ARTIKEL PILIHAN

GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM BERTUTUR KATA SANTUN, MENJAUHI BAHASA VULGAR

Written By Situs Baginda Ery (New) on Minggu, 13 April 2014 | 14.09

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqFKTfy5JSXUbB_3IsHLjj399d0ShOCTPTaHOMXsxbqZAScqy9LohOx2x_zbyxi0uymdVhcF5gWJ7M-8NKGUh9ZUHc9TNgSZzMIEqjBjxcnYhA9-fxoGQOfDS8HLHhrAH_6KlkyaxtQq8/s1600/musafir.jpg
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sosok yang sangat pemalu. Tutur kata beliau santun, lembut, bersahaja serta menjaga kesopanan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menjadikan hal tabu (baca : seks) sebagai bumbu dalam pembicaraan. Ucapan keji bukan perangai Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , juga bukan bentuk serapan dari orang lain, apalagi ungkapan porno.

Imam al Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Amr Radhiyallahu anhu, ia mengatakan :

لَمْ يَكُنْ النَّيُِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan orang yang perkataannya keji ataupun orang yang berusaha berkata keji.[1]

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menggunakan bahasa kinayah (kiasan) saat menyinggung perbuatan yang keji, atau jika membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan aurat. Sebagai contoh, yaitu hadits 'Aisyah Radhiyallahuma yang berisi tata cara membersihkan diri dari menstruasi.

Imam al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu., ia berkata: "Ada seorang wanita bertanya kepada Nabi, bagaimana cara mandi dari haidhnya".

'Aisyah Radhiyallahu anhuma kemudian menceritakan, bahwa beliau (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengajarinya cara mandi. Dan kemudian diperintahkan untuk mengambil secarik kertas (dengan dibubuhi) misik untuk ia pakai ketika membersihkannya.

Wanita tadi bertanya: "Bagaimana cara aku membersihkan diri?"

Seraya menutupi wajah, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Subhanallah, bersihkan dengannya".

'Aisyah berkata,"Kemudian aku tarik ia, dan aku paham apa yang dimaksud Nabi. Maka aku katakan kepadanya,'Bersihkan dengannya bekas-bekas darah'."[2]

Dalam hadits ini, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan kata "kemudian ambil secarik kertas (yang diberi) misik, dan bersihkanlah dengannya" untuk menggantikan usaplah kemaluanmu dengan kertas yang sudah diberi aroma minyak misik.

Dari hadits tersebut, al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menarik kesimpulan penting, bahwa hadits ini mengandung pelajaran disunnahkannya menggunakan kata kiasan dalam hal yang berhubungan dengan aurat, cukup dengan menyinggungnya secara implisit dan pemberian isyarat dalam masalah-masalah yang tidak etis.[3]

Hadits lain, sebuah riwayat yang mengisahkan Juraij, seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil. Dalam hadits yang panjang tersebut, seorang wanita pezina menawarkan diri untuk berbuat tidak senonoh dengan Juraij. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membawakannya dengan kata-kata:

فَتَعَرَّضَتْ لَهُ امْرَأَةٌ وَكَلَّمَـتـْهُ فَأَبَى

Maka datanglah seorang wanita yang menghadangnya dan 'mengajaknya berbicara', namun ia menolak.[4]

Imam Ibnu Abi Jamrah menuliskan catatan untuk hadits ini dengan berkata : "Dalam hadits ini terdapat petunjuk, bahwa termasuk etika menurut Sunnah Nabi adalah menggunakan bahasa kiasan untuk hal-hal yang tidak senonoh". Pelajaran ini terdapat dalam ungkapan 'dan ia mengajaknya berbicara', padahal makna yang dimaksud adalah, wanita itu minta dirinya untuk berbuat kekejian (zina) dengannya". Nabi cukup menjelaskannya dengan 'dan ia mengajaknya berbicara'[5].

Begitu juga saat Rasulullah menyebutkan salah satu golongan dari tujuh golongan yang nantinya mendapatkan naungan pada hari saat tidak ada naungan selain naungan Allah, yaitu pemuda yang diajak berzina oleh seorang wanita berparas cantik lagi berstatus sosial tinggi, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan dengan ungkapan :

وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ

… dan seorang pemuda yang diminta oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, tetapi ia mengatakan "aku takut kepada Allah". [6]

Ibnu Abi Jamrah raimahullah mengatakan, di antara pelajaran yang dikandung (hadits ini), sesuai dengan petunjuk sunnah, (yaitu) menggunakan kata kiasan untuk sesuatu yang buruk menurut syariat dan menjauhi untuk menyebutkannya langsung. Ini diambil dari sabda beliau "diminta oleh seorang wanita", padahal yang dimaksud adalah ajakan untuk berzina, dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakannya dengan terus-terang [7].

(Diangkat dari kitab an Nabiyyi al Karim Mu'alliman, hlm. 124-129 karya Prof. DR. Fadhl Ilahi, Penerbit Idaratu Turjumani al Islam, Pakistan, Cet. I, Th. 1424/2003)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl9 Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. HR al Bukhari, no. 3559.
[2]. HR al Bukhari, 314 dan Muslim, 332.
[3]. Fathul Bari (1/416). Lihat pula Syahur an Nawawi (4/114) dan 'Umdatu al Qari (3/287).
[4]. HR al Bukhari dengan selengkapnya no. 3436.
[5]. Bahjatu an Nufus (4/46)
[6]. HR al Bukhari no. 660.
[7]. Bahjatu an Nufus (1/231).


http://almanhaj.or.id/content/3794/slash/0/rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam-bertutur-kata-santun-menjauhi-bahasa-vulgar/
14.09 | 0 komentar | Read More

