ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Penyesalan,,,Satu kata yg tergolong menakutkan dalam kehidupan

Written By Situs Baginda Ery (New) on Minggu, 24 April 2011 | 22.25

Satu kata yg tergolong menakutkan dalam kehidupan
Bisa gag seorang manusia hidup tanpa sesal??Sesal itu tak ada gunanya,,,, itu benar
Tapi alangkah lebih menakutkan bila seseorang tak memiliki penyesalan

Adakah manusia yg tak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya??
Kurasa tak ada
Jadi betapa menakutkan seorang manusia yg tak mempunyai rasa sesal
Pada setiap kesalahan yg telah dilakukannya

Berarti penyesalan itu perlu??? meskipun penyesalan itu menakutkan???
Tentu saja,,, pasti…

Yang jadi masalah adalah : penyesalan seperti apa yg diperlukan dalam hidup ini???
Klo cuma sekedar kata sesal yg keluar dari bibir
Lalu terus melakukan apa yg di sesalkan….
Apa penyesalan itu masih bisa di anggap sesuatu yg diperlukan??

***Menyesal itu mudah teman,,, tapi bagaimana caranya agar apa yg kita sesalkan itu tak terulang***


itu yg susah…

***Penyesalan itu cuma sekali,,,, klo berulang-ulang itu bukan penyesalan tapi kebiasaan***

22.25 | 0 komentar | Read More

SEBUAH KISAH DARI PANTI ASUHAN

Sayangilah orang tuamu selagi kita masih mampu untuk menyayanginya...
Terimalah kelebihan dan kekurangan orang tuamu seperti mereka menerima kita apa adanya...
Berikan yang terbaik untuk orang tua kita..karena kita tidak tahu kapan terakhir kita akan berjumpa dengan mereka...



KISAH DARI PANTI ASUHAN

oleh : Irfan Khasirun - http://family- writing.com

Sore itu kami sholat maghrib di panti asuhan, setelah siangnya mengisi acara pada milad panti asuhan ini. Bulan lalu pengurus panti datang ke rumah untuk mengundang kami sebagai pengisi acara.

Selepas sholat kami berbincang-bincang dengan pengurus panti dan beberapa anak yang tinggal disana. Sambil menunggu rekan-rekan yang lain, aku sempatkan ngobrol dan bertanya-tanya dengan pengurus panti. Ada berapa orang yang tinggal disini, dari umur berapa saja, dari mana saja asalnya, dan pertanyaan standar lainnya.

"Setiap selesai sholat maghrib mereka berkumpul seperti ini Pak?", tanyaku sambil memandang ke dalam ruangan. Anak-anak itu sudah duduk rapi, masing-masing memegang Al Qur'an. Sambil mendengar ceramah, ada beberapa yang saling bercubitan, ada pula yang kecikikikan, ntah apa yang mereka tertawakan. Yang jelas sorot mata anak-anak itu tampak kocak, berarti ada sesuatu hal yang membuat mereka tertawa seperti itu.

"Ya benar Dik, memang setiap selesai maghrib mereka berkumpul disini. Nanti setelah sholat Isya kami makan malam bersama" jawabnya sambil menyuguhkan segelas kopi hangat padaku.

"Tapi ada juga beberapa yang masih tinggal diatas", tambah beliau seraya menengadahkan kepalanya menuju lantai 2 panti itu.

"Oh.., masih ada yang diatas ya Pak?", tanyaku setengah heran. "Berarti penghuni panti ini banyak juga ya?" batinku. Soalnya ruangan aula tempat mereka berkumpul sekarang sudah terlihat ramai sekali. Perkiraanku lebih dari 70 penghuni panti sedang duduk bersila diruangan itu. Kalau diatas masih ada berarti total keseluruhannya lebih banyak lagi dong.

Sambil menyeruput kopi hangat itu aku minta izin ke beliau untuk naik ke atas. Soalnya sejak kecil aku belum pernah masuk ke panti asuhan. Ada sebuah pertanyaan yang selalu hinggap di hatiku. "Bagaimana sih suasana di dalam panti asuhan?". Beliau memberikan restunya dan mempersilahkan aku naik melalui tangga luar.

Aku naiki tangga itu satu persatu. Lantas terbayanglah dalam benakku seandainya aku terlahir sebagai yatim piatu, mungkin di tempat seperti inilah aku tumbuh dan besar. Begitu sampai di lantai dua, aku baca beberapa tulisan yang dicetak dengan ukuran teks yang besar. Isinya seputar peraturan-peraturan dan pengumuman. Disamping dinding yang penuh tulisan itu ada ruangan dengan pintu yang terbuka lebar. Agaknya itu adalah ruangan pengasuh panti. Tapi tak ada siapa-siapa disana. Barangkali sedang ikut bergabung di aula bawah.

Tak lama aku disitu, kaki ini lantas kubawa menelusuri koridor lantai 2 menuju kamar-kamar yang mulai terlihat jelas. Bangunan ini tak begitu besar. Di lantai dua tidak ada ruangan yang kosong. Semuanya menjajar kamar. Kira-kira ukurannya 4 x 6 meter. Lumayan besar juga. Tapi dari daun jendela aku lihat masing-masing ruangan diisi empat sampai lima tempat tidur bertingkat. Ruangan kedua yang kutemui ini masih sepi dari orang. Hanya terlihat jejeran tempat tidur dari kayu, kasur-kasur dengan seprai berwarna kusam, baju-baju bergelantungan disana-sini. Aroma yang singgah dihidung terasa aneh. Aroma kehidupan bersama di satu tempat dalam jumlah yang banyak.

Kira-kira tiga atau empat kamar setelahnya terdengar suara beberapa bocah. Kuputuskan untuk menuju kesana saja. Ingin rasanya bertanya-tanya atau sekedar say hello.

Belum sampai langkahku menuju asal sumber suara itu. Tiba-tiba daun pintu ruangan yang kutuju terbuka. Tampaknya mereka mendengar langkah kakiku. Lalu keluarlah tiga bocah yang kira-kira usianya tiga atau empat tahun. Mereka berebut cepat untuk melalui pintu itu, lalu berlari berkelebat menujuku. "Ah.. tampaknya mereka sedang bermain kejar-kejaran", tebakku dalam hati.

