Oleh Emad Efanah (*
Gaza kini memasuki fase yang
memungkinkan untuk mengalami ledakan bersamaan dengan terhentinya 80%
gerak nadi kehidupan akibat hilangnya BBM di sana, krisis akan
mengendalikan seluruh bidang kehidupan setelah penderitaan akibat
kekosongan BBM itu mendekati setahun.
Gaza memasuki fase “ledakan”.
Bersamaan dengan dinas kesehatan yang kehilangan 300 jenis obat-obatan
penting dan darurat, krisis akan mengancam kehidupan ratusan pasien
sakit di Gaza.
Gaza memasuki fase “ledakan”.
Bersamaan dengan ngototnya pemerintah Abbas ingin menggagalkan semua
usaha pemerintah di Gaza untuk menyelesaikan krisis BBM dan listrik
melalui penandatanganan kesepakatan-kesepakatan dengan negara-negara dan
perusahaan di luar negeri untuk mengimpor BBM dan untuk mengaitkan
masalah itu dengan masalah listrik, maka krisis ini hampir menjerumuskan
pada kondisi hancurnya semua kesemapatan untuk membangun di atas
kesepakatan-kesepakatan rekonsiliasi dan usaha merenovasi “rumah
internal Palestina” untuk satu barisan menghadapi rencana jahat Israel.
Gaza dan Tepi Barat memasuki
fase “ledakan”. Bersamaan dengan ngototnya Israel melanjutkan aksi
pelanggaran-pelanggarannya terhadap hak tawanan Palestina di penjara
Israel yang tidak lagi mengindakan komitmen mereka terhadap perjanjian
pertukaran tawanan, maka krisis ini hampir akan mendorong bangsa
Palestina, terutama kelompok perlawanan mengambil langkah tegas terhadap
Israel.
Mereka melakukan ini dalam
rangka membalas tindakan permusuhan Israel terutama di tengah bahaya
yang mengancam kehidupan tawanan yang sedang mogok makan secara umum.
Terutama, tawanan Hana Ash-Shalabi, aleg tawanan Ahmad Haji Ali, dan
tawanan senior Abbas Sayyid yang mengalami usaha pembunuhan pengecut di
balik sel penjara Israel.
Tepi Barat memasuki fase
ledakan. Bersamaan dengan ngototnya Fatah dan Otoritas Palestina
mengingkari berbagai macam kesemapatan rekonsiliasi di Kairo dan di Doha
dan kesepakatan-kesepakatan lainnya, maka ngotornya Fatah untuk
memperparah perpecahan melalui berlanjutnya tindakan anti nasionalisme
ini terutama:
- Koordinasi bahkan kerjasama perbauran keamanan dengan Israel melawan warga Palestina dan para pejuangnya,
- Penghancuran ekonomi sistemik melalui kesepakatan Paris yang hina,
- Politik pemecatan kepegawaian dan penutupan lembaga sosial dengan berbagai bentuknya,
- Konspirasi terbuka blokade Gaza dan penjerumusan wilayah itu dalam berbagai krisis,
- Sikap diam yang memalukan yang ditampakkan oleh dunia Arab dan Islam atas berbagai pelanggaran Israel terhadap bangsa Palestina, tanah airnya dan tempat sucinya,
Maka situasi ini akan menyeret
kepada ledakan melawan Otoritas Palestina di Ramallah. Seterusnya akan
mendorong kepada perlawanan terhadap penjajah Israel sehingga akan
tercipta “revolusi Palestina” yang terorganisir dan di bawah kendali.
Warga Palestina di Tepi Barat akan berusaha membebaskan diri dari
Otoritas Palestina Abbas setelah selesai tugas-tugasnya. Untuk
selanjutnya, Jordania akan diseret oleh Israel dan dilibatkan agar ikut
bermain dalam melakukan kekerasan kepada perlawanan di Tepi Barat agar
singsana kerajaan tetap terjaga.
Gaza dan Tepi Barat, bahkan
Al-Quds memasuki fase ledakan. Namun perlawanan di Tepi Barat
terbelenggu, dikejar dan dikriminalkan. Al-Quds merintih di bawah
serangan bengis Israel berupa yahudisasi. Hanya Gaza yang bisa melakukan
perlawanan dengan kesabaran dan ketegarannya menghadapi musuh Israel.
Umat Islam ini memasuki fase
ledakan menghadapi para rezimnya. Bersamaan keberhasilan revolusi di
Tunis, Mesir, Libia dan Yaman, maka umat harus bersatu menyatukan arah
kompasnya ke Palestina dan Al-Quds untuk menerapkan slogan abadi “rakyat
ingin membebaskan Palestina – rakyat ingin membebaskan dan menyatukan
Irak – rakyat ingin mengusir penjajah dari Afganistan – rakyat ingin
menyatukan Sudan”.
