GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Mereka yang Bersabar & Istiqamah Memperoleh Ganjaran Pahala-Nya Tanpa Perhitungan

Written By Situs Baginda Ery (New) on Minggu, 08 Agustus 2010 | 21.16

Manakala orang dzolim mendapat penangguhan azab Ilahi di dunia ini, biasanya mereka pun berpikir bahwa segala perbuatan dzolimnya itu benar, sehingga imereka pun semakin menjadi-jadi dalam perbuatan dzolim mereka. Bahkan, mereka itu seolah-olah tampak shalih, akan tetapi Allah Taala Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Maka azab Ilahi sangat keras bagi orang-orang dzolim seperti itu.
Sebuah Hadith meriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda, mereka yang telah dihisab pada Hari Qiamat akan mendapatkan azabnya. Hadhrat ‘Aishah r.ha bertanya, bukankah Allah Taala telah menyatakan bahwa Dia itu ringan dalam menghisab ? Rasulullah Saw menjawab: Tidak. Tidak untuk penghisaban perkara tersebut. Catatan amal perbuatan tiap orang akan diserahkan ke hadapan Allah Taala pada Hari Qiamat, mereka yang beramal buruk akan dihisab dan dihukum sesuai dengan itu.
Semoga Allah Taala berkenan memberikan Rahimiyyat-Nya kepada setiap diri tuan-tuan sekalian.
Orang mukmin senantiasa melangkah di atas jalan ketaqwaan, sehingga mereka itu mendapat karunia Allah Taala. Mereka senantiasa takut kepada Allah oleh karena itu selalu berhati-hati atas setiap amal perbuatan yang mereka lakukan. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk dapat memenuhi haququllah maupun haququl-ibad sedemikian rupanya, sehingga sifat Allah Al Hasib (Mahacepat Dalam Memberi Ganjaran) pun dikaruniakan kepada mereka sebagaimana digambarkan di dalam Al Qur’an:
وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌ۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦ‌ۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا
Dan, Dia akan memberikan rezeki kepadanya dari mana tidak pernah ia menyangka. Dan, barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia memadai baginya. Sesungguhnya Allah menyempurnakan urusan-Nya. Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi segala sesuatu.’ (Q.S. 65 / Al Talaq : ayat 4).
Ayat tersebut didahului oleh ayat sebelumnya yang berbunyi,
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا
yakni, ‘…Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, Dia akan membuat baginya suatu jalan keluar,’ (Q.S. 65 / Al Talaq : 3).
Maksud ayat ini ialah, Allah Taala menyediakan segala keperluan orang mukmin dan memberi rizqi atau jalan keluar yang tidak disangka-sangka sebelumnya.
Orang muttaqi sejati sungguh-sungguh yakin dalam mengandalkan segala kebutuhannya kepada Allah Taala, dan bila keyakinannya itu sempurna, maka Allah Taala pun berkenan memperlihatkan sifat Maha Penyantun-Nya kepada orang tersebut.
Bagi seorang mukmin sejati, kebutuhan dirinya tidak terbatas hanya untuk kesejahteraan duniawinya saja, namun juga mencakup kebutuhan kesejahteraan rohani dan segala keperluan manusiawi lainnya. Pendek kata, orang muttaqi sejati yang telah sungguh-sungguh yakin mengandalkan kebutuhannya kepada Allah Taala, tidak hanya menginginkan kebaikan hasanah di dunia, melainkan juga berbagai hasanah kebaikan untuk di akhirat nanti.
Salah satu bukti karunia berkat sifat taqwa sejati itu ialah, Allah Taala memudahkan segala rintangan yang beliau hadapi, sekaligus menyediakan kebutuhannya. Dalam hal berbagai rizqi rohani, rujukan qoth'i-nya adalah diri Rasulullah Saw; yakni, meskipun beliau itu ummiy (tak pandai baca tulis), namun Allah Taala memberi beliau berbagai ilmu kerohanian yang tiada tara, sehingga dapat mengungguli bahkan mengkritisi para ilmuwan, para filusuf dan lain sebagainya.
Tambahan lagi, rizqi rohani dalam bentuk Al Qur’an Karim yang dikaruniakan kepada Rasulullah Saw pun sungguh tiada bandingannya.
Rizqi dan khazanah kerohanian serta berbagai macam ilmu pengetahuan di dalam Al Quran tersebut bukan hanya mampu membungkam para penghujat di zaman kehidupan beliau, namun juga akan terus membukakan berbagai rahasia ilmu alam semesta ini hingga Hari Qiamat, sehingga membuat orang yang mendalaminya senantiasa bertafakur.