Tapi tidak, mereka tidak sedang bermain. Mereka berlari sambil menangis, berlomba untuk memeluk ayahnya. Sudah bertumpuk mungkin rasa rindu dalam hati mereka sehingga langkah bocah-bocah itu begitu bergelora untuk secepat kilat menuju pelukan ayah mereka. "Ayaaah..", kata seorang anak menjerit. "Ayaaah...", jerit yang satu lagi. Sementara sianak yang bertubuh paling kecil tak berteriak. Dia fokus mengerahkan seluruh tenaganya melawan cepatnya gerakan kedua anak yang lain.

Aku lihat kebelakang. "Siapa gerangan yang mereka sebut ayah itu?". Tapi tidak ada siapa-siapa. Lantas siapa ayah yang mereka teriaki? Tiba-tiba aku rasakan terjangan tiga orang anak sekaligus yang berlomba naik ketubuhku sambil berteriak "ayah..!". Entah bagaimana ceritanya, dua anak sudah ada dalam pelukanku. "Ini ayah Arif...", teriak si bocah yang kugendong dengan tangan kananku. Wajahnya dibenamkannya ke leherku sambil melepas tangis dan berteriak "Ini ayah Arif". Rekannya satu lagi yang bertengger di tangan kiriku tak mau kalah. "Ga.., ini ayah Zainal..".

Sementara si kecil yang kalah bersaing memeluk kakiku sambil menggapai-gapai agar diikutkan naik keatas seperti dua temannya. Pipinya telah basah dengan air mata. Tangisnya pun memecah naluriku untuk segera merengkuhnya.

Aku masih belum sempat berfikir, apa yang sedang terjadi ini? Eratnya pelukan mereka dan pilunya tangis kerinduan mereka membuatku hanyut dalam deru emosi yang mengaharu biru. Dalam benak mereka ternyata akulah ayahnya.

Pelukan mereka begitu erat, sampai-sampai aku tak kuasa untuk bergerak. Cecep, si kecil yang kalah bersaing tadi belum sempat pakai celana saat keluar pintu itu. Ada benjolan besar di kepalanya, dugaanku itu tumor. Tangisnya Cecep yang paling menjadi. Arif dan Zainal sudah merasa nyaman, sedang Cecep masih menangis pilu.

Aku turunkan kedua anak yang sedang kugendong. Tapi pelukannya itu loh,... seperti mengungkapkan padaku. "Jangan tinggalkan aku ayah...". Aku tak punya cara untuk meyakinkan mereka bahwa aku bukanlah ayahnya. Tatapan mata mereka begitu menyayat hatiku. Tatapan yang berkata "Ayah... aku rindu".

Masya Allah, sebegitu hebatnyakah siksaan psikologis yang mereka alami? Sehingga semua orang yang mereka temui dianggap ayah? Arif yang tadinya membenamkan kepalanya di leherku, kini sudah mulai menyelidi apakah orang yang dipeluknya kini benar-benar ayahnya atau bukan. Di pegangnya kancing bajuku, dirabanya daguku, dan di perhatikannya wajahku dalam-dalam penuh selidik. Agaknya dia sudah mulai sadar bahwa aku bukan ayahnya. Barulah dekapan maut itu agak dilunakkannya.

Lebih dari 10 menit baru mereka ga ngotot lagi memelukku. Sebelumnya mereka bagaikan singa lapar, dan aku adalah mangsanya. Singa-singa itu tak mau melunakkan cengkramannya hingga sang mangsa sudah tak bernyawa lagi. Kuusap air mata mereka satu persatu, dan kini ganti air mataku yang mengalir.

Malam itu serta merta aku merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia ini. Malam itu pula aku lantas telepon kedua orang tuaku nun jauh disana. Mereka heran karena baru kali ini aku menangis saat nelpon. Kusampaikan rasa terimakasihku karena mereka sudah membesarkanku. Kusampaikan juga rasa terimakasihku kepada Allah yang memberikanku kesempatan bertemu dengan kedua orangtuaku secara utuh hingga saat ini.

Malam itu aku menangis.., sepanjang jalan Lembang menuju Bandung aku terus menangis. Tetes air mataku tak kunjung usai. Entah mengapa aku jadi melankolis sekali. Jiwaku tergugah. Teringat sebuah ayat yang hanya mampu kuhapal saja selama ini. Lewat pengangalaman di panti tadi, Allah telah memberikan penjelasan padaku tentang ayat yang hanya sangup kujahirkan saja sejauh ini.

"...Wa amma idzaa mabtalaahu faqadara 'alaihi rizqahu, fayaquulu rabbi ahaanan. Kalla balla tukrimunal yatiim, wa laa tahaadhuna 'ala tho'amil miskiin... " (..Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezkinya, maka dia berkata 'Tuhanku menghinakanku' . Sekali-kali tidaklah demikian!, Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin..) - Q.S Al Fajr : 16-8.
22.17 | 0 komentar | Read More

RENUNGAN SEJENAK:Sayangilah Orang Tua

Sebuah Ilustrasi kehidupan dan renungan sejenak bagi kita mudah-wanita_tuamudahan dapat berguna! Firman Tuhan berkata: "Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu".

Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang tua lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah dan tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasib orang tua tersebut.

Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Seorang Ibu yang sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki dengan segala kekuatannya dia mulai menggendong sang ibu sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan di pangkuan sang anak, si ibu mulai mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, sang anak menurunkan sang ibu yang sudah tua dan renta dan kemudian dia berkata, “"Bu, kita sudah sampai”. Entah mengapa, secara tiba-tiba ada perasaan sedih di hati si anak. Seakan-akan perasaan tidak tega untuk melakukannya merasuk ke dalam dirinya. Dengan tatapan mata penuh kasih dan lembut sang ibu tua dan renta menatap mata anaknya dengan tatapan penuh kasih sayang yang dalam dan mulai berkata, ”Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu anakku. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus kepada dirimu. Sejujurnya walau ibu sudah mulai tua dan terkadang pelupa karena pikun tetapi sampai detik ini ibu merasakan kasih sayang dan cinta itu tidak pernah berkurang. Dengan tatapan penuh kasih dan berurai air mata sang ibu meneruskan pembicaraannya, "Nak, Ibu tidak ingin kamu pulang dan tersesat serta mendapatkan celaka di jalan. Makanya sepanjang perjalanan kita, ibu berusaha untuk mematahkan ranting-ranting pohon yang kita lewati, agar kamu bisa memiliki petunjuk jalan pulang. Anakku, jadikanlah setiap ranting pohon yang ibu sudah patahkan menjadikan petunjuk jalanmu”. Saat mendengar kata-kata yang diucapkan sang ibu dengan penuh kasih sayang, serta merta hati sang anak luluh dan hancur dan dia mulai menangis. Kemudian sang anak dengan penuh penyesalan dia peluk sang ibu erat-erat, sang ibu yang sudah tua dan renta serta membesarkannya sambil menangis dengan suara yang keras.