Inilah Hikmah Di Balik Perintah Senyum

http://4.bp.blogspot.com/-YsvPh_JB2DU/T07n86uajXI/AAAAAAAADBk/TQFQlbHUpWA/s400/children-smile.jpg 
Rasulullah saw. bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah” (HR. Tirmidzi). Hadits tersebut merupakan sebuah dasar bagi umat Islam untuk selalu tersenyum (bhs jawa; sumeh) di hadapan orang lain. Rasulullah saw. selain memerintahkan untuk tersenyum, beliau sendiri merupakan pribadi yang selalu tersenyum di hadapan orang lain. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh para sahabat beliau: Jarir bin Abdullah al-Bujali ra. berkata, “Aku tidak pernah menjumpai Rasulullah saw., kecuali beliau selalu tersenyum.” (HR. Bukhari)
Senyum merupakan aktifitas sederhana, namun mempunyai pengaruh yang besar, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Senyum terbaik adalah senyuman yang tulus keluar dari hati nurani terdalam, bukan senyum palsu yang dibuat-buat. Dengan senyuman, akan terpancar energi positif dan optimisme dari dalam diri. Hal ini akan membuat orang lain merasa nyaman dengan kehadiran kita. Senyum merupakan salah satu cara untuk membina dan memperbaiki hubungan dengan sesame manusia.
Beberapa ahli telah melakukan berbagai penelitian tentang senyum. Prof. James V. McConnell, seorang Psikolog di Universitas Michigan, Amerika Serikat, berkata, “Orang yang tersenyum cenderung mampu mengatasi masalah, mengajar orang lain, dan menjual barang dengan lebih efektif, serta membesarkan anak-anak dengan lebih bahagia. Ada lebih banyak informasi tentang senyuman daripada sebuah kerutan di kening. Sebab, senyum itulah yang mendorong semangat dan menjadi alat pengajaran yang jauh lebih efektif daripada hukuman (emosi)”.
Ted W. Engstrom mengatakan bahwa senyuman dapat menciptakan kegembiraan, membuat suasana menjadi ceria, membantu mengembangkan keinginan yang baik dalam bisnis, membangkitkan semangat, dan mempererat hubungan dengan orang lain. Dari sisi psikologi, senyum dapat mengurangi stress dan mengubah perasaan. Ketika kita merasa tertekan dan sedih, cobalah tersenyum, maka perasaan akan lebih baik serta pikiran lebih jernih dan positif. Pada saat tersenyum, tubuh kita memberi sinyal-sinyal positif kehidupan. Dan, tersenyum mampu meningkatkan imunitas tubuh secara psikologis, karena senyum membuat perasaan dan pikiran lebih rileks.
Senyum ternyata juga bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan. Aktifitas senyum sama dengan olah raga yang bermanfaat untuk mengurangi infeksi paru-paru, mengurangi sakit jantung, meningkatkan semangat, mengurangi dua hormon dalam tubuh yaitu eniferin dan kortisol, serta menghasilkan endorphin, pemati rasa alamiah dan serotonin yang merupakan hormon pengendali rasa sakit, sehingga senyum bisa mempercepat proses penyembuhan penyakit dan mengurangi rasa nyeri.
Dari segi kecantikan, senyum merupakan obat awet muda karena senyum menggerakkan banyak otot wajah, sehingga otot wajah terlatih dan kencang. Senyum terbukti dapat merangsang otot-otot wajah dan memberi kesegaran dan mengurangi kerut-kerut di wajah, kesehatan tubuh dan jiwa dengan melepaskan tenaga emosi yang berpusat dari dalam.
Inilah bukti, bahwa sabda Rasulullah saw. tentang perintah untuk senantiasa tersenyum di hadapan orang lain mempunyai banyak hikmah-hikmah yang tersembunyi. Diantara hikmah senyum tersebut adalah mengurangi beban, meringankan masalah dan lain sebagainya. Semua hikmah itu baru ditemukan oleh para ahli dan ilmuwan jauh setelah Rasulullah saw. memerintahkannya. Ini adalah bukti bahwa semua yang disabdakan Rasulullah saw. mempunyai hikmah-hikmah yang tersembunyi, namun orang Islam sendiri terkadang jarang yang mau mempelajari dan mengetahuinya.
Wallahu A’lamu bi Muradihi
Disusun Oleh Saifurroyya Dari Berbagai Sumber
14.06 | 0 komentar | Read More

Senyum Sebagai Sedekah dan Manfaatnya

http://img297.imageshack.us/img297/2725/ukhuwah1dx7.jpg
Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami, dan senyum tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja sama dengan pihak lain. Senyum lebih berharga dibanding sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria. Dan, lebih menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di wajah seorang wanita. Senyum bukti cinta tulus dan persahabatan yang murni.” (Dil Karanji)

Definisi Senyum:
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, senyum adalah gerak tawa ekspresif yang tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka dan sebagainya dengan mengembangkan bibir sedikit.
Senyum juga menggambarkan jiwa dan kepribadian seseorang. Tapi senyum juga sering berarti rasa tak senang, dalam hal ini dapat dikatakan senyum itu adalah senyum sinis. Semua orang hanya menyukai senyum yang datang dari rasa kebahagiaan atau kesengajaan karena adanya sesuatu yang membuat dia tersenyum.
Senyum Sebagai Sedekah
Dalam agama Islam, senyum juga merupakan suatu ibadah karena membuat orang yang tersenyum menjadi indah dan enak dilihat. Islam mengajarkan bahwa jika Anda tidak memiliki apapun untuk disedekahkan, maka bersedekahlah dengan  sebuah senyum.
Di zaman Rasulullah saw., seorang sahabat yang tidak memiliki apa-apa untuk disedekahkan bertanya kepada Rasulullah, ”Jika kami ingin bersedekah, namun kami tidak memiliki apa pun, lantas apa yang bisa kami sedekahkan dan bagaimana kami menyedekahkannya?” tanya sahabat.
Rasulullah sebelumnya pernah bersabda,
”Bani Adam setiap harinya memiliki kewajiban untuk bersedekah sejak matahari mulai terbit.”
Barangkali sabda Rasulullah itulah yang mengganggu pikiran sahabat. Namun, apa daya dia tidak memiliki apa pun untuk disedekahkan, sedangkan keinginannya untuk bersedekah sangat kuat. Oleh karena itu, dia memberanikan diri untuk bertanya.
Sebagian besar yang terpikir dalam benak kita bersedekah adalah lebih menyangkut pemberian uang, pakaian, atau apa pun yang bisa langsung dinikmati penerima dalam bentuk materi atau fisik. Hal itu juga mungkin yang ada dalam pikiran sahabat Rasulullah sehingga dia sangat gelisah karenanya. Dia berpikir, apabila dia tidak dapat memberikan sedekah pada hari itu, dia tidak dapat menjalankan perintah Allah dengan baik.
Jika Anda berpikir sama seperti sahabat tersebut bahwa bersedekah harus dengan pemberian  materi, Anda salah. Islam sangat memberikan kemudahan kepada umatnya untuk mengais pahala. Seperti dikatakan Rasulullah:
”Sesungguhnya pintu-pintu kebaikan itu banyak: tasbih, tahmid, takbir, tahlil (dzikir), amar ma’ruf nahyi munkar, menyingkirkan penghalang (duri, batu) dari jalan, menolong orang, sampai senyum kepada saudara pun adalah sedekah.”
Senyum Dapat Merubah Dunia
Senyum merupakan salah satu instrumen di dalam berdakwah. Rasulullah dapat menjadi berhasil salah satunya karena pengaruh senyum Beliau. Pada zaman Rasulullah pada suatu ketika terdapat seorang Badui yang menarik sorban Beliau hingga tercekik dan tarikan sorban itu meninggalkan bekas pada leher Rasulullah karena ia meminta sesuatu dari Beliau. Orang badui ini berpikir, pasti setelah ia melakukan hal tersebut, Rasulullah akan marah. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya, ia terkesima menatap Rasulullah yang tidak marah atas perlakuannya yang sangat kasar, tatapi justru Rasul tersenyum dengan ikhlas kepadanya. Akhirnya, senyum ikhlas Rasulullah, membawa orang Badui ini menikmati indahnya Islam.
Manfaat Senyum
Jika Anda belum mengetahui apa manfaat senyum, Anda akan tercengang dengan penjabaran berikut:
1. Dari Sisi Kesehatan
  • Sama dengan olahraga
  • Mengurangi infeksi paru-paru
  • Mengurangi sakit jantung
  • Meningkatkan semangat dan kesehatan
  • Mengurangi dua hormon dalam tubuh yaitu eniferin dan kortisol
  • Mempercepat proses penyembuhan penyakit
  • Mengurangi rasa nyeri atau sakit
  • Obat awet muda
2. Dari Sisi Psikologi
  • Mengurangi stress
  • Meningkatkan kekebalan secara psikologis
  • Menjadi lebih rileks
  • Memberi kesan berseri dan optimis
3. Dari Sisi Agama
  • Merupakan sedekah
  • Obat rohani
  • Tanda kemurahan hati
4. Dari Sisi Penampilan
  • Menambah daya tarik
  • Memperbaiki penampilan
  • Menunjukkan kebahagiaan
  • Lebih disegani
Hadits-hadits yang menganjurkan senyum:
1. (HR Imam Trumudzi, Ibn Hibban & Al-Baihaqi):
”Tersenyum ketika bertemu saudara kalian adalah ibadah.”
2. (HR Ad-Dailamy):
”Sesungguhnya Allah membenci orang-orang yang bermuka masam dihadapan saudara-saudaranya.”
Senyum dapat memancarkan ikatan kasih sayang sehingga tercipta ta’liful qulb (hubungan hati). Ikatan hati yang bukan sekadar diikat oleh sesuatu yang bersifat materi, tetapi oleh iman dan Islam. Senyuman sebagai bukti Anda menghargai, menyayangi, dan mencintai saudara Anda. Maka tersenyumlah…
http://rahadianagushamdani.wordpress.com/2009/10/14/senyum-sebagai-sedekah-dan-manfaatnya/
14.04 | 0 komentar | Read More