Pangkalan militer Israel mungkin
akan memperluas penjajahannya ke Suriah dan Iran. Maka apakah
perlawanan di Gaza bertahan menunggu dipukul musuh kemudian ia akan
berjuang membela diri sendirian?
Kenapa perlawanan tidak
mengambil prakarsa inisiatif sendiri melakukan serangan pukulan atau
bahkan mengirim pesan menggentarkan dan berdarah kepada musuh Israel dan
antek-anteknya untuk memaksa semua pihak agar membebaskan kami dari
luka ini.
Jika mereka membiarkan Gaza
meledak, membiarkan Gaza membalas, membiarkan Gaza maju membelas
dendam, maka mereka sebenarnya membiarkan Gaza hidup agar umat ini tetap
hidup. (*/infopalestina)
Khalid Meshal |
Setelah 45 Tahun, Pemimpin Hamas Kembali ke Gaza
GAZA - Pemimpin Hamas dalam pengungsian Khalid Meshal dijadwalkan
akan kembali ke tanah Palestina untuk pertama kalinya sejak 45 tahun.
Meshal dikabarkan akan kembali ke Gaza hari ini waktu setempat.
Meshaal tidak pernah menginjakan kakinya di wilayah Palestina sejak
meninggalkan Tepi Barat ketika dirinya berusia 11 tahun. Keputusannya
ini diambil setelah kelompok pejuang Palestina di Gaza terlibat
pertempuran dengan Israel selama delapan hari, bulan lalu.
Konflik delapan hari itu berakhir dengan gencatan senjata yang
dinegosiasikan dirinya lewat mediasi Mesir. Sejak itu pula, Meshaal
mengutarakan untuk meraih faksi Palestina lainnya.
"Ada suasana baru yang membuat kami untuk mendukung dilakukannya
rekonsiliasi," ucap Meshaal di Qatar, seperti dikutip Reuters, Jumat
(7/12/2012).
Meshaal akan tinggal di wilayah pesisir Gaza selama 48 jam.
Kedatangannya ini berkaitan dengan perayaan kemenangan atas pertempuran
melawan Israel November lalu. Perayaan ini juga bertepatan dengan
peringatan 25 tahun berdirinya Hamas.
Sekira 170 warga sipil Palestina tewas dalam pertempuran bulan lalu,
sementara di pihak Israel korban tewas mencapai enam jiwa. Sebagian
besar korban tewas adalah warga sipil tak berdosa.
Israel sendiri menolak berakhirnya pertempuran itu adalah bentuk
kemenangan Hamas. Mereka mengklaim, rangkaian serangan udara yang
dilesakkan ke Hamas, telah memperlemah kekuatan kelompok pejuang
Palestina itu.
Israel Ancam Bunuh Pimpinan Palestina Ini
Pimpinan Jihad Islam Palestina, Ramadan Shalah |
YERUSALEM - Israel mengancam
akan membunuh Pemimpin Jihad Islam Ramadan Shalah, bila Shalah memasuki
wilayah Jalur Gaza. Selain Shalah, Israel juga merencanakan pembunuhan
tehradap wakil Shalah, Ziad Nakhla.
Pemerintah Mesir mengatakan,
Israel menolak kehadiran Shalah ke Gaza. Hal itupun membuat Jihad Islam
melakukan peninjauan ulang terhadap rencana kunjungannya ke Gaza.
Kunjungan itu akan dilakukan Shalah bertepatan dengan Perayaan Hut Hamas
ke-25. Demikian diberitakan Maan, Jumat (6/12/2012).
Sementara itu, Pemimpin Hamas
Khaled Meshal juga dikabarkan akan kembali ke Gaza setelah 45 tahun
berada di pengungsian. Meshal meninggalkan Tepi Barat di saat usianya
masih 11 tahun. Kedatangan Meshal ke Gaza juga bertepatan pada Hut
Hamas.
Meshal dijadwalkan akan bertemu
dengan sejumlah gerakan dan warga di Jalur Gaza. Meshal juga akan
menjenguk korban yang terluka dalam konflik Palestina Israel beberapa
pekan yang lalu.
Menurut salah seorang pejabat
Hamas, Abu Zuhri, kunjungan Meshal merupakan hasil kemenangan Hamas dari
pendudukan Israel. Meshal kembali hadir di Gaza usai Mesir memprakarsai
gencatan senjata Palestina dan Israel.
