Membaca judul diatas, anda pasti akan berpikir apa yang akan saya tulis disini berbau-bau mistik, seram n gaib. Tidak kawan, ini bukan tentang kegaiban….ini tentang keinginan saya. saya pernah ditanya Teman apa keinginan dan cita-cita saya. Aneka macam keinginan dan harapan yang saya ajukan. Dimulai dari waktu kecil, waktu kecil saya pingin banget punya televisi. Saya tidak tau kenapa menginginkannya, hanya saja, saya ingin setiap hari nonton Doraemon dan Sailormoon tanpa pergi dari rumah. Lantas, waktu agak gede dikit, saya pingin banget juga punya sepeda mini. Lalu saat duduk di SMA, saya lagi-lagi pingin memiliki sebuah bola basket dan skuter warna merah hati. Lalu saat kuliah, kembali saya dihadapkan pada keinginan untuk memiliki laptop keren. Yach, manusia bisa saja berkeinginan apa aja sesuai maunya. Terwujud atau tidak itu soal nomor dua. Yang penting berkesempatan untuk bermimpi. Mimpi manis. (Selain itu sebenarnya kalau diminta jujur, masih banyak lagi harapan dan keinginan terpendam saya). Lalu kalau ditanya sekarang saya pingin apa..saya dengan berat hati akan mengatakan saya kepingin mual dan muntah-muntah (sarkas memang, karena pertanyaannya ditujukan ketika saya berjalan kaki lewat sebuah bangunan tua yang bau), tapi itulah yang terjadi sekarang.
Setiap hari selalu mengharuskan saya berjalan beberapa ratus meter dari arah perempatan sukoharjo di sepanjang jalan veteran menuju halte angkot. Perut saya bereaksi ketika mencium aroma yang sangat menyengat, aroma dari sebuah bangunan tua, yang penuh lubang sana sini. Sebuah bangunan tua yang temboknya sudah luntur dan sepertinya telah siap untuk dirubuhkan. Bangunan itu terletak di depan Gedung Budi sasono sukoharjo, beberapa meter dari alun-alun kota Sukoharjo, bangunan yang cukup luas dan menurut saya bias menjadi rumah yang terlalu luas untuk tuna wisma yang bingung mencari tempat tinggal.
Ada apa dibalik aroma yang menyengat itu? di bangunan tua itu, dihuni beribu-ribu ekor kelelawar yang sudah beranak pinak secara turun temurun dari generasi ke generasi. Mencari jenis kelelawar apa saja pasti ada disana. Aktivitas kelelawar itu dimulai ketika sore hari, keluar dari sarangnya berputar-putar diatas atap memenuhi langit tempat sekitar, berdatangan dari segala arah. Malamnya seperti yang dilakukan kelelawar umumnya, datang dan pergi silih berganti beramai-ramai (mungkin mencari makan dan udara segar). Kemudian tak lupa menimbulkan bau yang tak sedap, yang bisa bertahan bau sampai 24 jam. Bau kotorannya…..Alamaaaaakkkk…membuat siapapun yang di dekat bangunan tersebut pingin muntah muntah. Saya benar-benar mengacungkan jempol pada Bapak sopir beca yang ngetam di depan bangunan itu. Bisa tidur dan betah berlama-lama di depan bangunan itu. dan keheranan saya (atau kekaguman ya?) bertambah ketika ada pedagang warung HIK yang memasang tenda berjualan di dekat bangunan bau itu. Saya merasa aneh, karena yang dijual adalah makanan yang bisa terkontaminasi dengan aroma kotoran kelelawar dan menghilangkan selera makan pembeli. Tapi keanehan itu terjawab saat saya membaca buku IPA adik tetangga saya, bahwa otak manusia hanya menyampaikan rangsangan aroma sekali saja, setelah itu, otak akan terbiasa. Saya selalu menutupkan kerudung ke hidung saya acapkali melewati bangunan itu….puh,…sambil menahan nafas. Untuk mempermudah cerita ini, mari kita namai Bapak beca dan penjual warung tenda HIK dengan Nama Budi dan Mawar. Budi untuk nama bapak tukang beca dan ibu Mawar untuk ibu penjual warung HIK. (ups, seperti nama samaran di sergap). Bapak Budi mungkin tidak punya pilihan tempat lain, demikian juga dengan ibu Mawar. Tempat tersebut terlalu strategis untuk ditinggalkan. Jika memilih tempat lain membutuhkan dana yang lumayann tak sedikit. Jadi terpaksa kehidupan dengan aturan hidup yang carut marut seperti ini mengharuskan mereka, bapak Budi dan Budi Budi yang lain tetap tinggal dan bertahan ditengah aroma yang tak sedap. Apalagi ibu Mawar. Keputusan yang mereka ambil adalah keputusan setelah melakukan pemikiran, penimbangan, dan perhitungan masak-masak yang cukup rumit.
Suatu hari saya pernah bincang-bincang dengan teman saya, namanya Endra. “Mbak, kenapa ga dirubuhkan saja bangunan itu? masa’ dari dulu dibiarkan saja?” tanya saya pada endra.
Lalu endra bilang: “Ga bisa jeng, kelelawar itu sudah berpuluh-puluh tahun menghuni dan beranak-pinak disana, jadi kasihan kalau diusir. Ga tau deh.. apa alasannya mereka dibiarkan saja”.
Saya dan mungkin orang-orang yang merasa aroma kotoran kelelawar yang menghuni bangunan tua itu mungkin harus bersabar dengan keadaan ini. Sampai ditemukan solusinya. Kesabaran ini disebut sabar yang ikhlas cerdas atau sabar yang bodoh? Entahlah….hanya saja, saya baru bisa menulis keluhan saya di surat-surat kabar dan di dunia maya. Hanya baru bisa begini…. Meski perut sudah semakin ga nahan lagi……..wuak wuak…
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com