Sedekah Dahsyat, tetapi Kenapa Banyak Orang Merasa Sulit untuk Peduli pada Anak Yatim?
I. SANGSI BERSEDEKAH KEPADA YATIM YANG "KURANG" MISKIN ? II. AJAIBNYA SEDEKAH, KISAH SEORANG YANG BERSEDEKAH KETIKA IA TERPURUK
Ihsan S. Ishaq
Kenapa Banyak Orang Merasa Sulit untuk
Peduli pada Anak Yatim?
Tulisan
di bawah ini saya kutip dari sebuah email mualafindonesia@yahoogroups. com , semoga kita dijauhi dari kebakhilan dan terlalu hitung-hitungan dalam bersedekah, ketahuilah sesungguhnya bekal yang kita
bawa di hadapan Allah SWT adalah apa-apa yang kita nafkahkan di jalan-Nya
termasuk menyantuni anak yatim dan janda miskin (penghasilannya kurang dari
kebutuhan yang wajar).
Apakah kita akan rugi jika niat
baik kita tidak sampai atau jatuh "ketangan yang salah" ?
Jawabnya:
Sepanjang dalam berbuat kebaikan
telah kita niatkan karena Allah SWT semata dan kita telah berusaha
semaksimal kemampuan kita saat itu untuk menyampaikannya kepada yang
berhak (hal ini hanya kita dan Allah saja yang
tahu), maka insya Allah apa yang telah kita keluarkan termasuk bekal
akhirat
kita. Amiin.
Isi Email dimaksud dimulai di bawah ini
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Ya Allah yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang,
Kenapa ada begitu banyak orang
Muslim yang punya pandangan yang begitu sempit terhadap anak yatim? Saya merasa
sedikit heran terhadap saudara2 saya di sini yang Muslim dari lahir, tetapi
masih punya pandangan yang sempit terhadap anak yatim, seolah-olah tidak pernah
dapat ajaran agama berkaitan dengan anak yatim dari Rasulullah SAW. Kenapa bisa
begitu?
Ada
pesan yang dikirim kepada saya dari seorang Ibu. Dia menceritakan nasibnya
waktu menjadi anak yatim dulu. Setelah membacanya, saya hampir tidak bisa
percaya bahwa anggota keluarganya sendiri yang hidup secara makmur masih tidak
berfikir untuk memperhatikan nasibnya keponakan2 mereka yang anak yatim. Ibu itu
bercerita bahwa dia dan kakaknya harus mencari nafkah hidup untuk makan dan
uang sekolah bagi mereka dan adik-adik mereka
karena Ibu tidak sanggup mencari nafkah hidup, dan tidak ada yang berusaha
untuk membantu mereka. Tetangga yang jauh tidak membantu, tetangga yang dekat
tidak membantu, dan bahkah saudara kandung sendiri tidak membantu.
Kenapa bisa begitu sebagian dari
ummatnya Nabi Muhammad ya Allah?
Kemarin saya menulis tentang anak
yatim di Facebook saya, dan ada juga beberapa orang yang berprotes lewat email,
message dan sms. Keluarga yang saya bantu itu (yang sudah menerima saya sebagai
saudara angkat) “terlalu kaya” dan tidak layak dibantu lagi, menurut pendapat
penulis2 tersebut. Dan bukan kali ini saja saya dapatkan pendapat seperti itu
dari beberapa orang. Kok mereka bisa begitu hitung-hitungan sama anak yatim?
Bagaimana kalau Allah SWT mulai menjadi hitung-hitungan kepada kita juga
sebagai balasan?
“Kamu sudah punya pekerjaan, jadi
jangan berharap bisa dapat bantuan tambahan dari Allah pada tahun ini. Jangan
berharap ada uang lebih untuk beli motor atau mobil. Jangan berharap bisa ada
uang lebih untuk beli baju baru. Jangan berharap bisa ada uang untuk liburan
tahun ini. Jangan berharap bisa dapat uang untuk renovasi rumah yang sering
bocor. Soalnya… kamu sudah “terlalu kaya” untuk dapat bantuan lagi dari Allah!”
(Apa mau kita menghadapi keadaan seperti itu? Kalau tidak, kenapa kita bisa
menjadi begitu hitung-hitungan dan pilih-pilih terhadap anak yatim?)
