Oleh : ivan sinaga
[ Mainkan Jempolnya_Saropah ]
*****
Kakek ku pernah menegur ibuku karena cerita ini.
Ya..! Crita ini berasal dari ibuku saat masih berusia 4 tahun.
Dan walaupun sudah lebih dari 40 tahun berlalu tapi masih membekas di memory ibu walaupun telah samar.
Salah satu rumah di Sebuah kampung yang jauh dari kota di provinsi
sulawesi tenggara pada pertengahan tahun 1967 tengah mengadakan kenduri
pernikahan, ya.. Tepatnya dirumah orang tua ibuku (kakek ku) dan yang
melangsungkan pernikahan adalah adik dari ayah ibuku (lebih tepatnya
yang menikah adalah tante ibuku) yang pling bungsu, sebut saja tante
LITA.
Setelah sebulan menikah tente Lita dan suaminya memutuskan untuk pindah, mereka memilih untuk tinggal di kebun.
Sekedar gambaran: kebun yang maksud adalah sbuah ladang bercocok tanam
yang letakx di hutan skitar kaki pegunungan yang jarakx puluhan
kilometer dari kampung, di kebun ini mereka menanam apa saja dan
hasilnya dijual di kota dengan menggunakan jasa angkutan tenaga kuda
(maklum jaman dulu) hehehe... Ya begitulah penghidupan mereka.
Konon Di kebun tmpat mereka tinggal cukup angker, ada sbuah pohon
beringin apa bila di malam hari tampak dari kejauhan di pohon itu
seperti mengantung puluhan balon, di pohon itu terlihat sangat terang
tapi apa bila diperiksa keesokan harinya tidak ditemukan apa2, namun
trdengar suara samar dari atas pohon beringin yang apa bila di
perhatikan cuma nampak daun2nya yang rimbun.
Pernah suatu malam
tente Lita trjaga krn mndegar suara seperti babi, dia menyangka mungkin
babi tengah makan tanaman jagung dan ubinya, dan dia keluar untuk
mengusirnya, tapi alangkah terkejutnya yang didapati bukan babi tapi
sbuah mahluk menyerupai serigala dengan mata merah menyala.
Hari
pun berganti minggu berganti bulan, tante Lita pun hamil, takala usia
kandungan tante Lita memasuki 7 bulan tente Lita sakit parah dan akhir
suaminya memutuskan untuk membawanya balik menetap sementara di kampung
agar tante bisa berobat.
Tapi untung tak dapat diraih malang tak
dapat di tolak akhirnya tante Lita pun meninggal dengan usia kandungan 7
bulan, pnyakitnya pun tak bisa diobati di karenakan penyakit dari
mahluk2 hutan.
Ada yang aneh saat tante Lita akan dimandikan
tiba2 saja kukunya memanjang skitar skitar 1,5 centi, dan membuat gempar
seluruh penghuni rumah termasuk ibuku yang masih berumur 4 tahun sangat
ketakutan. Prosesi pemakaman pun dilaksanakan dengan cepat, tente Lita
di makam kan di kebun blakang rumah orang tua ibuku (kakek ku) skitar
250 meter dari rumah, (sampai saat ini makamnya masih ada.
Ada
yang aneh pada jasad tante Lita yaitu orng2 menusukan beberapa jarum di
kakinya entah apa maksudnya, ibuku pun belum mengerti.
Dan disinilah awal keseraman mulai terjadi.
1. Malam pertama.
Malam harinya keluarga dan tetangga datang untuk membaca ayat2 suci Al
Quran, kesedihan masih terlihat di raut wajah suami tante Lita dan kakek
ku. Pada pukul 10 malam tetangga pun dan keluarga pulang kerumah
masing2. Dan yang tersisa dirumah cuma kekek dan nenek ku, suami tante
Lita, dan ibuku yang masih berumur 4 tahun beserta saudara2nya.
Kata ibuku ketika menceritakan kisah ini pada ku, menjelang tengah malam
terdengar suara tangisan meraung2 histeris dari arah makam tante Lita
di belakang rumah, tangisannya menyayat skali. Sekali terdengar suara
tawa pula.
Seluruh rumah ketakutan cuman bisa pasrah dan brdoa.., tangisan tante Lita trxata membahana sampai kerumah2 tetangga lainnya.
terdengar suara tangisan pilu dan disertai suara seperti orang menarik
daun kelapa di sepanjang jalan di kampung. Kontan keesokan harinya
menjadi gosip hangat dikampung, membuat masyarakat di desa takut keluar
rmh bila malam.
