Oleh: ImanWahyudi
A’uudzubillaahiminasysyaithaanir rajiim
Bismillahirrahmaniraahim...
Assalamu’alaikumwarohmatullaahiwa Barokatuhu.
الْحَمْدُ
ِللهِرَبِّالْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى
أَشْرَفِاْلأَنْبِيَاءِوَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ أَمَّابَعْدُ
Artinya :Segala puji bagi Allah Sang Penguasa alam semesta. Semoga salawat sertakeselamatan tercurahkan selalu kepada Nabi dan Rasul termulia. Bersertakeluarga dan sahabat-sahabatnya, semuanya.
نَحْمَدُهُوَنَسْتَعِيْنُهُوَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَاوَمِنْ
سَيِّئَاتِأَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْيُضْلِلْهُ فَلاَهَادِيَ لَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى
سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَعَلَىاَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Artinya:Kami panjatkan segala puji padaNya dan kami meminta pertolonganNya. Serayamemohon ampun dan meminta perlindunganNya dari segala keburukan jiwaku dan darikejelekan amaliahku. Barang siapa yang telah Allah tunjukkan jalan baginya,maka tiada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang telah Allah sesatkanjalannya, maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Ya Allah limpahkanlahsalawat dan salam bagi Muhammad berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya,semuanya.
الْحَمْدُ
ِللهِالَّذِيْأَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ.
وَنُصَلِّيْوَنُسَلِّمُعَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَلِهِوَصَحْبِهِأَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Artinya:Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa iman danislam. Salawat dan doa keselamatanku terlimpahkan selalu kepada Nabi AgungMuhammad Saw berserta keluarga dan para sahabat-sahabat Nabi semuanya , AMMABA’DU
Sungguh ironis kenyataan bahwa sebagian besar orang miskin adalah orang Islam. Padahal Islam samasekali tidak mengajarkan agar kita menjadi orang miskin, bahkan sebaliknya, Islam mengajarkan agar kita menjadi orang kaya.
Rukun Islam adalah suatu pekerjaan/kegiatan yang harus kita kerjakan agar kita bisa disebut sebagai orang Islam. Rukun Islam ada lima; Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa, Haji. Jadi, untuk bisa disebut sebagai orang Islam, pertama kita harus ikrar jiwa & raga bahwa tiada tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusanNya, dan seterusnya. Mari kita bahas satu per satu.
Salah satu syarat sah sholat adalah pakaian dan tempat harus bersih & suci. Standard bersih akan lebih tinggi dengan makin “kaya”nya kita. Artinya, secara implisit Islam mengajarkan agar kita menjadi orang yang mampu. Ini sejalan dengan hadist nabi yang menyatakan bahwa Allah lebih menyukai ummat yang kuat.
Sebagai bukti bahwa sholat kita tegak adalah kita membayar zakat (ZIS). Jadi, membayar zakat adalah keharusan yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya. Kalau miskin, maka dia wajib di-zakati, bukan membayar zakat. Tidak perlu ragu apakah kita bisa menjadi orang kaya, karena Allah telah menjamin bahwa apabila kita mau beriman dan “berbuat baik” sesuai dengan yang disyariatkan, maka akan dibuka “kran” berkah dari langit dan bumi. Ini bisa dijelaskan menggunakan sudut pandang ilmu psikologi maupun ilmu bisnis modern.
Puasa adalah cara untuk melatih kita agar menjadi orang yang ber-taqwa (mematuhi syariat). Sudah terbukti bahwa puasa membuat kita sehat raga dan sehat jiwa dimana sehat Jiwa & Raga merupakan kunci utama menuju sukses. Mudah dipahami disini, bahwa puasa seperti yang digambarkan disini hanya bisa dilakukan oleh orang kaya. Orang miskin berpuasa karena memang tidak ada yang bisa dimakan. Bahkan kenyataan membuktikan bahwa banyak sekali orang miskin yang tidak berpuasa karena tidak ada yang untuk berbuka dan sahur. Sekalilagi ini membuktikan bahwa Islam mengajarkan kita agar menjadi orang kaya.
Rukun kelima adalah melaksanakan Haji ke Mekkah, yang sudah jelas memerlukan dana yang tidak sedikit, baik untuk yang ditinggal atau pun yang berangkat. Untuk bisa mencuci bersih hati kita dari selain “Laailaa ha illallaah Muhammadar rosulullooh”, maka kita “harus” melaksanakan haji. Maka sempurnalah kita sebagai orang Islam, asal semua rukun di atas dilakukan dengan hati/jiwa, bukan hanya raga.