Apakah ada hadits satupun yang menyuruh kita memeriksa rekening atau dompetnya seorang anak yatim sebelum kita kasih santunan kepadanya? Di mana hadiths yang luar biasa itu? Saya belum pernah baca dan setahu saya tidak ada. ANAK YATIM ADALAH ANAK YATIM. Setahu saya, tidak ada istilah “anak yatim yang terlalu kaya dan tidak perlu disayangi dan disantuni lagi” di dalam Al Qur'an maupun di dalam hadiths. Artinya terlalu kaya apa? Dia punya 100ribu, jadi tidak boleh dikasih lagi? Dia punya kasur, jadi tidak perlu dikasih baju lagi? Dia bisa makan setiap minggu jadi tidak perlu dikasih uang belanja lagi? Apa artinya “anak yatim yang terlalu kaya” itu? Dari mana sebagian orang Muslim bisa dapatkan konsep yang aneh seperti itu? Kenapa begitu banyak orang bisa berprotes kalau ada anak yatim yang disantuni dengan pemberian apa saja?
Kalau belajar tentang sedekah
(bukunya sudah banyak), maka ditekankan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kita
untuk kasih kepada keluarga dulu, jauh sebelum yang lain. Lalu tetangga yang
dekat. Lalu yang jauh. Tetapi banyak orang merasa bahwa itu bukan tindakan yang
baik. (Apa Rasulullah kurang paham kali?) Mereka merasa bahwa yang terbaik
adalah datang kepada anak yatim, dan membuat audit terhadap semua barang
miliknya, cek saldo tabungan, cek isi dompet, tanya apa yang dia makan setiap
hari selama minggu ini, dan setelah lewat proses pemeriksaan, kalau si anak yatim dinilai “cukup miskin” maka baru boleh
dikasih 100 ribu lagi. Apakah begitu maunya kita terhadap anak yatim yang
hatinya sedih dan terpukul?
Dari mana ummat Islam bisa
mendapatkan pemikiran seperti itu? Belum tentu orang yang kita menilai sebagai
“orang mampu” adalah orang yang punya banyak! Rumah ada? Apa milik sendiri,
atau kontrak, atau cicil ke bank? Mobil ada? Apa milik sendiri, atau cicil,
atau apa ada yang pinjamkan (misalnya mertua)? Uang ada? Apa uang bisa habis
untuk belanja, bayar sekolah, bayar cicilan, bayar listrik, memperbaiki ini dan
itu yang rusak di rumah tanpa sepengetahuan siapapun selain Allah? Siapa yang
berhak datang kepada anak yatim atau ibunya (kalau masih ada) dan melakukan
audit terhadap diri mereka, SEBELUM bersedia membantunya? Saya sungguh tidak
paham kenapa orang Muslim bisa mendapatkan pemikiran seperti itu.
Saya lebih tidak paham lagi kalau
ada anak yatim yang masih menjadi anggota keluarga sendiri dan tidak ada yang
mau memperhatikan mereka duluan di atas segala-galanya. Saya tidak paham dan
tidak bisa setuju. Saya hanya bisa berharap bahwa mungkin lewat tulisan saya
atau lewat kisah nyata yang saya sebarkan, ummat Islam yang merasa beriman
kepada Allah SWT dan merasa mencintai Nabi Muhammad SAW bisa merenung dan
melihat anak yatim di depan mata mereka, dan berfikir di dalam hatinya, “Kalau
seandainya anak yatim ini di depan saya adalah Rasulullah SAW pada saat dia
masih seorang anak yatim, apa yang akan saya berikan dan lakukan UNTUK DIA?”
Lalu setelah berfikir seperti itu,
baru mereka bertindak dengan penuh kasih sayang dan sikap yang lembut dan
mulia, seolah-olah sedang bicara dengan seorang anak yatim bernama Muhammad bin
Abdullah, yang akan menjadi Nabi kesayangan Allah di masa depan. Lihat anak
yatim di depan mata, terutama yang anggota keluarga, dan jangan berfikir tentang
isi tabungan mereka, dan jangan berasumsi bahwa mereka dalam keadaan “oke-oke
saja”. Yang tahu keadaan mereka sebenarnya hanya mereka yang Allah, sedangkan
kita hanya berasumsi saja. Bisa jadi asumsi kita salah 100% tetapi kita sudah
buang muka duluan dengan sikap tidak peduli karena berasumsi mereka tidak perlu
dibantu lagi. Kalau mereka memang benar orang kaya, biarkan mereka sendiri yang
MENOLAK pemberian kita, dan insya Allah mereka akan melakukannya kalau merasa
tidak berhak menerimanya dan masih bisa hidup secara makmur. Sungguh sombong
dan sempit pemikiran kita kalau kita mau ambil keputusan itu atas nama mereka,
padahal kita tidak tahu apa-apa tentang mereka selain persepsi dan asumsi kita
saja!
