GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Mengapa senyuman monalisa menarik perhatian anda?

Written By Situs Baginda Ery (New) on Senin, 09 Mei 2011 | 08.40

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY0y-3QeITezgONs6M_imYRLrSsM3alnQhEA94tefUcvbBBAdQyR6G1DUtU2u4QUDiHiHjjFeINwsNcntP66pqpgKTN3bbYm4FogJUR1_GqRKNgIYW15M5lLuTiImHxUv6gkTjSfBrrgs/s400/monalisa.jpg
Seulas senyum pada lukisan klasik karya seniman zaman Rennaissans
Italia Leonardo Da Vinci (1452 - 1519) telah mempesona begitu banyak
pencinta karya seni sejak lukisan itu selesai dibuat pada tahun 1506.
Orang yang pernah melihat lukisan itu secara langsung umumnya selalu
teringat akan pesona senyuman yang kesannya merekah muncul pada saat
orang justru tidak memusatkan tatapan penglihatannya langsung pada
wajah Monalisa. Senyum itu selain mempesona sekaligus misterius bagi
banyak pencita seni dan dianggap memiliki nilai transendental keagungan
yang luar biasa. Salah satu orang yang pertama kali terkesan atas
senyuman yang dilukiskan sebagai "memiliki nilai keagungan diluar batas
sosok manusia" ("more divine than human") diungkapan oleh Giorgio
Vasari, seorang kritikus seni dan penulis terkemuka yang hidup di abad
XVI.
Lukisan sosok Lisa di Antonio Maria Gherardini - nama sebenarnya
Monalisa - kini menjadi salah satu koleksi kebanggaan milik Musee de
Louvre, Paris - Perancis yang merupakan museum kebudayaan yang
terlengkap di dunia.
Untuk memuaskan rasa penasaran akan senyuman Monalisa seorang pakar
neuroscientist dari Universitas Harvard bernama Margaret Livingstone
baru-baru ini telah mengungkapkan kajian ilmiah yang mengungkap rahasia
dibalik senyum Monalisa pada terbitan journal Science No.17. edisi
akhir tahun 2000. Setelah mengkaji dengan seksama lukisan Leonardo Da
Vinci, maka Livingstone meyakinkan bahwa senyuman mempesona yang
terkesan muncul selintas dengan lamat-lamat pada wajah Monalisa terjadi
sebagai efek dari suatu ilusi optik. Dijelaskannya bahwa senyuman itu
dapat tertangkap mata justru pada saat seseorang tidak tengah langsung
memandang kearah bibir Monalisa.
Livingstone menjelaskan teorinya dari sudut struktur sistem visual
manusia berdasarkan keahliannya di bidang visual processing yang
terjadi pada manusia.
Penjelasan berdasar teori struktur sistem visual manusia :
Pada saat seseorang tengah memusatkan pandangan dengan pancaindera
penglihatan atas suatu obyek di alam, sesungguhnya citra yang
dipersepsikan manusia terbentuk dalam 2 area yang dapat dibedakan
secara jelas, yakni daerah pusat pada area bidang pandangan - yang
disebut fovea - yang berciri dapat membedakan warna dan kesan kontras
yang amat tajam. Sedangkan bidang pandang sekeliling diluarnya - atau
peripheral area - mempersepsikan pancaindera penglihatan terhadap citra
hitam putih, bayang dan efek gerak. Citra ("image") suatu benda menjadi
berkesan lebih baur ("blurred") jika pandangan atas peripheral area
terikutkan secara keseluruhan dalam pandangan atas suatu obyek.
Dalam metoda kerja penelitiannya Livingstone melakukan scan atas
reproduksi lukisan Monalisa dan menghilangkan seluruhnya ("filtered
out") segala image bayang dan efek yang terdapat dalam area pandang
peripheral , sehingga akhirnya lukisannya hanya menyisakan citra
rincian kontras dan beda warna seperti yang lazim terlihat dalam area
fovea. Sebagai akibatnya maka pandangan manusia lalu tidak dapat lagi
menangkap adanya senyuman Monalisa. Ketika efek bayang diimbuhkan
kembali pada lukisan persis layaknya sebagaimana pandangan manusia
mempersepsikan pandangan area peripheral, maka dengan segera munculah
kembali senyum Monalisa yang mempesona itu.
Terobosan kajian ilmiah Margaret Livingstone mendapat dukungan dari
ahli sejarah kesenian zaman Renaissans dari Universitas Columbia yang
bernama James Beck. Leonardo Da Vinci sebagai seorang seniman serba
bisa pada masa Renaissans juga dikenal sebagai arsitek , pematung,
selain sebagai inventor ulung yang mendahului pemikiran zamannya.
Menurut berbagai penelitian atas karya-karya arsitektur atau patung
zaman Rennaissans memang banyak yang mengadopsi efek ilusi optik guna
menimbulkan kesan keagungan atau sakral hingga lebih mengesankan setiap
orang yang memandangnya.
Namun bagi sebagian ahli termasuk diantaranya Dr. James Beck tidak
sepenuhnya yakin bahwa seniman zaman Renaissans - termasuk Leonardo Da
Vinci - berkarya dengan sengaja memasukkan unsur efek ilusi optik untuk
membuat lukisannya lebih mempesona. Margaret Livingstone serta James
Beck berpendapat efek tersebut boleh jadi awalnya terlebih dahulu
tercipta dengan tidak sengaja oleh Leonardo Da Vinci.
sumber:yahoo! answers

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...