Jadi, orang yang memilih Islam sebagai jalan hidupnya secara kaaffah pastilah menjadi orang yang kaya di dunia dan di akhirat. Maka, tidak alasan untuk memilih manual hidup yang lain.
Semoga kita mendapat hidayah untuk menyadari potensi kemanusiaan kita. Amiin.
Berdagang!
Kenapa sih Islam menganjurkan umatnya buat berdagang?
Sebenernya, pemikiran bahwa berdagang itu adalah sebuah aktivitas yang 'hanya berorientasi sama keuntungan' nggak sepenuhnya benar. Ya.. karena kenyataannya? Di dalam berdagang, seseorang itu nggak semata-mata untuk mencari untung aja. Bahkan nggak jarang di dalam aktivitas perdagangan yang kita lakukan, sering juga kita menghadapi kerugian.
Jika mengacu kepada apa yang di ajarkan oleh agama Islam melalui risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW -Sang Manusia agung yang layak jadi prototype Bussinessman sejati- bahwasanya Tujuan perniagaan menurut Islam sebenarnya ialah untuk menegaskan, mengenalkan dan bahkan memperluas aktivitas dakwah dan penyebaran syariat yang tentu salah satu tujuannya adalah dalam rangka beribadah dan mendapat ridha dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Oleh karenanya, alih-alih mencari keuntungan material semata (just focus on profit and material oriented)? Islam justru mengajarkan bahwasanya di dalam perniagaan dan perdagangan itu, hendaklah kita-sebagai seorang muslim sentiasa mencari keredhaan Allah dengan niat serta perlaksanaan yang benar
So?
Selanjutnya coba kita lihat betapa di dalam perdagangan dan perniagaan itu dapat diperoleh betapa pengaruh syariat dan aturan Islam dapat memegang kendali sebegitu kuat dan luas sekali sehingga pada akhirnya menjadikan sektor perdagangan menjadi sektor yang wajib dikuasai oleh umat Islam. kenapa? Karena didalam perdagangan ada kebaikan dan pahala yang kadarnya begitu besar.
KEUTAMAAN BERDAGANG
Dalam beberapa hadist dijelaskan betapa Nabi mengatakan bahwasanya terdapat berbagai keutamaan yang kelak dapat diraih dengan kita berdagang. Di antaranya:
"Pedagang yang dapat dipercaya dan beramanat, akan bersama para Nabi, orang-orang yang dapat dipercaya dan orang-orang yang mati syahid." (Riwayat al-Hakim dan Tarmizi dengan sanad hasan).
Kita tentu tidak heran kalau kemudian Rasulullah menyejajarkan kedudukan pedagang yang dapat dipercaya dengan kedudukan seorang mujahid dan orang-orang yang mati syahid di jalan Allah, sebab sebagaimana kita ketahui dalam percaturan hidup, bahwa apa yang disebut jihad bukan hanya terbatas dalam medan perang semata-mata tetapi meliputi lapangan ekonomi juga.
MENGAPA PEDAGANG DIJANJIKAN BALASAN SEDAHSYAT ITU?
Seorang pedagang dijanjikan suatu kedudukan yang begitu tinggi di sisi Allah serta pahala yang besar nanti di akhirat lantaran memang perdagangan itu pada umumnya merupakan aktivitas yang seringkali diliputi oleh perasaan tamak dan hanya berorientasi pada keuntungan yang besar semata, sehingga tak heran kalau banyak juga pedagang yang tidak amanah dan rela memenangkan persaingan dengan jalan apapun.
Di dalam perdagangan juga kita tahu kalau disana itu Harta dapat melahirkan harta dan suatu keuntungan membangkitkan untuk mencapai keuntungan yang lebih banyak lagi. Maka itu kemudian barangsiapa berdiri di atas dasar-dasar yang benar dan amanat, maka berarti dia sebagai seorang pejuang yang mencapai kemenangan dalam pertempuran melawan hawa nafsu. Dan karenanya pula dia akan memperoleh kedudukan sebagai mujahidin.
TAPI... APAKAH PERDAGANGAN CUMA BERKUTAT DENGAN HAL NEGATIF SAJA? TIDAK ADA FAEDAHNYA?
Jawabannya tentu saja TIDAK!! Hal ini tiada lain karena di dalam aktivitas perdagangan dan perniagaan terdapat banyak sekali nilai dan pelajaran yang bisa dipetik, antara lain :
1. Bahwa di dalam aktivitas perniagaan dan perdagangan, terdapat nilai persaudaraan yang terjalin dari seringnya terjadi komunikasi dua arah antara pembeli dan penjual. Dan dari sanalah kemudian terjalin suatu persaudaraan yang erat. Seperti kita ketahui bersama, di dalam Islam berkawan dan bersaudara itu adalah dua hal yang sangat dianjurkan. Bahkan banyak ayat alquran maupun hadist yang menjelaskan tentang pentingnya perkawanan dan persaudaraan. seperti ayat : "Wa Ta'aawanuu 'alal birri wat taqwa : "Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa."