Janganlah begitu, tetapi mari kita
membuka hati kita dan lakukan yang terbaik bagi mereka, tanpa rasa takut uang
itu akan hilang karena Allah yang menjamin akan bayar kembali uang itu kepada
kita. Dan kalau hatinya anak yatim itu sudah mantap, dan mereka sudah kuat dan
independen, dan kita sudah tidak meragukan itu (apalagi mereka sendiri yang
menyatakannya) maka silahkan cari anak yatim yang lebih jauh, dan bantu mereka
juga. Tetapi jangan sampai anak yatim yang paling dekat dengan kita diabaikan
begitu saja karena kita berasumsi bahwa mereka tidak perlu dapat bantuan dari
kita.
Allah SWT tidak pernah menciptakan
istilah “anak yatim yang kaya” tetapi mungkin saja itu berasal dari Setan, dan
manusia yang beriman kepada Allah SWT sedang menyebarkannya dengan sikap yang
sombong dan pemikiran yang sempit, berdasarkan asumsi dan persepsi saja!
Berikut ini adalah kisah nyata
yang dikirim kepada saya oleh seorang Ibu. Saya, Gene Netto, yang menjamin
bahwa insya Allah ini adalah kisah nyata, dan nama Ibu yang bersangkutan
dirahasiakan. Silahkan membaca, dan silahkan berfikir sendiri, apa ada orang
dekat kita yang belum kita bantu?
********
Gene, Assalammu'alaikum....
Saya terharu membaca cerita Gene membahagiakan seorang anak yatim & keluarganya. Bermacam macam komentar saya baca. Ada yang mendukung, tapi ada pula yang menyindir. Tidak masalah apa yang dikatakan orang lain.
Saya pernah di posisi seperti anak yang Gene santuni. Saat SMP ditinggal ayah satu2nya pencari nafkah dalam keluarga. Sementara ibu adalah sosok ibu rumah tangga murni yang tidak mengerti dan tidak punya keberanian untuk mencari uang. Tidak punya modal juga. Saya dan kakak saya harus putar otak supaya dapat uang untuk makan dan sekolah. Dua adik saya masih kecil2. Kami berdua [saya dan kakak] bahu membahu mencari nafkah sambil sekolah. Kakak mengamen, mencuci mobil orang, menjadi tukang parkir. Saya sekali2 ikut mengamen, menawarkan diri bekerja mencuci piring di warteg2, menjadi buruh tukang jahit dsb. Sering saya dan kakak saya selesai mengamen, tidur di jalan berselimut langit, beralas meja warung tenda atau lantai trotoar. Semua kami lakukan supaya kami berdua, ibu dan 2 adik saya bisa makan dan sekolah.
Tidak ada TV dirumah apalagi kulkas. Sering saat tidak punya uang sama sekali, saya berjalan kaki ke sekolah yang jaraknya kira2 sama dengan jarak Blok M ke Bunderan HI. Untuk makan saya terpaksa pergi ke pasar untuk memunguti sayuran yang dianggap tidak layak jual dan biasanya digunakan untuk pakan ikan lele. Atau memaksakan diri memohon belas kasihan penjual beras. Biasanya saya diberi segenggam atau dua genggam beras. Setiap kali mendapat makanan, saya selalu berbisik dalam hati mengucapkan terimakasih kpd Tuhan.
Sering saya sengaja puasa karena jatah makan saya, tidak saya makan tapi saya simpan untuk adik2 dan ibu. Karena belum tentu besok punya makanan.
Tidak ada sanak family yang membantu. Adik2 ayah saya yang kebanyakan orang sukses (dokter, direktur perkebunan, anggota dewan, dosen, ahli apoteker, peneliti) justru meributkan rumah yang kami tempati. Mereka menuntut rumah kami dijual dan uangnya di bagi2. Tapi untungnya ibu tetap bertahan. Kalau tidak, mungkin kami sekeluarga tinggal di kolong jembatan.