Sejauh ini, Meshal tinggal di
Damaskus, Suriah, sebelum akhirnya pindah ke Mesir. Meshal menerima
kritik pedas dari Suriah karena enggan mendukung pemerintahan Presiden
Bashar al-Assad dan pindah ke Mesir.
Suriah pun sempat menuduh Meshal
bersekongkol dengan Israel dan Amerika Serikat (AS) guna memuluskan
upayanya untuk memimpin Palestina. Pada saat yang sama, Suriah menyebut
Meshal menjual perjuangannya sendiri untuk sebuah kekuasaan.
Sebagai Pemimpin Hamas, Meshal
juga mendukung pembaharuan keanggotaan Palestina di Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Meski demikian, kemenangan Palestina di PBB patut
disertai dengan perjuangan bangsa Palestina.
Ancam Boikot Produk, Barat Ramai-ramai Kecam Israel,
NAZARET - Australia,
Inggris dan Prancis memanggil Duta Besar Israel di negara masing-masing
dan mengecam rencana pembangunan properti di wilayah Palestina.
“Australia sejak lama menentang
rencana pembangunan perumahan oleh Israel. Aktivitas ini merusak
kemungkinan solusi dua negara,” demikian Menlu Australia Bob Carr.
Menlu Carr juga menyatakan,
tindakan Israel itulah yang membuat Negeri Zionis itu tak pernah aman
dari serangan militan Palestina.
Sementara, Uni Eropa mengancam
akan menerapkan sanksi ekonomi bagi Israel dengan memisahkan produk yang
dihasilkan pemukiman yahudi di wilayah Palestina.
Sanksi tersebut sebagai respon keras atas berlanjutnya proyek pemukiman Israel di wilayah jajahan.
Surat kabar Israel Maarev edisi
Kamis (6/12) menyebutkan Eropa berupaya mempercepat sanksi ekonomi
dengan memisahkan produk Israel di pasar Eropa.
''Pemisahan produk Israel
sebagai langkah protes atas putusan Israel membangun 3.000 unit
pemukiman baru di Tepi Barat dan Alquds,'' sebut Maarev yang dikutip
Infopalestina.
Uni Eropa akan mengajukan draf
aturan tersebut ke dewan Kemenlu Uni Eropa. Ini agar rencana 'boikot'
produk Israel itu segera mendapatkan persetujuan sehingga Uni Eropa bisa
langsung menerapkannya.
Inggris dan Prancis juga
mengeluarkan pernyataan serupa. Amerika Serikat (AS) juga mengecam,
namun seperti biasa, menyampaikannya dengan lembut dan halus.
Syahid 16 Tahun Lalu, Jenazahnya Masih Utuh dengan Satu Jari Tegak
Jenazah Khalil |
GAZA - Khalil
al-Syarif Khalil meninggal dunia 16 tahun yang lalu. Ia berasal dari
Palestina. Ia syahid ketika melawan serdadu Israel.
Beberapa waktu lalu, kuburan
Khalil tanpa sengaja kembali tergali. Sudah menjadi kebiasaan di
Palestina menyatukan jenazah para syuhada di kuburan yang sama.
Juga menjadi kebiasaan di Timur Tengah dan Arab mengebumikan jenazah di liang lahat yang telah lama digunakan.
Namun, semua orang langsung terkejut ketika mereka menemukan jenazah Khalil yang tidak dimamah oleh tanah dan masih utuh.
Jenazahnya bahkan seperti baru
saja dikebumikan satu jam saja. Satu jari telunjuknya tegak, seperti
orang tengah melakukan tasyahud dalam shalat. [sa/wangold]
Israel Benar-benar Merasa Dipermalukan di Depan PBB
NEW YORK - Kamis (29/11) menjadi hari yang paling menyedihkan
bagi Israel. Sidang Umum PBB yang digelar di New York, Amerika Serikat
itu benar-benar telah menampar muka Zionis Israel. Di forum itu, Israel
benar-benar dipermalukan.
Dukungan mayoritas masyarakat dunia terhadap Palestina dan peningkatan
status keanggotaannya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi sebuah
kekalahan memalukan. Sekutu Israel pun membelot dengan mendukung status
Palestina di PBB.
Mehr News (30/11) melaporkan, koran Haaretz terbitan Tel Aviv menurunkan
laporan yang menilai persetujuan mayoritas anggota PBB terhadap
peningkatan status Palestina sebagai negara pengamat di PBB, merupakan
kekalahan memalukan untuk Israel.
Disebutkan pula bahwa hasil voting untuk peningkatan status keanggotaan
Palestina di PBB itu juga merupakan peringatan kepada para pejabat
Israel bahwa "kesabaran dunia atas penjajahan telah habis."