Artikel Islami: Senyum, Salaman, Dan Salam ( Seorang Muslim yang baik, dituntut untuk bisa bergaul dengan apik di tengah masyarakat )

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirTgwu3g4JDLDFBa49hAO7yW4pYr2v87gcwlmAboP_lW-XwfMjR__K_slSUjE9tKamG-myCRwX0xP1avJxs-G5B7IDPsQIcZqThlDi_7Jx_MRV43BsBI2j_Vw5rJfeFtqi2gqGrbDApdjD/s1600/senyum.jpg
Seorang Muslim yang baik, dituntut untuk bisa bergaul dengan apik di tengah masyarakat. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda: “Seorang mukmin yang berbaur dengan masyarakat dan bersabar terhadap gangguan dari mereka, itu lebih besar pahalanya daripada mukmin yang tidak berbaur dengan masyarakat dan tidak bersabar terhadap gangguan mereka” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 383, Ahmad 22497, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ 6651)
Sedangkan bergaul di tengah masyarakat, modal utamanya adalah akhlak mulia. Dan sesungguhnya akhlak yang mulia itu sendiri adalah cerminan kesempurnaan iman seorang muslim. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda: “Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaq-nya” (HR. Tirmidzi no.1162, ia berkata: “Hasan shahih”). Sehingga semakin tinggi iman seseorang, semakin baik pula akhlaknya.
Diantara sekian banyak akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam ada yang mudah dan sederhana yang bisa kita dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari dalam bergaul di tengah masyarakat, yaitu 3S: ‘senyum, salaman dan salam‘.

Memperbanyak senyum

Senyum kepada lawan bicara, atau orang yang ditemui, akan mencairkan hati dan menimbulkan kebahagiaan. Tidak ada hati yang fitrah dan bersih kecuali pasti akan memberikan respon positif terhadap senyuman. Wajah yang penuh senyuman adalah akhlak Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sebagaimana yang diceritakan oleh sahabat Jarir bin Abdillah Radhiallahu’anhu : “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah menghindari aku jika aku ingin bertemu dengannya, dan tidak pernah aku melihat beliau kecuali beliau tersenyum padaku” (HR. Bukhari, no.6089).
Selain menjadi bagian dari praktek akhlak mulia Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, senyuman juga hal yang diperintahkan oleh beliau kepada ummatnya dalam berinteraksi sosial. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah” (HR. Tirmidzi 1956, ia berkata: “Hasan gharib”. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib)
Hadits ini juga dalil bahwa senyum itu merupakan sedekah. Walhamdulillah, betapa Allah itu Ar Rahim, sangat penyayang kepada hamba-Nya. Karena ternyata sedekah itu tidak harus dengan uang atau harta benda. Cukup menggerakkan otot wajah dan bibir, membentuk sebuah senyuman, seseorang sudah bisa bersedekah. Betapa banyak orang yang ditemui setiap hari sehingga betapa banyaknya sedekah yang dilakukan jika kita mempraktekan akhlak mulia ini.
Andai anda berat untuk tersenyum, setidaknya janganlah bermuka masam, kecut, sinis kepada orang lain. Sekedar memasang muka yang cerah, itu sudah dihitung kebaikan dalam Islam. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu terhadap saudaramu” (HR. Muslim, no. 2626)

Bersalaman Ketika Bertemu

Diantara praktek mudah menerapkan akhlak mulia dalam pergaulan sehari-hari ialah bersalaman ketika bertemu. Ketika bertemu dengan saudara seiman, baik yang sudah dekat ataupun baru dikenal, raihlah tangannya untuk bersalaman. Jangan lewatkan kesempatan tersebut karena dengan bersalaman, akan menggugurkan dosa-dosa. Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, melainkan dosa keduanya sudah diampuni sebelum mereka berpisah” (HR. Abu Dawud no. 5.212 dan at-Tirmidzi no. 2.727, dishahihkan oleh al-Albani)
Dalam hadits lain, dikatakan bahwa dosa-dosa orang yang bersalaman itu berguguran sebagaimana gugurnya daun. Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang mukmin bertemu dengan mukmin yang lain, ia memberi salam padanya, lalu meraih tangannya untuk bersalaman, maka berguguranlah dosa-dosanya sebagaimana gugurnya daun dari pohon” (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2/59)
Tidak tepat sikap orang yang hanya bersalaman dengan orang yang dikenal saja atau yang akrab saja. Karena hadits-hadits di atas menyebutkan keutamaan bersalaman antar sesama muslim secara umum, baik yang dikenal maupun baru kenal atau tidak kenal sebelumnya. Tidak tepat pula orang yang menunggu disodori tangan dahulu, baru ia bersalaman. Hendaknya setiap kita bersemangat untuk menjadi yang pertama kali menyodorkan tangan untuk bersalama. Mengapa? Karena demikian lah yang dipuji oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Sebagaimana dalam hadits: “Ketika datang rombongan penduduk Yaman, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah orang-orang yang hatinya lebih halus dari kalian’. Anas bin Malik menambahkan: ‘Dan mereka juga orang-orang yang biasanya pertama kali menyodorkan tangan untuk bersalaman’” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad, 967; Ahmad 3/212)
Namun perlu menjadi catatan, walau bersalaman dengan sesama muslim itu dianjurkan, namun tidak diperkenankan berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram anda, walaupun ia termasuk kerabat. Karena Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda: “Andai kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu masih lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 4544, dishahihkan oleh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 226)
Para ulama 4 madzhab pun menyatakan haramnya berjabat tangan dengan wanita non-mahram yang sudah dewasa. Imam An Nawawi berkata dalam kitabnya Al-Majmu’: “Ulama madzhab kami (madzhab syafi’i) berkata bahwa diharamkan memandang dan menyentuh wanita, jika wanita tersebut telah dewasa. Karena sesungguhnya seseorang dihalalkan untuk memandang wanita yang bukan mahramnya jika ia berniat untuk menikahinya, atau dalam sedang dalam keadaan jual beli, atau ketika ingin mengambil atau memberi sesuatu ataupun semisal dengannya. Namun tidak boleh untuk menyentuh wanita walaupun dalam keadaan demikian”.
Kepada wanita yang bukan mahram, kita tetap bisa beramah-tamah dengan sekedar anggukan, senyuman atau isyarat lain yang bisa menggantikan fungsi jabat tangan menurut adat setempat.