Nabi sendiri menegaskan kembali betapa pentingnya kita berteman. Terlebih berteman karena Allah.“Barangsiapa yang bersaudara dengan seseorang karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke suatu derajat di surga yang tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dari amalnya.” (Riwayat Muslim)
Dan nanti Akhirat kelak, kawan kita itu boleh jadi akan memberi kita syafaat. Dari mana? Semua bisa jadi diawali dari perniagaan. Yup.. melalui perniagaan/perdagangan? kita akan banyak dapat teman, baik teman sesama pedagang, para pelanggan, bahkan investor kita.
2. Betapa melalui perniagaan, kita dapat memberi pengertian,suri teladan,maupun contoh nyata kepada setiap orang dan bahkan tokoh masyarakat akan sikap para pemeluk Islam yang baik.
3. Betapa melalui perniagaan, kita dapat memberi pengertian,suri teladan,maupun contoh akan pentingnya sebuah kerjasama. Ya... Islam itu adalah agama yang sangat menggalakkan kerjasama. Dan di dalam perniagaan/perdaganganlah banyak kita temui aneka unsur-unsur kerjasama dan peluang serta keperluan untuk bekerjasama.
4. Di dalam perniagaan juga dianjurkan untuk menolak kemudharatan, sebuah sifat terpuji yang sangat dianjurkan oleh Islam. Kalau tidak ada unsur menolak kemudharatan maka sesungguhnya yang demikian itu di dalam Islam adalah DILARANG
5. Perniagaan pun merupakan aktivitas yang membantu dan memudahkan manusia dalam mengurus dan mendapatkan keperluan hidup mereka, terutama di bidang makan minum dan keperluan harian. Sedang kita tahu sendiri kalau sikap yang gemar mendahulukan, mengutamakan dan memudahkan orang lain itu sangat dipandang tinggi dan baik dalam Islam.
6. Dengan berniaga kita dapat menyelamatkan produk keluaran umat Islam agar senantiasa beredar ke semua lapisan masyarakat sehingga mencegah suatu monopoli ditengah masyarakat itu. Baik itu monopoli hasil pertanian, hasil peternakan dan lain-lain
7. Melalui perdagangan kita dapat pula memperoleh banyak pengalaman melalui aktivitas perdagangan dan perniagaan itu sendiri. Baik pengalaman dalam hal mengurus, mendistribusi, maupun mengenal barang, tempat, bahkan cara hidup dan masalah manusia.
8. Dalam berdagang dan berniaga? Kita pun dilatih sabar dan berlapang dada kala menghadapi berbagai tingkah manusia (yang sifatnya negatif).
9. Berdagang maupun berniaga pun merupakan salah satu cara untuk memajukan agama, bangsa dan Negara dimana perdagangan merupakan sebuah aktivitas yang menuntut tanggungjawab manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi supaya dapat dilihat oleh Allah sebagai suatu kebaikan.
10. Dalam berniaga, kita berpeluang mengeluarkan zakat perniagaan. Dengan itu salah satu dari rukun Islam dapat kita tunaikan. Dapat kita wujudkan salah satu sumber atau saluran untuk membantu fakir miskin. Dan dengan perdagangan pula, banyak golongan akan terbantu karenanya.
11. Perniagaan pun adalah sektor yang mampu membuka dan memberikan banyak peluang pekerjaan untuk manusia sebagai sumber mencari rezeki.
Dari uraian yang panjang banget diatas? Jelas sekali kalo banyak banget amalan dalam syariat Islam yang bisa kita tegakkan melalui perdagangan dan perniagaan. Maksudnya, lewat perniagaan dan perdagangan kita memang dikasih peluang bagitu banyak bin besar untuk berbuat sesuatu untuk kemaslahatan umat. Jika sudah demikian?
Marilah kita bersama-sama memulai membangun lagi kejayaan Islam dengan menggalakkan sistem perniagaan yang jujur serta sesuai syariat Islam. Karena dengan melakukan yang demikian itu? Bukan mustahil jika Allah akan menghadiahkan sesuatu yang indah lantaran sikap yang demikian itu.
