Seperti apakah hati seorang pelayan kemanusiaan seperti Anthonny de Mello? Ia begitu ringan mengartikan tentang pembebasan dari perasaan keinginan memiliki. Ia
berkata, ‘ Aku tidak takut kehilanganmu, karena engkau bukan milikku,
atau siapapun. Aku mencintaimu karena engkau adalah engkau, tanpa
keterikatan, tanpa ketakutan, tanpa syarat, tanpa egoisme dan mencoba
memanfaatkanmu. Aku mencintaimu tanpa keinginan merampas kemerdekaanmu,
karena aku mencintai kemerdekaanmu’. Sekarang, apakah engkau telah meraba, selembut apakah perasaannya? Sedalam apakah pengertiannya? Seberapa besar ketulusan hatinya? Hanya orang-orang ‘kelas atas’ yang mampu mengikhlaskan kebaikan apapun yang telah dilakukannya kepada orang lain, tanpa memerlukan balas. Cinta, kata Jalaluddin Rumi, telah cukup untuk cinta itu sendiri.
Maka, ketika membaca tulisan de Mello, saya teringat kala masih remaja. Seorang teman perempuan datang ke rumah sambil menangis histeris. Bukan tangisannya yang menjadi drama yang menegangkan untuk kami, tetapi pengakuan bahwa ia
telah minum sebuah merek obat secara overdosis, supaya lekas mati yang
mebuat kami agak panik. Ia memutuskan bunuh diri karena diputuskan cintanya oleh kekasihnya, sementara ia merasa tak akan sanggup hidup tanpanya. Ayah
dan ibu saya ketika itu ikut sibuk dan turut menenangkan. Situasi itu
lumayan membuat kami semua cemas, karena rasa khawatir, bagaimana jika
ia meninggal di rumah kami? Karena itu, kami segera mencari pertolongan
untuk menyelamatkan nyawanya, dan memanggil orang lain ke rumah sebagai
alibi jika terjadi sesuatu kepadanya. Ia berhasil diselamatkan. Gayanya
untuk menarik perhatian sang kekasih juga tidak mempan, sang kekasih
tetap memutuskan cintanya. Sekarang teman perempuan saya telah menikah dengan orang lain. Ia menjadi seorang istri dan ibu. Pria yang mempersuntingnya jauh lebih baik dibandingkan dengan mantan kekasihnya, dilihat sisi apapun.
Cerita di atas tidak terlalu seru. Tetapi, bukankah cerita bunuh diri karena patah hati atau cintanya tertolak bukan hal yang mengejutkan lagi? Orang-orang ini memiliki pilihan gaya bunuh
dirinya masing-masing. Ada yang memilih dengan cara gantung diri, minum
obat nyamuk, menjatuhkan diri dari gedung hingga membiarkan diri
digilas kereta api. Untuk orang-orang yang masih berpikir normal,
pilihan bunuh diri karena patah hati adalah keputusan yang sama sekali
sulit dimengerti. Entah kalau kita
ada dalam posisinya, mungkin itulah cara satu-satunya untuk membuktikan
cinta mati, cinta yang dibawa sampai mati. Dan, inilah cara yang paling
mereka mengerti.
Ada orang yang tertolak cintanya, ia lalu memutuskan silaturahmi. Dalam sekejap, cinta yang membara berubah menjadi benci. Seandainya
ia mencintai dengan tulus, ia tak akan pernah melakukan itu. Sepedih
apapun kenyataan yang dihadapi, ia akan tetap menjalin hubungan baik.
Dari sana kita mudah melihat tanda-tanda niat
yang kurang lurus, cintanya untuk memiliki, menguasai untuk kepentingan
hasrat ego diri. Ia mencintai dengan begitu egois, hanya untuk
menyamankan perasaannya sendiri. Jika ini adalah sebuah cinta monyet
para remaja, masih bisa dimaklumi. Tetapi, jika ini dilakukan oleh orang dewasa, mungkin ia membutuhkan waktu belajar lebih panjang lagi untuk memahami tentang arti sebuah ketulusan, persahabatan, memiliki dan mencintai.
Belajar Mencintai Dari Pelayan Kemanusiaan
Jika menelusuri jejak Jalaluddin Rumi atau Anthony de Mello; cinta dipandang keduanya sebagai sebuah energi penghambaan pada Tuhan yang menggerakan seluruh aktivitas kebaikan. Semua makhluk di sekitarnya dan alam raya merasakan manfaat akan kehadirannya. Cinta bukan lagi sesuatu yang berjuta rasanya. Makhluk-makhluk
di sekitar, semua yang hadir dalam kehidupannya begitu dicintainya dan
diakui keberadaannya. Mereka seperti orang-orang yang menebarkan benih
kasih sayang di setiap tempat-tempat yang dilaluinya. Cinta dipandang sebagai sebuah perasaan untuk meninggikan derajat manusia untuk melihat ‘Cahaya’.
Setiap manusia dapat membumikan cinta sesuai dengan kapasitasnya dan profesinya. Cinta
membuat orang selalu bersungguh-sungguh ketika melakukan sesuatu, hatta
pekerjaan yang paling sederhana sekalipun, seperti membersihkan rumah. Cinta selalu melahirkan sebuah pelayanan dan totalitas. Karena itu, bagi pelayan kemanusiaan dan mistikus seperti de Mello serta Rumi yang diberikan kemampuan menulis. Mereka sudah tidak lagi tertarik dengan mengumbar inspirasi syair asyik masyuk dalam lilitan asmara untuk memuja seseorang, melebihi cinta mereka pada Tuhannya.
Syair-syair lagu
yang mengundang nafsu birahi dan cengeng, akan terasa sumbang dan
kekanak-kanakkan, ketika sudah mencapai batas penghayatan kehidupan. Jikapun semua tertuang dan tertulis, tetap dalam
batas yang wajar tanpa perlu dramatisasi perasaan untuk
melebih-lebihkan cinta itu sendiri hingga mabuk kepayang. Bagi
orang-orang yang telah melampaui batas cinta, perjalanan kita di muka
bumi tidak hanya dipandang untuk menyatukan cinta dengan si A atau si B. Hidup ini terlalu berharga jika semata-mata hanya mengendus cinta asmara di dunia. Nafas ini sangat bernilai jika hanya untuk disedihkan oleh buaian kasih tak sampai. Jadi, jangan sampai bunuh diri.
___
Kupang, 11 Juni 2013
by: http://filsafat.kompasiana.com/2013/06/12/cinta-dan-bunuh-diri-564345.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com