Kemudian sang anak mengatakan "Ibu mari kita pulang. Aku akan rawat dan mengasihimu, seperti engkau pernah berikan sewaktu aku masih anak-anak". Dia membawa kembali ibunya pulang serta merawatnya dengan baik sampai sang ibu meninggal dunia.

Mungkin cerita diatas hanya dongeng............Tapi di zaman dimana semua orang sibuk dan berpacu dengan waktu berangkat pagi dan pulang malam, tak sedikit kita menjumpai kejadian yang hampir serupa dengan cerita diatas. Banyak manula (orang-orang tua) yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis, sibuk urus anak-anak dan keluarga dan berbagai alasan lain sehingga orang tua terpinggirkan. Orang tua yang pernah membesarkan kita mereka hidup kesepian hingga ajal tiba menjemputnya. Bahkan di beberapa negara maju terkadang para orang tua dimasukkan panti jompo dan mereka ditengok atau dikunjungi hanya jikalau ada waktu saja.



Kiranya cerita diatas dapat membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan para manula. Mereka tidak membutuhkan uang dan makanan seperti mereka muda dahulu, tetapi para orang tua butuh perhatian lebih dari kita anak-anak dan cucunya. Disaat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita bahkan mengorbankan apa yang ada padanya hingga kita dapat menjadi seperti sekarang ini.

Teman, Sahabat sekalian marilah kita ambil waktu untuk membahagiakan orang tua kita dimanapun mereka berada, selagi masih ada kesempatan untuk menyenangkan hati mereka. Apabila mereka jauh darimu teleponlah sekarang hanya untuk menanyakan khabar apakah 'dia sehat', 'senang' atau 'bahagia' saat ini. Semoga bermanfaat!

22.16 | 0 komentar | Read More

Renungan Hidup yang membuat orang berubah

SEMOGA BERMANFAAT

MATIKAN LAGU,RADIO ATAU APA AJA YG DAPAT MENGGANGGU KONSENTRASI ANDA

Spoiler for 1:
Spoiler for 2:
Spoiler for 3:
Spoiler for 4:
Spoiler for 5:
Spoiler for 6:
Spoiler for 7:
Spoiler for 8:

Spoiler for 9:

Spoiler for 10:
Spoiler for 11:
Spoiler for 12:
Spoiler for 13:
22.09 | 0 komentar | Read More

Renungan Buat Sang Istri .............`


Diambil dari kitab Fiqh pergaulan suami istri oleh Syeikh Mushtofa Al Adawi. [Kontributor : Muhammad Elvi Bin Syamsi, Lc., 25 Juni 2002

Istri dalam suatu rumah tangga memiliki peranan penting, disamping wajib menta`ati suami, sang istri adalah tempat menghilang rasa lelah dan payah suami.
Maka dalam tulisan pendek ini ada beberapa renungan buat sang istri agar rumah tangga itu tetap berbahagia, dan harmonis, silahkan disimak.

Wahai sang Istri ....

Apakah akan membahayakan dirimu, kalau anda menemui suamimu dengan wajah yang berseri, dihiasi senyum yang manis di saat dia masuk rumah.?

Apakah memberatkanmu, apabila anda menghapus debu dari wajahnya, kepala, dan baju serta mengecup pipinya.?!!

Apakah anda akan merasa sulit, jika anda menunggu sejenak di saat dia memasuki rumah, dan tetap berdiri sampai dia duduk.!!!

Mungkin tidak akan menyulitkanmu, jika anda berkata kepada suami : Alhamdulillah atas keselamatan Kanda, kami sangat rindu kedatanganmu, selamat datang kekasihku.

Berdandanlah untuk suamimu -harapkanlah pahala dari Allah di waktu anda berdandan itu, karena Allah itu Indah dan mencintai keindahan- pakailah parfum, dan bermake up-lah, serta pakailah busana yang paling indah untuk menyambut suamimu.

Jauhi dan jauhilah bermuka asam dan cemberut.

Janganlah anda mendengar dan menghiraukan perusak dan pengacau yang akan merusak dan mengacaukan keharmonisanmu dengan suami.

Janganlah selalu tampak sedih dan gelisah, akan tetapi berlindunglah kepada Allah dari rasa gelisah, sedih, malas dan lemah.

Janganlah berbicara terhadap laki-laki lain dengan lemah-lambut, sehingga menyebabkan orang yang di hatinya ada penyakit mendekatimu dan mengira hal-hal yang jelek terhadap dirimu.

Selalulah berada dalam keadaan lapang dada, hati tentram, dan ingat kepada Allah setiap saat.

Ringankanlah suamimu dari setiap keletihan, kepedihan dan musibah serta kesedihan yang menimpanya.

Suruhlah suamimu untuk berbakti kepada ibu bapaknya.

Didiklah anak-anakmu dengan baik. Isilah rumah dengan tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir, perbanyaklah membaca Al-Quran terutama surat Al-Baqarah, karena surat itu dapat mengusir syeitan.

Hilangkanlah dari rumahmu foto-foto, alat-alat musik dan alat-alat yang bisa merusak agama.

Bangunkanlah suamimu untuk melaksanakan shalat malam, doronglah dia untuk melakukan puasa sunat, ingatkan dia akan keutamaan bersedekah, dan jangan anda menghalanginya untuk menjalin hubungan siraturrahim dengan karib kerabatnya.

Perbanyaklah beristighfar untuk dirimu, suamimu, serta kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin. Berdoalah kepada Allah, agar dianugerahkan keturunan yang baik, niat yang baik serta kebaikan dunia dan akhirat. Ketahuilah sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar doa dan mencintai orang yang nyinyir dalam meminta. Allah berfirman:Dan Rabbmu berkata : serulah Aku niscaya Aku penuhi doamu (Al-Ghafir : 60).