Gene,
Tuhan memang maha pengasih. Di tengah2 penderitaan hidup, Tuhan memberi kelebihan lain untuk saya. Saat sekolah dulu, saya tidak pernah tidak jadi juara kelas. Padahal boleh dibilang saya tidak pernah punya buku paket. Karena memang tidak punya uang untuk beli buku. Beruntung, buku paket sesuatu yang tidak begitu diwajibkan harus dibeli pada waktu itu. Tidak seperti sekarang. Buku paket jadi bisnis sekolah. Saya hanya rajin mencatat dan membuat ringkasan pelajaran saat jam istirahat di sekolah. Teman2 pada jajan, saya mencatat. Percuma juga kalau jajan. Tidak punya uang.
Sampai sekarang, kalau lagi reunian dengan teman2 SMA, saya yang pendiam tapi pemikir, dikenal sebagai orang yang berotak encer.
Gene,
Dengan modal otak yang kata orang encer, setamat SMA saya berhasil lulus test masuk kerja di sebuah Bank Pemerintah. Begitu pula kakak saya. Saat test tertulis, pengetahuan umum dan matematika (karena saya dari SMA IPA) nilai saya sempurna.
Meski di Bank saya cuma jadi typist, tapi gaji saya cukup membuat kehidupan keluarga saya membaik. Typist adalah pekerjaan yg tingkatannya paling rendah bagi seorang yg berpangkat Clerk. Karena dianggap pekerjaan yg mudah. Tapi meski demikian, saya berusaha menjadi typist yg baik. Boss2 di kantor menjadi suka jika surat2 atau notulen rapat saya yang mengetik.
Dari sini saya belajar bahwa hal yang dianggap sepele, yang sering tidak dilirik orang, jika dilakukan dengan baik, benar dan sungguh2 serta ikhlas maka akan bagus hasilnya.
Prinsip ini saya gunakan dalam menghadapi pekerjaan2 di kantor selanjutnya.
Meski saya hanya tamatan SMA, dipandang tidak berpendidikan, tapi Tuhan memberi saya berkah lain. Selama hidup saya bekerja di 5 company yang berbeda. Kecuali yang pertama ( di Bank Pemerintah) 4 perusahaan lain menerima saya bekerja tanpa test yang rumit. Paling2 hanya sekali wawancara. Saya sendiri tidak mengerti Gene...., padahal ada test macam2 termasuk psiko test. Tapi tidak pernah diberlakukan untuk saya.
Gene, kini saya memilih pensiun. Suami juga menghendaki saya istirahat di rumah. Ibu saya sehat walaafiat dan memilih tinggal berpindah2 sambil mengunjungi sanak family. Yang penting ibu happy. Kakak dan adik2 saya juga memiliki kehidupan yang baik meski sederhana. Semuanya berkah dari Tuhan. Jika sedang berkumpul, masa lalu yang penuh derita dan perjuangan menjadi cerita yang indah bagi kami. InsyaAllah kami seperti Gene, membantu anak yatim yang terdekat dulu. Meski hanya satu dua orang. Tapi jika suatu saat dia menjadi orang yang sukses dan tahu bersyukur, saya yakin ketika dewasa dia juga akan seperti Gene. Membantu anak yatim lain pula. Kebaikan Gene berlanjut. Berkesinambungan. Seperti rantai yang selalu terhubung, meski Tuhan sudah memanggil Gene kembali pulang.
Tetaplah seperti ini yha .... Gene....!! Apapun yang dikatakan orang lain, positif atau negatif tidak usah diambil pusing. Karena kegembiraan seorang anak yatim ketika bisa memiliki barang yang diidam-idamkan sejak lama...... rasanya sungguh luar biasa. Saya pernah merasakan. Dan ini akan selalu diingat sepanjang hidup.
Saya terharu membaca cerita Gene membahagiakan seorang anak yatim & keluarganya. Bermacam macam komentar saya baca. Ada yang mendukung, tapi ada pula yang menyindir. Tidak masalah apa yang dikatakan orang lain.
Saya pernah di posisi seperti anak yang Gene santuni. Saat SMP ditinggal ayah satu2nya pencari nafkah dalam keluarga. Sementara ibu adalah sosok ibu rumah tangga murni yang tidak mengerti dan tidak punya keberanian untuk mencari uang. Tidak punya modal juga. Saya dan kakak saya harus putar otak supaya dapat uang untuk makan dan sekolah. Dua adik saya masih kecil2. Kami berdua [saya dan kakak] bahu membahu mencari nafkah sambil sekolah. Kakak mengamen, mencuci mobil orang, menjadi tukang parkir. Saya sekali2 ikut mengamen, menawarkan diri bekerja mencuci piring di warteg2, menjadi buruh tukang jahit dsb. Sering saya dan kakak saya selesai mengamen, tidur di jalan berselimut langit, beralas meja warung tenda atau lantai trotoar. Semua kami lakukan supaya kami berdua, ibu dan 2 adik saya bisa makan dan sekolah.