TIPS AGAR KAYA MENURUT AJARAN ISLAM – TIPS MELEPASKAN DIRI DARI KEMISKINAN
Akhir-akhir ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rizki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Begitu pula berbagai problem kehidupan, mengatur pengeluaran dan kebutuhan serta bermacam-macam tuntutannya. Sehingga masalah penghasilan ini menjadi sesuatu yang menyibukkan, bahkan membuat bingung dan stress sebagian orang. Maka tak jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai. Akibatnya bermunculanlah koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggal kan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan uang atau alasan kebutuhan hidup.
Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya sebab-sebab yang dapat mendatangkan rizki dengan penjelasan yang amat gamblang. Dia menjanjikan keluasan rizki kepada siapa saja yang menempuhnya serta menggunakan cara-cara itu, Allah juga memberikan jaminan bahwa mereka pasti akan sukses serta mendapatkan rizki dengan tanpa disangka-sangka.
Diantara sebab-sebab yang melapangkan rizki adalah sebagai berikut:
•1. Takwa Kepada Allah
Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan menjadikannya terus bertambah. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya.” (At Thalaq 2-3)
Allah swt juga berfirman, artinya,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. 7:96)
•2.Istighfar dan Taubat
Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-Bashri, maka beliau berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”, lalu ada orang lain yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah”. Ada lagi yang mengatakan, “Mohonlah kepada Allah agar memberikan kepadaku anak!” Maka beliau menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah”. Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang, beliau pun juga menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah.”
Maka orang-orang pun bertanya, “Banyak orang berdatangan mengadukan berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar beristighfar.” Beliau lalu menjawab, “Aku mengatakan itu bukan dari diriku, sesungguhnya Allah swt telah berfirman di dalam surat Nuh”.
Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannya saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang kurang bagus.
•3.Tawakkal Kepada Allah
Allah swt berfirman, artinya, “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. 65:3)
Tawakkal kepada Allah merupakan bentuk memperlihatkan kelemahan diri dan sikap bersandar kepada-Nya saja, lalu mengetahui dengan yakin bahwa hanya Allah yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan. Segala yang ada di alam berupa makhluk, rizki, pemberian, madharat dan manfaat, kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, kematian dan kehidupan dan selainnya adalah dari Allah semata.
Maka hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh al-Imam Ibnu Rajab, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat, menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah serta merealisasikan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada yang mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.
•4. Silaturrahim
Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahim merupakan salah satu sebab terbukanya pintu rizki, di antaranya adalah sebagai berikut:
-Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, artinya,
” Dari Abu Hurairah ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung silaturrahim.” (HR Al Bukhari)
-Sabda Nabi saw, artinya,
“Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, ” Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu yang engkau harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan memperpanjang umur.” (HR. Ahmad dishahihkan al-Albani)
Yang dimaksudkan dengan kerabat (arham) adalah siapa saja yang ada hubungan nasab antara kita dengan mereka, baik itu ada hubungan waris atau tidak, mahram atau bukan mahram.
•5. Infaq di jalan allah
Allah swt berfirman, artinya,
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. 34:39)
Ibnu Katsir berkata, “Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah) akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan balasan di akhirat kelak.”
Juga firman Allah yang lain,artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. 2:267-268)
Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman, “Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku akan berinfak kepadamu.” (HR Muslim)
Dan masih banyak lagi pintu-pintu rizki yang lain, seperti hijrah, jihad, bersyukur, menikah, bersandar kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan, istiqamah serta melakukan ketaatan, yang tidak dapat di sampaikan secara lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini. Mudah-mudahan Allah memberi kan taufik dan bimbingan kepada kita semua. Amin.
Allah telah mentakdirkan sebagian manusia menjadi kaya, dan sebagian miskin. Bagi yang kaya hendaknya bersyukur dan membantu mereka yang masih miskin. Dan bagi yang miskin hendaknya bersabar dan jangan berputus asa dan teruslah berusaha dan berdoa agar menjadi kaya. Kalaupun sampai mati tetap tidak kaya maka tetap bersyukurlah, ada beberapa manfaat menjadi orang miskin, misalnya lebih cepat masuk surga daripada orang kaya, mendapat ganti pahala yang besar di akherat, dan lebih ringan perhitungannya di akherat dibanding orang kaya, dan lain-lain. Bahkan gaya hidup nabi Muhammad SAW juga sederhana, yaitu rumah sederhana, pakaian sederhana dan makanan sederhana. Allah menetapkan apa yang dikehendakiNya, dan apa yang dikehendakiNya pasti terjadi. Dan jangan putus asa, karena yang merasa putus asa dari rahmat Allah maka dia kafir. Wallahualam.
