ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Dilema ketakutanku didalam perasaan ( Kiriman Dari Aulia Rahman )

Written By Situs Baginda Ery (New) on Minggu, 04 Agustus 2013 | 23.04

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8p6IEZ-sdblvXZwaPidfs73cC8wYXNUhmi3ljfxtzqwav-17A-m_d9vP63DXGL4h8pBu-YyIKY7dur90uROy67I6gw0CHEAar1uG_xvBXfyNpzwfYHNYEc558jwEVprXuNsJLJT6viGM/s320/perpisahan.jpg 
Aku percaya ataupun tidak Mengenal sesaat bukanlah identitas Apapun yang ku ingin ada di dia Curiga itu manusiawi Kerena takut maju atau tetap begini
Setiap saat dia memberi kabar Canda tawa pun melengkapi Tapu aku masih belum percaya Aku atau orang lain yang ditujunya
Bertanya pada teman bukanlah penyelesaian Cari tahu sendiri pun masalah Bimbang, arah hati bersamanya Yang kupikirkan, Jalani dan coba buktikan
Hari demi waktu bergulir Hati mantap jiwapun siap Saatnya memberi keyakinan dan ikatan Waktu perkenalan sudahlah usai
Tapi waktu membingungkan ku Antara bosan nanti bila dijalanin Dalam hati , harus istiqomah Aku,kau dan Tuhanku harus tertuju

Kiriman dari: Aulia Rahman 
FB:Aulia Rahman 
Twitter: @AuliaR_Wanyyi

Ingin tulisan hasil karyamu seperti cerpen,puisi atau tulisan menarik tampil disitus ini,silahkan kirim hasil karya anda ke email: bagindaery@gmail.com
23.04 | 0 komentar | Read More

CERPEN SPESIAL CINTA: 1My Boyfriend ( Pertemuan pertama ku dengan dia adalah di Kahuripan Nirwana )

Kamu suka nulis cerpen,ayo-ayo tampilin cerpen kamu disitus ini biar dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya,kirim cerpen hasil karyamu ke email ini bagindaery@gmail.com  
 
                               
Oleh:Eka Viva R
http://gambar.co/wp-content/uploads/2012/06/karikatur-muslim-pasangan-romantis.jpg
Pertemuan pertama ku dengan dia adalah di Kahuripan Nirwana.Saat itu aku mau berangkat les dengan salah satu sahabat ku.Tapi karena aku berangkat nya labih awal jadi aku memutuskan untuk jalan2 ke kahuripan.Aku berhenti sebentar karena capek menyetir dan aku menyisir rambut ku sejenak karena terlalu berantakan.Tiba2 ada 2 orang cowok yang menghampiri kami dan meminta nomor HP kami.Karena sahabat ku sudah mempunyai cowok akhirnya dia meminta nomor HP ku.

Sebenarnya aku gak mau ngasih nomor HP ku karna aku takut sama dia.Wajahnya yang membuatku takut apa lagi temen dia yang memakai tindik.Tapi aku berfikir lagi karena belum tentu dia jahat.Akhirnya aku memberikan nomerku ke dia.Setelah itu berterima kasih padaku.Dan kami segera berangkat les karena sudah telat.

Tak lama kemudian setelah aku sampai di tempat les,aku menerima SMS dari nomor yang tak aku kenal.Aku pun membuka sms itu dn membacanya.

1 pesan baru

Dari:089665026***
Sore

Replay
Ke:089665026***
Juga,
Ini siapa ya...?!

Dari :089665026***
Aku anak yang tadi minta nomor kamu di kahuripan

Kepada :089665026***
Iya siapa nama kamu?

Dari :089665026***
Aku Yusuf,
Kamu sendiri siapa?

Kepada :089665026***
Aku Yesinka

Dari :089665026***
Owh,kamu sekkolah dimana?

Kepada :089665026***
Aku sekolah di Spenido
Kalau kamu?

Dari :089665026***
Mana itu?
Aku sekolah di SMA PGRI 1 Sda

Kepada :089665026***
SMPN 1 skd,
Masak gak tau?

Dari :089665026***
Owh iya aku tau kok
Kamu kelas berapa?

Kepada :089665026***
Aku kelas 9,
Kamu...?!

Dari :089665026***
Aku kelas 11

Kepada :089665026***
Owh...

Sudah dulu ya aku mau les dulu nanti di lanjutin lagi

Dari :089665026***
Iya

Akhirnya aku melanjutkan les ku lagi dan setelah pulang les aku melanjutkan sms ku dengan dia lagi.Setelah 2 hari aku asyik mengobrol dengan dia dan saling tau sifat dari kita.Dia menyatakan perasaan nya kepada ku.Aku benar2 kaget dan gak percaya.Aku tak langsung menerimanya,karna aku takut dia menyakitiku.Aku meminta waktu ke dia untuk berfikir dan memutuskan.Dia memberiku waktu 1 hari untu berfikir dan memutuskan.

Esoknya,kami ketemuan di kahuripan dan aku pun memutuskan untuk menerimanya sebagai kekasihku.Sejak saat itu hari2 ku berubah karena kehadirannya di dalam kehidupan ku.Hari2 ku menjadi lebih cerah dan dia selalu membuatku tertawa bila aku berada di dekatnya.i kekasihku lama2 mereka menyetujui ku

Aku pun mengenalkannya pada sahabat2 ku.Memang pada awalnya mereka tak suka pada kekasih ku,tapi setetlah mereka tau sifat asli dari kekasihku lama2 mereka menyetujui hubungan ku dengan nya.Aku sangat senang karna kekasihku juga akrab banget sama sahabat2 ku.Dia tak pernah membeda-bedakan aku dengan sahabat2ku.

Aku beruntung bisa mendapatkan kekasih yang baik seperti dia.Aku akan selalu menjaga dan setia pada dia.Aku takkan membuatmu kecewa sayang.....

<....... sekian ........>
Kamu suka nulis cerpen,ayo-ayo tampilin cerpen kamu disitus ini biar dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya,kirim cerpen hasil karyamu ke email ini bagindaery@gmail.com 
22.04 | 0 komentar | Read More

CERPEN SPESIAL: WAITING FOR YOU

Kamu suka nulis cerpen,ayo-ayo tampilin cerpen kamu disini biar dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya,kirim cerpen hasil karyamu ke email ini bagindaery@gmail.com  


Oleh: dellia riestavaldi

http://unpredictablepreety.files.wordpress.com/2012/06/3091353176_c3d751fa2b.jpg
Udah ke 2 hari ucil engga sms aku, udah 2 hari juga aku mengkhawatirkan keberadaannya, ya tuhan dia kemana, dia dimana sekarang, dimalam hari itu aku terus menunggu sms darinya, sudah berpuluh-puluh kali aku mengirim text messages tapi ga ada satupun pesan masuk di hape aku dari dia. Sial besok libur UN anak kelas 3 SMA, sedangkan aku duduk di kelas 2 dan ucil kelas 1. Gimana dong kalau besok libur, bakal 4 hari ga ketemu ucil  ucil kenapa? Ada yang aneh dari dia ya tuhan . Setiap malem ucil selalu say good night have a nice dream sayang, tapi udah 2 hari ini ga ada kata-kata kaya gitu lagi, aku takut kata-kata itu ga akan aku dengar lagi. Harus sampai kapan tiap malem aku nangis nungguin dia.

tokkkk….tokkkk…..tokkk
Suara ketukan pintu yang terdengar dari arah pintu kamarku.

“masuk aja ga di kunci” kataku sambil berteriak.

“dell, lagi apa lo? Nangis sendiri di kamer.” Sambil menghampiriku di ranjang tempat tidurku.

“gapapa kok nay, aku Cuma nunggu sms dari ucil.” Kataku

“emang lo jadian dell sama ucil?” Tanya nayla.

“engga sih, tapi aku ngerasa beda aja sama dia.” Balasku

“yaudahlah dell toh dia bukan siapa-siapa elo kan?’’

“kata-kata kamu tuh ga bikin aku tenang nay, mending kamu tidur aja deh nay, biarin aja aku bakal nunggu dia sms aku.” Cetusku

“iya dehh sorry dell, Gnight beib.”

aku terus memandang kearah luar jendela, sambil memegang hapeku. Entah samapai kapan aku harus menunggunya membalas pesanku.

*tertidurr

* * *
liburan selesai, tinggal berangkat sekolah, aku harus cari ucil sampai ketemu, dia ga boleh mainin aku gitu aja -.-

sesampainya aku di sekolah, langkahku terhenti di parkiran motor sekolahku. motor ucil mana? Biasanya jam segini dia udah datang. Aku harus ke kelasnya, langkahku terasa berat untuk menghampirinya ke kelas. Perasaan aku tiba-tiba gaenak.

aku berdiri di depan kelasnya, tiba-tiba aku terhenti di depan pintu. Kenapa aku? Seharusnya aku masuk ke kelasnya dan bertemu dengannya. Mending aku ke kelas aku aja deh ucil juga belum datang. Aku terus jalan menuju kelasku.

pelajaran pagi hari ini akuntansi, semangat dong semangat ini kan pelajaran kesukaanku. Sudah 1 jam pelajaran di mulai tiba-tiba ada anak osis masuk ke kelasku dan member pengumuman. Dalam hati ku pasti minta sumbangan huh, aku terus melanjutkan tugas akuntansiku.

“assalamualaikum wr.wb. maaf teman-temen mengganggu sebentar, innalilahi wainnailahi rojiun, telah berpulang ke rahmatullah adik kelas kita Muhammad Raditya Ucill dari kelas X2. Ayo kita bersama-sama membaca surah al-fatihah untuk mendoakannya.”

Aku langsung terhenti mengerjakan tugas akuntansi itu, aku lansung berdiri dari tempat dudukku, aku langsung meneteskan air mata dan lari meninggalkan kelas dan pergi ke WC sekolah.

“cil, kamu jahat, kamu jahat cil, kamu ninggalin aku sendiri, kamu belum denger kalau aku mau jadi pacar kamu, cil kamu jahat.” Teriakku di WC sekolah, perlahan-lahan aku duduk menyender tembok, berjam-jam aku ga keluar dari WC, aku belum bisa nerima kenyataan ini ya tuhan, sakit sekali rasanya.Setelah aku keluar dari WC aku langsung mengambil tasku, aku langsung kabur dari sekolah dan ikut teman sekelas ucil untuk melayat.

Sesampainya di rumah ucil, aku berjalan pelan untuk menemui jenazah ucil, tidak berehenti air mataku mengalir. Aku duduk di sebelah jenazahnya.

“ucil, kenapa kamu pergi secepat ini, kenapa kamu ninggalin aku cil, kamu inget ga waktu kita nonton, kamu pegang tangan aku, kamu cium kening aku cil, aku kangen kamu cil, cil kalau kamu sayang sama aku KAMU BANGUN SEKARANG JUGA CIL, BANGUN !!”

“sabar sayang ibu juga belum bisa nerima kepergian ucil.” Suara itu terdengar dari belakangku, ya dia ibunya ucil.

“ibu, ucil kenapa bisa kaya gini.” Tanyaku

“dia jatuh dari motor, sehari sebelum UN, selama 3 hari ucil koma di rumah sakit.”

“kenapa temen-temennya ga pada tau bu, dia selama ini baik-baik aja kok, dan pas kejadian dia ga pernah hubungin adell bu, adell khawatir banget bu sama dia tapi ini udah jadi kenyataan yang sangat menyakitkan.”

“ka adell” suara cewek yang memanggilku dari belakang, aku menengok ke belakang dan menghapus air mataku.

“de nessa, ada apa de?” tanyaku

“ka, aku tau kronologi kejadian ucil ka.”

“ucil kenapa de?”

              “ucil, ngliat kaka pergi sama cowo, dia langsung pergi ka ke rumah papanya di bandung, kan dia anak broken home gitu ka, orang tuanya pisah, ucil bawa motornya dengan kecepatan 80km/jam, pas di perempatan ucil ngrem mendadak ka akhirnya dia jatoh dan kepalanya tebentur stang di motornya.” Penjelasan nessa.

               Aku terdiam, tapi air mataku terus mengalir, ucil salah paham lalu emosinya tidak terkontrol, jadi selama ini aku nungguin acil ga ada hasilnya, dia terlanjur ninggalin aku. Aku langsung ke tempat jenazahnya, karena sebentar lagi jenazahnya akan segera di kuburkan.

