah bertambah
berlipat-lipat,tapi bagaimana nasib sang penjarah dan
perampok apakah mereka sudah menjadi kaya sekarang ?
Tetap saja mereka hidup Blangsak mengais makanan di
tumpukan sampah. Jangan berharap kasus ini di angkat
sampai kapanpun,kecuali PBB turun tangan dengan sanksi
embargo DISEGALA SEKTOR. Atau menunggu Presiden RI
yang bernama si A Cong,A Siong atau A Kiong. (artinya
MUSTAHIL KHAN.....) SUDAH TERIMA SAJALAH
NASIBMU.SELAMAT BERMIMPI.
Mar. 27, 2005 16:25:47 WIB
Nalakerti
Kepada para Pejabat ? Elite Politik yg terlibat dlm
Tragedi Mei '98, selamat untuk anda karena anda telah
memeberi keluarga anda sesuatu yg tak pantas..., saat
anda menikmati, anda takkan tahu balasan itu datang
tiba-tiba.
Mar. 22, 2005 12:21:33 WIB
Djo_edan
makanya, selama kita masih menganut ideologi
kapitalis, sekuleris, demokratis, pacasilais,
nasionalis, gitaris dll ideologi bikinan makluk
manusia, yaaa begini2 ajah
Mar. 22, 2005 09:36:20 WIB
Bintang12
Tragedi mei 98 telah memakan korban dari mahasiwa
trisaksi.mereka adalah pahlawan sejati yang setia
dengan mempertahankan idiologi murni mahasiswa.hai
kawanku, jasa-jasa pengorbanan kalian tidak sia2.dan
slalu kita kenang,smoga mrk berada ditempat terbaik
disisi Allah SWT..amien
Mar. 19, 2005 17:16:54 WIB
Pukitolo
Yg lalu biarlah berlalu. Mari kita jelang masa depan
dgn semangat nasioanlisme dan membangun negeri ini dgn
jiwa yg bersih.
Mar. 18, 2005 03:38:20 WIB
Train
saya tidak setuju dengan Radiol yang mengatakan bahwa
mengingat kembali masa lalu itu hal bodoh,
perlu kita ingat bahwa jelas ada korban baik material
, maupun spiritual.
bagaimana mungkin kita bisa membiarkan hal ini
(kerusuhan Mei) tidak ditindak, coba anda pikirkan
bagaimana perasaan korban kerusuhan mei ini, perasaan
orang tua yang melihat anak dan istrinya mati terbakar
, dibunuh atau diperkosa. sementara pelaku bebas
berkeliaran di luar. Bila hal ini menimpa anda ,
bagaimana perasaan anda ? melupakannya ? tutup mata ?
Permasalahan kedua adalah apa yang terjadi bila hal
ini dibiarkan tanpa ditindak, para oknum yang terlibak
tidak akan jera, karena kuasa hukum tidak menyentuh
mereka, maka bisa dipastikan hal yang sama akan
terulang lagi dimasa depan.
apalah salah kami sebagai orang Cina ? mengapa kami
dibantai ? semua jabatan di pemerintah dipegang
mayoritas pribumi, mengapa kami dituduh sebagai
perusak bangsa ? apakah dengan menjarah dan membantai
kami negara kita akan bertambah makmur ?
Dimanakah
KETUHANAN YANG MAHA ESA, KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN
BERADAB, PERSATUAN INDONESIA ,
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN DENGAN HIKMAT DENGAN
PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN ,
KEADILAN SOSIAL BAGI SEMUA RAKYAT INDONESIA
apakah semua itu tidak berlaku untuk keturunan Cina ?
Berbeda-beda tetapi tetap satu , kecuali Cina ?
tidak semua Cina itu baik, ada yang jahat,kotor, tapi
apakah kami bukan manusia ?
Mar. 16, 2005 11:51:02 WIB
GLADIOL
Kata pepatah,hanya orang yang tidak berilmu yang
terus-terusan melihat ke belakang,jadi menurut saya
orang yang selalu mengkotak atik masalah masa lalu itu
orang kuarng kerjaan,atau jangan-jangan dia seorang
pengangguran,atau mungkin dia orang pandai tapi jadi
penghianat Bangsa,atau juga dia di bayar negara asing
untuk memporak porandakan Bangsa Indonesia,tapi yang
pasti Itu dia adlah penghianat Bangsa,orang negerinya
sedang di acam negara lain kok buta dan terus terusan
mengobok - obok negri sendiri,Hai pemerintah orang
seprti itu tangkapi saja buang ke tengah laut selatan
untuk makan hiu-hiu lapar,yang sudah ya sudahlah mari
kita bangun negri ini ke depan demi sejahtera nya
rakyat.
Feb. 24, 2005 11:56:20 WIB
Tommykwitang
Bp Abdoul,
Saya setuju dengan anda. Saya sudah merasakan sendiri
indahnya hidup dalam kebersamaan. Tanpa membedakan ras
dan keturunan atau bangsa.
Jadi selain kasus para mahasiswa korban 13 MEi '98 dan
Peristiwa Semanggi, akibat gerakan politik saat itu
juga telah memakan korban dari etnis China dan rakyat
kecil. Saya sangat berharap SBY peduli dengan kasus
ini.
Ini bukan masalah dendam, tetapi untuk pelajaran
bangsa kita kedepan, bahwa kalau kita berpecah belah
akan berakibat kehancuran bagi bangsa kita sendiri.
