TAKUT MATI KARENA DOSA, BENERAN?
Banyak dari kita, sesama kita, dimanapun, kapanpun, selalu merasa horror
ketika mendengar kata benda ini “KEMATIAN”. Bahkan mungkin juga saat
kita membaca judul di atas ini sudah ketakutan sendiri. Tapi tahukah
kalian? Sahabat, bahwa sebenarnya kita tak perlu takut dengan kematian,
karena ia merupakan hal yang pasti terjadi. Bahkan bagi orang-orang
beriman, kematian merupakan sesuatu yang ditunggu karena merupakan
suatu pintu untuk bertemu dengan Allah Azza Wa Jalla. Dzat yang paling
dicintainya.
Lalu mengapa kita sangat takut dengan kematian? Ada yang menjawab karena
takut dosa. Tapi pertanyaannya, apakah benar karena takut dosa? Coba
kita tanyakan kepada diri kita masing-masing. Apakah benar kita takut
mati karena takut dosa. Dosa kita terlalu banyak sehingga takut masuk
neraka. Kita tanyakan ke hati kita yang terdalam Apakah benar kita takut
mati karena dosa?
Jika memang benar, coba kalau pertanyaannya diganti. Seandainya Allah
telah menghapus segala dosa kita dan menjamin kita terbebas dari segala
dosa, bahkan menjamin kita tempat di syurga setelah mati. Apa siap kau
untuk mati? Alhamdulillah, jika ada yang menjawab siap, semoga Allah
merahmatimu dengan khusnul khatimah. Amin
Tapi mungkin masih ada yang menjawab masih belum siap, masih takut atau
mungkin ragu-ragu untuk mati. Terus kurang apa? Bukankah Allah sudah
memastikan syurga untuk kamu? Ada jawaban tambahan seperti : masih ada
mimpi dan harapan yang harus saya capai, keluarga masih membutuhkan
saya, saya takut keluarga sedih kehilangan saya, atau ada dengan alasan
yang menggelitik “ saya belum nikah”… (hehe..).
Coba kita maknai sebuah analog di bawah ini :
Andi memiliki seorang sahabat dekat, akrab, shohib yang bernama
Anto. Setiap waktu mereka saling bersama dalam cinta persahabatan.
Sehingga mereka diibaratkan “api dan asap”. Kemana Anto mengajak Andi,
Andi pasti ikut. Begitu pula sebaliknya. Hingga suatu ketika ada
seseorang bernama Anam, teman jauh Andi mengajak Andi ke suatu tempat
yang bagus dan disukai oleh Andi. Tetapi Andi lebih mengikuti Anto,
yang lebih ia percaya karena merupakan teman dekatnya. Sehingga ajakan
Anam di tolak.
Mari kita kaji cerita di atas. Bukan maksud menyamakan Allah dengan
makhlukNya, tapi kita jadikan sebuah analog saja. Andi adalah manusia,
hamba Allah, kemudian Anto adalah duniawi dan Anam disini adalah Allah
yang menjanjikan sebuah tempat terindah (syurga) kepada Andi. Namun
karena Andi lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Anto, dan lebih
mencintai Anto sebagai sahabatnya, ajakan Anam ditolak meski ia mengajak
suatu tempat yang disukainya.
Seperti itulah kira-kira penggambaran kita sebagai manusia yang masih
menjadikan dunia teman akrab, sehingga lebih mempercayai dan nyaman
terhadap dunia daripada Allah. Padalah Allah telah menjanjikan syurga,
tapi kita lebih memilih duniawi karena t’lah terikat erat dengan dunia.
Seperti halnya alasan di atas : masih ada harapan yang harus saya capai, keluarga masih membutuhkan saya, saya takut keluarga sedih kehilangan saya dll.
Itu semua merupakan hal-hal dunia yang membuat kita lebih memilihnya
karena kecintaan kita terhadap dunia. Untuk lebih memahami kita tadaburi
ayat berikut :
Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik.(At taubah 24)
Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga,
harta kekayaan, perniagaan dan tempat tinggal adalah hal-hal dunia yang
secara manusiawi, manusia menyukainya. Hal-hal itu jugalah yang membuat
kita sangat enggan memilih Allah, Rasul dan Jihad sebagai sesuatu yang
kita cintai. Seperti orang munafik yang berkata ketika dikeluarkan
perintah berperang dalam surat Al Baqarah 216: "Ya Tuhan kami,
mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau
tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa
waktu lagi?" (An Nisaa 77) dan beralasan "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu" (Ali Imran 167).