* * *
               Prosesi pemakaman telah selesai, aku langsung pulang kerumah dan membaringkan tubuhku di atas ranjangku, aku mengambil hapeku, Cuma orang bodoh yang aku tungguin sms orang udah ga ada. Tapi rasa sayangku ke dia masih tetep ada. Ucil semoga kamu tenang ya disana ya aku sayang banget sama kamu. Semoga aku bisa nemuin orang seperti kamu, Gnight ucil 

THE END

Kamu suka nulis cerpen,ayo-ayo tampilin cerpen kamu disini biar dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya,kirim cerpen hasil karyamu ke email ini bagindaery@gmail.com 
22.00 | 0 komentar | Read More

CERPEN SPESIAL CINTA: Aku Pasti Kembali

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfQB1zZKl574Z7c9UazyYsOZmyTiHrrbhmBf7-Ulf7hHEZ4HK-iAuXHsHwJaqtncwlAwlSqEfmPr4wCEAJjziugBMRMC9oSyzvRAvQsOk_87JUdgXuQ6uXSKIIlOwgFwWeilc7qyHqC6k/s200/DriveBackHome.jpg 
Kamu suka nulis cerpen,ayo-ayo tampilin cerpen kamu disini biar dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya,kirim cerpen hasil karyamu ke email ini bagindaery@gmail.co

Karya : putri ayu pasundan

Namaku jelita, aku sekolah di sma vanderwaald. Aku duduk di kelas 1 sma. Aku termasuk siswa yang pandai, dan juga mudah bergaul. Aku mempunyai seorang sahabat dia bernama putra. Putra adalah sosok sahabat yang baik, perhatian, dan selalu mengerti keadaanku, dilain waktu saat aku bersedih, dia yang selalu menghiburku. Suatu ketika dia memendam perasaan yang sama dan aku juga merasakannya.

“jelita..” panggil seseorang itu dari arah belakang. Dan itu sahabatku putra.

“iya put..? ada apa?’’ tanyaku.

“pulang sekolah , ikut aku ya.. aku mau ngajak kamu ke suatu tempat.”

“oke baik.”

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, putra langsung menghampiriku dia sudah berdiri tepat di ambang pintu kelasku. Dia memanggilku sambil tersenyum.

“jelita.. ayok kita berangkat.”

Putra tiba-tiba mengandeng tanganku , menuruni anak tangga, Dan segera menuju ke area parkir. Kelas kami berada di lantai 3 . Aku dan dia berbeda kelas . Sejak smp kita selalu bareng. Dan sampai SMA ini. Setelah kami tiba di area parkir, putra mengeluarkan motornya yang terparkir dekat pos satpam.

“ayok naik.” Putra mempersilahkan aku untuk naik ke motornya, dan kini kami berangkat meninggalkan area parkir. Juga sekolah.
“kita mau kemana?’’ tanyaku kepadanya.

“ke suatu tempat. Dan kamu pasti suka.” Setelah beberapa menit di perjalanan , kami pun sampai di tempat tujuan. Ternyata putra mengajakku ke sebuah taman bermain. Di taman tersebut . terpampang air mancur yang begitu indah, banyak sekali bunga-bunga yang berwarna warni. Kami berdua duduk di kursi dekat taman.

“jelita… “ panggil putra kepadaku, sorotan mata tajam nya yang takkan pernah ku lupakan sejak dulu . deg…. Jantungku berdebar-debar. Aku tak mengerti tentang perasaan ku padanya, sudah 5 tahun kami bersama.. saling melengkapi satu sama lain. Tapi, tak pernah aku mengerti hubunganku dengannya.. yang aku tau, aku dan dia bersahabat.

“putra, kok nangis?’’ tanyaku padanya. Putra meneteskan air matanya perlahan demi perlahan . ku apus air matanya yang membasahi kedua pipinya..

“aku gak nangis, aku Cuma bahagia aja punya sahabat kaya kamu.” Di usap rambutku dengan kelembutan tangannya. Putra memang sahabatku , dan juga kakak bagiku. karena itu aku tak mau kehilangannya.

“jelita, suatu saat nanti, aku gak bisa terus berada di sisi kamu, kamu harus bisa nantinya tanpa aku. Aku gak mau terus-terusan jadi benalu yang selalu ada di hidupmu. Kamu harus bisa jalani hidup , dan mungkin tanpa aku. ingat janji kita dulu. Kalo kita akan selalu bersama.”

“putra kok ngomongnya gitu, tanpa kamu hidup jelita ga mungkin seceria ini. Karna kamu, hidup jelita bahagia dan lebih berwarna. Kalaupun nantinya putra ninggalin jelita, jelita akan cari putra sampai kapanpun dan bakal nungguin putra sampai putra kembali. Entah beberapa lamanya”

“tapi, inget. Kalo putra gak ada di samping kamu lagi. Kamu janji harus selalu tersenyum.”

“iya, jelita janji… jelita akan selalu tersenyum untuk kamu.”

Hari sudah semakin berlarut. Meninggalkan semua kisah yang ada. Taman tersebut menjadi ikatan janji mereka.

***
Keesokan harinya di sekolah, tepat pukul 06:15 menit.

“jelita, ini ada surat untuk kamu.”dihampirinya jelita , Di kasihnya sepucuk surat itu untuknya yang terpampang besar siapa nama pengirim surat itu. yaitu “putra” .

Deg…… hati jelita tiba-tiba gelisah tak menentu. Tak mengerti apa yang sedang iya rasakan saat ini. Di bukanya isi surat itu perlahan.

“jelitaa… ini aku putra, maafin aku ya kemarin aku gak sempet berfikiran untuk ngomong ke kamu. Karna semua itu terlalu berat untukku. Aku gak sanggup ninggalin kamu disini. Mungkin, saat kamu baca surat ini aku sudah tiba di Kalimantan. Papaku dinas disana, dan terpaksa aku ikut dengannya. Maafin aku ya jelita. Inget janji kita. Kamu harus tetap tersenyum. Suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi.“

Di akhirinya akhir surat itu. Jelita yang hanya bisa diam membisu dan pucat pasi di tempat duduknya. Perlahan iya menteskan air mata dan tidak percaya akan semuanya. Tak pernah iya mengerti akan semua perasaannya. Sedih, kecewa, semuanya yang iya alami saat ini. Tak sempat iya mengatakan tentang perasaannya yang sebenernya kepada putra. Cinta… mungkin ini yang aku rasakan. Perasaan itu tak pernah ku sadari sebelumnya, setelah kepergianmu baru aku menyadari.. cinta itu ada.

***
Setelah pulang sekolah, aku bergegas untuk pergi kerumah putra. Tetapi hasilnya nihil, tak ada satupun orang yang menjawab sapaanku. Rumah itu kosong. Jelita tak tau harus mencari putra kemana lagi. Akhirnya , aku memutuskan untuk pergi ke Taman kemarin, terakhir kali aku bertemu dengannya, bersamanya…. Taman itu sepi.. tak seperti biasanya, tak banyak orang yang lewat area taman bermain itu. dihampirinya kursi taman tempat aku duduk bersama putra waktu itu. Aku mengingat kembali perpisahan terakhirku dengannya. Aku meneteskan air mata.

***
Setelah 2 tahun aku menunggu, putra tak juga ada kabar. Selama itu aku tak pernah seceria dulu. Hanya kesedihan yang tampak di wajahku. Sesering kali aku mengingat kenangan itu, itu membuatku sakit. Sekalipun aku mencoba melupakannya, itu akan semakin sakit. Beberapa sering aku memutar lagu pasto’aku pasti kembali’ liriknya yang benar-benar menyentuh hatiku.

Reff : aku hanya pergi tuk sementara..
bukan tuk meninggalkanmu selamanya..
aku pasti kan kembali, pada dirimu ..
tapi kau jangan nakal.. aku pasti kembali…..

selama 2 tahun, kenangan itu menghantui harii-hari ku . tang sanggup aku melupakannya. Kini aku benar-benar mencintainya. Cinta bukan lagi sekedar sahabat , tetapi perasaan yang lebih dari pada itu.

hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 17 , sekarang aku sudah duduk di bangku kelas 3 sma, sekalipun aku ingin pindah ke lain hati dan berpaling dari putra, aku masih takut. Karena luka yang ada di hatiku masih ada. Setelah malam kian tiba, putra tak juga mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Padahal hanya sapaannya, dan ucapannya yang begitu berarti untukku..

hari ini sweet seventeen ku. Dan mungkin itu semua tak ada artinya kalau putra tak ada di sampingku. Malam ini aku ingin sekali pergi ke taman itu. untuk menenangkan diri disana, mungkin hanya beberapa saat. Aku akhirnya memutuskann untuk pergi kesana dan meninnggalkan acara dan tamu undangan yang telah hadir di pesta ulang tahunku yang ke 17 itu. aku pergi ke sana dengan di temani supir papaku dan setelah beberapa menit di perjalanan, aku tiba di taman itu. aku tak menyangka.. begitu indah suasana taman tersebut dengan lampu lampion-lampion yang khas terpampang disana. Dekorasi lampu-lampu kecil di setiap pohon yang mengelilingi menambah indah suasana taman itu. aku duduk di kursi putih taman itu. tiba-tiba beberapa saat aku memejamkan kedua mataku dan membukanya kembali aku melihat sesosok putra di depan mataku. Dia tampak berbeda dari dahulu, aku tak percaya kini dia ada di depan mataku, atau mungkin ini hanya ilusiku.

“happy birthday jelita.. aku nepatin janjiku kan , kita pasti bertemu kembali. Dan aku pasti kembali.”

“ini benar kamu?’’ tanyaku tak percaya.

“iya, ini aku. aku putra.”

“kemana aja kamu, kamu gatau aku disini sedih mikirin kamu, kamu gak ada kabar dan hilang gitu aja.”

“maafin aku, aku Cuma gak mau ganggu konsentrasi belajar kamu.”

Putra menghampiriku dan memberiku sekotak bingkisan tanda ucapan ulang tahunku. Dan ternyata itu adalah sebuah kalung yang berukiran tulisan nama kita berdua. Gaun cantik yang aku kenakan malam itu saat ulang tahunku berwarna putih, dan juga putra, membawa bunga mawar merah kesukaaanku dan ia mengenakan jas kemeja putih.

“aku janji gak akan ninggalin kamu lagi. Aku gak bisa tanpamu. Aku mencintaimu, aku sayang kamu jelita.” Kini dia menggutarakan isi hatinya, hanya itu kata yang aku tunggu selama ini dari mulutnya.

“akupun begitu. Ini adalah hari terindahku. Kamu kembali, untuk menjadi sahabatku, juga kekasih bagiku…..”

_The end_

Kamu suka nulis cerpen,ayo-ayo tampilin cerpen kamu disini biar dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya,kirim cerpen hasil karyamu ke email ini bagindaery@gmail.com
21.57 | 0 komentar | Read More

Cerpen Spesial Cinta= Maafkan Aku

http://2.bp.blogspot.com/-CyDfWk9IMMc/Tql2HHB2QLI/AAAAAAAAAw4/ny62qQ3snvw/s1600/MAAFKAN%2BAKU.jpg
“Huft...” Seorang cewek berparas manis menghembuskan nafas berkali-kali.

“Lo kenapa sih? Daritadi menghela nafas kayak ikan kehabisan oksigen!” Komentar cewek berambut sebahu.

“Gue bingung, gimana gue harus bilang sama Azzam soal kepindahan gue ke Jakarta.”

Cewek bernama Ajeng tersebut menoleh pada Nidya, sahabatnya. “Lo beneran mau pindah ke Jakarta?”

Nidya mengangguk. “Bokap gue harus ngurus bisnisnya disana. Gue bingung, Jeng! Lo tahu kan akhir bulan Azzam ulangtahun, sedangkan lusa gue udah harus pindah.”

“Hei! Cewek-cewek lagi pada gosipin apa nih? Kayaknya seru banget.” Azzam, cowok yang sedang menjadi topik perbincangan Nidya dan Ajeng tiba-tiba muncul.

Ajeng melirik Nidya sejenak sebelum akhirnya menjawab. “Kita lagi ngebahas soal kepindahan Nidya ke Jakarta.”

Nidya membungkam mulutnya, dia tak percaya dengan jawaban yang dilontarkan Ajeng. Sungguh, hatinya belum siap untuk menjelaskan semuanya pada Azzam.

“Pindah? Nidya mau pindah ke Jakarta? Lo bercanda kan, Jeng?” Azzam bertanya gusar.

“Gue serius! Kalau lo nggak percaya, tanya aja tuh sama orangnya.”

Azzam menggeser duduknya disamping Nidya. “Sayang, benar kamu mau pindah ke Jakarta?”

Nidya menggigit bibirnya. “Iya, lusa aku harus pindah.”

“Kenapa kamu baru bilang sekarang?” Azzam menatap mata Nidya.

“Aku--aku takut! Kalau aku cerita, kamu akan memutuskan hubungan kita.” Dua bulir kristal bening menetes dari kedua pipi Nidya. “Aku belum siap kalau semua itu terjadi.”

“Sayang, kenapa kamu bisa punya pikiran sepicik itu? Aku nggak mungkin memutuskan hubungan kita cuma gara-gara kepindahanmu.” Azzam menghapus airmata Nidya. “Atau mungkin kamu yang ingin mengakhiri hubungan ini?”

Nidya menggeleng kuat-kuat. “Itu keinginan terakhir dalam hidupku.”

“Tapi kamu harus janji, kamu tetap harus datang pada pesta ulangtahunku. Oke?” Azzam mengusap lembut rambut Nidya.