Orang Islam Wajib Kaya, "Haram" Miskin Papa dan meminta - minta
Wah, ngeledek nih judulnya, berarti orang miskin itu bukan Islam dong ?, lho iya, bisa jadi orang itu gak ngerti Islam dan gak meneladani tokoh-tokoh Islam termasuk Nabi SAW dan para Sahabatnya. Bukannya Nabi SAW dan para Sahabatnya itu miskin buktinya pernah kelaparan ?! siapa bilang ? pernah sih miskin, tapi Cuma sebentar yaitu ketika masa diembargo/diboikot oleh Kaum Kafir di Makkah. Tapi coba kita lihat fakta sejarah :
- Nabi menjadi Pedagang sejak usia 12 tahun dan menjadi Pengusaha selama 25 tahun.
- Beliau berdagang ke Luar Negeri setidaknya 18 kali, menjangkau Syiria, Yaman, Bashra, Iraq, Yordania dan Bahrain
- Nabi Menyerahkan puluhan Unta muda untuk Mas Kawin Beliau
- Beliau juga Memiliki banyak unta perah dan 20 untanya pernah dirampas oleh Uyainah bin Hish
- Beliau memilii unta pilihan (Al-Qoshwa) dan Keledai pilihan untuk memudahkan perjalanan dan perjuangan
- Hanya saja gaya hidup Beliau sangat-sangat sederhanan, makanya beliau hanya memakai pakaian, alas tidur dan makanan ala kadarnya.
Adakah para Sahabat Nabi yang tidak kaya ? diantara empat Sahabat Nabi yang tidak kaya hanyalah Ali bin Abi Thalib yang tidak kaya, tapi beliau sangat-sangat kaya Ilmu.
- Umar bin Khattab mewariskan 70.000 properti senilai Triliunan rupiah.
- Ustman bin Affan mewariskan property sepanjang Aris dan Khaibar senilai triliunan rupiah
- Abu Bakar mensedekahkan seluruh harta kekayaannya juga bernilai triliunan rupiah.
Bagaimana dengan Sahabat yang lain ? diantara 10 Sahabat Nabi SAW yang dijamin masuk Sorga ternyata hamper semuanya orang kaya salah satunya adalah Abdurrahman bin Auf, meski beliau sering sedekah besar-besaran namun Beliau masih mewariskan harta senilai triliunan rupiah.
Istri Kesayangan Nabi SAW Khadijah ternyata jauh lebih kaya daripada Nabi SAW
Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para Pedagang, mereka adalah orang-orang kaya. Pendiri NU Hasyim Asy’ari dan Muhammadiyah KH.Ahmad Dahlan adalah Saudagar yang kaya raya. Serikat Dagang Islam yang turut memperjuangkan kemerdekaan Negeri ini adalah sekumpulan orang-orang kaya.
Jadi kalau ada seorang Muslim yang membiarkan dirinya terus-terusan miskin berarti dia telah mengkhianati para teladannya termasuk mengkhianati Rosulullah SAW. Lho kok gitu ? lha iyalah, coba kita lihat lagi pesan Nabi SAW dan Umar bin Khatthab berikut ini :
Suatu waktu Umar bertanya kepada seseorang yang sudah lanjut usia ” apa menghalangimu mengelola dan menanami tanah pekaranganmu ini ? “, maka dijawablah ” aku ini sudah tua renta, mungkin besok aku sudah wafat “, lantas Umar menanggapinya agar orang tua itu segera menanami tanahnya dan Umarpun sempatkan membantu menanami tanah itu.
Soal kerja, Umar sering menasehati ” Cukupilah dirimu niscaya Agamamu akan lebih terpelihara, dan kamu akan lebih mulia “, Umar bukan hanya menasehati, bahkan setiap usai sholat shubuh umar langsung bergegas menuju kebunnya di Juruf, ia berusaha memenuhi kebutuhan dirinya.
Terkait dengan ini Nabi SAW, juga berwasiat ” diantara dosa-dosa, ada dosa yang dapat terhapus dengan puasa dan sholat, ia hanya bisa dihapus dengan susah payah mencari nafkah “, wasiat beliau lainnya ” Allah menyukai hambanya yang berkarya dan terampil, sesiapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka ia serupa dengan Pejuang di Jalan Allah”, jadi kerja ternyata bentuk ibadah tertinggi.
Umar juga mengajak para pekerja/karyawan untuk memiliki pendapatan tambahan, kurang lebih nasehatnya begini :” jika keluar gaji, maka sebagian belikan kambing, demikian juga gaji selanjutnya “, intinya Umar mengajak para karyawan agar memiliki asset/investasi produktif yang bisa mencetak uang terus-menerus. Umar juga mengajak orang-orang berdagang dengan nasehatnya ” Berdagang itu merupakan sepertiga harta”, Umar sendiri memiliki asset 70.000 properti senialai triliunan rupiah.