Menebarkan Salam

Salam yang dimaksud adalah ucapkan ‘Assalamu’alaikum‘ atau lebih baik lagi ‘Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh‘. Ucapan ini juga disebut tahiyyatul Islam. Bagi seorang Muslim, sungguh ucapan ini jauh lebih baik dari sapaan-sapaan gaul atau pun greets ala barat. Karena saling mengucapkan salam akan menumbuhkan kecintaan terhadap hati sesama muslim serta dengan sendirinya membuat suasana Islami di tengah kerabat dan keluarga anda. Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:
Tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian” (HR. Muslim, no.54)
Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Sayyidina Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam, saling mengucapkan salam akan menumbuhkan rasa cinta. Bukan cinta biasa, namun cinta karena iman, cinta karena memiliki aqidah yang sama. Dan yang luar biasa lagi, ternyata dengan kebiasaan menebarkan salam, bisa menjadi sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu‘alaihi wasallam bersabda: “Sembahlah Ar Rahman semata, berikanlah makan (kepada yang membutuhkan), tebarkanlah salam, maka engkau akan masuk surga dengan selamat” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 981, Ibnu Majah 3694, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 2/115)
Dan jangan lupa, bahwa ucapan salam adalah doa. Kita mengucapkan salam kepada seseorang, berarti kita mendoakan keselamatan baginya. Dan doa ini akan dibalas oleh doa Malaikat untuk orang yang mengucapkan salam, walaupun orang yang tidak memberi salam tidak membalas. Sebagaimana dalam hadits: “Ucapan salammu kepada orang-orang jika bertemu, jika mereka membalasnya, maka Malaikat pun membalas salam untukmu dan untuk mereka. Namun jika mereka tidak membalasnya, maka Malaikat akan membalas salam untukmu, lalu diam atau malah melaknat mereka” (HR. Al Marwazi dalam Ta’zhim Qadris Shalah, 359. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah)
Jadi sama sekali tidak ada ruginya mengucapkan salam kepada seseorang walaupun tidak dibalas, karena Malaikat yang akan membalas salam kita. Hadits ini juga menunjukkan tercelanya sikap enggan menjawab salam. Karena menjawab salam itu hukumnya wajib. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) : “Apabila kamu dihormati dengan suatu tahiyyah (penghormatan), maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu” (QS. An Nisa: 48)
Jangan lupa juga untuk mengucapkan salam ketika masuk ke sebuah rumah, karena Allah Ta’ala akan menimbulkan keberkahan dan kebaikan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) : “Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberkahi lagi merupakan kebaikan” (QS. An Nur: 61)
Nah, mari bersama kita praktekan 3S ini dalam kehidupan sehari-hari. Mudah-mudahan dapat menciptakan masyarakat Islami yang penuh keberkahan dan kebaikan.

Penulis: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
14.01 | 0 komentar | Read More

Inilah Cara Meraih Sukses Dengan Senyum

meraih sukses dengan senyum“Yang benar saja, memang bisa Meraih Sukses Dengan Senyum saja?” Tentu saja tidak, tetapi senyum sangat membantu kita untuk meraih sukses. Ada banyak manfaat senyum yang akan sangat membantu kita untuk meraih sukses. Sungguh sayang, jika kita masih terlalu pelit untuk tersenyum.
Mungkin Anda pernah mendengar ungkapan “Hadapilah dengan senyuman”. Atau “Senyum itu shadaqah”? Yuk kita bahas, bagaimana kita bisa meraih sukses dengan senyum. Kita akan melihat bahwa senyum adalah modal yang sangat berharga untuk keberhasilan kita.

Seyum Itu Shadaqah

Senyummu di hadapan saudaramu adalah shodaqoh.” (HR. Tirmidzi)
Lalu apa hubungannya dengan meraih sukses dengan senyum? Jika kita suka tersenyum di hadapan saudara kita, maka artinya kita rajin shadaqah. Banyak hadits dan ayat Al Quran yang menjelaskan bahwa Allah akan membalas shadaqah dengan kebaikan yang lebih banyak? Bukankan ini sebuah kesuksesan?
Yang kedua, jika kita banyak shadaqah artinya kita banyak beribadah. Allah SWT tentu akan sayang kepada orang yang rajin beribadah. Jika Allah sayang, do’a kita akan dikabulkan, Allah akan menolong kita, dan Allah akan membantu kita. Siapa yang bisa menghalangi sukses kita jika Allah membantu kita?

Hadapilah Dengan Senyum

Seringkali kita menghadapi atau mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan. Jika kita menurutinya, emosi kita negatif dan juga akan merambahkan ke pikiran kita. Jika pikiran dan emosi negatif, maka tindakan akan negatif dan hasilnya akan negatif juga. Namun jika mampu menghadapinya dengan senyum, emosi kita akan tenang dan tentran sehingga kita bisa berpikir jernih. Senyum juga akan membangkitkan emosi positif sehingga kita lebih termotivasi lagi. Silahkan lihat tekniknya di Video Instant Motivation Weapon.
Namun jangan disalah artikan dengan menganggap sepele sesuatu atau malah mempermainkan sesuatu. Kita tidak bisa meraih sukses dengan senyum, jika senyum kita hanya untuk main-main atau tidak serius. Bukan juga senyum dalam arti “mentertawakan atau meremehkan orang lain”. Senyumlah secara tulus, senyum bahagia karena kita mendapatkan ilmu dari dari hal yang tidak menyenangkan itu.

Senyum Bermanfaat Bagi Kesehatan

Sudah banyak pembahasan tentang manfaat senyum dengan kesehatan. Kemudian kita juga jelas memahami bahwa kesehatan memiliki peran penting dalam meraih sukses. Jika kita sehat kita akan lebih energik dalam bertindak dan bekerja. Berpikir lebih tenang dan jernih. Dalam buku-buku sukses karangan penulis ternama, sering sekali menyertakan pembahasan sehat secara fisik dan juga peran senyum di dalamnya. Kesahatan adalah alasan ketiga kita bisa meraih sukses dengan senyum.

Senyum Membangun Relasi

Perusahan profesional akan melatih customer service-nya agar rajin tersenyum kepada pelanggan. Karena mereka tahu manfaat senyuman terhadap penjualan. Jujur, saya malas belanja di sebuah toko yang pelayannya cemberut dan tidak ramah.
Senyum juga akan memancing orang lain tersenyum juga dan menyukai kita. Maka relasi akan mudah kita bangun. Bantuan dan pertolongan dari sesama akan lebih mudah kita dapatkan. Termasuk kita akan lebih mudah membangun kerja sama jika relasi terjalin dengan baik.
Jelas sudah, kita bisa melihat: setidaknya ada empat alasan kenapa kita bisa meraih sukses dengan senyum.
http://www.motivasi-islami.com/meraih-sukses-dengan-senyum/
13.58 | 0 komentar | Read More