“Ehem! Bisa nggak kalian akhiri acara drama mellownya? Gue empet nih cuma jadi obat nyamuk.” Ajeng menyeletuk.
*
Tiba saatnya Nidya harus pindah. Sayangnya Azzam dan Ajeng tidak bisa mengantarnya karena harus ikut pelajaran di sekolah. Terlebih lagi hari ini ada tiga ulangan, jadi Nidya harus mengerti bahwa kekasih dan sahabatnya tidak bisa berada di Airport untuk melepas kepergiannya.

Sesungguhnya Nidya merasa sedih harus jauh dari Azzam, hubungannya yang sudah berlangsung hampir dua tahun apa sanggup bertahan saat jarak memisahkan? Dirinya takut, Azzam akan melupakannya. Atau mungkin dia yang melupakan Azzam?
*
Hari baru, kota baru, suasana baru dan sekolah baru. Nidya menjejakkan kakinya malas menuju ruang Kepala Sekolah, ditempat dia akan menuntut ilmu. SMA Taruna adalah salah satu SMA favorit yang terletak di Jakarta Pusat. Kini, Nidya menjadi salah satu penghuni disana.

“Kamu murid pindahan dari Surabaya itu kan?” tanya seorang lelaki berkumis tebal yang tak lain adalah Kepala Sekolah SMA Taruna.

“Iya, Pak!”

“Kamu masuk dikelas XI IPA-2, saya sudah menyuruh ketua kelas untuk kesini.”

Tok..Tok..Tok..

“Permisi, Pak!” Seorang cowok bersuara bariton memberi salam dan masuk kedalam ruangan.

“Farid, ini murid pindahan yang Bapak ceritakan. Tolong kamu bantu dia beradaptasi selama beberapa hari.” Ucap Kepala Sekolah pada cowok bernama Farid itu.

“Nidya, mulai sekarang kalau tidak ada yang mengerti kamu bisa tanyakan pada Farid.” Lanjut Kepala Sekolah mengagetkan Nidya yang sedang asyik menunduk menekuri sepatunya sambil memikirkan Azzam.

Demi kesopanan, akhirnya Nidya menoleh pada cowok disampingnya dan tersenyum. Tapi perlahan senyumnya lenyap ketika mengenali sosok cowok itu. “Farid? Kamu Muhammad Al Farizzi kan?”

Farid mengangguk. “Dan kamu Nidya kan?”

“Kalian sudah saling mengenal? Bagus kalau begitu! Tapi lanjutkan nostalgianya diluar, Bapak banyak tugas yang harus dikerjakan.” Tegur Kepala Sekolah dengan halus, melihat kelakuan kedua anak didiknya tersebut.

“Maaf, Pak! Terimakasih.” Nidya meninggalkan ruang Kepala Sekolah diikuti Farid di belakangnya.

Nidya berjalan cepat, dia mengutuk takdir yang mempertemukannya lagi dengan Farid. Sungguh, Nidya enggan harus bertatap muka dengan cowok itu.
“'Nidya! Tunggu! Kenapa lo menghindari gue?” Farid mencekal tangan Nidya, menahannya pergi.

Nidya menepis pegangan tangan Farid. “Jangan sok akrab!”

“Tapi bukankah hubungan kita memang akrab? Apa lo lupa semua kenangan tentang kita?”

“Hah? Setelah tiga tahun lo menghilang, sekarang lo bilang kenangan kita? Buat gue, kenangan kita udah mati!”

“Gue minta maaf, Nid. Sungguh gue gak bermaksud ninggalin lo begitu aja. Gue bisa menjelaskan semuanya.” Farid menatap Nidya sendu.

“Maaf, tapi penjelasan lo sudah terlambat! Sekarang gue sudah punya kekasih yang mencintai gue seperti gue mencintainya.”

Farid terenyak mendengar perkataan Nidya, padahal selama ini dirinya selalu menanti Nidya. Hatinya tak pernah lepas dari sosok dan nama Nidya. Tapi, dengan gampangnya Nidya berubah? Melupakannya begitu saja?
***
“Hallo? Azzam?” Nadya bersuara ketika pada deringan kelima akhirnya Azzam mengangkat telepon.

“Sori, gue Ajeng. Azzam lagi sibuk, Nid. Lo tahu kan, lusa Azzam ada pertandingan break dance?”

Sejenak, Nidya merasa kesal. Kenapa sudah dua hari ini Nidya telepon Azzam, selalu saja Ajeng yang mengangkat. “Please, bentar aja, Jeng! Gue kangen sama Azzam.”

“Gimana ya? Lo tuh harusnya bisa ngertiin Azzam, dia butuh banyak konsentrasi. Ntar gue sampein deh ke Azzam.”

Tutt..tutt..tutt
Telepon diputus

“Apa sih maksud Ajeng? Kenapa sekarang dia berubah?”

Memang sebenarnya Ajeng adalah teman Azzam dari kecil. Sedangkan Nidya baru mengenal Ajeng dua tahun belakangan ini.

Farid menepuk bahu Nidya. “Lo kenapa, Nid?”

“Gue kangen Azzam--cowok gue. Udah dua hari dia gak ada kabar.”

“Daripada lo sedih dan manyun terus, mendingan lo ikut gue sekarang.” Tanpa menunggu jawaban Nidya, Farid menarik pelan tangan Nidya dan menuntunnya ke mobil.

“Sebenernya kita mau kemana sih, Rid?”

“Ketempat favorit lo saat lo sedih.”

Farid menepikan mobilnya di parkiran Ancol.

“Mau apa kita kesini?”

“Kan tadi gue udah bilang kalau gue mau ngajak lo ke tempat favorit lo, biar lo gak sedih lagi.” Farid tersenyum. “Sekarang mending lo turun.”

Nidya menuruti Farid, tapi tetap saja pikirannya masih belum bisa lepas dari Azzam.

Nidya tertegun ketika Farid mengajaknya masuk ke suatu tempat bertuliskan 'Planetarium'. “Lo masih ingat?”

“Gue selalu inget apapun tentang lo. Lo kan selalu bilang, saat pikiran lo lagi kalut atau sedih semua bisa terobati saat lo menatap bintang.”

Nidya menitikkan airmata. Entah apa yang membuatnya menangis, Azzam atau Farid?

“Kenapa lo nangis? Lo gak suka?”

Nidya menggeleng.

“Atau lo ingat soal cowok lo? Lebih baik lo lupain cowok yang cuma bisa buat lo nangis.” Farid menyentuh dagu Nidya dan mendongakkannya. “Disini ada gue, yang lebih perhatian sama lo. Lupain aja cowok lo itu.”

“Gue sayang sama dia...”

“Sstttt....” Farid mendekatkan wajahnya pada Nidya, dengan perlahan tapi pasti Farid mengecup lembut bibir Nidya.

Untuk beberapa saat Nidya menikmati kecupan lembut itu. Tapi tiba-tiba bayangan Azzam terlintas di otaknya.

“Lo apa-apaan sih!” Nidya menampar Farid dan pergi meninggalkannya.
***
Sudah beberapa hari ini Nidya menghindari Farid. Bahkan untuk sekedar melihat wajahnya saja Nidya malas.

“Ya Tuhan, semoga Azzam yang angkat.” Nidya berdoa dalam hati ketika menekan tombol hijau di handphonenya.

“Hai sayang, kok tumben telepon?” Suara Azzam terdengar lembut di seberang sana.

“Azzam? Kemana aja kamu? Aku telepon kamu selalu sibuk.”

“Maaf sayang, kamu kan tahu kalau aku ada turnamen break dance. Dan aku senang banget kelompokku maju ke babak final.”

Mendengar suara Azzam yang bersemangat entah kenapa Nidya jadi tidak ingin marah lagi.

“Sayang, maaf ya aku harus latihan lagi. Nih ada Ajeng, katanya dia kangen mau ngomong sama kamu.”

“Oke deh, semoga kelompok kamu jadi juara ya. Love you.”

“Makasihhhh sayang.”

“Kenapa Azzam gak balas ucapan cinta gue? Apa dia gak denger?” Nidya berkata lirih.

“Lo pengen tahu kenapa Azzam sekarang berubah sama lo?” Tiba-tiba suara Ajeng terdengar dari seberang sana.

“Ajeng? Emang lo tahu kenapa Azzam berubah?”

“Sebenernya gue gak enak mau cerita sama lo. Tapi karena lo temen gue, jadi lebih baik gue kasih tahu lo yang sebenernya.”

Nidya makin penasaran dengan perkataan Ajeng yang dirasa berputar-putar. “Soal apa?”

“Udah lama Azzam curhat sama gue kalau dia jenuh sama hubungan kalian. Sebenernya dia pengen mengakhiri semuanya, tapi dia menunggu waktu yang tepat.”

“Hah? Maksud lo apa?”

“Kalau lo emang sayang sama Azzam, sebaiknya lo yang mengakhiri hubungan kalian. Daripada Azzam tersiksa harus terus berpura-pura mencintai lo.”

“Lo--bercanda kan, Jeng?”

“Buat apa gue bercanda soal beginian? Apa lo gak ngerasa kalau Azzam ngejauhin lo? Setiap lo telepon selalu gue yang angkat, itu karena Azzam malas mau ngomong sama lo.”

“Oke...kalau itu membuat Azzam bahagia gue rela.” Nidya memutuskan sambungan telepon dengan gemetar, kristal bening perlahan mengalir dipipi tembamnya.

***

Satu minggu sudah Nidya tidak pernah lagi menghubungi Azzam, begitu juga sebaliknya Azzam tidak pernah menghubungi Nidya. Nidya amat sangat terpukul mengetahui ternyata semua perkataan Ajeng benar adanya.

Bahkan, hari ini saat ulangtahun Azzam, Nidya sengaja melupakannya. Ucapan ulangtahun maupun kado yang sudah dipersiapkannya kini sudah ada ditempat sampah.

“Nid, sebaiknya lo sekarang ikut gue.” Farid mengagetkan Nidya yang sedang asyik merenung.

“Kenapa sih lo selalu ganggu gue? Semenjak lo datang hidup gue hancur!”

“Gue minta maaf udah bikin hidup lo hancur.” Farid terpukul. “Tapi...sebaiknya lo sekarang lo ikut gue. Karena ini antara hidup dan mati.”

“Lo ngomong apa sih? Gue gak paham sama sekali.”

“Kalau gue jelasin sekarang keburu terlambat.” Dengan tergesa Farid menarik tangan Nidya dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

Selama perjalanan Nidya diam saja, pikirannya sibuk menerka-nerka kemana Farid akan mengajaknya.

“Rumah Sakit Fatimah? Ngapain kita kesini? Siapa yang sakit?”

“Penjelasannya nanti aja, mending sekarang turun.”

Nidya menuruti Farid dan segera turun dari mobil. Perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak. Pikiran buruk silih berganti melintas dipikiran Nidya.

Farid setengah berlari sembari menggandeng tangan Nidya. Perjalanan mereka berakhir didepan kamar bertuliskan Anggrek 15.

“Ajeng? Kenapa lo ada disini?” Nidya kaget melihat Ajeng sedang berlinangan air mata. “Kenapa lo nangis?”

“Ngapain lo kesini? Belum cukup lo bikin Azzam menderita? Semua gara-gara lo!” Ajeng mendorong tubuh Nidya hingga tersungkur.

“Azzam? Kenapa lo bawa-bawa Azzam? Ada apa sebenernya?”

“Padahal gue udah bohongi Azzam! Gue bilang lo selingkuh, tapi dia gak percaya. Akhirnya dia nekat datang ke Jakarta, tapi sesampainya disini gue ancam dia kalau gue akan bunuh diri! Saat gue berdiri ditengah jalan, Azzam mendorong gue ketika ada truk mendekat!” Ajeng semakin murka. “Semua ini gara-gara lo! Kalau Azzam gak kenal sama lo, semua ini gak akan terjadi! Dan pastinya Azzam akan jadi milik gue! Padahal hari ini hari ulangtahun Azzam!”

“Azzam kecelakaan?”

“Ajeng! Kenapa lo nyalahin Nidya? Dia gak salah apa-apa!” Farid angkat bicara. “Lebih baik kita masuk kedalam aja.”

Nidya langsung berlari ketika melihat tubuh orang yang dicintainya terbaring lemah tak berdaya. Bermacam-macam selang menancap ditubuh Azzam.

“Zam, kenapa kamu? Jangan tinggalin aku, bangun dong!” Nidya mengguncang pelan bahu Azzam.

“Maafin aku, Zam! Aku sayang sama kamu! Buka mata kamu.” Nidya sesenggukan.

Azzam membuka matanya. “Nid..ya..?”

“Azzam? Kamu kenapa? Tolong cepat sembuh, aku butuh kamu.”

Azzam tersenyum sayu. “Ak..u ras..a wak.tu ku uda..h ga..k bany..ak lag..i..”

“Kok kamu ngomong gitu sih?”

“Jan..gan sed..ih sayan..g, mana u..capan ula..ngtah..un bu..at ak..u?” Azzam mencoba tersenyum.

“Happy Birthday sayang! Kamu harus sembuh, kita rayakan ulangtahunmu sama-sama!” Nidya mengecup bibir Azza lembut. Tubuhnya gemetar karna menahan tangis yang kian menjadi.