22.09 | 0 komentar | Read More

MOTIVASI:Jangan Pernah Berhenti

Penulis: Gede Prama

Sejumlah sejarahwan yakin, bahwa pidato Winston Churchill yang paling berpengaruh adalah ketika beliau berpidato di wisuda Universitas Oxford. Churchill mempersiapkan pidato ini selama berjam-jam. Dan ketika saat pidatonya tiba, Churchill hanya mengucapkan tiga kata : ‘never give up’ (jangan pernah berhenti).

Sejenak saya merasa ini biasa-biasa saja. Tetapi ketika ada orang yang bertanya ke saya, bagaimana saya bisa berpresentasi di depan publik dengan cara yang demikian menguasai, saya teringat lagi pidato Churchill ini.

Banyak orang berfikir kalau saya bisa berbicara di depan publik seperti sekarang sudah sejak awal. Tentu saja semua itu tidak benar. Awalnya, saya adalah seorang pemalu, mudah tersinggung, takut bergaul dan minder.

Dan ketika memulai profesi pembicara publik, sering sekali saya dihina, dilecehkan dan direndahkan orang. Dari lafal ‘T’ yang tidak pernah lempeng, kaki seperti cacing kepanasan, tidak bisa membuat orang tertawa, pembicaraan yang terlalu teoritis, istilah-istilah canggih yang tidak perlu, serta segudang kelemahan lainnya.

Tidak bisa tidur beberapa minggu, stress atau jatuh sakit, itu sudah biasa. Pernah bahkan oleh murid dianjurkan agar saya dipecat saja menjadi dosen di tempat saya mengajar.

Pengalaman serupa juga pernah dialami oleh banyak agen asuransi jempolan. Ditolak, dibanting pintu, dihina, dicurigai orang, sampai dengan dilecehkan mungkin sudah kebal. Pejuang kemanusiaan seperti Nelson Mandela dan Kim Dae Jung juga demikian. Tabungan kesulitan yang mereka miliki demikian menggunung. Dari dipenjara,hampir dibunuh, disiksa, dikencingin, tetapi toh tidak berhenti berjuang.

Apa yang ada di balik semua pengalaman ini, rupanya di balik sikap ulet untuk tidak pernah berhenti ini, sering bersembunyi banyak kesempurnaan hidup. Mirip dengan air yang menetesi batu yang sama berulang-ulang, hanya karena sikap tidak pernah berhentilah yang membuat batu berlobang.

Besi hanya menjadi pisau setelah ditempa palu besar berulang-ulang, dan dibakar api panas ratusan derajat celsius. Pohon beringin besar yang berumur ratusan tahun, berhasil melewati ribuan angin ribut, jutaan hujan, dan berbagai godaan yang meruntuhkan.

Di satu kesempatan di awal Juni 1999, sambil menemani istri dan anak-anak, saya sempat makan malam di salah satu restoran di depan hotel Hyatt Sanur Bali. Yang membuat kejadian ini demikian terkenang, karena di restoran ini saya dan istri bertemu dengan seorang penyanyi penghibur yang demikian menghibur.

Pria dengan wajah biasa-biasa ini, hanya memainkan musik dan bernyanyi seorang diri. Modalnya, hanya sebuah gitar dan sebuah organ. Akan tetapi, ramuan musik yang dihasilkan demikian mengagumkan. Saya dan istri telah masuk banyak restoran dan kafe. Namun, ramuan musik yang dihadirkan penyanyi dan pemusik solo ini demikian menyentuh. Hampir setiap lagu yang ia nyanyikan mengundang kagum saya, istri dan banyak turis lainnya. Rasanya susah sekali melupakan kenangan manis bersama
penyanyi ini. Sejumlah uang tip serta ucapan terimakasih saya yang dalam, tampaknya belum cukup untuk membayar keterhiburan saya dan istri.

Di satu kesempatan menginap di salah satu guest house Caltex Pacific Indonesia di Pekan Baru, sekali lagi saya bertemu seorang manusia mengagumkan. House boy (baca : pembantu) yang bertanggungjawab terhadap guest house yang saya tempati demikian menyentuh hati saya. Setiap gerakan kerjanya dilakukan sambil bersiul. Atau setidaknya sambil bergembira dan tersenyum kecil. Hampir semua hal yang ada di kepala, tanpa perlu diterjemahkan ke dalam perintah, ia laksanakan dengan sempurna. Purwanto, demikian nama pegawai kecil ini, melakoni profesinya dengan tanpa keluhan.

Bedanya penyanyi Sanur di atas serta Purwanto dengan manusia kebanyakan, semakin lama dan semakin rutinnya pekerjaan dilakukan, ia tidak diikuti oleh kebosanan yang kemudian disertai oleh keinginan untuk berhenti.

Ketika timbul rasa bosan dalam mengajar, ada godaan politicking kotor di kantor yang diikuti keinginan ego untuk berhenti, atau jenuh menulis, saya malu dengan penyanyi Sanur dan house boy di atas. Di tengah demikian menyesakkannya rutinitas, demikian monotonnya kehidupan, kedua orang di atas, seakan-akan faham betul dengan pidato Winston Churchill : “never give up.”

Anda boleh mengagumi tulisan ini, atau juga mengagumi saya, tetapi Anda sebenarnya lebih layak kagum pada penyanyi Sanur dan house boy di atas. Tanpa banyak teori, tanpa perlu menulis, tanpa perlu menggurui, mereka sedang melaksanakan profesinya dengan prinsip sederhana : “jangan pernah berhenti.”

Saya kerap merasa rendah dan hina di depan manusia seperti penyanyi dan pembantu di atas. Bayangkan, sebagai konsultan, pembicara publik dan direktur sebuah perusahaan swasta, tentu saja saya berada pada status sosial yang lebih tinggi dan berpenghasilan lebih besar dibandingkan mereka. Akan tetapi, mereka memiliki mental “never give up” yang lebih mengagumkan.

Kadang saya sempat berfikir, jangan-jangan tingkatan sosial dan penghasilan yang lebih tinggi, tidak membuat mental “never give up” semakin kuat.

Kalau ini benar, orang-orang bawah seperti pembantu, pedagang bakso, satpam, supir, penyanyi rendahan, dan tukang kebunlah guru-guru sejati kita.