Anggota Parlemen Israel Bakar Bendera Palestina
Kalap denga kekalahan yang dialami, sejumlah anggota parlemen rezim Israel (Knesset) membabi-buta membakar bendera Palestina.
Sekelompok anggota Knesset dipimpin Michael Ben-Ari dan Arieh Eldad
menggelar demonstrasi di depan kantor PBB di Baitul Maqdis menentang
peningkatan status Palestina di PBB menjadi negara pengawas bukan
anggota.
Mereka juga melakukan aksi pembakaran bendera Palestina yang berujung bentrok dengan polisi. Demikian dilaporkan Qodsna (30/11).
Perbuatan ceroboh para thing tank dan pengambil keputusan rezim Zionis
itu menunjukkan kemarahan pejabat Israel atas keberhasilan yang diraih
bangsa Palestina di arena internasional, dan kekalahan pahit dalam
perang delapan hari di Gaza.
Negara-negara anggota PBB, Kamis 29 November 2012, menyetujui peningkatan status keanggotaan Palestina sebagai negara pengamat di PBB dengan 138 suara setuju dan sembilan menentang.
Menyusul peningkatan status keanggotaan tersebut, Palestina dapat mengadukan pelanggaran Israel dalam memperluas pembangunan permukiman di Tepi Barat Sungai Jordan dan masalah lain kepada lembaga-lembaga internasional.
Amerika Serikat dan Kanada termasuk di antara negara yang menentang permohonan Palestina sementara Inggris dan Jerman menyatakan abstain.
Negara-negara anggota PBB, Kamis 29 November 2012, menyetujui peningkatan status keanggotaan Palestina sebagai negara pengamat di PBB dengan 138 suara setuju dan sembilan menentang.
Menyusul peningkatan status keanggotaan tersebut, Palestina dapat mengadukan pelanggaran Israel dalam memperluas pembangunan permukiman di Tepi Barat Sungai Jordan dan masalah lain kepada lembaga-lembaga internasional.
Amerika Serikat dan Kanada termasuk di antara negara yang menentang permohonan Palestina sementara Inggris dan Jerman menyatakan abstain.
Puluhan Pesepakbola Dunia Tak Sudi Israel Jadi Tuan Rumah Piala Eropa
Eden Hazard (Chelsea) |
PARIS -- Puluhan pesepak bola ternama menandatangani sebuah sikap
penolakan putusan UEFA yang menunjuk Israel sebagai tuan rumah Piala
Eropa U-21 pada tahun depan.
Kelompok pemrotes yang dimotori Frederik Kanoute itu mempertanyakan
keputusan UEFA yang menunjuk Israel sebagai tuan rumah perhelatan
kompetisi sepak nola yang menjunjung nilai-nilai fair play.
Dikutip
Al Arabiya, Sabtu (1/12), serangan Israel ke Jalur Gaza yang menewaskan
ratusan orang, dan empat di antaranya sedang bermain sepak bola, serta
menghancurkan Stadion Gaza.
Insiden itu membuat 62 pesepak bola itu antipati dengan UEFA. Di antara
nama yang mengkritik penunjukan Isael itu adalag gelandang Chelsea, Eden
Hazard, penggawa Paris Saint-Germain (PSG) Jeremi Menez, pemain
Arsenal Abou Diaby, serta ujung tombak Newcatle United, Demba Ba.
Protes yang dilancarkan sebab ulah yang ditunjukkan militer Zionis
dengan menyerang penduduk Palestina itu sangat kontradiksi dengan arti
sportivitas yang harus dijunjung dalam dunia sepak bola.
Pemain sepak bola yang berbasis di London dan Paris membuat protes
agar, "UEFA memberi kartu merah kepada Israel." Dengan begitu maka
penunjukan tuan rumah itu bisa dibatalkan.
Sayangnya, mengetahui ada kelompok pesepak bola yang mendukung Palestina
itu membuat UEFA bungkam. Mereka menolak berkomentar dengan aksi protes
62 pesepak bola itu.
Hanya saja, sebelumnya, Presiden UEFA Michel Platini menyatakan,
terpilihnya Israel melalui proses yang adil berdasarkan sistem pemilihan
yang demokratis. Platini tidak meragukan faktor keamanan dan percaya
sepenuhnya dengan pemerintah Israel. Piala Eropa U-21 diselenggarakan
pada 5-18 Juni di Yerusalem, Tel Aviv, Netanya, dan Petach Tikva.
Semua artikel diatas berasal dari: http://www.atjehcyber.net/
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com