Allah Taala telah membukakan suatu pengetahuan kepada Rasulullah Saw, yang umat manusia pada waktu itu, termasuk para Sahabah belum dapat memahaminya.
Salah satu contohnya adalah konsep bom atom, yang disebutkan di dalam Al Qur’an sebagai berikut:
وَمَآ أَدۡرَٮٰكَ مَا ٱلۡحُطَمَةُ
Dan apakah engkau mengetahui apa al-Huthomah itu?’ (Q.S. 104 / Al Humazah : 6).
Di sini para Sahabah diberitahukan, bahwa yang pertama-tama dan utama yang akan diserang oleh efek bom atom itu adalah jantung hati manusia. [Naarullahil muqodatullatii tadholi'u alal af'idat, yakni, Yaitu Api Allah yang dinyalakan, yang sampai ke dalam jantung hati].
Sebuah Museum di Nagasaki, Jepang memperlihatkan detik-detik setelah bom atom [di Hiroshima dan Nagasaki] tersebut dijatuhkan. Banyak orang yang tewas mematung seketika sesuai dengan posisi dan aktivitasnya masing-masing ketika itu. Ini dikarenakan jantung hati mereka mendadak terhenti [terkena efek gelombang kejut]; lalu seluruh permukaan kulit mereka dan lain sebagainya mengelupas, kemudian melorot jatuh [terkena efek radiasi panas].
Ini baru satu contoh, masih banyak berbagai penemuan ilmiah baru lainnya yang ditemukan, yang pada akhirnya mengakui keshahihan dan kemuliaan Al Qur’an Karim.
Para Sahabah Rasulullah Saw, yang telah berhasil memperoleh rizqi rohani yang mengagumkan, yang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing itu senantiasa menyadari, bahwa keutamaan kesejahteraan rohaniah mereka adalah yang utama. Sebagian dari antara mereka bahkan mengandalkan berbagai kebutuhan duniawi mereka kepada Allah, karena hasrat mereka yang utama adalah memperoleh rizqi rohani yang lebih bersifat kekal.
Salah satu contoh di antaranya adalah Hadhrat Abu Hurairah r.a, yang senantiasa berada di depan pintu Rasulullah Saw; dan tak mempedulikan urusan lainnya. Sehingga, faedah rohani yang berhasil beliau kumpulkan sangat bermanfaat bagi kita semua hingga hari ini, bahkan juga akan terus berlanjut selamanya.
Tak diragukan lagi, sebagian besar Sahabah Rasulullah Saw sibuk dengan mata pencaharian mereka masing-masing, namun pikiran dan dambaan utama mereka adalah senantiasa untuk meningkatkan derajat maqoman mahmudah mereka; yakni selalu siap sedia menjalankan setiap perintah Rasulullah Saw dan menjadi orang-orang yang senantiasa memperoleh rizqi rohani. Ikhtiar sederhana mereka membuahkan hasil yang mulia, mereka mendapatkan keuntungan yang tak terhingga.
Suatu kali ada seorang Sahabah yang mohon didoakan urusan perniagaannya oleh Rasulullah Saw. Tak lama kemudian ia memperoleh karunia yang besar, urusan dagangnya menjadi sedemikian maju. Setiap sentuhan bisnisnya menjadi emas.
Namun, meskipun kebanyakan para Sahabah berniaga, hidup mereka tidaklah cenderung materialistis. Ketika mereka meninggal dunia, meninggalkan warisan emas dan harta benda lainnya yang bernilai jutaan dinar. Itulah orang-orang mendapat karunia kesejahteraan rohani maupun materi.
Orang yang takut kepada Allah adalah juga muttaqi dalam pandangan Ilahi. Sehingga segala macam kerisauan hidupnya pun dihilangkan oleh Allah Taala; semua kebutuhannya senantiasa Allah sediakan dari arah yang mereka tak sangka-sangka. Bagi orang yang telah menjadi milik Tuhan, maka Dia pun menghilangkan segala kelemahan derajat orang tersebut. Allah Taala tak pernah menyia-nyiakan orang muttaqi sejati, dan tidak pernah pula Dia itu menyalahi janji-Nya.