2. Malam kedua.
Malam kedua tante Lita
dimakam kan tinggal beberapa orang saja yang datang melanjutkan
pengajian dirumah kakek, itu pun pukul 9 mreka sudah pamit pulang.
Konon kata ibuku malamnya dinding rumah kakek ku yang trbuat dari papan
trdengar suara seperti org mencakar cakar dari luar rumah.
Menjelang Lewat tengah malam suami tante Lita hendak kencing, maka
diraihnya lampu tempel (maklum belum ada listrik masuk desa pada waktu
itu) dan berjalan menuju dapur, sementara asyik kencing tiba2 suami
tante Lita merasakan bulu kuduknya berdiri.. Dan tiba2 saja dia
mendengar suara cekikikan, benar saja disudut dapur skitar 5 meter tmpat
dia kencing terlihat tante Lita berdiri dengan bola mata brwarna putih
dan skitar matanya hitam, dan rambut terurai sampai di punggungnya.
Betapa terkejutnya suami tante Lita, mereka pun saling beradu pandang,
dan yang paling mengerikan dan menjijikan terlihat arwah tante Lita
mengendong sbuah orok bayi yang masih merah. Suami tante Lita tidak
dapat brgerak, mulutnya kaku, bulu kuduknya seakan mau terbang, rasa
cintanya pada almarhumah berubah menjadi ketakutan yang luar biasa.
Dalam keadaan itu terdengar cekikan tante Lita dan berkata pada mantan suaminya dalam bahasa daerah kami
"KESINI.. KESINI.. KAMU TIDAK RINDU KAH PADA SAYA BESERTA ANAK MU INI..? KESINI GENDONG ANAK MU".
Dan diakhiri dengan suara tangisan.
(Entah kenapa seisi rumah tidak ada yang mendengar).
dan dalam keadaan yang ketakutan suami tante Lita tiba2 melempar lampu
tempel kearah tante Lita (untung tidak trjadi kebakaran) dan berlari
menuju kekamar kakek ku dan berteriak minta Tolong.
Dan sekeluarga
pun terjaga semua, dan berbondong2 menuju kearah dapur namun arwah tante
Lita sudah tidak, ada yang trsisa cuma lampu beserta minyak tanah yang
berserakan.
Nggak kebayang ketakutan yang seperti apa yang
dialami, apa lagi posisi rumah2 tetangga sangat brjauhan (kurang lebih
50 meter) dari rmah kakek.
akhirnya malam itu diputuskan semua
brkumpul untuk tidur dalam 1 kamar, sesak dan berdesak2kan terkalahkan
oleh rasa takut yang luar biasa.
Apakah arwah tante Lita brhenti meneror malam itu..??
Tidak..!!
Sejam kemudian stelah smua di kumpulkan tidur dalam 1 kamar tiba2
trdengar dari kamar tamu (tempat suami tante Lita tidur dalamnya),
trdngar suara sperti orang lagi menina bobo kan anak kecil dalam bahasa
daerah kami, sudah bisa ditebak suara siapa itu.
Yang bikin suami
tante Lita makin ketakutan takala dari dalam kamar tamu trdengar suara
tante Lita berkata (dalam bahasa daerah)
"ARMAN.. ARMAN.. ARMAN.. ANAK MU DIA CARI KAMU, COBA KAMU KEMARI.., COBA KAMU LIHAT BETAPA MANISnya.." diakhiri tawa.
(arman nama suami tante Lita).
Dalam ketakutan tiba2 kakek berteriak dari dalam kamar
"LITA.. SEBAIKnya KAMU PERGI, DISINI BUKAN TEMPAT MU LAGI, KAMI SEMUA SUDAH BEDA ALAM DENGAN KAMU"
dan suara tante Lita pun tak terdengar lagi.
Keesokan harinya sudah bisa dibayangkan betapa hebohnya dikampung.
Bermacam2 gosip beredar, mulai dari masalah mati yang tak wajar yakni
dalam keadaan hamil, lalu gosip masalah tata cara penguburan yang kurang
di doakan, dan hingga masaalah tentang tante yang semasa hidupnya
jarang sholat ditambah sekeluarga kakek yang kurang berpegang pada agama
pada waktu itu.