“Zam, maafin gue. Gue udah egois dan buat lo jadi begini.” Ajeng mendekati Azzam.

“Gu..e ud..ah maaf..in l..o, tolo..ng jaga..in Nid..ya. Lo haru..s bertema..n bai..k sam..a di..a..”

“Kenapa kamu ngomong gitu, Zam? Jangan pergi tinggalin aku! Aku butuh kamu disini.” Airmata Nidya semakin deras mengalir.

“Ak..u saya..ng sam..a kam..u..” Perlahan Azzam menutup matanya dan monitor jantung berubah menjadi garis lurus.

“Tidaaakkkkkkkkkk!!” Nidya berteriak kencang.

Farid langsung maju dan memeluk Nidya. “Lo yang sabar ya, hidup dan mati seseorang udah digariskan.”

Seorang dokter masuk dan mencoba alat pacu jantung untuk menolong Azzam. Tapi takdir berkata lain, Azzam sudah tidak bisa ditolong.

“Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin.”

“Azzaaammmmmmmm.” Nidya jatuh pingsan ketika melihat wajah orang yang dicintainya tertutup kain putih.

Begitu naas nasib Azzam, hari kelahirnya berubah menjadi hari kematiannya. Tapi itulah takdir, kita tidak bisa meramalkan hidup dan mati seseorang. Semuanya adalah kuasa sang Ilahi.
Thanks to : @Jennifer_Zhie

by: http://hargaikataku.blogspot.com/2013/07/cerpen-cinta.html
21.45 | 0 komentar | Read More

CERPEN SPESIAL HIBURAN= PAGI ITU

Pagi itu...http://pendoasion.files.wordpress.com/2012/05/fajar-pagi.jpg
Pagi buta menyapa, kokokkan ayam bersenada di sudut kota kelahiranku, Jakarta. Wanita sempurna yang ku panggil Ibu selalu membangunkanku dengan suaranya yang lembut, menyediakan segelas susu murni dan sendwich lengkap dengan telur mata sapi setengah matang di masak pada wajan yang panas.
Baju dan sepatu ku sudah rapih berjajar, meski kemarin aku sempat menumpahkan tinta spidol guruku yang tak sengaja mengenai baju seragamku.
Aku anak muda (ABG) yang baru menginjak bangku kelas 11 SMA ternama di kotaku, namuku Ihsan, dilihat dari namanya sich kaya anak religi tapi ya gitu dech. Teman-temanku biasa memanggilku sanz, aku belum pernah merasakan pacaran, bagiku pacaran itu hal yang aneh, dikit dikit harus bilang, dikit dikit ngambek so i’m singgle and very happy.
Suatu pagi saat aku bangun dari matiku yang sebentar, aku kaget bukan main, seorang wanita yang kukagumi tiba
-tiba tak membangunkanku lagi.
“Haaaa sudah jam 7, gua kesiangan...”teriakku.
“Mam mana bajuku, cepetan aku kesiangan nich”.
Tak ada yang nyangut, aku segera beranjak dari ranjang menuju kamar mandi, ku banting pintu wc ku dengan keras, aku bergerutu dalam hati kenapa wanita itu tak membangunkanku, tiba-tiba terdengar suara gagang pintu dibelokkan, perlahan terdengarlah suara kaki berjalan, ku segera keluar dari wc dalam keadaan setengah berbusana dan siap mengomeli mamah, tapi
“Aaaa...”
Dua suara bersamaan berbunyi diiringi mata yang sedikit keluar, ku masuk lagi ke wc.
“Bibi gimana sich, kalau mau masuk ketuk pintu dulu donk, aku kira kan mamah”.
“Ma maaf den, bibi kira bukan ada maling, ekh ada maling tapi ko ada enden ya..”.
“Akh ngawur kamu, mana mamah, aku kesiangan tahu cepet panggil”.
“Maaf den, nyonya tadi pergi buru-buru ke Jakarta ekh ke Jogja, ada rapat penting, tadinya mau bangunin den Ihsan tapi masih tidur jadi tidak ingin mengganggu”.
“Akh, pergi sana”.
Waktu menunjukan pukul 7.22 menit 14 detik, bel sekolah akan berbunyi 2 menit 46 detik lagi sedangkan waktu yang harus aku tempuh untuk sampai ke sekolah sekitar 23 menit, alamak habislah aku apalagi hari ini ada ulangan fisika dengan guruku yang botak di depan dan salah satu tangannya memegang satu lidi. Tanpa sarapan aku bergegas naik mobilku, supirku berteriak
“Den mau kemana, tunggu saya”.
“Akh ribet aku kesiangan, bawa kamu malah makin kesiangan”.
Kecepatan penuh sudah aku siapkan, melaju dengan cepat tanpa lihat kiri kanan bahkan mobil dipinggirku hampir tergelincir dan ku abaikan, namun pada saat ada pertigaan aku menyerobot lagi mobil yang kedua kalinya, namun mobil itu tergelincir kepekarangan warga. kepalaku sedikit keluar jendela dan berkata
“Hei maaf, lain kali aku ganti”.
Aku was-was, tapi aku lanjutkan perjalananku hingga tiba di jalan raya utama yang macetnya minta ampun, aku terjebak, mobilku tak bisa keluar, aku berada ditengah-tengah dempetan mobil yang ingin mencari jalan keluar. Tanpa pikir panjang ku keluar meninggalkan mobilku dan menelpon supirku
“Ambil mobil aku di jalan raya Utama no. 5 sekarang, cepat !”.
Ku berlari sambil terengah-engah, tiba di sudut jalan sambil mengatur nafas ku lirik ke kanan, ternyata ada ojek yang parkir disana, terpaksa aku harus naik ojeg.
“Pegangan yang kuat ya de”. Ucap tukang ojeg itu.
Dengan ngebutnya ojeg melaju kencang berlaga bak pembalap di medan laga, selap selip di jalan yang macet, lalu menempuh jalan pintas ke pemukiman warga yang ku tak pernah tahu ujungnya kemana, hanya ada rumah-rumah kumuh warga dan jalan setapak. Saat di jembatan kecil, tiba-tiba menghadang sekawanan ayam yang lewat, motor pun di rem mendadak, aku terpanting ke selokan kecil yang penuh air comberan, untungnya hanya setengah bagian celanaku saja yang basah dari ujung sepatu kiri sampai lutut, karena tanganku menahan ke pohon kelapa. Ya ampun kalau tidak ulangan, ogah dech aku harus ke sekolah. Tapi jarak ke sekolah tinggal 7 menit lagi, ok lah aku sabar dulu tuk hari ini. Segera ku naik ojek kembali dan akhirnya pintu gerbang sekolahku di depan mata. Ku bayar ojek itu dengan selembar uang kertas bernilai 50.000 rupiah, padahal ongkos ojeg hanya 15.000 rupiah. Aku tak punya waktu tuk menunggu uang kembaliannya.
“sudahlah ambil saja kembaliannya”.
Muka si tukang ojek berseri. Waduh ternyata perjuanganku belum selesai, gara-gara terpanting ke selokan tadi, waktu yang ku prediksi meleset, lebih 11 menit dari perkiraan. Waktu sudah menunjukkan pukul 7.56 menit dan yes pintu gerbang terbuka kebetulan ada mobil yang sepertinya tak asing bagiku tapi biarlah, dengan perlahannya aku masuk gerbang dan melewati pos satpam yang kebetulan sedang melapor ke ruang kepala sekolah.
Serasa tahanan yang bebas dari sel penjara, ku berlari masuk kelas di lantai 2, tapi aneh kok anak-anak pada ngobrol bahkan ada yang main kapal-kapalan dari kertas. Saat aku masuk, teman-teman menertawaiku yang bau comberan dan basah. Aku tanya salah satu temanku bernama deva.
“Mana bapak fisika ?”.
“Waduh, ente kemana aja sob, kenapa anak mamih bau dan basah, baru ganti parfum ya, hahaha “.
“Udahlah jangan tanya, kemana sich ?
“I don’t know sob, tadi sich guru piket bilang, kalau pak fisika ada masalah di jalan jadi kesiangan’’.
Kalau tahu begini aku gak akan cepet-cepet ke sekolah, udah mamahku gak ada, mabil aku tinggal, baju bau yang kemarin, perut keroncongan, hampir nyelakain orang, parahnya lagi aku naik ojeg plus nyebur ke selokan, akh malangnya nasibku.
Tiba-tiba ada yang membuyarkani lamunanku yang singkat.
“Pagi anak-anak, maaf bapak terlambat. Malam tadi bapak tidur hanya 3 jam, karena mempersiapkan untuk ulangan kalian, satu minggu bapak mempersiapkannya dan tadi malam sebagai finis dari persiapan itu, tapi sayangnya perjuangan bapak mempersiapkan untuk ulangan kalian harus ditunda minggu depan karena waktu pelajaran ini hampir habis. Kalian tahu, tadi bapak ada masalah di jalan, ada orang yang tidak bertanggung jawab menyerempet mobil bapak, padahal bapak sudah menyetir mobil dengan sangat hati-hati”.
Aku kaget bukan main, jangan-jangan orang yang aku serempet itu bapak fisika, oh my god, bagaimana nasibku.
“Kalian kalau punya mobil jangan sombong, untung bapak yang kena kalau orang lain kan bahaya, yang lebih parahnya lagi tersangkanya itu ada diantara kalian dan harus ikut bapak ke kantor kepala sekolah sekarang juga...”.
Itu benar bapak, aku menunduk kemudian bapak fisika menggebrak meja dan berkata.
“Ikhsan, ikut bapak sekarang juga !”.
Semua menoleh ke arahku, aku pasrah dan menghela nafas panjang, sungguh pagi yang luar biasa.

by: http://projectsastraej.blogspot.com/2013/03/cerpen-hiburan.html
20.02 | 0 komentar | Read More

CERPEN HIBURAN DAN INSPIRATIF= Saudagar Jerami

http://thetheadiary.com/wp-content/uploads/2011/12/Saudagar-Jerami.gif 
Dahulu kala, ada seorang pemuda miskin yang bernama Taro. Ia bekerja untuk ladang orang lain dan tinggal dilumbung rumah majikannya. Suatu hari, Taro pergi ke kuil untuk berdoa. "Wahai, Dewa Rahmat! Aku telah bekerja dengan sungguh-sungguh, tapi kehidupanku tidak berkercukupan". "Tolonglah aku agar hidup senang". Sejak saat itu setiap selesai bekerja, Taro pergi ke kuil. Suatu malam, sesuatu yang aneh membangunkan Taro. Di sekitarnya menjadi bercahaya, lalu muncul suara. "Taro, dengar baik-baik. Peliharalah baik-baik benda yang pertama kali kau dapatkan esok hari. Itu akan membuatmu bahagia."

Keesokan harinya ketika keluar dari pintu gerbang kuil, Taro jatuh terjerembab. Ketika sadar ia sedang menggenggam sebatang jerami. "Oh, jadi yang dimaksud Dewa adalah jerami, ya? Apa jerami ini akan mendatangkan kebahagiaan…?", pikir Taro. Walaupun agak kecewa dengan benda yang didapatkannya Taro lalu berjalan sambil membawa jerami. Di tengah jalan ia menangkap dan mengikatkan seekor lalat besar yang terbang dengan ributnya mengelilingi Taro di jeraminya. Lalat tersebut terbang berputar-putar pada jerami yang sudah diikatkan pada sebatang ranting. "Wah menarik ya", ujar Taro. Saat itu lewat kereta yang diikuti para pengawal. Di dalam kereta itu, seorang anak sedang duduk sambil memperhatikan lalat Taro. "Aku ingin mainan itu." Seorang pengawal datang menghampiri Taro dan meminta mainan itu. "Silakan ambil", ujar Taro. Ibu anak tersebut memberikan tiga buah jeruk sebagai rasa terima kasihnya kepada Taro.

"Wah, sebatang jerami bisa menjadi tiga buah jeruk", ujar Taro dalam hati. Ketika meneruskan perjalanannya, terlihat seorang wanita yang sedang beristirahat dan sangat kehausan. "Maaf, adakah tempat di dekat sini mata air ?", tanya wanita tadi. "Ada dikuil, tetapi jaraknya masih jauh dari sini, kalau anda haus, ini kuberikan jerukku", kata Taro sambil memberikan jeruknya kepada wanita itu. "Terima kasih, berkat engkau, aku menjadi sehat dan segar kembali". Terimalah kain tenun ini sebagai rasa terima kasih kami, ujar suami wanita itu. Dengan perasaan gembira, Taro berjalan sambil membawa kain itu. Tak lama kemudian, lewat seorang samurai dengan kudanya. Ketika dekat Taro, kuda samurai itu terjatuh dan tidak mampu bergerak lagi. "Aduh, padahal kita sedang terburu-buru." Para pengawal berembuk, apa yang harus dilakukan terhadap kuda itu. Melihat keadaan itu, Taro menawarkan diri untuk mengurus kuda itu. Sebagai gantinya Taro memberikan segulung kain tenun yang ia dapatkan kepada para pengawal samurai itu. Taro mengambil air dari sungai dan segera meminumkannya kepada kuda itu. Kemudian dengan sangat gembira, Taro membawa kuda yang sudah sehat itu sambil membawa 2 gulung kain yang tersisa.