Hadhrat Daud a.s, terkenal dengan sabdanya, bahwa selama hidupnya dari sejak kecil hingga lanjut usia, tak pernah melihat orang muttaqi sejati yang mengemis. Hal ini adalah benar. Allah Taala menyelamatkan orang muttaqi sejati dari meminta-minta. Beliau pun bersabda, haqul yakin, Allah Taala menjamin karunia kehidupan tujuh generasi orang muttaqi sejati. Namun, prasyarat pertamanya adalah menjadi hamba Allah yang sejati dan menjalankan hidup taqwa yang harus senantiasa diupayakan oleh setiap orang mukmin. Syarat yang Kedua adalah menaruh keyakinan yang sempurna kepada pertolongan Allah Taala.
Namun hendaknya diingat, bila anak keturunan orang yang muttaqi menjadi dzolim, maka hukum Allah Taala yang lainnya pun datang. Anak keturunan orang muttaqi sejati sepatutnya juga akan berjalan di atas jalan taqwa sebagai hasil jerih payah orangtuanya mentarbiyati dan mendoakannya. Pendek kata, hal tersebut tidak bertentangan dengan sunatullah.
Setengah orang boleh jadi menghujah: Mengapa anak Nabi Nuh sendiri tenggelam? Itu karena dia sama sekali tidak berusaha untuk menjadi orang yang bertaqwa.
Kalau pun anak keturunan orang muttaqi mempunyai beberapa kelemahan selain perbuatan syirik; atau dikarenakan kealpaannya sendiri urusan bisnisnya menjadi merugi sedemikian rupa, Allah Taala tetap tak akan membiarkan mereka harus menderita kelaparan. Sebaliknya, Allah Taala akan segera menolong mereka; dan bila mereka tetap teguh dalam ketaqwaan, mereka pun akan memperoleh berbagai macam karunia Allah Taala lainnya.
Ada lagi setengah orang yang mengeluh, bahwa meskipun mereka sudah melaksanakan Salat dengan dawam dan senantiasa berusaha meningkatkan ketaqwaan mereka, mengapa keadaan mereka tetap semakin memburuk ? Jawabannya, hendaklah ingat ...orang muttaqi yang juga muttaqi sejati dalam pandangan Allah Taala.'
Hal ini menuntut berbagai banyak usaha. Oleh karena itu, orang yang berpikiran seperti itu perlu banyak ber-Ishtighfar, memohon ampun kepada Allah. Janji Allah tak pernah meleset. Jika ada ketidak-sempurnaan, berarti ada kelemahan di dalam diri sendiri. Sifat Taqwa menuntut sikap shalih dalam taraf yang setinggi-tingginya. Jika sudah berusaha namun keadaannya bahkan bertambah buruk, banyak-banyaklah bertafakur dan memperbaiki diri.
Berbuat curang – meskipun tidak kelihatan – dalam urusan bisnis ataupun pekerjaan adalah jauh dari jalan taqwa dan tidak meyakini pertolongan Tuhan. Untuk mendapatkan karunia Allah, perlu memeriksa diri hingga ke hal-hal yang sekecil-kecilnya. Tak boleh dicemari sedikitpun dengan kedustaan ataupun niat buruk. Sebaliknya, harus benar-benar berdasarkan qauwlan sadidan, yakni perkataan yang lurus.
Qauwlan sadidan bukan hanya jujur, melainkan juga disertai dengan bukti yang nyata. Ditambah lagi dengan memenuhi kewajiban beribadah kepada Allah.
Di zaman sekarang ini banyak orang yang berharta dari usahanya yang dicampuri dengan tipu-menipu, yang tampak dari luar mereka itu baik-baik saja. Namun dalam pandangan Tuhan, harta mereka itu laksana api jahanam bagi mereka. Di dunia ini juga mereka terbakar dalam bentuk berbagai macam penderitaan penyakit, atau pun tuntutan hukum, dlsb; lalu di Akhirat nanti pun ada Api jahanam lainnya yang menunggu sebagaimana Allah Taala telah peringatkan.
Maka harta jenis tersebut bukanlah untuk orang-orang mukminin. Sebab, manakala Allah Taala menyebutkan sesuatu rizqi yang thayyib bagi kaum mukminin, maksudnya adalah harta benda yang diberkati-Nya. Ini didasarkan kepada dambaan utama mukminin sejati adalah rizqi rohani yang mereka lebih utamakan di atas segalanya, sehingga inilah yang membawa mereka kepada kehidupan yang tenteram lahir batin, baik di dunia ini maupun di Akhirat nanti.