Jangan-jangan pidato inspiratif Winston Churchill - sebagaimana dikutip di awal - justru diperoleh dari guru-guru terakhir.
22.07 | 0 komentar | Read More

petuah Imam Ghazali…

Hal yang paling jauh adalah waktu yang telah lewat, karena kita tidak mungkin bisa sampe ke situ lagi. Sedangkan hal yang paling dekat adalah maut, karena bisa datang kapan aja.
22.06 | 0 komentar | Read More

4 Kisah Renungan hidup

Seorang guru sedang duduk bersama dengan murid-muridnya. Dia mengemukakan beberapa bertanyaan kepada murid-muridnya.

1. Apa yang tidak mungkin dilakukan manusia?

Murid-murid bingung, tidak tahu jawabannya. Sang guru kemudian menjawab: Semua hal di dunia ini mungkin terjadi, kecuali satu hal, kembali ke masa lalu. Waktu tidak bisa diputar ulang dan manusia tidak akan bisa kembali ke masa lalunya.

2. Apa yang paling besar di dunia ini?

Sang murid-murid dengan cepat menjawab,” Gunung!! Gunung yang paling besar didunia ini.”

Sang guru menjawab,”Benar, tetapi yang paling benar adalah nafsu.”

Nafsulah yang paling besar di dunia ini. Banyak contoh terjadi karena mengandalkan hawa nafsunya saja maka orang tua bisa membunuh anak dan keluarganya sendiri, terjadi banyak pemerkosaan anak dibawah umur bahkan yang masih duduk di bangku TK, nafsu dendam dan sebagainya.

**Tapi kalau nafsu makan harus tetap ada ya? Kalau ndak bisa lemes dong.

3. Apa yang paling mudah dilakukan oleh manusia?

Sang murid menjawab,”Bernafas, Marah!!” Sang Guru menjawab, “Benar, tapi yang paling benar adalah meninggalkan iman.” Manusia mudah sekali meninggalkan imannya. Mungkin karena penderitaan, kemalasan atau harta dan beribu alasan lain bisa menyebabkan manusia dengan mudah meninggalkan imannya, meninggalkan ibadatnya.

4. Apa yang paling tajam di dunia ini?

Murid-murid menjawab”Pedang !! Tombak!!” Sang Guru menjawab,”Benar, tapi yang paling benar adalah lidah.”

Lidah manusialah yang paling tajam di dunia ini, hanya karena tajamnya lidah maka terjadi fitnah, pembunuhan dan penderitaan. Bayangkan lidah yang panjangnya mungkin cuma 10 cm bisa menghancurkan semuanya karena ketajamannya.

Yang patut kita renungkan adalah: Kita sebagai manusia, kita hidup di masa kini. Ada yang bilang masa lalu adalah sejarah, masa kini adalah anugerah dan masa depan adalah misteri. Memang manusia tidak akan bisa kembali ke masa lalunya, waktu tidak bisa diputar ulang, kita hidup di masa kini. Karena itulah dalam hidup kita sekarang ini kita harus bisa mengendalikan hawa nafsu kita, kita harus berupaya supaya kita tetap menjadi manusia yang beriman dan taat kepada Tuhan, selain itu kita harus bisa mengendalikan lidah kita, perkataan kita, apa yang kita ucapkan hendaklah adalah perkataan yang baik dan tidak membuat orang lain menderita. Selagi kita masih diberi anugerah bisa hidup sekarang ini, kita semua harus berupaya menanam kebaikan dalam setiap tindakan kita dan terus maju menyongsong masa depan yang menanti kita.

22.03 | 0 komentar | Read More

Mari Belajar Pada Beruang

SEEKOR beruang yang bertubuh besar sedang menunggu seharian dengan sabar di tepi sungai deras. Waktu itu memang tidak sedang musim ikan. Sejak pagi ia berdiri di sana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air. Namun, tak satu juga ikan yang berhasil ia tangkap.

Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya... hup... ia dapat menangkap seekor ikan kecil. Ikan yang tertangkap menjerit-jerit ketakutan. Si ikan kecil itu meratap pada sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."

"Mengapa," tanya sang beruang.

"Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-celah gigimu," rintih sang ikan.

"Lalu kenapa?" tanya beruang lagi.

"Begini saja, tolong kembalikan aku ke sungai. Setelah beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang besar. Di saat itu kau bisa menangkapku dan memakanku untuk memenuhi seleramu," kata ikan.

"Wahai ikan, kau tahu mengapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang.

"Mengapa?" ikan balas bertanya sambil menggeleng-geleng kepalanya.

"Karena aku tak pernah menyerah walau sekecil apa pun keberuntungan yang telah tergenggam di tangan!" jawab beruang sambil tersenyum mantap.

"Ops!" teriak sang ikan, nyaris tersedak.

Dalam hidup, kita diberi banyak pilihan dan kesempatan. Namun jika kita tidak mau membuka hati dan mata kita untuk melihat dan menerima kesempatan yang Tuhan berikan maka kesempatan itu akan hilang begitu saja. Dan hal ini hanya akan menciptakan penyesalan yang tiada guna di kemudian hari, saat kita harus berucap : "Ohhh....Andaikan aku tidak menyia2kan kesempatan itu dulu...?"

Maka bijaksanalah pada hidup, hargai setiap detil kesempatan dalam hidup kita. Di saat sulit, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan; di saat sedih, selalu ada kesempatan untuk meraih kembali kebahagiaan; di saat jatuh selalu ada kesempatan untuk bangkit kembali; dan dalam kesempatan untuk meraih kembali yang terbaik untuk hidup kita.

Bila kita setia pada perkara yang kecil maka kita akan mendapat perkara yang besar. Bila kita menghargai kesempatan yang kecil, maka ia akan menjadi sebuah kesempatan yang besar.
22.01 | 0 komentar | Read More

Sebuah Renungan:Uang Receh

Petang itu dalam sebuah meeting yang dihadiri sejumlah top management suasana agak tegang saat salah seorang General Manager akan dicopot dari jabatannya oleh sang Bos dikarenakan beberapa kasus dan prestasi buruk sepanjang tahun. Di ruangan yang dingin itu dibahas hal-hal apa saja yang akan dilakukan untuk pembenahan operasional salah satu anak perusahaan, termasuk menentukan siapa calon penggantinya.