Ketika hari menjelang malam, Taro pergi ke rumah seorang petani untuk meminta makanan ternak untuk kuda, dan sebagai gantinya ia memberikan segulung kain yang dimilikinya. Petani itu memandangi kain tenun yang indah itu, dan merasa amat senang. Sebagai ucapan terima kasih petani itu menjamu Taro makan malam dan mempersilakannya menginap di rumahnya. Esok harinya, Taro mohon diri kepada petani itu dan melanjutkan perjalanan dengan menunggang kudanya.

Tiba-tiba di depan sebuah rumah besar, orang-orang tampak sangat sibuk memindahkan barang-barang. "Kalau ada kuda tentu sangat bermanfaat," pikir Taro. Kemudian taro masuk ke halaman rumah dan bertanya apakah mereka membutuhkan kuda. Sang pemilik rumah berkata,"Wah kuda yang bagus. Aku menginginkannya, tetapi aku saat ini tidak mempunyai uang. Bagaimanan kalau ku ganti dengan sawahku ?". "Baik, uang kalau dipakai segera habis, tetapi sawah bila digarap akan menghasilkan beras, Silakan kalau mau ditukar", kata Taro.

"Bijaksana sekali kau anak muda. Bagaimana jika selama aku pergi ke negeri yang jauh, kau tinggal disini untuk menjaganya ?", Tanya si pemilik rumah. "Baik, Terima kasih Tuan". Sejak saat itu taro menjaga rumah itu sambil bekerja membersihkan rerumputan dan menggarap sawah yang didapatkannya. Ketika musim gugur tiba, Taro memanen padinya yang sangat banyak.

Semakin lama Taro semakin kaya. Karena kekayaannya berawal dari sebatang jerami, ia diberi julukan "Saudagar Jerami". Para tetangganya yang kaya datang kepada Taro dan meminta agar putri mereka dijadikan istri oleh Taro. Tetapi akhirnya, Taro menikah dengan seorang gadis dari desa tempat ia dilahirkan. Istrinya bekerja dengan rajin membantu Taro. Merekapun dikaruniai seorang anak yang lucu. Waktu terus berjalan, tetapi Si pemilik rumah tidak pernah kembali lagi. Dengan demikian, Taro hidup bahagia bersama keluarganya. 
by: http://jhosuaartana888.blogspot.com/2011/02/cerpen-hiburan.html
19.57 | 0 komentar | Read More

CERPEN SPESIAL HIBURAN= Menghargai Diriku Sendiri

http://khairunnisarofifah.files.wordpress.com/2012/11/rain.png?w=300&h=199 
Orang mengatakan bahwa jatuh cinta adalah hal paling indah yang pernah dialami oleh seseorang. Ketika seseorang merasakan yang namanya jatuh cinta, semua terasa begitu indah. Seseorang lebih suka tersenyum dan berimajinasi. Pikiran juga mulai terpusat hanya kepada satu orang. Ya, orang yang dicintai. Rasa penasaran juga mulai timbul, atau yang untuk saat ini kita sebut sebagai ‘kepo’. Semenjak jatuh cinta, seseorang juga mulai senang untuk mendengarkan lagu-lagu cinta khususnya lagu-lagu yang romantis.
Namun semua berbalik ketika seseorang mengalami patah hati (broken heart). Dunia yang dijalani terasa begitu suram. Hanya kesedihan yang dirasakan. Semangat pun mulai berkurang. Playlist yang dulunya berisi lagu-lagu bahagia berubah menjadi lagu-lagu galau. Padahal, lagu-lagu sedih yang didengarkan hanya akan membuat keadaan semakin terpuruk. Namun masih banyak orang yang suka terbawa suasana oleh lagu-lagu tersebut.
Sadar atau tidak, lagu-lagu sedih yang sering didengarkan ditambah dengan lirik lagu yang tidak menimbulkan semangat hanya akan memperburuk suasana. Salah satu contoh lirik lagu yang sebenarnya hanya akan menambah buruk suasana adalah ‘I’m nothing without you.’ Lirik ini berarti bahwa seseorang yang hidup tanpa orang yang dicintai hanya akan menjadi orang yang tidak berguna. Dimana hal ini disebabkan karena  orang yang ia cintai telah pergi meninggalkannya.
Terkadang, kita perlu memilih-milih lagu yang baik sebelum hendak mendengarkannya. Bukan hanya enak untuk didengar, namun kita juga harus memperhatikan lirik dari lagu itu sendiri. Apalagi jika kita mengerti bahasanya, pastinya kita akan tahu isi lirik lagu tersebut. Seseorang akan susah bangkit dari kesedihannya jika secara terus-menerus mendengarkan lagu-lagu bernuansa sedih ditambah dengan mendalami liriknya. Sesungguhnya, hal inilah yang harus dihindari karena hanya akan menambah beban pikiran seseorang.
Sebenarnya, banyak dari kita yang telah mengetahui bahwa mendengarkan lagu-lagu galau ditambah dengan berharap dan memikirkan seseorang yang belum tentu menjadi milik kita hanyalah suatu bentuk kesia-siaan. Dimana waktu kita terbuang hanya untuk memikirkan dan menantikan seseorang yang tak pasti. Namun masih saja banyak dari kita yang lebih memilih melakukan tindakan seperti itu dibandingkan melakukan kegiatan positif lainnya. Mengapa? Karena kita lebih menghargai orang lain dibandingkan menghargai diri sendiri. Hal ini bukan berarti kita tidak boleh menghargai orang lain. Maksud saya di sini adalah, belajarlah untuk menjadi orang yang cerdas. Jangan menjadi bodoh hanya karena disebabkan oleh satu orang yang belum tentu adalah jodoh kita.
Patah hati adalah salah satu hal yang menyakitkan. Namun cobalah untuk bersikap dewasa. Jangan hanya karena satu orang, anda mengorbankan orang-orang yang perhatian dengan anda. Jangan juga karena orang yang tak pasti, anda menyiksa diri anda sendiri dengan melarutkan diri anda dalam keadaan sedih. Belajarlah untuk menghargai diri anda sendiri. Percayalah dengan yang namanya ‘jodoh tak akan kemana’. Tuhan telah menyiapkan seseorang spesial yang akan mengisi kehidupan anda suatu saat nanti. Semua yang telah anda alami hanyalah sebuah proses yang harus anda jalani. Karena saya yakin, anda sendiri sudah tau bahwa tidak ada kebahagiaan yang dicapai dengan jalan yang mulus.
Cobalah untuk menghargai diri anda sendiri. Jangan biarkan diri anda tersakiti hanya karena memikirkan dan mengharapkan orang yang belum tentu masuk lagi dalam kehidupan anda. Menghargai diri sendiri itu penting untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dalam hidup kita. Jika kita tidak pernah menghargai bahkan tidak ingin memaafkan diri sendiri ketika berbuat salah, maka proses menuju kesuksesan dan kebahagiaan akan semakin sulit dicapai. Bagaimana bisa seseorang merasa bahagia jika tidak pernah menghargai diri sendiri?
Mendengarkan lagu-lagu yang bernuansa sedih bukanlah menjadi suatu hal yang fatal jika seseorang tidak larut dalam kesedihan itu. Maka dari itu, pengendalian diri merupakan hal yang sangat penting. Lebih mendekatkan diri pada Tuhan merupakan salah satu cara paling tepat yang dapat kita lakukan. Orang yang percaya akan adanya Tuhan pasti akan selalu meminta jawaban atas masalah yang sedang dihadapinya. Sebagai tambahan, cobalah untuk mendengarkan lagu-lagu yang dapat membangkitkan semangat anda. Bahkan jika anda tidak mengerti lirik lagunya (karena bahasa asing), itu akan lebih baik dibandingkan mendengarkan lagu dengan lirik lagu dan nada yang hanya bisa menjatuhkan semangat. Satu hla lagi yang perlu dilakukan adalah dengan selalu menanamkan kata-kata positif dalam hidup anda. Kekuatan dari sebuah kata itu juga besar kuasanya jika kita menanamkannya dalam hati. Maka dari itu, tanamkanlah kata-kata positif dalam diri anda untuk memberikan energi positif dalam kehidupan anda.
Di bawah ini adalah beberapa pertanyaan yang wajib anda tanyakan pada diri anda sendiri. Jika sebagian bahkan semua pertanyaan mengandung jawaban ‘tidak (tidak tahu)’, maka mulai saat ini anda harus benar-benar belajar untuk menghargai diri anda sendiri.
1. Anda mencintainya. Apakah dia mencintai anda?
2. Anda memikirkannya. Apakah dia memikirkan anda?
3. Anda menyimpan fotonya. Apakah dia menyimpan foto anda?
4. Anda mengingat ulang tahunnya. Apakah dia mengingat ulang tahun anda?
5. Anda meneteskan air mata untuknya. Apakah dia meneteskan air mata untuk anda?
6. Anda kehilangan nafsu makan dan menjadi lemas. Apakah dia juga akan kehilangan nafsu makan sama seperti anda?
7. Anda selalu berusaha untuk mencari perhatiannya. Apakah dia akan memperhatikan anda?
8. Anda selalu mencari-cari informasi tentang dia. Apakah dia juga mencari informasi tentang anda?
Di bawah ini adalah sebuah ilustrasi yang pastinya juga terjadi di dunia nyata:
A mengalami patah hati sehingga kehilangan semangat. Hal ini membuat pikirannya tertekan, merasa tak berdaya, dan tidak menjadi orang yang produktif. Setiap hari, ia selalu membuka Twitter B, orang yang ia cintai, namun hatinya semakin sakit ketika membaca tweet-tweetnya. Sudah merasakan sakit, hal itu masih saja ia ulangi. Orang ini juga masih menyimpan semua kenangannya bersama si B. Padahal, si B sudah menghapus semua kenangan indahnya bersama A. A selalu membiarkan dirinya larut dalam kesedihan dengan mendengarkan lagu-lagu galau. Di sisi lain, B dengan asyiknya mendengarkan lagu-lagu yang bisa membuat suasana hatinya bahagia. Semakin hari, badan A semakin kurus karena tidak nafsu makan. Sedangkan di sisi lain, si B bisa makan dengan lahapnya.
Berhentilah untuk menjadi orang yang terlalu kepo (selalu ingin tahu) untuk hal-hal yang bisa membuat pikiran anda tidak sehat. Hal itu hanya akan membuat hati anda semakin sakit. Diri anda itu berharga. Anda memiliki talenta yang wajib untuk dikembangkan. Untuk apa menantikan orang yang tak pasti tanpa melakukan sesuatu? Jalanilah kehidupan ini dengan bahagia. Lakukanlah hal-hal positif yang dapat mengisi hari-hari anda. Semua orang berhak untuk bahagia. Kebahagiaan seseorang dilihat dari bagaimana orang tersebut memperjuangkannya. Hanya orang bodoh yang tega membuat dirinya sendiri larut dalam kesedihan dan menunggu belas kasihan. Ingat, hargailah dirimu sendiri!
by: http://us.mjeducation.co/menghargai-diriku-sendiri/
19.55 | 0 komentar | Read More