Tentang Senyum Nabi Muhammad saw: Rahasia Senyum Muhammad saw

dakwatuna.com - Ketika Anda membuka lembaran sirah kehidupan Muhammad saw., Anda tidak akan pernah berhenti kagum melihat kemuliaan dan kebesaran pribadi beliau saw.
Sisi kebesaran itu terlihat dari sikap seimbang dan selaras dalam setiap perilakunya,  sikap beliau dalam menggunakan segala sarana untuk meluluhkan kalbu setiap orang dalam setiap kesempatan.
Sarana paling besar yang dilakukan Muhammad saw. dalam dakwah dan perilaku beliau adalah, gerakan yang tidak membutuhkan biaya besar, tidak membutuhkan energi berlimpah, meluncur dari bibir untuk selanjutnya masuk ke relung kalbu yang sangat dalam.
Jangan Anda tanyakan efektifitasnya dalam mempengaruhi akal pikiran, menghilangkan kesedihan, membersihkan jiwa, menghancurkan tembok pengalang di antara anak manusia!. Itulah ketulusan yang mengalir dari dua bibir yang bersih, itulah senyuman!
Itulah senyuman yang direkam Al Qur’an tentang kisah Nabi Sulaiman as, ketika Ia berkata kepada seekor semut,
“Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. An Naml:19
Senyuman itulah yang senantiasa keluar dari bibir mulia Muhammad saw., dalam setiap perilakunya. Beliau tersenyum ketika bertemu dengan sahabatnya. Saat beliau menahan amarah atau ketika beliau berada di majelis peradilan sekalipun.
فهذا جرير -رضي الله عنه- يقول -كما في الصحيحين-: ما حَجَبني رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- منذُ أسملتُ، ولا رآني إلا تَبَسَّم في وجهي.
Diriwayatkan dari Jabir dalam sahih Bukhari dan Muslim, berkata, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah saw tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.”
Suatu ketika Muhammad saw. didatangi seorang Arab Badui, dengan serta merta ia berlaku kasar dengan menarik selendang Muhammad saw., sehingga leher beliau membekas merah. Orang Badui itu bersuara keras, “Wahai Muhammad, perintahkan sahabatmu memberikan harta dari Baitul Maal! Muhammad saw. menoleh kepadanya seraya tersenyum. Kemudian beliau menyuruh sahabatnya memberi harta dari baitul maal kepadanya.”
Ketika beliau memberi hukuman keras terhadap orang-orang yang terlambat dan tidak ikut serta dalam perang Tabuk, beliau masih tersenyum mendengarkan alasan mereka.
يقول كعب -رضي الله عنه- بعد أن ذكر اعتذار المنافقين وحلفهم الكاذب: فَجِئْتُهُ فَلَمَّا سَلَّمْتُ عَلَيْهِ تَبَسَّمَ تَبَسُّمَ الْمُغْضَبِ، ثُمَّ قَالَ «تَعَالَ» . فَجِئْتُ أَمْشِي حَتَّى جَلَسْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ.
Ka’ab ra. berkata setelah mengungkapkan alasan orang-orang munafik dan sumpah palsu mereka:
“Saya mendatangi Muhammad saw., ketika saya mengucapkan salam kepadanya, beliau tersenyum, senyuman orang yang marah. Kemudian beliau berkata, “Kemari. Maka saya mendekati beliau dan duduk di depan beliau.”
Suatu ketika Muhammad saw. melintasi masjid yang di dalamnya ada beberapa sahabat yang sedang membicarakan masalah-masalah jahiliyah terdahulu, beliau lewat dan tersenyum kepada mereka.
Beliau tersenyum dari bibir yang lembut, mulia nan suci, sampai akhir detik-detik hayat beliau.
- يقول أنس -كما في الصحيحين-: بينما الْمُسْلِمُونَ في صَلاَةِ الْفَجْرِ مِنْ يَوْمِ الإِثْنَيْنِ وَأَبُو بَكْرٍ يُصَلِّي بَهُمْ لَمْ يَفْجَأْهُمْ إِلاَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ كَشَفَ سِتْرَ حُجْرَةِ عَائِشَةَ، فَنَظَرَ إِلَيْهِمْ وَهُمْ فِي صُفُوفِ الصَّلاَةِ. ثُمَّ تَبَسَّمَ يَضْحَكُ!
Anas bin Malik berkata diriwayatkan dalam sahih Bukhari dan Muslim, “Ketika kaum muslimin berada dalam shalat fajar, di hari Senin, sedangkan Abu Bakar menjadi imam mereka, ketika itu mereka dikejutkan oleh Muhammad saw. yang membuka hijab kamar Aisyah. Beliau melihat kaum muslimin sedang dalam shaf shalat, kemudian beliau tersenyum kepada mereka!”
Sehingga tidak mengherankan beliau mampu meluluhkan kalbu sahabat-shabatnya, istri-istrinya dan setiap orang yang berjumpa dengannya!
Menyentuh Hati
Muhammad saw. telah meluluhkan hati siapa saja dengan senyuman. Beliau mampu “menyihir” hati dengan senyuman. Beliau menumbuhkan harapan dengan senyuman. Beliau mampu menghilangkan sikap keras hati dengan senyuman. Dan beliau saw. mensunnahkan dan memerintahkan umatnya agar menghiasi diri dengan akhlak mulia ini. Bahkan beliau menjadikan senyuman sebagai lahan berlomba dalam kebaikan. Rasulullah saw.  bersabda,
فقال: (وتبسمك في وجه أخيك صدقة) رواه الترمذي وصححه ابن حبان.
“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” At Tirmidzi dalam sahihnya.
Meskipun sudah sangat jelas dan gamblang petunjuk Nabi dan praktek beliau langsung ini, namun Anda masih banyak melihat sebagaian manusia masih berlaku keras terhadap anggota keluarganya, tehadap rumah tangganya dengan tidak menebar senyuman dari bibirnya dan dari ketulusan hatinya.
Anda merasakan bahwa sebagian manusia -karena bersikap cemberut dan muka masam- mengira bahwa giginya bagian dari aurat yang harus ditutupi! Di mana mereka di depan petunjuk Nabi yang agung ini! Sungguh jauh mereka dari contoh Nabi muhammad saw.!
Ya, kadang Anda melewati jam-jam Anda dengan dirundung duka, atau disibukkan beragam pekerjaan, akan tetapi Anda selalu bermuka masam, cemberut dan menahan senyuman yang merupakan sedekah, maka demi Allah, ini adalah perilaku keras hati, yang semestinya tidak terjadi. Wal iyadzubillah.
Pengaruh Senyum
Sebagian manusia ketika berbicara tentang senyuman, mengaitkan dengan pengaruh psikologis terhadap orang yang tersenyum. Mengkaitkannya boleh-boleh saja, yang oleh kebanyakan orang boleh jadi sepakat akan hal itu. Namun, seorang muslim memandang hal ini dengan kaca mata lain, yaitu kaca mata ibadah, bahwa tersenyum adalah bagian dari mencontoh Nabi saw. yang disunnahkan dan bernilai ibadah.
Para pakar dari kalangan muslim maupun non muslim melihat seuntai senyuman sangat besar pengaruhnya.
Dale Carnegie dalam bukunya yang terkenal, “Bagaimana Anda Mendapatkan Teman dan Mempengaruhi Manusia” menceritakan:
“Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami, senyum tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja sama dengan pihak lain. Senyum lebih berharga dibanding sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria. Dan lebih menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di wajah seorang wanita. Senyum bukti cinta tulus dan persahabatan yang murni.”
Ia melanjutkan, “Saya minta setiap mahasiswa saya untuk tersenyum kepada orang tertentu sekali setiap pekannya. Salah seorang mahasiswa datang bertemu dengan pedagang, ia berkata kepadanya, “Saya pilih tersenyum kepada istriku, ia tidak tau sama sekali perihal ini. Hasilnya adalah saya menemukan kebahagiaan baru yang sebelumnya tidak saya rasakan sepanjang akhir tahun-tahun ini. Yang demikian menjadikan saya senang tersenyum setiap kali bertemu dengan orang. Setiap orang membalas penghormatan kepada saya dan bersegera melaksanakan khidmat -pelayanan- kepada saya. Karena itu saya merasakan hidup lebih ceria dan lebih mudah.”
Kegembiraan meluap ketika Carnegie menambahkan, “Ingatlah, bahwa senyum tidak membutuhkan biaya sedikitpun, bahkan membawa dampak yang luar biasa. Tidak akan menjadi miskin orang yang memberinya, justeru akan menambah kaya bagi orang yang mendapatkannya. Senyum juga tidak memerlukan waktu yang bertele-tele, namun membekas kekal dalam ingatan sampai akhir hayat. Tidak ada seorang fakir yang tidak memilikinya, dan tidak ada seorang kaya pun yang tidak membutuhkannya.”
Betapa kita sangat membutuhkan sosialisasi dan penyadaran petunjuk Nabi yang mulia ini kepada umat. Dengan niat taqarrub ilallah -pendekatan diri kepada Allah swt.- lewat senyuman, dimulai dari diri kita, rumah kita, bersama istri-istri kita, anak-anak kita, teman sekantor kita. Dan kita tidak pernah merasa rugi sedikit pun! Bahkan kita akan rugi, rugi dunia dan agama, ketika kita menahan senyuman, menahan sedekah ini, dengan selalu bermuka masam dan cemberut dalam kehidupan.
Pengalaman membuktikan bahwa dampak positif dan efektif dari senyuman, yaitu senyuman menjadi pendahuluan ketika hendak meluruskan orang yang keliru, dan menjadi muqaddimah ketika mengingkari yang munkar.
Orang yang selalu cemberut tidak menyengsarakan kecuali dirinya sendiri. Bermuka masam berarti mengharamkan menikmati dunia ini. Dan bagi siapa saja yang mau menebar senyum, selamanya ia akan senang dan gembira. Allahu a’lam