Dipastikan ada seseorang yang harus meninggalkan perusahaan tapi di sisi lain ada peluang yang akan membuat seseorang mendapatkan promosi. Di tengah-tengah rapat sang Bos bertanya kepada orang-orang kepercayaannya tentang siapa calon pengganti yang pantas. "Silahkan usulkan, sebut saja nama, malam ini juga kita harus bikin keputusan"

Nama demi nama disebutkan oleh peserta rapat di ruangan itu, dari beberapa nama yang muncul ke permukaan terlihat beragam reaksi dari si Bos, mulai dari nama yang tak dikenal sama sekali, ada yang agak dikenal, ada yang lupa-lupa ingat, hingga yang dikenal dengan sangat baik karena reputasinya yang baik atau sebaliknya.

Nampak si Bos bimbang dalam menetapkan hingga salah seorang direkturmembicarakan nama seseorang yang tadi paling banyak disebut. Kening si Bos nampak berkerut namun matanya bersinar menunjukkan ketertarikannya "Oh ya, saya ingat, dia pernah menjemput saya di bandara, kelihatannya orang ini cukup baik, bagaimana ?" Beberapa komentar mulai terucap "Saat kunjungan di lapangan, orang ini sangat dikenal baik oleh pelanggan-pelanggan kita" komentar seorang kepala divisi disusul nada positif lain mulai dari prestasinya, kepemimpinan, attitude, karakter, hingga komentar-komentar yang bersifat agak pribadi. Dan si Bos pun setuju memutuskan orang tersebut dipromosi menjadi GM dan minta dihubungi malam itu juga untuk besok pagi-pagi berangkat ke Jakarta untuk proses serah terima dengan GM yang akan digantikannya.

Sejenak saya tertegun menyaksikan proses pencarian calon pengganti yang juga proses promosi seseorang, sampai salah seorang direktur yang ada di dekat saya berbisik "Kamu tahu? Ini yang dinamakan mengumpulkan uang receh", Apa maksudnya Pak?" tanya saya penasaran.. "Ya, disadari atau tidak, ada banyak hal positif yang selama ini dilakukan oleh Bernard dan hal-hal kecil yang dilakukannya membuat banyak orang disini terkesan. Sekalipun itu hal-hal kecil, ibarat uang receh yang pada saat terkumpul dan dilakukan penghitungan, ternyata nilainya sangat tinggi"

Dalam hidup ini anda tidak harus melakukan hal besar sekaligus, ada banyak hal-hal kecil positif yang bisa kita lakukan dan saat waktunya tiba, nilai dari kumpulan uang receh itu sungguh diluar dugaan.

Salam bijaksana,
Haryo Ardito,
22.01 | 0 komentar | Read More

Sebuah Renungan Hidup

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa. Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-qur’an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saatterakhir untuk event yangmenyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur’an; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci AlQuran.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir,atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa.
21.59 | 0 komentar | Read More

Kisah-kisah nyata manusia yang selamat dari maut gara-gara handphone


1. Gadis yang selamat dari sambaran petir 300.000 volt karena arusnya dialihkan oleh kabel IPod (handphone )


Seorang gadis remaja selamat dari sambaran petir menakutkan setelah ia diselamatkan oleh kabel iPod-nya.
Sophie Frost dan pacarnya Mason Billington, 14 tahun, berhenti untuk berlindung di bawah pohon ketika badai melanda saat mereka berjalan di dekat rumah mereka. Ketika secara tiba tiba ada sebuah petir yg menyambar tubuh Sophie. Beruntung Ia bisa segera dilarikan ke rumah sakit. Dokter percaya Sophie selamat dari sambaran 300.000 volt karena dialihkan oleh kabel dari gadget iPod yg dikenakannya, menjauhkan petir dari organ-organ vital-nya. Remaja itu dibawa ke rumah sakit untuk pemulihan dari luka bakar di dada dan kaki sedangkan Mason menderita kerusakan mata. Sophie bersyukur dia mengenakan iPod-nya, yang telah diberi empat hari sebelumnya sebagai hadiah dari neneknya.

2. Prajurit yang diselamatkan dari serangan AK-47 berkat iPod-nya


Kevin Garrad sedang patroli di sebuah jalan di Irak dan saat ia mengitari sudut sebuah bangunan pemberontak (bersenjata AK-47) datang dari sisi lain. Lalu mereka melepaskan tembakan satu sama lain. Pemberontak tewas dan Kevin terkena tembakan di dada kiri di mana dia menyimpan iPod di saku jaketnya. Ini memperlambat laju peluru sehingga peluru tidak sampai menembus tubuhnya. iPod yang dimaksud adalah model 20GB yang lebih tua dan lebih tebal, yang sebelumnya diproduksi dan didistribusikan oleh HP. Ketebalan model ini kemungkinan besar menjadi bagian besar dalam memperlambat peluru. Beruntung sekali, karenanya Kevin tidak menderita luka.

Catatan: menurut beberapa sumber iPod tidak benar-benar menyelamatkan nyawa sang prajurit, namun sebenarnya ia mengenakan rompi.

sebagian konten ini di ambil dari www.forum.vivanews.com
21.58 | 0 komentar | Read More

Menikmati pensiun atau melanjutkan sisa-sisa hidup?

Di negara-negara maju, seperti di Amerika Serikat (AS) atau Eropa, usia wajib pensiun (UWP) atau mandatory retirement age bisa mencapai 65 tahun. Bahkan di Eropa mulai muncul gerakan yang memperjuangkan agar UWP diperpanjang lagi menjadi 68 tahun. Dengan panjangnya UWP tersebut, jelas iuran pensiun yang dapat dihimpun dari para peserta menjadi semakin besar. Ditambah dengan semakin profesionalnya pengelolaan program pensiun, para pensiunan dari negara-negara maju tersebut dapat menikmati manfaat pensiun yang sangat memadai, sehingga mereka dapat tetap mempertahankan tingkat kesejahteraan hidupnya sesudah tidak bekerja lagi. Bahkan dari uang pensiunnya, banyak yang dapat melakukan perjalanan wisata keluar negri. Sering kita jumpai di Bali rombongan turis manula dari Eropa atau Jepang yang membiayai perjalanan wisatanya dari uang pensiun.