CERPEN SPESIAL HIBURAN= Hukum Karma

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5qIoNI3jkTBJVoMmxJ_7-LLbJ54o0qShtjDLpa9JjYs_CzKLaIT_9LpvlC-hETblMXe2Q1bGNgf_kNPfSid5yHFwAOfqDRMLv74n1z6zRasi0ORC0Gc78kHcIe4MiQ65UmMT3t3eUO6uh/s200/mu1009126a00d8341c7b1d53ef01310ffe47b6970c-320wi.jpg 
“Dunia nggak akan kiamat hanya karena kamu di bullying”
***
Mata Milly yang coklat menerawang jauh menembus kaca jendela kelasnya. Beberapa kali ia melirik ke arah benda berdetak di sudut kelas. Ternyata bukan hanya Milly yang bersikap seperti itu. Hampir seluruh penghuni kelas! Bukan tanpa alasan mengapa mereka begitu tak sabar menanti. Sebab, seharusnya sudah dua menit yang lalu bel istirahat berkumandang, tapi sekarang mereka masih saja berkutat dengan pelajaran matematika.
Benar saja, tiga detik setelah bel berdering nyaring. Hanya dengan sekejap, setengah dari murid di kelas sudah tak berada di tempat
semula. Mereka semua sudah berhamburan menuju ke kantin, tempat tujuan wisata paling populer saat istirahat di sekolah. Apalagi, hari ini, ada promo spektakuler dari para penjual di kantin. Kebetulan, ada promo beli satu gratis satu yang sangat menyedot antusiasme siswa. Tak terkecuali Milly dan Pia yang notabene sedang dilanda kelaparan, akibat pelajaran yang mengandalkan angka itu. Tak ada salahnya kalau mereka turut berpartisipasi.
@@@
Dengan langkah yang tak kalah kalapnya dengan siswa yang lain, Milly dan Pia berusaha mendapat antrean di kantin bu Imah. Kantin inilah yang memelopori adanya event luar biasa itu. Beli spagheti satu piring, bonus satu piring lagi. Dan kini, antrean panjang pun tak bisa diantisipasi. Milly dan Pia pun jadi salah satu di antaranya. Kali ini, persediaan bonus hanya sejumlah lima puluh piring saja. Jadi tak heran kalau Milly dan Pia seperti orang kesetanan hari ini.
Tak terasa, yang awalnya Milly berada di antrean ke empat puluh delapan, kini beralih jadi antrean ke dua. Tinggal selangkah lagi ia berhak mendapatkan paket hemat dari kantin ini. Dengan segenap kobaran semangatnya, Milly berusaha sabar menunggu hingga detik terakhir. Itulah Milly, ia selalu berusaha dengan keras dan bersungguh-sungguh mendapatkan apa yang ia inginkan.
Namun, tiba-tiba di saat hiruk pikuk keramaian kantin membuat bising segala pelosok sekolah, muncul Andra dan beberapa temannya yang mengikuti. Ya, ‘Andra’ merupakan sebuah kata yang tak asing lagi di kalangan para murid. Terutama bagi anak populer. Semua mata tertuju padanya meski pun tengah menikmati hidangan nikmat sekali pun. Andra merasa ia merupakan anak paling populer dari segala anak yang merasa dirinya populer. Setidaknya itu menurut Milly dan Pia yang kurang peduli pada siswa seperti mereka.
“Permisi, Andra mau lewat. Mohon jangan mengganggu jalan,” seru Andra dengan percaya diri. Beberapa murid yang sedang antre sontak tak bisa berbuat apa-apa dan menyingkir begitu saja. Memberikan jalan pada raja hutan, dalam artian pada kawasan sekolah tentunya. Sementara Milly yang kebetulan sedang melamun jadi bingung sendiri melihat perubahan formasi antrean yang mendadak. Pia pun juga sudah memberi jalan.
“Lho?” kata Milly dalam hati. “Pia sama yang lain kok…???”
“Woi, kamu ngapain masih berdiri di situ? Andra, murid paling multitalented di sekolah ini mau lewat. Kamu nggak lihat?” tanya Roby, teman Andra. Milly diam dan bahkan pura-pura tidak mendengar. “Heh! Kamu!” ulang Roby teman gank Andra lebih sinis. Milly menunjukkan reaksi yang sama.
“Udah jangan, biar aku aja yang urusin anak kayak gitu,” tukas Andra dengan yakinnya.
“Hei, kamu! Siapa ya? Aku lupa namamu…Lily, Bily, atau apalah itu,” ujar Andra sarkastis. Milly yang merasa Andra sedang membicarakan dirinya sontak menoleh.
“Milly. Bukan Lily atau Bily,” jawab Milly menegaskan. Rasanya Milly muak juga melihat wajah sombong itu berdiri tepat di depan batang hidungnya. Memang Milly dan Andra tidak satu kelas, tapi kelas mereka bersebelahan. Andra kelas 8 B, sedangkan Milly 8A. Mereka berdua hampir tak saling kenal, hanya kadang kala bertemu saja seperti saat mereka di kantin seperti ini.
“Iya. Ya itu makdusku, eh maksudku,” kata Andra seraya berjoke ria (Pak Makdus merupakan nama guru matematika di kelas). Tapi bagi Milly, itu sama sekali tak berhasil membuatnya tertawa. “Eh, kamu jualan ya?” tanya Andra dengan nada yang agak
merendahkan.
“Hah? Jualan? Jualan apa? Aku nggak pernah jualan kok,” jawabMilly bingung dan kurang yakin.
“Lha itu, lihat aja. Jerawat segudang kamu bawa ke mana-mana kayak orang jualan. Emang mau dijual ya tuh jerawat?” celetuk Andra tanpa merasa bersalah. Sesegera mungkin siswa lain menyorakinya. “Mungkin ada yang tertarik untuk beli satu. Emang berapa harganya?” suasana semakin riuh.
Milly terperanjat kaget. Ucapan itu membuat Milly kaget sekaligus malu. Ia kaget karena tak pernah mengira Andra akan mengatakan hal sekejam itu padanya. Malu sebab, semua ini terjadi di tengah kerumunan siswa. Sungguh, Milly tersentak bukan main, insiden yang baru kalipertama ia alami. Ternyata benar rumor yang selama ini berhembus, kalau Andra memang suka seenaknya sendiri. Dan kali ini Milly benar-benar telah membuktikannya.
Milly diam dan sesekali melihat sekeliling. Gema suara tawa di atas penderitaan orang lain itu seakan menyayat hatinya dan membuatnya hancur seperti butiran pasir. Ia benar-benar malu saat ini. Ia tak tahu harus berbuat apa di situasi seperti ini. Kalau saja semua ini mimpi, pasti ia akan segera bangun dan segalanya akan baik-baik saja. Tapi ini sama sekali bukan mimpi!
Milly hanya bisa menelan ludah. Ia tak mampu mengangkat wajahnya, apalagi menatap Andra yang telah membuatnya malu setengah mati! Tak terkecuali Pia, ia jadi ikut sedih melihat sahabatnya jadi bahan pembicaraan.
“He! Maksud kalian apa sih? Normal kan kalau kita jerawatan di umur segini! Justru kalian itu yang nggak normal, ngomong nggak pakai hati dan otak!” Pia angkat bicara, meski pun Milly mencoba mencegahnya. “Ckck…, setahuku ngomong itu pakai mulut, bukan pakai hati atau otak,” celetuk Roby, tak mau kalah.
“Rob, kayaknya kita harus pergi deh. Jerawat nih anak, udah bikin aku jadi nggak pengen makan. Jadi kenyang duluan!” ujar Andra pada Roby dan beberapa temannya. Lantas, Andra, diikuti dengan teman-temannya pergi begitu saja tanpa memedulikan Milly yang masih mematung. Milly tak percaya, semua terjadi begitu cepat.
Tanpa disengaja, pelupuk mata Milly digenangi air mata. Tubuhnya jadi gemetar saat membayangkan bagaimana rupa dirinya tadi. Hatinya merasa pedih mengingat ucapan miris Andra tentang dirinya. Baginya semua ini begitu menyakitkan.
“Milly, kamu nggak apa-apa?” Pia mengelus bahu Millly. Ia tak tahu harus berbuat apa. Gerombolan Andra bubar sejak beberapa detik terakhir, namun Milly masih berdiri di sana, membiarkan orang berlalu lalang di dekatnya yang tengah dilanda kegetiran. Satu hal yang pasti, Milly tidak mendapatkan spaghetti, yang didapatkannya kali ini sebuah luka sayatan yang amat mendalam di hatinya.
“Milly, kamu nggak apa-apa?” ulang Pia. Milly menggeleng. Air matanya seakan memaksa untuk keluar. Dan benar saja, Milly menangis, air matanya begitu deras mengalir. Pia mengajak Milly untuk duduk di salah satu bangku. Ia mencoba menghibur Milly dengan berbagai macam kata. Namun nampaknya semua itu sia-sia belaka.
“Milly, kamu tahu gimana tabiatnya Andra kan?”
Milly sesenggukan. Ia bahkan sampai tak sanggup manjawab pertanyaan Pia. Lidahnya kelu.
“Kalau gitu mending kita ke kelas, dan jangan pikir tentang kejadian ini. Anggap semua ini nggak pernah terjadi. Inget, dunia ini
nggak bakal kiamat hanya karena kita dibullying!” ujar Pia menyemangati.
@@@
Sepulang sekolah, Milly masih dihantui perkataan Andra. Tak sedetik pun Milly mampu mengenyahkan ingatan kelam itu. Kini, ia merasa bahwa hatinya sedang dipenjarakan. Entah mengapa ia jadi seperti orang hilang yang terombang ambing di laut tanpa sebuah kepastian. Milly seakan sudah tak ingin hidup.
Tak hanya sehari ini saja Milly didera frustasi dan galau berkepanjangan karena ejekan Andra. Bahkan setiap hari, setiap detak jantungnya berdegup ia masih bisa merasakan rasa benci pada dirinya itu meluap. Bagaimana tidak, setiap hari semenjak insiden itu, berapa pasang mata menatapnya aneh. Milly seakan memiliki pandangan baru tentang dirinya, bahwa dia, Milly yang sekarang hanya sebutir debu yang kotor dan jelek. Membuat orang muak memandangnya.
Kini Milly berubah. Milly yang dulu periang meskipun seorang kutu buku jadi pendiam. Milly yang selalu bersikap manis kepada siapa saja, kini selalu murung, berusaha menghindar ketika bertemu dengan orang. Semua karena gara-gara jerawat yang bertengger di wajah manis Milly dan telah dijadikan bahan ejekan Andra!
@@@
Sebuah mobil sedan berhenti tepat di depan Milly yang sedang murung, matanya pun terlihat sembab. Tanpa ragu-ragu, Milly masuk ke dalam mobil tersebut, yang tidak lain mobil mamanya. Berselang lima menit semenjak keheningan di dalam mobil itu pekat memenuhi udara, mama angkat bicara.
“Milly, kamu kenapa? Kok beberapa hari ini diam. Mama lihat sekarang Milly selalu murung dan lebih banyak diam. Tidak seperti anak mama biasanya?”
Tak satu pun kata terlontar dari bibir Milly. Ia diam seribu bahasa. Tiba-tiba Milly kembali teringat kata-kata yang keluar dari mulut harimau Andra. Ia pun kembali merasakan kepedihan. Milly menangis. Mama yang baru menyadari kalau Milly menangis, lantas bertanya dengan paniknya, “Milly, kamu kenapa Nak?!” mama spontan memperlambat laju mobilnya.
“Ma, Milly mau perawatan kulit wajah! Milly malu sama jerawat Milly ini!,” seru Milly masih sambil menangis. Ia to the point kali ini.
“Apa?!” kini bahkan mama memberhentikan laju mobilnya dan menepi.
“Apa maksud kamu, sayang?” lanjut mama.
“Milly malu, Ma. Banyak anak yang ejek Milly cuma karena jerawat ini,” Milly menunjuk jerawat di pipi kanan-kiri Milly. Memang, ada
beberapa bintik yang bertengger di sana.
“Milly, kenapa harus malu, Nak? Bukannya normal kalau jerawat muncul di umur seperti kamu ini?” jelas mama. Lagi pula, jerawat
kamu itu, juga nggak mengurangi kecantikan alami kamu, Nak.”
“Tapi nggak ada yang punya jerawat sebanyak Milly, Ma. Milly malu,
karena jerawat ini bikin Milly jadi jelek,” tangis Milly semakin pecah. Wajahnya bahkan merah karena ia sedang naik darah.
Mama sebenarnya sudah tahu hal yang membuat Milly berubah beberapa hari ini. Pia menceritakan kejadian di kantin ketika mama Milly dua hari yang lalu meneleponnya bertanya tentang perubahan Milly. Jadi sebenarnya mama Milly sudah punya rencana di benaknya untuk menyadarkan Milly.
“Oke, kalau gitu,” mama memutar balik mobilnya. Beliau justru menuju jalur yang lain. Yang entah ke mana arah dan tujuannya. Tangis Milly sedikit mereda. Ia pikir mama akan mengajaknya ke tempat perawatan kulit. Tapi ia merasa heran, tak mungkin mama akan mengabulkan permohonannya secepat ini. Milly tetap diam dan berharap semua itu terjadi. Dalam diamnya, ia tentu berdoa.
@@@