Dan orang-orang beriman berkata : "Kesenangan di dunia ini hanya
sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa,
dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun” (An Nisaa 77).
Lalu bagaimana caranya? Sang Nabi Muhammad SAW memberikan solusi : “Siapa yang ingin merasakan lezatnya iman, maka cintailah seseorang karena Allah” (HR. Muslim).
Jelas kan? Kita tak perlu meninggalkan atribut duniawi itu. Cukup kita mencintai Allah dari lainnya kemudian mencintai bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan, perniagaan dan tempat tinggal karena Allah. Sehingga ketergantungan kita kepada Ash Shamad tetap menjadi prioritas.
Begitulah, kecintaan dunia telah membuat kita sangat takut terhadap
kematian. Maka mari mulailah kita belajar mencintai Allah lebih dari
yang lain dengan mengendalikan hawa nafsu duniawi sekuat-kuatnya, dan
mengantinya dengan aktivitas syurgawi. Sehingga ayat-ayat tentang
syurga di bawah ini menjadikan kita tentram dan memicu semangat ibadah
kita ketika membacanya :
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan
kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka
oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka.
(Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai
balasan dari apa yang telah kamu kerjakan", mereka bertelekan di atas
dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan
bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. Dan orang-orang yang
beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan,
Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia
terikat dengan apa yang dikerjakannya. Dan Kami beri mereka tambahan
dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. Di
dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak
(menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan
dosa. Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani)
mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan (Atthur 17-24)
“Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan
Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan)
surga dan (pakaian) sutera , di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas
dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak
pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat
di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. Dan
diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang
bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang
telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam syurga itu mereka
diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang
didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. Dan
mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila
kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.
Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat
berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai
pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada
mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka
minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan
usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).” (Al Insaan 5-22)
“Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam
kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat
yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di syurga itu mereka
memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada
mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha
Penyayang.” (Yaasin 55-58).
“Banyak muka pada hari itu berseri-seri, merasa senang karena
usahanya, dalam syurga yang tinggi, tidak kamu dengar di dalamnya
perkataan yang tidak berguna. Di dalamnya ada mata air yang mengalir.
Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang
terletak (di dekatnya), dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan
permadani-permadani yang terhampar.” (Al Ghaasiyah 8-16).
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya
dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang
tersimpan dengan baik (As Shafaat 48)
Namun, disuatu waktu Rasulullah pernah bersabda dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Janganlah
seseorang dari engkau semua itu mengharapkan kematian dan jangan pula
berdoa untuk didatangi kematian itu sebelum kematian itu sendiri datang
padanya - tanpa didoakan. Sehingga walau kematian itu sebenarnya
sangat indah (jika kecintaan kita terhadap Allah telah terbangun) dan
kita siap menghadapinya dengan berserah, biarkan ia datang sendiri
sebagai bentuk penyerahan jiwa, raga dan hati kita kepadaNya dan Dialah
yang Maha Berkehendak… sehingga Insya Allah kematian dalam Khusnul
Khotimah kita raih, seperti peringatanNya…
dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."(An Naml 31)
Lalu takwa dan berserah diri menjadi solusi :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan berserah diri. (Ali Imran 102)
Maka dari itu berdo’alah :
"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah
kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)."( Al A’raaf 126)
Dan biarkan puisi dibawah akan memberikan kebahagiaan tak terkira saat maut menjemput, ketika di baca :
Izrail berjubah putih
Tersenyum manis dan ramah
Ia membawa sebuah kafan putih
Akupun tersenyum…meramah laksana seorang raja yang disambut pelayannya
Dan izrailpun melempar salam
“Salamun alaika”
Kujawab : “Waalaika salam”
Ia pun memanggil arwah suci…
Yang mengalir bagai air mengalir dari bejana
Dari mulutku
Tinggalkan jasad yang suci pula
Kembali kepangkuan Rabbku
“Allahuakbar”
Bersama iringan para malaikat
Ruhku menebarkan aroma wangi
Bersama aroma surga kumelayang
Menebar cinta ilahi
Dalam iringan nyanyian “Salam” dari penduduk langit
Jiwa tenangku
Kembali padaNya dengan hati yang puas lagi diridhaiNya
Masuk dalam jamah hamba-hambaMu
Dan menuju surgaMu…
Pemalang, Akhir 2011
Pemalang, Akhir 2011
http://dennylenggana.blogspot.co.id
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com