Sebagai ilustrasi : Elias adalah warga negara Belanda asal Ambon, pensiunan tentara KNIL. Tiap bulan ia menerima sekitar 1.700 euro, termasuk dana pampasan perang. Di dalam komponen pensiun itu ada dana untuk pembantu, karena mereka dianggap orang tua yang tak bisa apa-apa. Penerimaan bersihnya setelah dipotong pajak dan sewa rumah tersisa 1.300 euro atau Rp 17,5 juta lebih (1 euro = Rp13.500). Lebih dari cukup untuk hidup sehari-hari, karena istrinya juga dapat pensiun, disamping kedua anaknya sudah mandiri semua. Sebagai perbandingan gaji dosen 4.300 euro dan gaji rektor 5.500 euro sebulan. Perhatikan perbandingan antara penghasilan yang sudah pensiun dengan yang masih aktif. Mahasiswa Indonesia di Belanda untuk makan saja (masak sendiri) menghabiskan 200-300 euro sebulan. Jika ada inflasi, uang pensiun itu otomatis dinaikkan. Pemerintah Belanda memang terkenal jago dalam mewujudkan kesejahteraan bagi warganya.

Di Belanda, juga seperti di negara-negara Eropa lainnya, penganggur dibayar oleh negara. Sampai tahun 70-an masih banyak imigran (wanita) yang ramai-ramai kawin dengan orang-orang tua atau orang jompo di negeri Belanda. Perkawinan ini hanya akal-akalan dengan tujuan untuk memperoleh status sebagai warga negara Belanda, karena dengan status tersebut akan memperoleh tunjangan sosial sepanjang mereka masih belum mendapat pekerjaan alias menganggur. Sesudah mendapat pekerjaan atau suami beneran, maka suami-suami formalitas tadi akan dicerai. Sekarang praktek-praktek sepeti ini sudah sulit dilakukan karena pemerintah Belanda semakin ketat mengawasinya.

Pensiun di AS

Para pegawai di AS akan memasuki masa pensiun pada usia antara umur 65 sampai 67.5 tergantung kapan lahirnya. Semakin muda tanggal lahirnya semakin tua UWP-nya. Umur pensiun ini akan bertambah sejalan dengan makin tingginya umur rata rata manusia di AS. Seperti halnya di Indonesia, dana pensiun di AS pendanaannya juga diperoleh dari pemotongan sebagian dari gaji pegawai dan sebagian dari majikan yang kemudian disetorkan ke kantor pensiun. Namun ada perbedaan yang mendasar, yaitu negara mengelola program pensiun untuk seluruh warganya dan menentukan besarnya potongan secara prosentase dari gaji kotor. Ditambah dengan prosentase yang sama dari majikan, potongan ini akan disetor ke Social Security Adminstration (Dinas Jaminan Sosial) melalui kantor pajak Amerika Serikat yang disebut Internal Revenue Service atau IRS.

Besarnya prosentase potongan gaji ini diputuskan oleh lembaga legislatif yaitu DPR-nya Amerika Serikat yang disebut Congress. Besarnya potongan saat ini yang sudah ditentukan adalah sebesar 7.65 %. Jadi dengan kata lain, kalau setiap minggunya pegawai gajinya sebesar $1000,00 , maka iuran pensiun yang dipotong secara pasti adalah $76,50 dan majikan akan menyetor jumlah yang sama sehingga jumlah iuran pensiun yang disetorkan ke rekening pegawai per minggunya adalah sebesar $153 atau sekitar $7.956,00 per tahunnya. Pemotongan iuran pensiun dari gaji ini ada maksimumnya. Jumlah gaji per tahun yang kena pemotongan iuran pensiun adalah sebesar $90.000,00. Jadi kalau gaji seorang pegawai mencapai $120.000,00 pertahunnya, maka yang kena potongan iuran pensiun adalah sebesar $90.000,00

Perusahaan besar seperti Mobil Oil, Exxon, General Motors, IBM, Microsoft, Honda, Toyota,Bank America dan perusahaan lainnya disamping turut membayar Social Security Tax yang sifatnya wajib, juga menyelenggarakan sendiri program pensiun untuk para pegawainya. Jadi untuk pegawai mereka, setelah pensiun disamping mendapat uang pensiun dari Social Security Adminsitration juga mendapat uang pensiun dari perushaaan. Program ini diberikan oleh pengusaha sebagai insentif agar karyawan bekerja lebih giat dan betah tinggal lama dengan perusahaan tersebut. Sudah barang tentu masing-masing karyawan bebas untuk merencanakan program pensiunnya sendiri, dengan membeli produk-produk pensiun yang ditawarkan oleh lembaga keuangan.

Secara garis besar apabila seoarang pegawai mempunyai gaji bulanan sebesar$1.500 mulai saat ia bekerja 30 tahun lalu dan gaji 5 tahun terakhir sekitar $2.500 hingga $3.000, (setingkat gaji pegawai administrasi senior) maka minimum uang pensiunnya pada umur 65 akan berkisar sebesar $1.200,00 - $1.500,00 per bulannya. Jadi kalau istri juga bekerja dalam posisi yang sama, tidak ayal lagi mereka berdua akan menerima uang pensiun sekitar $2.400,00 - $3.000,00, ditambah dengan fasilitas assuransi kesehatan. Karena panjangnya UWP, rata-rata keluarga Amerika ketika pensiun sudah tidak mempunyai tanggungan anak lagi. Jadi tepatlah untuk negara-negara maju kalau dikatakan sesudah purna karya mereka betul-betul menikmati pensiun.

Di Indonesia : masih muda sudah pensiun

Di Indonesia umumnya pegawai memasuki masa pensiun pada usia 56 tahun. Polanya bisa melalui masa bebas tugas pada usia 55 kemudian pensiun penuh ketika mencapai usia usia 56 tahun. Atau, tanpa masa bebas tugas tetapi langsung pensiun di usia 56. Untuk pegawai negri sipil, khususnya guru, UWP biasa lebih panjang yaitu 60 tahun, bahkan untuk professor bisa mencapai 70 tahun. Namun sebagian besar pegawai di Indonesia umumnya berhenti bekerja pada usia 56 tahun. Artinya setelah usia tersebut para eks-pegawai tersebut harus melanjutkan sisa hidupnya dari manfaat pensiun yang diterima (bagi yang mempunyai program pensiun) ditambah penghasilan-penghasilan diluar pensiun seperti hasil investasi atau dari kegiatan lain setelah pensiun.