13.57 | 0 komentar | Read More

Sikap Ramah Dirahmati Allah [ "Tidaklah seseorang memiliki kasih sayang terhadap sesama, kecuali Allah SWT akan menghiasinya dengan kemuliaan. Dan tidaklah seseorang berlaku bengis terhadap sesamanya, kecuali Allah akan mencabut rasa kasih sayang dari dirinya dan mencampakkannya ke tempat yang hina" ( Al Hadis ). ]

"Tidaklah seseorang memiliki kasih sayang terhadap sesama, kecuali Allah SWT akan menghiasinya dengan kemuliaan. Dan tidaklah seseorang berlaku bengis terhadap sesamanya, kecuali Allah akan mencabut rasa kasih sayang dari dirinya dan mencampakkannya ke tempat yang hina" ( Al Hadis ).
http://seputaraceh.com/wp-content/uploads/2012/11/Hormati-orang-tua.jpg
PIKIRAN BENING hanya dimiliki oleh muslim yang berhati bersih. Hati bersih tandanya dirahmati Allah. Dan Orang yang dirahmati Allah, sejak didunia inipun ia sudah bisa menikmati "sorga" dunia sebelum sorga di akhirat. Cirinya ujar Nabi SAW: "Bila engkau bangun pagi, sehat badanmu, senang perasaanmu dan ada yang dimakan buat hari itu, seolah-olah dunia ini engkau yang punya".
Dalam hadis lain beliau bersabda : "Yang dinamakan kekayaan, bukan semata-mata banyaknya harta benda tetapi kekayaan sejati ialah ketenangan jiwa". Ketahuilah, orang yang jiwanya tenang, tatkala menghadapi sakaratul maut yang teramat dahsyat sakitnya itu, ia malah di elus-elus dengan panggilan indah oleh malaikat maut : "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepangkuan Tuhanmu dalam keadaan ridha dan diridhai-Nya".

Diantara ciri hati yang bersih, dalam dirinya selalu tersembul rasa kasih sayang bukan saja terhadap sesama manusia tetapi juga dengan mahluk lain. Dimana saja ia berada selalu memberi rahmat bagi lingkungan disekitarnya. Ucapannya menentramkan, wajahnya menyejukkan, sikapnya menawan, kehadirannya selalu dinanti-nantikan orang. Rasulullah SAW bersabda : "Orang muslim itu adalah orang yang membuat muslim yang lain terselamatkan dari kejahatan lidah dan tangannya".

Pernah Nabi SAW. bertamu ke rumah seseorang. Sebelum masuk, beliau mendengar si tuan rumah berkata agak keras memarahi pembantunya. Untuk menghormati Nabi SAW, si Tuan rumah memberi jamuan kepada beliau. Kebetulan saat itu si Tuan rumah sedang puasa. Rasul SAW. menyuruh si Pemilik rumah itu untuk makan juga, karena kata beliau kurang lebih : "Tidak ada gunanya kamu berpuasa karena telah berkata kasar kepada pembantumu". Ujar Dr. Aidh Al Qarni : "Kebahagiaanku dan kebahagiaanmu itu terletak dalam bagaimana membahagiakan orang lain, bagaimana menciptakan kegembiraan pada diri mereka dan bagaimana menempatkan potensi, kemampuan dan kebaikan mereka."

Orang yang dalam dirinya tidak terdapat rasa kasih sayang akan jauh dari rahmat Allah. Karena itu sangat beralasan kalau Umar bin Khattab RA tidak jadi mengangkat salah seorang sahabatnya menjadi gubernur di Syam, gara-gara sikapnya yang tidak ramah terhadap keluarganya sendiri. "Bagaimana kamu bersikap ramah terhadap rakyatmu nanti, kalau terhadap keluargamu sendiri saja kamu tidak bisa ramah", tegas Khalifah kedua ini kepadanya.

Al Hasan meriwayatkan bahwa Rasul SAW berkata : "Tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersifat kasih". Para sahabat berkata, "Kita semua pengasih." Ujar Nabi SAW : "Bukan kasih sayang kalian terhadap diri kalian sendiri, tetapi kasih sayang kalian terhadap umat manusia secara umum."

Orang yang tidak bersifat kasih, maknanya dalam dirinya ada rasa sombong, angkuh, merasa serba hebat. Padahal simaklah firman Allah dalam hadis qudsi : "Keagungan itu pakaian-Ku dan kesombongan adalah selendang-Ku. Barangsiapa yang menandingi Aku dalam kedua hal tersebut maka Aku akan membinasakannya." Sehingga Rasul SAW. bersabda : "Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sifat kesombongan walaupun seberat biji sawi."

Saad bin Muazd RA. dikenal oleh penduduk Madinah orang yang taat beribadah. Sering terlihat menghabiskan waktunya iktikaf di masjid Nabawi. Ketika ia meninggal, Rasul SAW dan para sahabat ramai mengantarkannya ke pemakaman. Usai prosesi penguburan Nabi SAW. berkata : "Sayang kuburannya disempitkan oleh Allah". Para sahabat heran dan bertanya sebabnya : "Karena selama hidupnya sering mengecewakan keluarganya", tegas Rasul SAW. Berdasarkan hadis Rasulullah SAW. tersebut maka K.H.Abdullah Gymnastiar menulis antara lain : "Bila kita melakukan ibadah salat dengan khusyuk namun kita gampang meninggalkan kewajiban kita kepada isteri dan anak-anak kita, maka kita tidak mungkin dapat dekat dengan Allah."

Abu Hurairah RA menceritakan hadis dari Rasulullah SAW. Intinya seorang lelaki yang sedang safar di gurun pasir merasa sangat haus. Ia menemukan air di sebuah sumur. Usai minum ia melihat seekor anjing yang juga tengah haus. Ia lalu turun mencedok air dengan menggunakan sepatunya dan diberikan ke anjing itu. Ternyata Allah SWT. memujinya dan mengampuni dosanya. Kemudian Rasulullah bersabda : "Setiap perbuatan baik pada yang bernyawa ada pahalanya".

Al Hasan meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. berkata : "Para abdal dari ummatku tidak masuk surga karena banyaknya salat dan puasa (yang sunat). Allah menyayangi mereka karena kesucian hati, kedermawanan dan kasih sayang mereka terhadap kaum Muslimin". ( Al Hakim, Ibnu Abid Dunya, Darquthni ).

Turmuzi, Abu Daud dan Ahmat meriwayatkan, bahwa Rasul SAW. bersabda : "Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Tuhan Ar-Rahman. Sayangilah yang dibumi niscaya yang dilangit akan menyangi kalian."

Karena itu kilah seorang ulama besar : "Sifat kasih sayang harus dimiliki oleh setiap pemimpin, baik pemimpin agama atau bukan. Karena sifat kasih sayang membawa kita untuk berlapang dada, bersabar dan tidak lekas putus asa demi untuk berhasilnya tujuan yang dicita-citakan."

Ujar Andrie Wongso, motivator tersohor Indonesia : "Kasih dan perhatian adalah kekuatan. Jika setiap hari kita mau memberikan kasih dan perhatian kepada orang-orang di sekeliling kita, hidup akan terasa bahagia dan lebih bermakna."
Sumber: Milis SD-SMPIT-Istiqamah
13.15 | 0 komentar | Read More

Jadilah Manusia yang Baik: Manusia Terbaik: Paling Bermanfaat, Ramah, dan Suka Menolong

 sebaik-baik manusia - suka menolong
MANUSIA terbaik itu adalah orang yang bermanfaat bagi sesama, ramah, dan suka menolong

Kita sangat familiar dengan hadits yang berbunyi خير الناس أنفعهم للناس (khoirunnas anfa'uhum linnas). Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.