Milly dan mama sampai di depan sebuah bangunan tua yang beberapa catnya sudah mengelupas. Di depan pagar bangunan tersebut, terdapat sebuah plakat dengan isi ‘YAYASAN ANAK INDONESIA’. Milly bingung, mau apa mama mengajaknya ke sini? Tapi ia lagi-lagi hanya bisa bungkam.
“Milly, ayo masuk,” ajak mama.
“Ta..tapi..,” sergah Milly. Mama bersikap tak acuh pada perkataan Milly. Mama tetap melangkahkan kakinya menuju ke sebuah ruangan. Setelah beberapa menit menunggu di depan ruangan, muncul seorang wanita berjilbab yang mempersilakan mereka masuk. Wanita itu terlihat ramah dan bersahabat. Mama dan wanita berjilbab berjalan berdampingan, sedang Milly berjalan di belakang mereka dengan tatapan asing pada lingkungan tersebut. Apalagi saat Milly melihat sekelompok anak berumur sekitar 8-14 tahun yang tengah bermain bersama. Juga saat ia melihat seorang gadis remaja duduk di atas kursi roda yang sebagian besar wajahnya tertutup perban.
“Nah, Milly sekarang salaman dengan Bu Ratna. Beliau merupakan kepala yayasan sekaligus pengurus tempat ini,” kata mama mengagetkan lamunan Milly.
Milly menjabat tangan Bu Ratna dengan senyum yang sedikit dipaksakan karena ia masih bingung. Seperti mengerti kebingungan Milly, Bu Ratna berkata pada Milly, “Wah cantik sekali kamu. Mmmhh, pasti kamu bingung, tempat apa ini? Dan mengapa anak-anak itu ada disini? Iya kan?” tanya Bu Ratna seraya mengedarkan pandangannya ke arah yang beliau maksud. Milly mengangguk dengan tak yakin.
Bu Ratna tertawa pelan dan mulai melanjutkan perkataanya, “Begini, sebenarnya saya ingin memperkenalkan kamu dengan semua anak-anak yang tinggal di sini. Tapi ada satu anak yang bagi saya sangat luar biasa.”
Milly tidak mengerti dengan ucapan Bu Ratna. Hingga akhrinya Bu Ratna mengajaknya ke suatu tempat.
“Milly, ayo ikut saya. Saya akan memperkenalkan kamu dengan seorang anak.”
Milly menatap mamanya. Mama memberi kode agar Milly mau ikut dengan Bu Ratna. Dan mau tak mau, Milly harus melakukannya.
“Nah, Milly. Ada beberapa hal yang ingin saya katakan. Tapi sebelumnya saya ingin minta maaf,” ujar Bu Ratna sesaat setelah mereka mulai jauh dari tempat mama berdiri.
“Iya, silahkan. Apa yang ingin Bu Ratna katakan?”
“Saya sudah mendengar semua hal tentang Milly dari Mama. Saya tahu bagaimana perasaan kamu jika saya ada di posisi itu. Tapi saya pasti akan bersikap lebih rasional lagi, dan akan berusaha membendung emosi. Bukan maksud saya menggurui. Tapi, sungguh saya memang pernah menjadi korban bullying juga,” Bu Ratna berhenti sejenak, suaranya jadi melemah. “Tapi, mereka semua telah membuka mata hati dan pikiran saya akan arti kehidupan,” senyum Bu Ratna mengembang. Beliau menunjuk ke arah kerumunan anak didiknya. “Ya, saya belajar banyak hal dari mereka. Termasuk bagaimana cara menerima diri sendiri apa adanya.”
Milly mengerutkan kening. Bingung.
“Milly kenalkan, ini Bilqis. Dia baru berumur empat belas tahun. Ia merupakan korban kekerasan,” Bu Ratna memperkenalkan. Nampak seorang gadis remaja berumur belasan, yang sebagian besar wajahnya tertutup perban, kecuali mata, hidung, dan bibir.
“Korban kekerasan?” tanya Milly.
“Ayahnya, menyiram wajah Bilqis dengan air panas. Dan itu membuat wajah Bilqis melepuh. Bahkan ia sudah divonis akan menderita cacat wajah seumur hidup. Bilqis kini juga jadi tuli, penglihatannya juga sudah agak buram. Tapi, semua ini tidak membuat Bilqis patah semangat. Sudah beberapa kali ini, ia memenangkan kontes menggambar. Dan itu membuat dia jadi lebih bersemangat. Kamu tahu, cita-cita Bilqis dulu adalah menjadi model majalah, tapi semua itu pupus begitu saja. Tapi ia tidak menyesal, katanya, dengan begini, ia akan selalu belajar untuk bersyukur.”
Tanpa disengaja air mata Milly turun di sela pipinya setelah mendengar penjelasan singkat dari Bu Ratna. Ia merasa sangat berdosa, pada dirinya dan Bilqis. Setidaknya sekarang ia mengerti mengapa mama mengajaknya ke sini. Tidak lain dan tidak bukan, karena mama hanya ingin Milly menghadapi suatu masalah dengan sikap yang dingin, bukan dengan menjerit dan menangis.
“Milly, ini,” Bu Ratna menjulurkan tangannya. Beliau memberikan foto Bilqis sewaktu ia masih berumur dua belas tahun, saat ia mengikuti sebuah kontes fashion show. “Bagaimana? Cantik bukan?” tanya Bu Ratna.
Milly tercekat. Lagi-lagi hatinya serasa ditimpa oleh palu martil, sakit. Betapa bodohnya ia selama ini. Setidaknya Milly masih bisa melihat wajah cantiknya setiap kali bercermin, sedangkan Bilqis? Sungguh, semua ini membuat Milly tersadar akan arti bersyukur. “Milly, selama kita masih diberi kesempatan untuk menikmati nikmat yang telah Tuhan berikan, jangan pernah menyiakannya. Justru dengan kekurangan yang mungkin kamu miliki saat ini, suatu saat kamu akan belajar dari segala kesalahan itu,” Bu Ratna tersenyum kecil. Milly pun ikut membalasnya, yang pasti dengan senyum yang lebih tulus dari tadi. Milly dan Bilqis pun berbicara menggunakan penerjemah, yaitu Bu Ratna. Hingga Milly pun terkesima melihat keagungan hati seorang Bilqis. Ya, sekali lagi, setidaknya Milly bersyukur sebab masih bisa melihat pantulan wajahnya di cermin. Tidak seperti Bilqis, mau pun orang lain yang lebih kurang beruntung darinya.
@@@
‘Lima tahun kemudian…
“Ndra, kayaknya kamu harus perawatan wajah,” ujar Roby. Mereka berdua sedang berada di dalam sebuah kamar kos. Mereka berdua
sama-sama kuliah di sebuah universitas di kota Surabaya. Dan kebetulan, lusa, mereka harus berubah jadi wartawan dadakan guna menyelesaikan tugasnya. Narasumber mereka ialah seorang model sekaligus redaktur sebuah majalah mode terkenal. Mereka harus melakukan wawancara seputar fashion yang mencakup segala trend atau style tahun ini. Malu juga kalau nanti lihat para model yang mayoritas perfect semua.
“Iya, gara-gara tugas ini, aku jadi stres jerawatku jadi makin banyak,” jawab Andra mencoba mencari alasan.
“Ndra, jerawat kamu itu bahkan udah overload. Aku jadi inget sama anak yang pernah kamu olokin dulu Ndra,” Roby mengingat-ingat sesuatu. Semua itu begitu saja melintas di benaknya.
“Siapa?”
“Milly.”
“Hah? Maksud kamu?”
“Ya, mungkin kamu kena karmanya,” jawab Roby sekenanya.
“Haha..,” Andra tertawa getir. “Nggak lucu, Bro.”
@@@
Andra dan Roby berdua datang ke kantor sebuah majalah fashion terkenal. Mereka memang membuat kesepakatan untuk melakukan wawancara di sana, di kantor narasumber. Sang model sudah menyatakan kesanggupannya via telepon kemarin.
Saat ini, mereka sedang berada di ruang tunggu. Kata resepsionis, Miss Ara, sang model sekaligus redaktur majalah masih meeting jadi mau tak mau mereka harus menunggu. Sambil menunggu, Andra merasa ingin ke kamar mandi. Hingga akhirnya ia pun pergi ke kamar mandi tanpa ditemani Roby tentunya.
Di tengah jalan, karena Andra benar-benar ingin segera sampai ke kamar mandi, ia pun memutuskan untuk berjalan cepat. Tapi siapa
sangka, di waktu yang bersamaan, seorang wanita tinggi semampai, berwajah cantik putih bersih, berhidung mancung berjalan dengan
langkah yang cepat, menuju arah yang berlawanan dengan Andra. Dengan waktu yang tak lebih dari dua detik, di pertigaan lorong tersebut, Andra bertabrakan dengan wanita tinggi semampai itu. Kedua jatuh tersungkur.
Andra yang baru menyadari bahwa ia baru saja menabrak seseorang, lantas meminta maaf. Saking takutnya, ia sama sekali tak berani
melihat wajah orang yang ditabraknya. “Maaf, maaf, saya benar-benar tidak sengaja. Tolong maafkan saya,” pinta Andra. “Saya benar-benar tidak sengaja.” “Iya, saya sudah memaafkan anda, bahkan jauh sebelum anda meminta maaf,” ujar wanita itu sambil berdiri, dan membersihkan roknya. Andra senang mendengar jawaban tersebut. Ia pun mendongakkan wajahnya dan tercengang melihat sosok wanita di depannya, “kamu??” Nada bertanya Andra kaget dan terkejut tak terhingga. Sosok cantik di hadapan Andra hanya tersenyum..menggangguk..dan berlalu dari hadapannya. Andra tercengang dan kelihatan shock. Ia pun berjalan pelan menuju ke tempat Roby menunggu…dengan muka…pucat pasi!
@@@
Sesampainya di ruang tunggu lobby wajah shock Andra masih terlihat.
“Ndra ada apa? Kok wajahmu berubah pucat, putih seperti kapas.
Seperti habis melihat hantu saja?” Tanya Roby heran melihatperubahan pada air muka temannya.
“Nggak apa-apa kok…” jawab Andra sambil meneguk segelas airmineral di tangannya.
“Ayolah Ndra, kita ini mau mewawancarai seorang model sekaliguspimpinan majalah ini. Ubah donk raut muka pucat pasimu itu menjadimuka terbaikmu” goda Roby.Tapi Andra tetap dengan wajah pucatnya.
“O..ya Ndra..ternyata Miss Ara yang akan kita wawancarai SMPnya satu sekolah dengan kita lho, kata mbak resepsionis yang ada di lobby. Kami tadi sempat cerita-cerita!” Andra kaget bukan kepalang. Andra berharap dan berdoa semoga orang yang akan diwawancarainya bukan orang yang bertabrakan dengannya tadi.
“Mas, itu Miss Ara sudah selesai meetingnya,” kata resepsionis. Sesosok wanita cantik, tinggi semampai sedang berjalan menuju ke arahmereka. Ya..benar miss Ara adalah Milly Aranaya teman SMP Andra dan Roby dulu. Andra seakan terjatuh dalam sebuah jurang setinggi lima puluh meter dari permukaan laut, tubuhnya kaku detik itu juga. Aliran darahnya seolah berhenti.
“Hai! Lama nggak ketemu. Wajah kalian berubah, ya?” Milly tersenyum manis. Kini, Milly yang dulu berbeda dengan Milly yang sekarang. Semua orang yang mengenal Milly yang dulu pasti akan mengedipkan mata beberapa kali untuk memastikan bahwa itu adalah Milly yang selama ini ia kenal. Dan itu terjadi pada Andra. Rasa bersalah itu kini menggelayut di hati Andra yang semula beku.
@@@
“Ndra, coba lihat. Ini, laman yang kita buat sudah terbit,” Roby
menyodorkan sebuah majalah ke tangan Andra.
“Kalau ditanya, kenapa saya menyukai dunia fashion. Saya akan menjawab bahwa saya hanya ingin membuktikan pada teman saya dulu, teman saya saat di SMP, bahwa sebaiknya kita jangan pernah menilai seseorang dari fisikinya saja. Karena bisa saja di balik penampilannya itu, terdapat jiwa yang sangat luar biasa. Ya, saya tahu, meski pun sempat merasa benci dengan teman saya dan diri saya, tapi saya bersyukur, karena dengan itu, saya bisa jadi seperti ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman saya atas segala kritikannya,” Andra tersenyum kecut membaca artikel dalam majalah tersebut. Ia yakin yang dimaksud oleh Milly adalah dirinya.
Andra merenung. Ia sadar, bahwa bullying yang selama ini ia lakukan adalah salah dan sama sekali tak ada untung baginya, malah justru sebaliknya. Jika seseorang yang menjadi korban tak pandai menyikapi, mungkin akhir cerita mereka tak akan berakhir indah seperti Milly. Karena itu, Andra berjanji pada dirinya tak lagi melakukan hal itu. Lagi pula, Andra sekarang sudah kena batunya, kena hukum karma sepertinya. Jerawat, kini telah memenuhi wajah Andra yang semula mulus. Kalau saja dulu Anda membullying siswa yang bertahi lalat banyak, apa mungkin Andra jadi juragan tahi lalat juga yaa?
Hahaha….
by: http://us.mjeducation.co/hukum-karma/
19.53 | 0 komentar | Read More