Pijakan tolok ukur orang duniawi sangat berbeda dengan orang mukmin. Mereka yang senantiasa mencari keridhaan Ilahi tidak akan mengejar ngejar duniawi, sebagaimana firman-Nya:
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَيَسۡخَرُونَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ‌ۘ وَٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ فَوۡقَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ‌ۗ وَٱللَّهُ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ۬
Ditampakkan indah bagi orang-orang ingkar kehidupan dunia ini dan mereka mencemoohkan orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang bertakwa berada di atas mereka pada Hari Kiamat. Dan Allah memberi rezeki orang-orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 213).
Ayat ini mengkritisi sikap orang-orang kafirin yang menganggap harta benda duniawi adalah segalanya; sekaligus juga mengingatkan orang-orang yang materialistis, yakni yang suka memandang rendah orang lain karena dilihat dari segi harta kekayaannya. Padahal hendaknya diingat, pada Hari Kebangkitan itulah segalanya akan ditampakkan nyata siapa yang benar-benar telah memperoleh falah-Ilahi. Ayat ini pun mengingatkan, hanya menerima kebenaran saja tidaklah cukup; melainkan perlu menjadi muttaqi sejati, yakni sungguh-sungguh takut kepada Allah. Itulah yang diinginkan Allah dari orang-orang mukmin.
Kondisi umum dunia Islam sekarang ini pun demikian, yakni meskipun janji Ilahi menyatakan bahwa Allah Taala akan memberikan keunggulan kepada kaum mukminin manakala mereka bertikai, namun keadaan kaum Muslimin sekarang ini demikian buruk. Hal ini jelas menujukkan adanya kelemahan dalam ketaqwaan mereka. Jika tidak, tentunya janji Allah sangat tepat, dan sangat diluar dugaan manusia. Dan Allah pun menyatakan, ...wawllahu yarzuqu mayyasa'u bighairil-hisab, ...Allah memberi rezeki orang-orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
Di zaman kehidupan kaum Awwalin, betapa Allah memberi rezeki tanpa perhitungan ini dapat dilihat dengan jelas. Selama sikap hidup taqwa dijalankan, maka syariat Islam pun berjalan dengan sendirinya.
Sekarang ini, dari segi harta, meskipun beberapa negara Islam memiliki kekayaan minyak bumi, namun mereka masih memakai perangkat perekonomian yang tunduk kepada Barat. Muslimin sekarang ini tidak membawa banyak faedah kepada Muslim lainnya. Contohnya, jika ada suatu negara Muslim ingin membantu sesama negara Muslim lainnya, mereka selalu melihat dulu kepada negara-negara Barat.
Kejayaan dunia Muslimin masa lampau disebabkan iman mereka yang teguh, sekarang ini telah berubah menjadi peminta-minta ke negara Barat. Jelas, hal ini menunjukkan adanya kekurang-taqwaan. Ini dikarenakan pihak-pihak yang menjadikan para pemimpin duniawi itu membuat mereka tunduk sedemikian rupa kepada keinginan mereka; bertentangan dengan firman Allah Taala ini:
وَٱللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰٓ أَمۡرِهِۦ وَلَـٰكِنَّ أَڪۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ
‘…Dan Allah berkuasa penuh atas keputusan-Nya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’ (Q.S. 12 / Yusuf : 22).
Sesungguhnya Kuasa dan Keputusan Akhir Allah Taala dan kemenangan para rasul-Nya serta nasib dunia, terkait dengan agama Islam.
Mengapa demikian ? Jawabannya adalah dikarenakan para Sahabah Rasulullah Saw meskipun mereka telah memperoleh berbagai rizqi rohani dan duniawi, mereka tetap berjalan di atas jalan ketaqwaan, maka kemudian mereka pun mewarisi dunia. Mereka mendahulukan kepentingan agama di atas urusan dunia; mengorbankan jiwa raga, harta, waktu dan kehormatan untuk kepentingan agama Islam. Ketika tingkat penganiayaan memuncak, mereka pun berhijrah; kemudian mereka kembali sebagai pemenang.
Al Qur’an Karim menyatakan:
قُلۡ يَـٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡ‌ۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ فِى هَـٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٌ۬‌ۗ وَأَرۡضُ ٱللَّهِ وَٲسِعَةٌ‌ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٍ۬
Katakanlah, “Hai, hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhan-mu. Bagi orang-orang yang mengerjakan kebaikan di dunia ini mereka mendapat ganjaran yang baik. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya, akan dicukupkan ganjaran orang-orang yang sabar tanpa perhitungan.’ (Q.S. 39 / Al Zumar : 11).