Tidak ada TV dirumah apalagi kulkas. Sering saat tidak punya uang sama sekali, saya berjalan kaki ke sekolah yang jaraknya kira2 sama dengan jarak Blok M ke Bunderan HI. Untuk makan saya terpaksa pergi ke pasar untuk memunguti sayuran yang dianggap tidak layak jual dan biasanya digunakan untuk pakan ikan lele. Atau memaksakan diri memohon belas kasihan penjual beras. Biasanya saya diberi segenggam atau dua genggam beras. Setiap kali mendapat makanan, saya selalu berbisik dalam hati mengucapkan terimakasih kpd Tuhan.
Sering saya sengaja puasa karena jatah makan saya, tidak saya makan tapi saya simpan untuk adik2 dan ibu. Karena belum tentu besok punya makanan.
Tidak ada sanak family yang membantu. Adik2 ayah saya yang kebanyakan orang sukses (dokter, direktur perkebunan, anggota dewan, dosen, ahli apoteker, peneliti) justru meributkan rumah yang kami tempati. Mereka menuntut rumah kami dijual dan uangnya di bagi2. Tapi untungnya ibu tetap bertahan. Kalau tidak, mungkin kami sekeluarga tinggal di kolong jembatan.
Gene,
Tuhan memang maha pengasih. Di tengah2 penderitaan hidup, Tuhan memberi kelebihan lain untuk saya. Saat sekolah dulu, saya tidak pernah tidak jadi juara kelas. Padahal boleh dibilang saya tidak pernah punya buku paket. Karena memang tidak punya uang untuk beli buku. Beruntung, buku paket sesuatu yang tidak begitu diwajibkan harus dibeli pada waktu itu. Tidak seperti sekarang. Buku paket jadi bisnis sekolah. Saya hanya rajin mencatat dan membuat ringkasan pelajaran saat jam istirahat di sekolah. Teman2 pada jajan, saya mencatat. Percuma juga kalau jajan. Tidak punya uang.
Sampai sekarang, kalau lagi reunian dengan teman2 SMA, saya yang pendiam tapi pemikir, dikenal sebagai orang yang berotak encer.
Gene,
Dengan modal otak yang kata orang encer, setamat SMA saya berhasil lulus test masuk kerja di sebuah Bank Pemerintah. Begitu pula kakak saya. Saat test tertulis, pengetahuan umum dan matematika (karena saya dari SMA IPA) nilai saya sempurna.
Meski di Bank saya cuma jadi typist, tapi gaji saya cukup membuat kehidupan keluarga saya membaik. Typist adalah pekerjaan yg tingkatannya paling rendah bagi seorang yg berpangkat Clerk. Karena dianggap pekerjaan yg mudah. Tapi meski demikian, saya berusaha menjadi typist yg baik. Boss2 di kantor menjadi suka jika surat2 atau notulen rapat saya yang mengetik.
Dari sini saya belajar bahwa hal yang dianggap sepele, yang sering tidak dilirik orang, jika dilakukan dengan baik, benar dan sungguh2 serta ikhlas maka akan bagus hasilnya.
Prinsip ini saya gunakan dalam menghadapi pekerjaan2 di kantor selanjutnya.
Meski saya hanya tamatan SMA, dipandang tidak berpendidikan, tapi Tuhan memberi saya berkah lain. Selama hidup saya bekerja di 5 company yang berbeda. Kecuali yang pertama ( di Bank Pemerintah) 4 perusahaan lain menerima saya bekerja tanpa test yang rumit. Paling2 hanya sekali wawancara. Saya sendiri tidak mengerti Gene...., padahal ada test macam2 termasuk psiko test. Tapi tidak pernah diberlakukan untuk saya.