CERPEN SPESIAL= Hujan Musim Semi ( Hujan masih mengucur deras. Baru beberapa menit aku duduk di kursi ini. Memandangi tetes-tetes hujan yang tak berhenti )

http://iitandtheworld.files.wordpress.com/2012/05/spring-rain_sloan.jpg
Hujan masih mengucur deras. Baru beberapa menit aku duduk di kursi ini. Memandangi tetes-tetes hujan yang tak berhenti. Sekolah berakhir setengah jam yang lalu. Aku enggan beranjak dari ruang kelas ini karena hawa dingin menelusup tubuhku. Tak ada seorang pun disini. Hanya aku.
Ku langkahkan kakiku menuju koridor kelas. Aku ingin melihat tetesan hujan lebih jelas. Tak ada siapapun disini, pikirku. Ku tengadahkan tangan ini untuk merasakan dingin serta lembutnya air hujan. Mulutku pun meracau melafalkan butiran-butiran doa yang ku ucapkan ketika tidurku. Tuhan, kembalikan cinta itu di dalam hati ibuku. Tak bisakah Ibu bersama Ayah lagi? Tak bisakah mereka bersama kembali? Aku hanya ingin melihat sinar cinta itu lagi.
Aku berhenti mengucap doa suci itu. Samar-samar terdengar olehku suara sepatu berdecit, melangkah ke arahku. Aku terdiam. Jika dia orang jahat, aku tak bisa lari kecuali menembus hujan yang deras ini. Aku takut, bayangan kelam itu kembali menyapaku. Tidak, itu tidak akan terjadi lagi.
“Hai, kamu masih disini. Kenapa belum pulang?” Suara itu mengagetkanku. Begitu merdu sehingga aku terpana, terbuai sesaat.
“Aku masih ingin disini. Aku masih ingin menikmati tetes-tetes hujan. Bagaimana denganmu? Apa yang kamu lakukan disini?” Aku berbalik menghadapnya. Sesosok tubuh yang ku kenal berada di hadapanku. Dialah Aldi, Prince of My School. Tak ku sangka ia berada di depanku, tepat di depan mataku.
“Aku sendiri tidak tahu kenapa aku masih disini. Tiba-tiba saja seperti ada yang menuntunku kemari. Boleh aku menemani kamu? Aku akan menemanimu menikmati betapa indahnya hujan kali ini.” Dengan sopan Aldi menawarkan hal yang indah padaku. Tentu saja, aku tidak akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja. Daripada aku sendiri disini. Aku benci kesendirian. Entah kenapa, hal itu sudah ku camkan di dalam hatiku. Aku ingin ditemani seseorang. Seorang kakak ataupun sahabat.
Aku menatap Aldi. Aku melihat ada sinar ketulusan di dalam matanya. Sinar kasih sayang yang selama ini kurindukan. Tanpa sadar aku menganggukkan kepalaku. Aku mengiyakan tawarannya.
“Aku suka hujan. Bagiku, hujan bisa menghapus kepedihan di dalam hatiku.” Aldi mulai bercerita. Ku biarkan ia berbicara semaunya. “Aku pernah menghabiskan waktu dengan orang yang aku sayangi ketika hujan turun. Itu sebabnya aku suka hujan. Aku bisa mengingat dia tanpa seorang pun yang tahu.” Aku mendengarkan cerita Aldi dengan serius. Orang yang begitu hangat seperti dia ternyata telah memiliki orang yang sangat ia sayangi. Hal itu tak pernah kuduga.
“Tapi, hujan pula yang menjadi saat-saat terakhirku bersama dia. Aku tak pernah mengira setelah hujan itu reda, ia di ambil Tuhan. Tepat di depan rumahku, ia tertabrak bis yang melaju kencang. Saat itu pula ia meninggalkan dunia ini.” Sebuah kisah sedih kembali menghantui diriku. Sungguh tragis, Aldi memiliki sebuah kisah masa lalu yang menyedihkan. Aku betul-betul terkejut. Ku lihat ada bulir bening yang mengalir di pipinya. Aldi menangis.
“Maaf jika karena kamu ingin menemaniku, kamu jadi teringat dengan kisah itu. Aku benar-benar menyesal.” Aku mencoba menghentikan kesedihannya. Aku tidak mau ia berlarut-larut dalam kesedihan itu. Biarlah semua menjadi kenangan.
“Aku tidak apa-apa, kok. Kamu mau nggak main hujan-hujanan di lapangan? Aku ingin merasakan tetesan hujan ini.” Tanpa persetujuan dariku, ia menarik tanganku. Aku hanya bisa berlari mengikutinya. Aku mulai merasakan tetesan hujan. Persis seperti airmata ibuku. Begitu tajam dan dingin. Tangis seorang wanita yang kehilangan cinta.
Tiba-tiba jantungku berdesir kencang ketika Aldi menatapku. Aku tidak berani menatap matanya. Aku hanya tertunduk sementara irama jantungku makin tak teratur. Aku tak mengerti dengan apa yang kurasa. Aku merasa bahagia. Aku bisa melupakan semua dendam dan amarahku. Aku semakin tak mengerti. Ketika Aldi menggenggam tanganku, ku beranikan diriku untuk menatap wajahnya. Senyumnya merasuk dalam jiwaku.
Tak lama, ia menyentakkan tanganku. Seperti tersadar akan sesuatu, ia lalu beranjak pergi. Aku mencoba menghentikan langkahnya, tapi ia tak berhenti. Aku memanggil namanya, tapi ia tak kembali. Ia berlari pergi meninggalkan aku sendiri disini. Setelah aku merasakan kehangatan darinya. Ia pergi tanpa sepatah kata pun.

Ku lihat sosok seorang wanita di sofa rumahku. Ibu, dia ibuku. Airmata mengalir deras dari mata beningnya. Ku beranikan diri untuk menyapanya, sekedar mengetahui penyebab luka hatinya.
“Ibu, kenapa Ibu menangis? Apa yang terjadi?” Beribu pertanyaan menggelayuti hatiku. Ibu, siapa yang telah membuatmu menjadi seperti ini?
“Dilla, Ibu tidak mau kamu mendengar semua ini. Tetapi, Ibu juga tidak bisa menyembunyikan kebenaran ini. Ibu hanya ingin kamu mengerti. Ada hal di dunia ini yang tidak sejalan dengan keinginan kita.” Ibu menarik nafasnya perlahan. Aku menjadi kian penasaran. Apa sebenarnya yang ingin Ibu katakan padaku?
“Dilla, kaulah permata hati Ibu. Tanpamu, Ibu mungkin sudah tidak ada disini lagi. Ketahuilah, Ayahmu dan Ibu akan bercerai. Ayah ingin menikahi wanita itu. Kamu masih ingat kan, sayang? Wanita yang Ayah bawa ke rumah kita seminggu yang lalu.” Aku masih ingat, seorang wanita yang sangat cantik. Ayah membawanya ketika Ibu sedang pergi untuk memperkenalkannya padaku. Apa yang ada di pikiran Ayah? Kenapa Ayah lebih memilih wanita itu daripada Ibu?
“Sayang, Ibu tidak bisa hidup dimadu seperti ini. Karena itu Ibu meminta cerai dengan Ayah. Kamu mungkin tidak akan mengerti dengan hal seperti ini. Tapi, suatu saat nanti kamu pasti mengerti. Maafkan Ibu yang tak bisa menjadi orangtua yang baik untukmu. Ibu tahu semua ini berat bagimu. Ibu hanya ingin kamu mengerti dan bisa memahami keputusan Ibu.” Airmata ibuku semakin deras. Tak ku sangka ayah melakukan semua ini. Tak bisakah Ayah bertahan? Kenapa Ayah tega menyakiti hati Ibu? Wanita yang telah hidup bersamanya selama 18 tahun ini. Apa kesalahan Ibu? Mengapa Ayah egois? Pertanyaan-pertanyaan itu keluar begitu saja dari pikiranku. Ayah, sosok yang sangat aku banggakan ternyata telah berubah menjadi orang yang begitu kejam.

Di sekolah, aku mencari Aldi. Ku cari dia di perpustakaan, di laboratorium sampai lapangan. Tapi, tetap saja aku tidak menemukan sosoknya. Barulah ketika pelajaran dimulai, aku mengetahui kalau dia tidak hadir ke sekolah hari ini.
“Kamu yang bernama Dilla, kan? Oh, ya kenalkan aku Ferry, temannya Aldi.” Seorang anak laki-laki seumuran ku berdiri di depanku. Aku pernah melihat dia, tapi aku tidak tahu kalau dia temannya Aldi.
“Iya, aku Dilla. Ada apa. ya? Dan kenapa Aldi tidak hadir hari ini? Apakah dia sakit?” Aku mencoba mencari keterangan padanya. Siapa tahu Ferry bisa menerangkan sesuatu padaku.
“Bisa kita bicara sebentar? Ini tentang Aldi. Ayo, kita cari tempat yang lebih tenang.” Ferry mengajakku menuju bangku di bawah pohon akasia. Ada hal yang sangat penting, batinku.
“Aku kenal Aldi sejak masih kecil. Ketika kami masuk sekolah dasar. Ia orang yang sangat baik. Aku tahu banyak tentang dia karena dia sering cerita kepadaku banyak hal. Termasuk tentang kamu, Dilla.” Aku terkejut. Apa yang Aldi ceritakan tentang aku? Sejak kapan ia memperhatikanku? Padahal, ketika hujan itu pertama kalinya aku bertegur sapa dengannya.
“Aldi pernah cerita padaku. Dia bilang, kamu sangat mirip dengan orang yang pernah ia cintai. Itu sebabnya dia selalu memperhatikan kamu. Sebenarnya dia sangat ingin untuk mengenal kamu lebih jauh. Tapi, dia tidak berani. Dia takut kehilangan kamu jika dia makin dekat kepadamu.” Aku terdiam, tak merespon lagi.
“Aldi juga bilang, katanya dia sayang sama kamu. Dia sedih setiap kali melihat kamu murung. Sebenarnya dia ingin menghibur kamu, tapi dia terlalu takut untuk itu. Dan semua ini juga baru aku katakan setelah dia pergi. Apa kamu tahu? Tadi pagi, dia dan keluarganya telah pergi ke luar negeri. Aldi pindah kesana. Jadi, kamu udah mengerti kan kenapa hari ini dia tidak hadir?” Apa yang terjadi? Aldi pergi. Secepat inikah, setelah hari itu, setelah hujan itu. Kapan aku bisa bertemu dia lagi?
“Maksud kamu, Aldi sudah pergi dan dia takkan kembali lagi. Secepat itukah. Apa itu yang ia inginkan?” Airmataku mulai menetes. Aku tidak menyangka jika ia pergi secepat itu.
“Dilla, semua itu bukan keinginannya. Dia bilang, dia minta maaf sama kamu karena tidak sempat mengucapkan selamat tinggal. Dia juga bilang, dia tidak tahu kapan dia akan kembali ke Indonesia. Dia berharap kamu tidak sedih lagi. Dia ingin melihat senyummu seperti hari itu. Oleh karena itu, dia ingin agar kamu tidak menunggunya, karena hal itu terlalu berat untukmu. Percayalah, jika memang Tuhan telah menakdirkan kalian untuk bersama, dia akan kembali dan kamu pasti bisa bersamanya lagi.” Kata-kata Ferry menghujam jantungku. Tak pernah ku kira, Aldi pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. Padahal saat ini aku sangat membutuhkan dia. Aku mulai tidak mengerti dengan dunia ini. Kenapa harus ada kehilangan? Kenapa kita harus merasakan rasa sakit karena kehilangan orang yang kita cintai? Aku mengerti sekarang. Seperti inilah rasa sakit yang Ibu rasakan ketika Ayah pergi. Sakit sehingga tak bisa di ungkapkan. Ibu, kenapa aku juga mengalami hal itu? Kenapa dia pergi?
Kebahagiaan yang aku harapkan sirna. Debar-debar cinta itu menghilang. Aku benar-benar kehilangan arah. Jika dia menyayangiku, kenapa dia pergi? Inikah caranya membuktikan kasihnya padaku? Aldi, aku berharap hujan itu merupakan awal kebersamaan kita. Aku berharap akan merasakan hujan yang selanjutnya juga bersamamu. Tapi, sekarang akan ku simpan jauh-jauh harapan itu. Ku tinggalkan ia di dasar hatiku. Aldi, aku tidak mengerti dengan dirimu karena aku terlalu mengharapkan hadirmu disisiku.

Hujan turun ketika aku sampai di depan rumahku. Ku biarkan ia membasahi tubuhku. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menanti dirinya. Entah sampai kapan, Aldi akan kembali. Namun ia tetap ku simpan di dalam hatiku.
Hujan kali ini begitu deras. Tak ku sadari, sudah setahun ia pergi. Tetapi, apa yang membuatnya masih bernafas di diriku?
Aku kembali mengingat kenanganku ketika bersama Aldi. Saat hujan turun, ketika ia bercerita tentang orang itu. Ingin rasanya aku menangis dalam diam. Getar-getar cinta itu masih berdenyut di hatiku. Entah apa yang terjadi padaku? Aku melihat dengan jelas bayangan dirinya di depanku, seperti setahun lalu.
Tapi, semua itu hanya khayalku. Sampai hujan kali ini pun, dia tak kembali. Aldi, aku tetap menanti dirimu. Biarlah hujan menjadi satu-satunya kenangan di antara kita. Biarkan aku selalu menyimpan namamu di dalam hatiku. Aku akan menghitung sampai hujan ke berapa kali kah yang turun sampai kamu benar-benar datang. Aldi, haruskah aku menanti sampai hujan yang ke seratus, ke seribu ataupun sejuta? Hingga kamu kembali padaku. Aldi, tak peduli kapan pun itu. Aku akan tetap menunggumu dan menjaga kenangan indah antara kau dan aku ketika hujan turun.
3 JULI 2012
Cerpen Karangan: Rahmi Pratiwi
Facebook: Rahmi Chelsea Ayumi Aprilia
Have a nice read!!!

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga…?”

"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke saya ya!, melalui email bagindaery@gmail.com
Setelah anda mengirim cerpen hasil karyamu ke email saya,cerpen kamu akan saya terbitkan diblog ini dan akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya.Jangan lupa cantumkan nama anda dalam tiap cerpen yang akan anda kirim ke email bagindaery@gmail.com agar semua orang tau kalau anda penulis cerpennya.
17.23 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...