Ketika itu, berbagai bentuk penganiayaan di Makkah sudah sangat mengerikan, maka mereka pun berhijrah ke Madinah. Dan sebagaimana disebutkan oleh ayat tersebut, Allah Taala menjadikan bumi ini luas bagi orang-orang yang bertaqwa serta beramal shalih. Allah Taala memberi ganjaran pahala atas setiap penganiayaan yang mereka derita, sebagaimana terjadi pada masa-masa pertama kedatangan Islam. Allah Taala memberikan teritorial yang sangat luas kepada mereka yang beristiqamah. Ini berkat ketaqwaan dan keitaatan mereka kepada berbagai perintah Allah.
Akan tetapi kini, meskipun mereka sudah mempunyai pemerintahan sendiri, kaum Muslimin tunduk kepada pihak lain.
Namun, sebagaimana kaum Awwalin memperoleh buah sebagai hasil ketaqwaan dan istiqamah mereka, maka sudah menjadi kehendak Allah pula, setelah mengalami masa kegelapan yang panjang, kaum Muslimin akan mendapatkan kembali berbagai buah tersebut, yakni semakin mendekatnya kemenangan Islam melalui pecinta dan abdi Rasulullah Saw yang sejati.
Situasi dan kondisi sebagaimana dialami oleh kaum Awwalin itu dihadapi pula oleh kaum Akhirin.; dunia seolah menjadi sempit bagi mereka. Namun, Allah Taala justru meluaskannya. Inilah sebabnya mengapa Rasulullah Saw mewanti-wanti dan menasehati kaum Muslimin agar jangan menjadi kaum penentang Imam Mahdi / Al Masih Yang Dijanjikan; melainkan justru harus menjumpai beliau, dan sampaikanlah salamku kepadanya.
Sekarang ini, setiap orang menjadi saksi atas kebenaran ini, betapa di Pakistan bumi telah disempitkan bagi Jamaat. Namun lihatlah justru kini Jamaat telah dapat berdiri di 195 negara. Berbagai kerugian yang tampak diderita oleh para anggota tidak dapat menghalangi kemajuan Jamaat secara keseluruhan. Sebagaimana terjadi di masa kaum Awwalin, pengorbanan para syuhada justru membukakan berbagai pintu kemajuan; begitulah di akhir zaman ini, berbagai pengorbanan kaum Ahmadi justru menjadi sumber kemajuan bagi Islam Ahmadiyah.
Kini, syiar tabligh kita telah mampu menjangkau seluruh pelosok dunia berkat adanya MTA. Saat suara Shalawat badar kepada Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw dikumandangkan di dalam siaran MTA, seketika itu juga dihembuskan ke wilayah udara berbagai tempat jika tiada seorang pun yang bershalawat di daerah tersebut. Tak ada satu pun stasiun TV lainnya yang berani menggaransi bahwa siaran acara mereka dapat menjangkau 195 negara, sebagaimana MTA.
Siaran MTA senantiasa ditonton, baik mereka itu kemudian menghujah maupun yang menyatakan terimakasihnya disebabkan telah memperoleh berbagai ilmu yang berfaedah.
Hal ini sungguh membuktikan kebenaran Jamaat Ilahi ini sebagaimana difirmankan Allah Taala, yakni, manakala para penentang membuat bumi ini menjadi sempit, namun Allah Taala justru meluaskan kesempatan untuk maju di seluruh dunia dalam berbagai bentuk. Inilah taqdir Ilahi yang dikehendaki atas Jamaat ini, sesuai dengan nubuatan Rasulullah Saw, bahwa kemenangan Islam kembali terkait dengan kedatangan Imam Mahdi dan Al Masih yang sejati.
Semoga Allah Taala memudahkan kita untuk memahami konsekwensi tanggung jawab pada tingkat diri pribadi; dan semoga pula dimudahkan untuk tetap berjalan di atas jalan ketaqwaan serta senantiasa berusaha untuk memenuhi tujuan utama diutusnya Hadhrat Imam Mahdi a.s., sehingga kita pun memperoleh ganjaran yarzuqu mayyasa'u bighairil-hisab, yakni limpahan rizqi-Nya yan tanpa perhitungan. Amin !
o o O o o
translByMMA / LA031610

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...