Allah sendiri Maha Kaya Raya dan selalu memberikan Kekayaan dan Kecukupan kepada kita semua, gak pernah Allah SWT menyuruh kita miskin, gak percaya cari dalilnya ( sampai gagak ubanan gak akan pernah ketemu ) lha wong kita diperintahkan Zakat dan memperbanyak Sedekah, diperintahkan untuk Haji dan Umroh serta dianjurkan membiayai orang lain untuk Haji dan Umroh, disuruh menuntut ilmu dan membiayai kegiatan keilmuan, harus menafkahi keluarga dan mencukupkan ahli waris, menyantuni orang tua yang sudah sepuh, orang-orang fakir miskin serta anak yatim, menegakkan ekonomi syari’ah dan membangun sarana ummat, meningkatkan bargaining position ummat Islam dan mengembangkan Dakwah dan Syi’ar Islam, semuanya itu perlu dana yang besar, lha kok kita mau bergembira ria dan bersantai ria dengan kemiskinan.
Masih gak percaya, kalo kita itu wajib kaya ?, kita lihat lagi nasehat Nabi SAW berikut : ” Kefakiran itu dekat sekali dengan Kekafiran “, ” Allah lebih menyukai Muslim yang kuat iman dan nafkahnya dari pada muslim yang lemah “. coba kita analisis juga isi ayat An-Najm : 43-48 berikut ini :
Allahlah yang menjadikan tertawa dan menangis
Allahlah yang menjadikan kematian dan kehidupan,
Allahlah yang menjadikan laki-laki dan perempuan
Allahlah yang memberikan kekayaan dan kecukupan (bukan kemiskinan),
Jadi Allah hanya memberi kita Kekayaan dan Kecukupan, hidup kita ini sebenarnya selalu dimuliakan dan dimanja oleh Allah SWT, lha kalo kita miskin ? itu pasti karena salah kita sendiri. Masih mau membantah ? mari kita telaah lagi ayat-ayat berikut ini :
” Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami Mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi Saksi “.(An-Nisa :79 )
” Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.” ( Yaasin :19 )
” Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah Memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)”..(Asy-Syuro : 30)
” Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar “.
(An-Nisa :9 )
Gimana? Cukup ?, bandelnya kita itu gak mau niru Nabi SAW, padahal perbedaan kita dengan Nabi SAW itu Cuma SEDIKIT saja, makanya kita gak kaya-kaya ! gak percaya ? kita lahat lagi yang ini :
- Nabi itu sedikit-sedikit beribadah, kita sedikit ibadahnya
- Nabi itu sedikit-sedikit sedekah, kita sedikit sedekahnya
- Nabi itu sedikit-sedikit sholat sunnah, kita sedikit sholat sunnahnya
- Nabi sedikit tidurnya, kita sedikit-sedikit tidur
- Nabi sedikit makannnya, kita sedikit-sedikit makan terus
- Nabi itu sedikit bicaranya, kita sedikit-sedikit bicara bahwkan bicarakan orang
Nah, kan Cuma sedikit tho bedanya ? harusnya kita bisa niru Nabi dong ! he he he…, terus gimana dong caranya kita bisa dengan mudah Kaya Raya ? ikuti note berikutnya dengan judul ” YEN TEKUN MESTI TEKAN ” so selalulah tekun bersedekah walau masih belum bisa banyak, maka yang banyak itu akan sampai (tekan) kepada kita
SEORANG Muslim tidak sepatutnya mengkondisikan dirinya hidup dalam kekurangan harta. Apalagi hidup pasif tanpa usaha dan selalu meminta-minta. Ia harus berupaya mencari karunia Allah berupa perbendaharaan harta untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Dengan cara demikian, maka setiap Muslim akan mampu berkontribusi (secara finansial) dalam upaya-upaya strategis guna memajukan kondisi ummat Islam di segala sektor.
Dalam sejarah kita bisa lihat bagaimana Utsman bin Affan, saudagar Muslim pertama yang menjadi sahabat utama rasulullah saw setelah Abu Bakar dan Umar. Abu Bakar justru memberikan seluruh kekayaannya untuk perjuangan Islam. Tatkala ditanya oleh nabi, “Apa yang anda sisakan untuk keluarga anda?” Dengan tegas Abu Bakar menjawab, “Cukup Allah dan rasul-Nya.” Demikian pula dengan Abdurrahman bin Auf, saudagar Muslim terkaya di Madinah yang menyumbangkan banyak sekali hartanya untuk perjuangan ummat Islam.