Gene, kini saya memilih pensiun. Suami juga menghendaki saya istirahat di rumah. Ibu saya sehat walaafiat dan memilih tinggal berpindah2 sambil mengunjungi sanak family. Yang penting ibu happy. Kakak dan adik2 saya juga memiliki kehidupan yang baik meski sederhana. Semuanya berkah dari Tuhan. Jika sedang berkumpul, masa lalu yang penuh derita dan perjuangan menjadi cerita yang indah bagi kami. InsyaAllah kami seperti Gene, membantu anak yatim yang terdekat dulu. Meski hanya satu dua orang. Tapi jika suatu saat dia menjadi orang yang sukses dan tahu bersyukur, saya yakin ketika dewasa dia juga akan seperti Gene. Membantu anak yatim lain pula. Kebaikan Gene berlanjut. Berkesinambungan. Seperti rantai yang selalu terhubung, meski Tuhan sudah memanggil Gene kembali pulang.
Tetaplah seperti ini yha .... Gene....!! Apapun yang dikatakan orang lain, positif atau negatif tidak usah diambil pusing. Karena kegembiraan seorang anak yatim ketika bisa memiliki barang yang diidam-idamkan sejak lama...... rasanya sungguh luar biasa. Saya pernah merasakan. Dan ini akan selalu diingat sepanjang hidup.
AJAIBNYA SEDEKAH
( Alquran
Surah Al Baqarah Ayat 267 )
Hai
orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari HASIL
USAHAMU YANG BAIK-BAIK dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Dan JANGANLAH KAMU MEMILIH YANG BURUK-BURUK lalu kamu nafkahkan
dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.
Allah
adalah MAHA MENEPATI JANJI, dan apa yang tertulis di Al Qur'an adalah apa
yang langsung diserukan Allah kepada umatnya. Adalah sebuah kerugian besar jika
kita tidak yakin akan perkataan langsung Allah tersebut. Baca dan
renungkan apa yang langsung diserukan Allah tentang sedekah:
( Alquran Surah Al Baqarah Ayat 245 )
Siapakah
yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), MAKA ALLAH MELIPAT GANDAKAN PEMBAYARAN KEPADANYA
DENGAN LIPAT GANDA YANG BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki)
dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
Dalam ayat
ini Allah dengan jelas mengatakan akan melipat gandakan, DENGAN LIPAT GANDA
YANG BANYAK bagi siapa saja yang gemar sedekah. Di akhir kalimat ditekankan
bahwa hanya Allah-lah yang bisa melapangkan atau menyempitkan rejeki makhluk
ciptaanNya.
( Alquran
Surah Al Baqarah Ayat 261 )
Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Dalam ayat
ini Allah secara jelas menyebut perhitungan matematis saat kita mengeluarkan
hartanya untuk sedekah. Jika menurut perhitungan matematis itu berarti sedekah
kita akan dibalas hingga 700 kali lipat! Di akhir ayat Allah menekankan akan
membalas sedekah itu bagi siapa yang Dia kehendaki.
(Alquran
Surah Al Baqarah Ayat 274 )
Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Dalam ayat
ini Allah menjanjikan bagi siapa saja yang mau bersedekah, Allah akan
memeliharanya dari segala bentuk kekhawatiran dan segala bentuk kesedihan. Anda
saat ini sedang punya masalah? Makanya ayo segera bersedekah.
( Alquran
Surah An Nisaa Ayat 114 )
Tidak ada
kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian
karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar.
Berdasarkan Firman Allah melalui Surah An Nisa di atas maka metode IPPS ini kami berikan dengan harapan dapat membuka hati saya, hati anda dan hati setiap orang yang membuka dan membaca web ini untuk mau dengan ikhlas bersedekah kepada orang dan mau menebarkan semangat sedekah pada orang lain. Allah menjanjikan pahala yang besar bagi siapa yang mau mengajak sedekah orang lain. Makanya, silahkan share-kan web ini pada siapa saja, bisa di Facebook, Twitter, atau blog anda.
Allah
sendiri telah menjanjikan, jika manusia mau bersedekah, maka Allah pasti akan
menggantinya dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) kali lipat. Dan, ini ada dasar
hukumnya, yaitu tertulis di dalam Al-Qur'an Surat: 6, Ayat: 160, dimana Allah
menjanjikan balasan 10 x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan di
dalam Al-Qur'an Surat: 2, Ayat: 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 x
lipat.
KISAH SEORANG YANG BERSEDEKAH KETIKA IA TERPURUK
Gila !! Begitu cibiran yang hampir tiap hari menyengat telinga Dani Hermawan. Cibiran sadis tersebut diterimanya, setelah ia mengambil keputusan drastis yang sangat tidak masuk akal bagi rasio awam.