Hadits shahih tentang sebaik-baik manusia ini diriwayatkan dari Jabir. Ia berkata,”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Dalam riwayat lain disebutkan, dari Ibnu Umar, bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi saw dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah  dan amal apakah yang paling dicintai Allah Swt?” 

Rasulullah Saw menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan." 

Rasulullah Saw meneruskan sabdanya: "Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani).

Dari kedua hadits tersebut, kita bisa menarik kesimpulan, sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain, ramah, dan suka menolong sesama atau memberikan kebahagiaan bagi manusia lainnya. Semoga kita termasuk manusia terbaik. Amin! Wallahu a'lam. (www.risalahislam.com).*
13.08 | 0 komentar | Read More

Suara Mahasiswa: Islam Agama Ramah dan Anti Kekerasan

http://sphotos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/t1.0-9/269648_231347636890354_4688471_n.jpg
 


oleh A. Tajuddin Arafat*

Nabi Muhammad saw mengajarkan kepada kita bahwa penegakan keadilan mengharuskan adanya aktifitas yang terus menerus. Nama dari aktifitas ini adalah jihad. Usaha mewujudkan anti-kekerasan merupakan pangkal utama dari jihad ini. Kata jihad tidak “harus” berarti perang suci. Jihad berarti perjuangan (kerja keras) atau usaha. Berdasar pada sebuah Hadis Masyhur dari Nabi Muhammad saw, bahwa jihad secara tradisi dibagi ke dalam al-jihad al-akbar (perjuangan besar), sebuah usaha batin dalam menghadapi sifat dasar kita yang lebih rendah (nafsu); dan al-jihad al-ashgar (perjuangan kecil), sebuah usaha lahir dalam menghadapi ketidakadilan sosial. Perjuangan kecil ini bukanlah dalam semua hal, namun hanya beberapa. Hal itu memasukkan pula mengajar, dan pencarian aktif akan sebuah budaya damai, maupun perlawanan terhadap penindasan dan kekerasan sosial.
"dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" (Q.S. Al-Anbiya`: 107)

“orang muslim sejati adalah orang muslim yang menjaga keselamatan muslim yang lain dari lisan dan tangannya” (Hadis Rasulullah)


Islam, begitu pula agama lainnya, tidak lepas dari apa yang namanya ikhtilaf (perbedaan) di dalamnya. Bisa dikatakan bahwa sikap berbeda itu merupakan naluri atau fitrah yang wajar terjadi dalam hal apapun dan bagi siapapun. Berbeda dalam segala hal, baik yang bersifat formal maupun nonformal, dari yang global sampai yang partikular. Karena perbedaan itulah, Islam –dengan sifat eklektik ajarannya- menjadi sebuah agama yang mudah dicerna oleh pemahaman lokal setempat yang sarat dengan budaya dan tradisi. Perbedaan itu akan bisa dianggap wajar jika satu dengan yang lainnya saling memahami, toleran dan apresiatif. Namun jika perbedaan itu menimbulkan kekacauan, keributan, kekerasan dan saling menghantam satu sama lainnya itu perlu ditinjau kembali, bagaimana bisa? dan kenapa bisa terjadi?.

Dalam tradisi Islam, kita mengenal istilah ikhtilaful a'immah rahmatun lil ummah (perbedaan pendapat para imam adalah rahmat bagi umat). Walaupun kalimat ini bukanlah hadis atau jika boleh dikatakan hadis termasuk hadis maudhu’, tetapi signifikansi dari kandungan kalimat ini merupakan gambaran tentang bagaimana kita bisa memahami secara apresiatif terhadap orang lain atau terhadap pandangan seseorang yang mungkin lagi berseberangan dengan kita. Berseberangan atau perbedaan tersebut bisa menjadi rahmat jika diartikan secara positif dan berbasis keramahan, seperti yang dianjurkan oleh al-Qur’an dan Sunnah Nabawi.

Lebih jauh, Islam, sekali lagi, tidak membuat pembedaan antara agama dan realita keduniaan. Hal ini dimaksudkan bahwa Islam tidak membedakan antara urusan-urusan dunia ini dan nanti (akhirat), ia melihatnya sebagai satu kesatuan utuh –sebuah refleksi/pantulan (tajalli) dari kesatuan Allah (tauhid). Salah satu tujuan dari kehidupan kaum Muslim adalah membuat kesatuan ini menjadi sebuah pengalaman nyata bagi manusia. Dan salah satu rintangan utama untuk pengalaman manusia dari kesatuan iman dan kehidupan itu adalah adanya ketidakadilan sosial dalam realitas masyarakat.

Nabi Muhammad saw mengajarkan kepada kita bahwa penegakan keadilan mengharuskan adanya aktifitas yang terus menerus. Nama dari aktifitas ini adalah jihad. Usaha mewujudkan anti-kekerasan merupakan pangkal utama dari jihad ini. Kata jihad tidak “harus” berarti perang suci. Jihad berarti perjuangan (kerja keras) atau usaha. Berdasar pada sebuah Hadis Masyhur dari Nabi Muhammad saw, bahwa jihad secara tradisi dibagi ke dalam al-jihad al-akbar (perjuangan besar), sebuah usaha batin dalam menghadapi sifat dasar kita yang lebih rendah (nafsu); dan al-jihad al-ashgar (perjuangan kecil), sebuah usaha lahir dalam menghadapi ketidakadilan sosial. Perjuangan kecil ini bukanlah dalam semua hal, namun hanya beberapa. Hal itu memasukkan pula mengajar, dan pencarian aktif akan sebuah budaya damai, maupun perlawanan terhadap penindasan dan kekerasan sosial.


Walhasil, sikap ramah merupakan kunci utama bagi tercapainya Islam yang cinta budaya damai. Sikap ramah tidak akan terwujud tanpa adanya apresiasi terhadap ”yang lain” dan saling memberi apresiasi tidak akan tercapai jika tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Lebih jelasnya bahwa kita tidak akan apresiatif kepada teman kita, jika kita tidak merasa bahwa kita berbeda dengannya.


Jika dari sisi normatif sudah dijelaskan tentang bagaimana kita seharusnya ber-Islam. Maka berbijaksanalah, ketika kita memandang fenomena dan realitas masyarakat yang ada sekarang ini melalui pemahaman yang berbasis ramah dan anti-kekerasan. Sekali lagi, Islam itu ramah terhadap siapapun, apapun, dimanapun dan kapanpun. Sehingga Islam yang notabene sebagai sebuah agama formal bagi penganutnya seharusnya digambarkan dengan praktek dan perilaku yang mencerminkan sikap cinta damai dan ramah itu sendiri. Terakhir, mengutip apa yang dikatakan oleh para perennialis: nilai-nilai universal agama mengajarkan akan yang Esa dan ketundukan kepada-Nya, meskipun wujud realitanya sangat beragam dan warna-warni. []





*Mahasiswa Fak. Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang


http://islamlib.com/?site=1&aid=1710&cat=content&cid=24&title=islam-adalah-agama-ramah-dan-anti-kekerasan
13.06 | 0 komentar | Read More