Seorang Muslim boleh untuk mengkondisikan dirinya dalam kekurangan apabila memang ada alasan yang bisa menguatkan iman dan dalam rangka memberikan teladan. Sebagaimana Umar bin Khattab, Ali bin Abu Thalib, Salman al-Farisi, dan tentu siapalagi kalau bukan tauladan kita Rasulullah Muhammad Salallahu alaihi wassalam.
Beliau-beliau itu ingin memberikan contoh agar para pemimpin tidak terlena dengan jabatan yang diembannya, sehingga terperosok dalam kelalaian dan kesombongan. Sementara rakyat dibiarkan miskin, bodoh, nganggur, dan tercerai-berai.
Salman al-Farisi misalnya, sekalipun beliau memegang amanah sebagai gubernur, saat wafat, pakaian yang digunakannya tidak kurang dari seratus tambalan.
Demikian pula Umar bin Khattab, tatkala protokoler kekhilafahan hendak mengganti piring makannya yang sudah kurang layak, Umar menolak. Bahkan hari-hari Umar tidak mau duduk manis di kantor pribadinya. Ia lebih suka berkeliling melihat kondisi rakyatnya, tidur di atas pelepah daun kurma dan bercengkrama dengan rakyatnya.
Perilaku Umar dan Salman Al-Farisi adalah perilaku mulia yang dimiliki seorang pemimpin. Tapi ingat keduanya adalah seorang Muslim yang kaya hati, cerdas, memiliki ilmu, dan tentu kokoh aqidah dan keimanannya. Jika kita mengambil sikap seperti itu, kemudian tidak memiliki kekuatan ilmu dan kekuatan aqidah dan iman yang benar, maka kelirulah sikap tersebut.
Lalu bagaimana bagi kita yang bukan pemimpin publik laksana Umar atau pun Salman al-Farisi? Sikap Abdurrahman bin Auf layak untuk kita teladani.
Miliki Skill
Hampir semua orang mafhum bahwa Abdurrahman bin Auf adalah kaum Muhajirin yang dengan tegas menolak tawaran baik dari saudaranya dari kalangan Anshar. Tawaran pun bukan sekedar tawaran. Mungkin bagi anggota DPR jika tawaran itu diberikan secara cuma-cuma akan diterimanya dengan senang hati. Bagaimana tidak Abdurrahman bin Auf ditawari rumah, tanah, istri, dan perkebunan.
Dengan tegas Abdurrahman bin Auf hanya mengatakan, “Tunjukkan kepadaku dimana pasar!”
Mengapa Abdurrahman bin Auf menolak tawaran yang sangat menggiurkan itu? Dua hal yang dapat kita simpulkan. Pertama ia hanya ingin bergantung kepada Allah dan ingin membuktikan bahwa hijrah baginya adalah gerbang untuk menang. Kedua, Abdurrahman bin Auf ingin mengajarkan kepada kita seorang mukmin “haram” hukumnya menjadi pemalas. Abdurrahman punya skill (keahlian) yang baik di bidang bisnis, niaga ataupun perdagangan. Karena itu, beliau minta ditunjukkan tempat perdagangan, yakni pasar.
Dalam tempo yang tidak begitu lama, pasar di Madinah sudah berhasil dikuasainya. Bahkan dalam riwayat dijabarkan bahwa suat ketika, di Madinah terlihat debu tebal yang mengepul ke udara berarak dari tempat ketinggian di batas kota, debu itu semakin tinggi bergumpal-gumpal hingga nyaris mentutup ufuk pandangan mata.
Peristiwa itu menjadikan penduduk sempat salah tanggap. Dikira ada angin ribut yang menyapu dan menerbangkan pasir. Namun tak lama kemudian terdengarlah suara hiruk pikuk, yang memberi tanda bahwa ada kafilah besar panjang sedang menuju pusat Madinah. Ternyata, tidak kurang dari 700 kendaraan yang sarat muatan memenuhi jalan-jalan kota Madinah. Itulah kafilah Abdurrahman bin Auf.
Subhanallah, ternyata 700 kendaraan itu tak sampai kerumah Abdurrahman bin Auf. Segera Abdurrahman bin Auf berkata, “Kafilah ini dengan semua muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya, kupersembahkan di jalan Allah Azza Wajalla”. Lalu dibagikanlah seluruh hasil perniagaan Abdurrahman bin Auf itu kepada seluruh penduduk Madinah.
Riwayat menyebutkan pula bahwa ada tiga hal yang sering dilakukan oleh Abdurrahman bin Auf. Bila tidak sedang shalat di masjid, dan juga tidak sedang berjihad di jalan Allah maka ia sedang serius mengurusi perniagaannya.