Bagaimana tidak. Dani hanyalah seorang pekerja serabutan. Ia
tinggal di rumah kontrakan di Bogor bersama seorang anak dan istri yang
tengah mengandung anak kedua. Untuk makan sehari-haripun, Dani
sekeluarga sangat terbantu oleh kebaikan mertuanya.
Nah, dalam kondisi
begitu, Dani malah menguras isi kontrakannya. Bukannya untuk dijual buat
makan dan beli susu anaknya, tapi justru disedekahkan.
Pencerahan sedekah Dani dapatkan, setelah nyawanya hampir melayang di ujung putus asa.
Semula, Dani Hermawan
seorang supplier ayam yang cukup berjaya. Peternakannya luas, ayamnya
ribuan. Mobil pengangkut ayam tiap hari keluar-masuk kandangnya. Uang
setoran pun mengalir deras ke kantongnya.
Sampai kemudian, wabah
flu burung menyerang. Puluhan demi puluhan ayam negeri Dani mati,
sampai akhirnya ludes tak tersisa. Dani Hermawan bangkrut pada tahun
2007.
Tragisnya, hampir
tidak ada sisa masa kejayaan usaha Dani. Uang yang melimpah justru
membuatnya lalai untuk menyiagakan masa depan keluarga. Bahkan rumah pun
mereka tak sempat punya. “Saya lalai, saya lalai,” kenang Dani sambil
terisak.
Bersamaan dengan itu, Nia Kurniawati istrinya pun di-PHK dari tempat kerjanya.
Untuk melanjutkan
hidup sekeluarga, Dani lalu kerja serabutan sambil “mantab” (makan
tabungan) yang sedikit tersisa. Beruntung dia memiliki mertua yang baik,
sehingga kebutuhan dapurnya kemudian tertalangi. Walaupun, sebagai
kepala keluarga yang pernah jaya, pria ini sungguh tak enak hati hidup
dalam naungan mertua.
Perasaan bersalah,
malu, sekaligus khawatir, menumpuk di dada, membuat Dani Hermawan
stress. Apalagi anak mereka yang kedua jelang lahir. Duit dari mana buat
biayanya? Uang dari mana untuk membeli susunya? Lalu buat sekolahnya
nanti bagiamana?
Masya Allah, tak kuasa
menahan stress, bisikan setan pun diikutinya. Satu malam, Dani ngeloyor
ke rel kereta api tak jauh dari rumahnya. Sampai di sana, dia lalu
nekad membaringkan diri menyilangi salah satu rel.
Ketika kupingnya
menangkap deru kereta Jabotabek dari arah Jakarta, Dani segera
memejamkan mata rapat-rapat. “Sebentar lagi penderitaanku akan
berakhir,” batinnya, walau dibarengi rasa takut.
Wes ewes ewes, bablas
keretanya. “Lho, aku kok masih hidup,” Dani kaget ketika membuka mata.
Olala, ternyata kereta api lewat melalui rel satunya.
Dani lalu memejamkan mata lagi, berharap kereta berikutnya segera lewat dan melindas tubuhnya.
Tapi, tunggu punya
tunggu, si kereta tak datang jua. Sementara, Dani harus bersilat melawan
gerombolan nyamuk yang mengerubutinya. Plak, plok, plaak.
Tak tahan dingin dan nyamuk, akhirnya Dani urung bunuh diri. Dengan langkah lunglai, pulang dia ke kontrakannya.
Suatu malam
berikutnya, giliran bisikan malaikat yang dia ikuti. Saat iseng menyetel
TV Banten, tiba-tiba Dani terpaku pada taushiyah Ustadz Yusuf Mansur.
Sang Ustadz tengah menguraikan sedekah sebagai solusi problema
kehidupan.
“Sedekah akan cepat
bunyi bila ditunaikan dalam keadaan kita kepepet, lagi butuh, atau
sangat menyayangi harta yang akan kita sedekahkan,” kata Ustadz, yang
menancap betul di benak Dani.
Besoknya, dengan getol Dani mulai memburu dan melahap taushiyah Ustadz melalui radio dan televisi, juga VCD.
Melihat hobby baru
suaminya, semula Nia sinis. “Aa’, yang pasti-pasti aja deh. Uang itu ya
didapat dari kerja, bukan sedekah,” kata Nia yang waktu itu masih belum
berbusana muslimah.