Macam2 lah...!!
Akhirnya ibuku yang pada
waktu itu msih kecil dan beserta saudara2nya diungsikan ke rumah saudara
nenek ku di kampung sblah untuk smentara waktu guna mencegah hal2 yang
tak di inginkan.
Tapi tidak dengan kakek, nenek dan suami tante Lita, mereka tetap dirumah.
Orang pintar pun di panggil untuk memagari rumah kakek ku. (maklum jaman dulu apa2 pasti andalin dukun).
3. Malam ketiga.
Malam ketiganya dirumah kakek masih diadakan pengajian, tapi sudah bisa ditebak para tetangga mereka tidak akan berlama lama.
Kali ini yang trsisa dirumah kakek dan nenek ku, suami tante Lita, dan 2
org lagi saudara dari nenek ku (om ibuku) dtang menemani.
Kbtulan
rmh kakek trdiri 3 kamar tidur yakni kamar tidur utama tmpat kekek dan
nenek ku tdur, lalu kamar tidur ibuku bserta saudara2nya yang kini di
tempati untuk tidur suami tante Lita beserta 2 om ibuku yang datang
menemani, dan kamar tamu yang kini lagi kosong.
Kata ibuku yang menceritakan kisah ini padaku mengatakan, Malam itu hujan agak rintik bulan agak tertutup awan.
Seisi rumah pun mencoba untuk memejamkan mata dan entah beberapa saat mereka smua tidur.
Tiba2...!
"TRANNGGGG..."
Suara yang brasal dari kamar tamu membangunkan seisi rumah, semua
berlari ke kamar tamu dan mendapati kaca lemari pakaian pecah, yang lbih
mengejutkan lagi kasur dan sperei sudah koyak seperti di cakar sesuatu,
kapuk berserakan.
Kali ini nenek ku benar ketakutan dan meminta diantar kerumah saudaranya malam itu juga.
Tapi kakek ku menenangkan nenek dan mengatakan nanti besok pagi saja.
belum reda rasa takut mereka, tiba2 saja suara gaduh terdengar dari arah
dapur, kekek pun berlari ke kamarnya dan mengambil sesuatu di bawah
kolong tmpat tidurnya,
Ya.. Sebuah parang yang cukup tajam, lalu
kakek melangkah ke dapur dengan pelan2, astagaaa... Piring2 dan gelas
berhamburan di lantai dapur diantaranya sudah pecah, belum hbis rasa
penasaran kakek tiba2..
"HERMANNNN...."
Trdengar suara
teriakan nenek didalam kamarnya, kali ini kakek, suami almarhum tante
Lita, beserta 2 org adik nenek berlari menyerbu kamar di dapatinya nenek
ketakutan lemas, dengan terbata2 nenek brkata sembari menunjuk di arah
sudut kamar
"LITA.. LITA.. LITA... DENGAN ANAKnya (maksudnya dengan bayinya)"
Ternyata waktu kegaduhan di dapur nenek memilih lari kekamar untuk
sembunyi, niat untuk menghindar tapi justru ketemu dengan arwah tante
Lita mengendongnya bayinya di dalam kamar, dan arwah itu pun sudah
hilang dengan meninggalkan aroma kapur barus.
Akhirnya malam itu mereka berkumpul di ruang tengah guna menunggu subuh, rasa kantuk pun spertinya lenyap.
Tapi belum lama mreka hendak menenangkan diri tiba2 dari arah belakang
rumah terdengar suara anjing mengeluarkan suara tertentu, dan rupanya
kakek sangat paham akan suara anjing seperti.
Dengan berbekal parang tajam yang masih melekat di tangannya tiba2 kakek berlari kearah dapur dan membuka pintu dapur.
Benar saja.. Kakek menyerbu dimana dia mendengar suara anjing tadi, dan.. Kakek pun berteriak
"SETAN DURHAKA.."
sambil mengayunkan parang ke arah rumpun pisang, tak ayal sbuah anak pohon pisang putus trkena sabetan parang,
dan belum cukup beberapa detik tiba2 anjing yang berada di dekat kakek
menyalak lagi, kali ini menghadap kearah rimbunan kopi skitar 15 meter
dari tmpat kakek berdiri.