Feb. 15, 2005 11:06:21 WIB
Permadi_536
Nggak akan ada habis-habisnya, seperti air laut,
ngapain....???
Percuma kamu-kamu jadi orang beriman kalau meributkan
orang yang jadi pahlawan. Sudah arwahnya nggak tenang,
ke akhirat tidak ke dunia juga tidak, yang seneng TPI,
jadi arwah GENTAYANGAN
Rela anak-anakmu jadi setan.....?
Feb. 04, 2005 20:18:50 WIB
Yaya_ez
Menurut saya, sebenarnya para pejabat2 di lapisan atas
sudah tahu sama tahu siapa dalang dan tokoh peristiwa
'Mei 98. Tapi mental pejabat kita kan semuanya mental
TEMPE. Mungkin nga SBY bikin gebrakan utk mengupas
ini? Buat para pejabat yang tau, semoga hati nurani
kalian terbuka dan mau ikut membongkar peristiwa Mei
98.Pikirkan jika ini kelak terjadi pada cucu ato cicit
kalian, gimana? Kalian rela kalo mereka yang harus
membayar kesalahan kalian? Pada saat nanti, bangsa
Tionghoa akan lebih kuat dari sekarang dan akan
menjadi penggerak RI. Saatnya nanti akan ada Presiden
Tionghoa, dan siapa pun yang terlibat pada kerusuhan
Mei '98 harus membayar dosanya plus di akherat juga,
Rasain Lu....
Buat SCTV, acara ini dah basi, hanya akan membuka luka
lama para korban. Kalo mau memuat berita ini lagi,
sekalian dong dengan kupasan para pelaku dibalik
peristiwa ini, jangan tanggung2.
Apa komentar2 ini dibaca para pemirsa nga? Tujuan
kolom komentar utk apa dong?
Jan. 09, 2005 14:08:21 WIB
Abdoul
Saya juga ikut prihatin dengan masalah besar yang
menimpa etnis TIONGHOA PADA ERA KERUSUHAN MEI
yang tidak tau menau tentang pemerintahan RI yang
bejat menjadi korban sia sia,jangan selalu singgung
pembunuhan 6 mahasiswa tuh saja begitu banyak etnis
tionghoa yang diperkosa,dibunuh dan dianiya tuh
masalahnya belum dikupas oknum pejabat diera orde baru
harus bertanggung jawab penuh dengan duka besar dihati
etnis tionghoa yg sudah merasa pahit,padahal mereka
sangat banyak membangun negara RI kita ini.saat ini
musibah "tsunami"mereka juga tidak menyimpan dendam
pada kita warga asli pribumi malahan ikut membantu
baik menyumbang tenaga atau pun materiil untuk korban
tsunami di ACEH dan RRC juga menyumbang uang tuk
negara RI padahal di RRC semua china yg ada didaratan
CHINA tau persis saudaranya yg hidup di negara RI
selalu menjadi kambing hitamnya warga asli
pribumi,saya bukan menyinggung tentang RAS tetapi
memang kenyataan dunia indonesia yang banyak dosa dan
bejat indonesia sudah dicap black list buku hitam
internasional tak bermoral coba kalau kerusuhan mei
tuh RRC mengirim pasukannya ke indonesia saya jamin
USA juga tidak bisa berbuat banyak tuk
indonesia,kalian pemerintah seharusnya sudah sadar
jangan ada istilah anak kandung dan anak tiri
diindonesia yang selalu dirongrong warga etnis
tionghoa dan pajak besar sampai pajak kecil selalu
mereka bayar tapi tuk warga asli sedikit dan malahan
kadang tidak mau bayar pajak yah...warga asli bisa
donk berontak coba warga etnis tionghoa hanya bisa
"iya pak saya bayar" kalau kagak bayar dibentak dan
dimaki maki woi...cina dan cina sudah cukuplah
penderitaan saudara kita etnis tionghoa--->semoga
kasus kerusuhan mei yg banyak mengambil korban etnis
tionghoa segera di kupas tapi siapa yg berani ya?
tanda tanya juga sih,kalau ada tulisan saya yg gak
enak dibaca mohon maaf saya ikut prihatin dengan
bangsa kita RI yang kayaknya ada saling dendam
diantara etnis asli dan bukan itu saja.semoga
indonesia bisa seperti MALAYSIA yg segala etnis bisa
bersatu tidak seperti negara kita iri hati melihat
orang lain maju dan berhasil,kalau anda mau berhasil
positif donk pemikiran kalian wahai saudaraku jangan
malas arti kata giat dalam hal positif karna saya tau
sendiri dilingkungan saya banyak pengangguran yg
setiap malam main gitar minum minuman keras dan kalau
ada etnis tionghoa lewat selalu digangguin dan
dimintain uang,contoh buruk dan malas maunya hidup
santai dan iri hati lihat kemajuan orang lain.mohon
maaf sekali lagi kalau ada pihak tertentu yang
tersinggung oleh tulisanku,saya maunya indonesia
damai,tenteram dan maju seperti tetangga kita malaysia
dan singapura ok!kepada sctv supaya diberitakan
kepihak pemerintah RI supaya bisa menyentuh hati
mereka kita kan orang beragama walaupun lain warna
kulit gitu bilangnya ok! banyak masukan dari teman
saya dari etnis tersebut yg sedih dan bisanya hanya
pasrah saja.MERDEKA RI
- jonathangoeij at ...
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com