Hari itu, pekan kedua aku kos di rumah seorang Ibu. Dalam kerentaannya, beliau tinggal sendiri dengan hanya “ditemani” seorang anak laki-laki yang praktis tidak bisa berbuat apa-apa. Selain kondisi fisik anaknya yang harus melakukan segalanya di tempat tidur , jiwa anak tsb juga terganggu. Selintas anak tersebut hanya menambah beban hidupnya. Mengandalkan hidup dari pembayaran uang kos dengan hanya empat kamar terisi dari delapan kamar yang ada. Dengan tarif 200 ribu per kamar, satu bulan ia “hanya” menerima 800 ribu rupiah. Ditambah dengan tunjangan pensiun janda yang tak seberapa, sering terlintas, cukupkah uang tersebut untuk memenuhi kebutuhannya ? Padahal dalam waktu tertentu beliau sering memberikan jamuan kepada kami, penghuni kos yang ada.
Hari itu, pagi pekan kedua aku kos di rumah seorang Ibu. Hanya aku sendiri yang ada di tempat kos. Dan dengan ketidaksengajaan, akhirnya aku berbincang dengan si Ibu. Tentang suaminya, tentang anaknya, tentang kehidupannya. Sebuah ketegaran yang nampak dari sinar matanya, ketabahan yang muncul dari setiap kata yang diucapkannya, dan kalimat syukur yang selalu mengiringi kata-katanya. Anaknya yang terbaring tanpa daya dimaknainya sebagai ujian sekaligus ladang pahala baginya. Seorang Ibu, setiap hari harus memandikan, membersihkan, dan mengurus segala sesuatu kebutuhan anak laki-lakinya. Beberapa kali aku melihat, makanan yang sudah disiapkan si Ibu, dilempar oleh anaknya. Itupun tak menjadikan keluh kesah baginya.
Di akhir perbincangan, aku bertanya tentang doa yang paling sering diucapkannya. Si Ibu menjawab, ia selalu berdoa agar jangan sampai ia meninggal mendahuluinya anaknya. Ketika aku tanya kenapa? Beliau menyampaikan kekhawatirannya, seandainya ia meninggal lebih dulu, ia khawatir anaknya akan terlantar di jalanan.
Hari itu, sore pekan kedua aku kos di rumah seorang Ibu, sekitar 7 jam setelah perbincangan pagi tadi berakhir. Sebuah ketukan di pintu memunculkan raut kekhawatiran dari wajah si Ibu. Beliau mengajak aku ke kamar anaknya, minta tolong untuk membantu membawa anaknya ke dokter. Akan tetapi, ketika sampai di kamarnya, si Ibu hanya berucap lirih….”Innalillahi wa Inna Ilaihi Roji’un…sepertinya sudah nda ada Mas “. Atas permintaan beliau, bergegas aku menghubungi Imam masjid dan dokter praktek terdekat. Akan tetapi ketika kami sampai ke rumah tersebut, si Ibu sudah terbaring di samping anaknya. Dokter dan Imam masjid sama-sama mengatakan bahwa keduanya sudah tiada. Innalillahi wa Inna Ilahi Rojiun. Tak ada kata-kata yang bisa diucapkan selain merenung. Begitu mudahkah Allah memanggil hamba-Nya ? Betapa mulianya sang Ibu sampai-sampai Allah mengabulkan doanya agar beliau tidak meninggal sebelum anaknya meninggal. Bahkan Allah menjadikan kebersamaan mereka menjadi kebersamaan yang tak terpisahkan. Karena setelah itu, mereka akan terus bersama-sama di surga-Nya, dengan segala kenikmatannya. Semoga. Lalu, bagaimanakah dengan kematianku nanti, yang entah kapan datang menghampiriku.
(Sebuah kenangan di Pleburan , Penghujung 2004)
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com