Apabila kita mampu memiliki skill sebagaimana Abdurrahman bin Auf lalu dengan teguh hati memegang aqidah Islam. Menjadikan harta yang dimiliki sebagai sarana mendapat ridha Allah, tentu kebahagiaan hakiki-lah baginya.
Allah berfirman,
الَّذِينَ
يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ ثُمَّ لاَ يُتْبِعُونَ مَا
أَنفَقُواُ مَنّاً وَلاَ أَذًى لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ
وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah (2) ; 262).
Dalam konteks kekinian dan ini mendesak, harus ada di antara ummat Islam yang ahli di bidang ekonomi, bisnis, perniagaan dan perdagangan. Sebagaimana telah diteladankan oleh rasulullah saw dan Abdurrahman bin Auf. Dan, hal tersebut saat ini sangat dibutuhkan. Bagaimana tidak ummat Islam Indonesia hari ini menjadi mangsa pasar negara-negara industri. Inilah yang oleh para pemikir disebut dengan “Global Economic War” atau “Ghazwatul Iqtishodiyah” (perang ekonomi).
Dengan demikian skill itu perlu dan harus dipelajari bahkan sampai dikuasai secara sempurna. Harus ada di antara ummat Islam yang pakar IT juga pakar hadis. Harus ada yang pakar tafsir yang juga ahli ekonomi. Prinsipnya harus ada skill yang dapat kita andalkan untuk turut serta jihad fi sabilillah.
Akhirul kata, harus ada ummat Islam yang kaya, karena kaya itu juga perlu. Tapi harus diingat, ummat Islam harus kaya sejati, yaitu kaya ilmu, kaya iman, dan kaya harta. Hal itu sangat diperlukan untuk menyelamatkan ummat Islam dari kekufuran. Sebab ada hadis nabi yang menegaskan bahwa kefakiran mendekati kekufuran.
Jadi kaya seperti apa yang diharapkan Islam? Seorang yang kaya raya seperti Siti Hadijah atau Usman bin Affan. Khadijah adalah seorang pengusaha kaya raya. Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad, beliau adalah pegadang sukses. Hanya saja, kekayaan Siti Khadijah rela dikorbankan untuk mendukung perjuangan dan Islam. Wajar jika Nabi menyebut Khadijah salah satu penghuni syurga.
Ketika Jibril as datang kepada Nabi saw, dia berkata: "Wahai, Rasulullah, inilah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan." [HR. Bukhari].
Hingga Khadijah telah tiadapun, Nabi senantiasa mengenangnya. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Salallahu alaihi wassalam bersabda: "Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa."
Itulah Khadijah yang telah berjuang dengan harta dan kekayaannya. Begitu pula sahabat-sahabat Nabi lain yang telah dijamin syurga atas hartanya.
Abu Hurairah pernah berkata; "Utsman bin Affan sudah membeli surga dari Rasulullah dua kali; pertama ketika mendermakan hartanya untuk mengirimkan pasukan ke medan perang, Kedua ketika membeli sumber air (dari Raimah)." (HR: Tirmizi)
Usman telah menyumbang 20.000 ribu dirham untuk sumur milik orang Yahudi. Di perang Tabuk, Usman telah berinfak 300 unta dan 1.000 dirham.
Adapula kisah sahabat Abdurrahman bin Auf. Ia berinfak sebanyak dua ratus uqiyah ketika perang Tabuk. Ketika Rasulullah menanyakan apa yang ia tinggalakan untuk keluarganya, maka Abdurrahman menjawab, "Ada, ya Rasulullah. Mereka saya tinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripda yang saya sumbangkan." "Berapa?" Tanya Rasulullah. Abdurrahman menjawab, "Sebanyak rizki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah."
Allah SWT berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ
أُوْلَـئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا
صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud[11]: 15-16).
Allah tak melarang kita mengumpulkan kekayaan, bahkan pasti akan diberikan Allah apa yang kita inginkan itu, kecuali pahala dan syurga Nya.
Karenanya, Rasulullah Salallahu alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya dunia itu dilaknat, berikut segenap isinya juga dilaknat, kecuali jika disertai untuk tujuan kepada Allah SWT.” (Al Hadits).
Nah, pada akhirnya, kaya sangat tidak dilarang. Bahkan dianjurkan jika itu untuk dakwah dan perjuangan serta berinfaq membantu fakir dan miskin.
Wallahu Ta'ala A'lam Bishawab
Insya'alloh bermanfaat bagi yang mengamalkannya , aamiin !
Wassalamu'alaikumu Warohmatullahi Wabarokaathu ,
ttd. Mas Iman
https://id-id.facebook.com/notes/iman-wahyudi/ikhtiar-menjadi-kaya-adalah-islami-siapa-takut-/10151427313573420/
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com