Di remang2 rimbunan kopi terlihat lagi
arwah tante Lita berdiri, dengan sigap kakek berlari mendekati rimbunan
trsebut dan mengibaskan parangnya ke arah arwah adiknya itu tapi lagi2
yang cuma ranting2 dan daun2 kopi yang berguguran, dan arwah tante Lita
tlah hilang lagi.
(sy yang mendegar cerita ini dari ibu smpat berpikir apa iya parang bisa melukai mahluk halus..? Koplak..!).
Akhirnya kakek tidak melihat lagi menampakan tante Lita, dan memutuskan
kembali kedalam rumah dan berkumpul diruang tengah brsama dengan yang
lainnya.
Tidak ada suara, cuma hening...! Kakek, nenek, suami almarhun, dan kedua saudara nenek cuma bisa diam.
Dan kakek sempat melirik jam dinding menunjukan pukul 3 subuh.., sampai akhirnya....
"Tolonggg... Tolonggg.. Huuu.. Huu... Huuu..."
samar2 suara itu trdengar.. Tapi mereka belum tahu dari mana suara itu.
Mereka pun memasang pendengaran baik2, dan akhirx mereka pun dapat
mengenali suara tersebut, dan suara trsebut berasal dari arah tetangga
(skitar 50 m dari rmh kakek).
Akhirnya mereka memutuskan keluar rumah dan menuju ke rumah tetangga.
Ya tepat skali suara tangisan itu berasal dari rumah sebut saja pak Siwo, dan suara tangisan itu suara istrinya.
Beberapa tetangga lain pun juga berdatangan, dan mereka semua menghambur masuk kedalam rumah pak Siwo, dan astagfirullah..!
mereka melihat pemandangan yang cukup mengerikan.
Pak Siwo lagi terkapar tak bernyawa di dapur dan diratapi oleh
istrinya, dengan luka robek di punggungnya yang menghitam seperti bekas
cakaran, cukup dalam dan mengeluarkan bnyak darah.
Seperti yang diungkapkan oleh istri pak Siwo, bahwa malam itu pak Siwo memang sdang sakit perut (maaf menceret),
menjelang subuh pak Siwo bangun hendak buang air besar di (maaf) kakus
belakang rumahnya. (jaman dulu di kampung msih belum ada yang punya WC,
yang ada cuma kakus aja).
Tak lama Tiba2 istri pak Siwo mendengar
suara cekikikan disusul suara erangan kesakitan pak Siwo dari arah
dapur, istrinya pun keluar dari kamarnya dan berlari ke dapur, Dan
pendapati pak Siwo tengah mengerang kesakitan sambil memegang
punggungnya yang menyemburkan darah.
Bahkan istri pak Siwo msih
sempat melihat arwah tante Lita keluar dari dapur dengan melayang tembus
melalui dinding dapur disertai suara cekikikan, akhirnya dalam waktu
sekejab pak Siwo menghembus kan nafas terakhirnya. TRAGISS..!
Sudah bisa di tebak, cacian dan makian warga dilontarkan kepada keluarga kekek ku, bahkan sampai tuntutan pun dilayangkan.
Akhirnya subuh itu juga kakek beserta beberapa warga kampung dengan
berbekal obor mendatangi kuburan tante Lita yang berjarak 250 meter di
blakang rumah kakek.
Mereka mencabut nisan tante Lita dan
memasangnya terbalik, kmudian warga mengumpulkan ranting dan daun2
kering lalu membakar kuburannya. Konon katanya dalam kuburan trdengar
suara orang menangis.
Sejak hari itu tak ada lagi teror almarhum
tante Lita, dan Seminggu kemudian suami almarhum tente Lita dan kakek ku
berangkat ke ladang tempat dimana dalamnya tante Lita dan suaminya
tinggal guna mengambil sisa pakaian tante Lita yang tersisa, namun
alangkah terkejutnya karna mendapati pakaian2 tersebut sudah koyak koyak
semua, dan sejak saat itu kakek ku skeluarga taat beribadah.
***
aku yang mendengar kisah 40 tahun yang lalu dari ibuku, langsung
mengecek kebenaran cerita ini pada kakek, nenek dan saudara2 ibuku. dan
betapa terkejutnya mereka semua, lantas menegur ibuku karena mengungkit
masa lalu.
Mereka berpesan kepadaku agar tidak menceritakan hal ini kepadaa siapa pun karena ini merupakan KISAH KELAM KELUARGA KU.
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=452527564814385&id=390518874348588