“O iya, ini juga pasti
Dik. Tinggal kita yakin apa enggak,” Dani mencoba sabar. Ia maklum,
dalam kondisi seperti ini istrinya jadi sensi.
Namun satu sore, Dani
memergoki istrinya tengah menyimak VCD The Miracle. Tampak Nia
manggut-manggut, merasa mendapat pencerahan.
“Iya ya A’, kita sedekahkan yang kita punya yuk,” katanya, disambut senyum Dani.
Tak tega rasanya
Darmawan Setiadi, saat menjemput sedekah Dani di kontrakannya. Di bawah
tatapan melompong putri Dani, Darmawan dan tim PPPA Daarul Qur’an
mengangkut kulkas, televisi, tape, sampai ke handphone satu-satunya
milik tuan rumah. Semua barang itu bakal dijual di PPPA Shop, hasilnya
untuk membiayai program pembibitan penghafal Qur’an.
“Mas Dani, bagaimana
kalau hape-nya tidak usah ikut disedekahkan. Mas Dani kan sangat
memerlukannya,” bisik Darmawan kepada Dani.
“Oh, tidak Mas. Saya
memang sudah meniatkan untuk disedekahkan bersama barang-barang lainnya.
Doakan saja agar Allah memberi balasan yang terbaik buat kami,” jawab
Dani mantap. Apa boleh buat. Sambil menahan tangis haru, Darmawan
membawa semua barang sedekahan Dani. Tak ayal, kontrakan Dani langsung
kosong melompong. Yang tersisa hanyalah almari kayu tua yang sudah tidak
layak untuk disedekahkan sekalipun.
Almari itu bagian
tengahnya bolong, tadinya untuk wadah TV. Setelah TV-nya diangkut, Az
Zahra anak sulung Dani nyeletuk, “Yah, sekarang kita nonton tipinya
bohong-bohongan ya?”
Dani menjawab dengan mengusap sayang kepala putranya. “Tenang, Nak, Allah Maha Kaya dan Maha Mengetahui,” katanya, ditingkahi senyum tulus sang istri.
Setelah itu, Dani dan
Nia Kurniawati, menggetolkan riyadhoh. Mereka dawamkan amalan wajib,
ditambah amalan sunnah Nabi seperti sholat tahajjaud, dhuha, dan puasa
Senin-Kamis.
Saking rindunya pada
Rasulullah SAW, Dani bahkan mulai membiasakan diri mengenakan baju
gamis. Namun, mantan pengusaha peternakan ayam yang kini hobby-nya ke
masjid itu, malah disalahpahami. Bahkan sebagian orang menganggapnya
kurang waras.
“Dik, mengapa mereka
tega mengataiku gila. Apakah orang tidak boleh berubah jadi baik,” keluh
Dani Hermawan pada istrinya. “Sabarlah A’, insya Allah, Allah akan
menunjukkan jalan,” Nia menghibur suaminya.
Kabar tentang
“keanehan” Dani, rupanya sampai juga ke seorang pengusaha yang masih
tetangganya. Suatu malam, Dani dipanggil ke rumah si pengusaha. Setelah
menyimak kisah singkat perjalanan hidup Dani, pengusaha itu berkata,
“Hobby-mu apa Dan?”
“Badminton, Pak, tapi belakangan ini sudah jarang main lagi,” Dani tersenyum.
“Ya sudah, nanti kapan-kapan kita ketemu lagi.”
Saat dipanggil
kembali, Dani kaget bukan kepalang. Pengusaha tersebut menjadikannya
manajer Gedung Olah Raga (GOR) badminton di Jalan Soleh Iskandar, Bogor.
Selain menyewakan
gedung badminton, Dani Hermawan juga mengajar kelas bulu tangkis. Dia
pun melayani les privat olahraga yang sama. Ini menjadi kekuatan GOR
yang dikelolanya.
“Awalnya, hanya satu
klub yang menjadi pelanggan kami. Sekarang alhamdulillah, sampai harus
antri kalau mau makai GOR kami,” kata Dani.
Kini, kehidupan Dani
Hermawan dan istrinya bersama kedua buah hati mereka, Azzahra Putri Dani
dan Juaneta Putri Dania, jauh lebih baik. Tanpa dipaksa sang suami, Nia
Kurniawati sudah berbusana muslimah. Mereka sangat mensyukuri semuanya,
meskipun belum memiliki rumah sendiri.
(sumber : buku dahsyatnya sedekah)
http://persaudaraansejati.blogspot.co.id/
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com