Dengan semakin membaiknya kesejahteraan pegawai dan harapan usia hidup, sebetulnya pada usia 56 dirasakan masih sangat fit dan belum terlalu tua untuk terus bekerja. Jadi ketika harus berhenti berkerja pada usia 56, banyak yang mengalami goncangan psikologis (psychological shock). Mengapa saya harus menganggur ketika saya merasa masih cukup produktif untuk berkarya. Dari segi sosial juga umumnya kita belum siap untuk pensiun di usia 56.

Untuk generasi yang lahir sebelum tahun 50, mereka mulai bekerja di usia relatif muda, yaitu antara 18 sampai 20, selepas menyelesaikan SMA. Usia 20 – 22 sudah pada menikah, jadi ketika harus pensiun pada usia 56 rata-rata anak-anak sudah mandiri atau minimal sudah selesai sekolah semua. Untuk generasi sesudah tahun 50-an, mereka mulai bekerja di usia antara 26 – 28 tahun, setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya. Menikah di usia 28 -30, jadi ketika pensiun anak-anak belum ada yang “mentas” (mandiri), masih menjadi tanggungan orang tua.

Belum lagi dari segi ekonomi, banyak yang belum siap pensiun di usia 56. Hanya sebagian kecil pegawai yang dapat mengumpulkan bekal yang cukup untuk menghadapi masa pensiunnya. Selebihnya harus melanjutkan sisa hidupnya dengan menggantungkan pada satu-satunya sumber penghasilan, yaitu manfaat pensiun yang sangat kecil. Jadi untuk di Indonesia sesudah pensiun kita masih harus berjuang untuk melanjutkan sisa-sisa hidup.

Keadaan ini, usia pensiun yang relatif muda, kecilnya manfaat pensiun dan masih beratnya tanggungan keluarga, mendorong timbulnya “moral hazard” diantara para pegawai kita. Selagi berkuasa, mereka berusaha memanfaatkan kedudukannya menghalalkan segala macam cara guna mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin sebelum pensiun.

Kapan pensiun sebagai orang tua?

Pensiun menjadi orangtua maksud saya adalah berhenti membiayai sekolah, berhenti membiayai hidup, berhenti melayani kebutuhan dan berhenti mengawasi anak-anak? Di negara-negara Barat, tampaknya memang memungkinkan dan wajar sekali seorang anak dari sejak dia diakui hak-hak dan kemandiriannya oleh negara untuk hidup mandiri. Di Jerman misalnya, usia 18 dikenal dengan volljährig, yaitu usia dimana hak-hak anak-anak mulai diakui oleh negara. Yang artinya, di usia ini anak-anak sudah dianggap mampu melakukan perbuatan hukum, menandatangani kontrak, atau boleh menikah tanpa izin orangtua. Umur 18 ini juga berlaku sebagai umur mandiri di banyak negara EU, di Amerika Serikat, di Swiss dan di Austria. Sedangkan di Jepang baru usia 20 tahun dianggap mandiri, dan di Nepal dan Somalia umur 15 tahun.

Apabila anak-anak ini memilih untuk hidup sendiri atau diminta orang tua untuk hidup sendiri, negara akan bertanggung jawab apabila suatu saat anak-anak ini terlantar karena tidak ada pekerjaan. Negara akan membayarnya sebagai warga negara dewasa yang menganggur. Jadi sebagai orang tua kita tidak terlalu merasa bersalah apabila kasarnya “mengusir” anak-anak kita untuk hidup mandiri.

Di Indonesia tampaknya memang waktu penegasan kemandirian terhadap anak-anak cukup dilematis, terutama karena praktek kehidupan ekonomi, dan system jaminan sosial yang belum mendukung. Sampai hatikah kita sebagai orang tua meminta anak-anak untuk mencari tempat tinggal dan mengurusi kebutuhan hidupnya sendiri.walaupun mereka sudah cukup usia dan sudah selesai sekolahnya. Dari segi ekonomi anak-anak yang menjadi tanggungan kita merupakan beban, terutama ketika kita sudah memasuki masa pensiun. Di sisi lain, nilai-nilai agama kita mengharamkan mengusir anak-anak keluar rumah hanya karena takut tidak bisa memberi makan. Jadi tidak heran Pondok Mertua Indah adalah alternatif tempat tinggal yang wajar dan. tidak aneh di masyarakat kita. Demikian juga dengan membiayai anak-anak sekolah hingga tamat sekolah, juga sudah dianggap bentuk dari kewajiban sangat wajar dari orangtua.

Apa yang perlu dipersiapkan

Siklus yang ideal adalah sekolah, lulus sarjana, dapat kerjaan, kawin, punya anak, punya tabungan yang banyak, baru pensiun. Sesudah pensiun juga harapannya sudah tidak mempunyai tanggungan lagi, tinggal jalan-jalan, main golf, momong cucu. Namun kita harus realistis bahwa tidak banyak yang bisa melewati siklus ideal diatas. Kebanyakan sesudah pensiun justru menghadapi masalah baru. Indahnya pensiun hanya satu tahun saat menjalani masa persiapan pensiun, ketika kita berhenti bekerja tetapi masih digaji penuh dari BRI.

Bagi yang sekarang masih aktif bekerja dan masih lama pensiunnya, ada dua hal yang perlu dipersiapkan. Pertama, bagaimana mempersiapkan diri kita sendiri dalam menghadapi pensiun. Apa yang akan kita lakukan sesudah tidak bekerja lagi harus mulai difikirkan dari sekarang, paling tidak 5 tahun sebelum pensiun. Kita harus mengkondisikan diri kita bahwa nanti kalau sudah pensiun, manfaat pensiun yang diterima sangat kecil dan tidak akan cukup untuk menunjang kehidupan kita sehari-hari, apalagi kalau anak-anak masih ikut kita.

Kedua, mempersiapkan anak-anak kita agar sesegera mungkin bebas dari tanggung jawab orang tua. Pemilihan pendidikan anak-anak harus tepat. Jangan terlalu memaksa anak-anak untuk jadi sarjana. Memang bangga punya anak-anak sarjana semua, tetapi apa gunanya punya anak-anak sarjana kalau nganggur semua. Biarkan mereka memilih pendidikan yang sesuai dengan bakatnya dan memudahkan mereka dalam menacari pekerjaan, walaupun tidak memberi gelar sarjana. Ngomong-ngomong saya masih punya satu anak lagi yang sedang kuliah di UGM. (Jakarta, Desember 2007)
21.54 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...