Menggapai ridho Allah: Sikap ramah dan lemah lembut merupakan salah satu ajaran yang dianjurkan oleh agama Islam

http://ltqalhikmah.com/wp-content/uploads/2013/01/kartun_salaman.jpg
Sikap ramah dan lemah lembut merupakan salah satu ajaran yang dianjurkan oleh agama Islam. Sifat Ar-Rifq (lemah lembut) merupakan sifat yang dicintai oleh Allah SWT dan juga dengannya akan bisa meraih segala kebaikan dan keutamaan. Berlemah lembut dan menebarkan keramahan dalam interaksi sosial tidak saja mendatangkan kemuliaan , tapi juga membuat orang lain merasa damai dan nyaman dalam hidupnya. Orang yang ramah dan lembut tutur katanya hampir selalu diterima dalam pergaulan, selain itu tutur kata yang lembut juga akan merontokkan dan meluluhkan pendirian yang salah. Kita sebagai umat Islam juga punya teladan yang luar biasa mengenai cara bersikap yang lemah lembut kepada sesama yaitu Rasulullah SAW. Beliau tidak pernah berkata kasar kepada sahabat-sahabatnya,beliau juga selalu memberikan sikap yang tulus kepada sesamanya.
Dalam sebuah hadist ,Rasulullah SAW bersabda :“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Lembut yang mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Sebagaimana disebutkan pula dalam hadits yang lain, Rasulullah saw bersabda :“Orang yang dijauhkan dari sifat lemah lembut, maka ia dijauhkan dari kebaikan.” (HR.Muslim)
Dikisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah sedang duduk-duduk bersama para shahabat radhiyallahu ‘anhum di dalam masjid. Tiba-tiba muncul seorang ‘Arab badui (kampung) masuk ke dalam masjid, kemudian kencing di dalamnya. Maka, dengan serta merta, bangkitlah para shahabat yang ada di dalam masjid, menghampirinya seraya menghardiknya dengan ucapan yang keras. Namun Rasulullah melarang mereka untuk menghardiknya dan memerintahkan untuk membiarkannya sampai orang tersebut menyelesaikan hajatnya. Kemudian setelah selesai, Rasulullah meminta untuk diambilkan setimba air untuk dituangkan pada air kencing tersebut. (HR. Al Bukhari)
Kemudian beliau memanggil ‘Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Rasulullah pun menasehatinya dengan lemah lembut: “Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk membuang benda najis (seperti kencing, pen) atau kotor. Hanya saja masjid itu dibangun sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al Qur’an.” (HR. Muslim)
Melihat sikap Rasulullah yang demikian lembut dan halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta dan simpati ‘Arab badui tersebut kepada beliau Rasulullah. Maka ia pun berdoa: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.” Mendengar doa tersebut Rasulullah tertawa dan berkata kepadanya: “Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah).” (HR. Al Bukhari dan yang lainnya)
(Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa doa Arab badui tersebut diucapkan sebelum ia buang air kecil. Wallahu a’lam)
Perhatikanlah wahai saudara saudariku..
Betapa hati manusia itu, pada asalnya, adalah cenderung kepada sikap yang lembut dan tidak kasar. Betapa indah dan lembutnya cara pengajaran dari tauladan kita Nabi Muhammad saw terhadap seorang yang belum mengerti. Dengan sikap hikmah Rasulullah, akhirnya melahirkan rasa simpati dan membuka mata hati Arab badui tersebut dalam menerima nasehat. Berbeda halnya tatkala perbuatannya tersebut disikapi dengan kemarahan, yang akhirnya melahirkan sikap ketidaksukaan. Selalu memberikan kemudahan kepada orang lain dan tidak mau mempersulit urusan merupakan ciri khas akhlak Rasulullah saw. Sabda Rasulullah saw: “Hanya saja kalian diperintah untuk memudahkan dan bukan untuk mempersulit.” (HR.Al Bukhari)
Rasulullah saw juga menyatakan:“Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi mencintai kelembutan. Dia memberikan pada sifat kelembutan yang tidak diberikan kepada sifat kekerasan, dan tidak pula diberikan kepada sifat-sifat yang lainnya.” (HR. Muslim)
https://www.facebook.com/permalink.php?id=275089835843993&story_fbid=450328878320087
13.00 | 0 komentar | Read More

Tentang Bersikap Ramah: Rasulullah Menyuruh Kita Bersikap Ramah

Kaligrafi Muhammad SAW. Ilustrasi
Kaligrafi Muhammad SAW. Ilustrasi


Oleh Ida Fauziyah

Rasulullah SAW bersabda, "Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR Thabrani dan Daruquthni, dari Jabir RA).

Hadis di atas kembali mengingatkan jati diri kemanusiaan kita agar selalu bersikap ramah dalam berinteraksi sosial di antara sesama. Suatu sikap yang dalam satu bulan terakhir ini menjadi pertanyaan kita semua, khususnya menyangkut sikap kita sebagai manusia untuk menghargai hak-hak kemanusiaan sesama.

Aksi bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Kepunton, Solo, (25/9) lalu merajalelanya korupsi di berbagai bidang dan pelbagai kerusuhan yang menjurus konflik SARA seperti kasus di Ambon beberapa waktu lalu, makin menguatkan bahwa kita mulai tidak ramah dengan nilai-nilai kemanusian dan kemajemukan. Kita mulai tidak acuh dan tak ramah dalam mengawal bumi pertiwi yang kita cinta ini.

Bila melihat hadis di atas, sangat jelas dan tegas bahwa objek yang dituju dari hadis tersebut adalah "orang beriman". Jadi, sikap keramahan itu menjadi satu hal yang mutlak harus diintegrasikan dalam diri orang yang beriman. Artinya, kualitas keimanan seseorang itu salah satunya bisa diukur dari seberapa jauh ia sebagai seorang mukmin dalam kehidupan sosialnya itu melaksanakan "keramahan" kemanusiaannya (baca menghargai dan menghormati).

Praksisnya, bila orang beriman itu hidup dalam kemajemukan, maka ia bisa menghargai dan menerima segala perbedaan. Bila ia seorang pejabat, maka ia bisa menyuarakan dan amanah pada aspirasi rakyatnya. Dan bila ia seorang pemimpin, maka ia bisa menyalurkan segala energi kepemimpinannya untuk mewujudkan kemakmuran rakyatnya.

Implementasi wujud keramahan tersebut menjadi hal paling esensial, mengingat hakikat orang beriman itu tidak hanya pandai melafalkan sumpah tertentu, akan tetapi yang lebih penting dari itu adalah wujud konkret tindakannya di masyarakat.  "Al-imanu tashdiiqun bil qalbi, wa ikrarun bil lisan, wa a'malun bil arkan" (orang beriman itu tidak hanya membenarkan dalam hati, dan mengikrarkan di lisan, tapi lebih dari itu adalah melaksanakan dalam bentuk perbuatan).

Dengan memperhatikan esensi orang beriman ini, maka  kalimat berikutnya dari hadis tersebut sangat kontekstual, bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Artinya, keberadaan kita sebagai manusia (dalam posisi apa pun) akan sangat ditentukan seberapa jauh kita bisa memberi manfaat bagi sekelilingnya. Kalau prinsip ini dijadikan pegangan utama, maka tentu tidak ada namanya anasir-anasir tindakan merendahkan kemanusiaan yang muncul di hati.

Tidak ada namanya "kezaliman struktural" manakala kita diberi amanah menjalankan kekuasaan. Tak ada namanya ketakutan akan turunnya pencitraan ketika kita senantiasa berpegang pada kebenaran. Semua tindakan akan tersubordinasikan untuk meraih tujuan hakiki orang beriman, yaitu rida Allah SWT. Semoga Allah senantiasa memberi hidayah kepada kita semua untuk selalu berada pada garis kebenaran-Nya, sampai kita semua menghadap-Nya dengan husnul khatimah. Amin ya Rabbal 'alamin.

Tulisan ini telah dimuat di Republika cetak dengan judul Manusia paripurna
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/10/06/lsme9u-rasulullah-menyuruh-kita-bersikap-ramah
13.00 | 0 komentar | Read More

Inilah Kepemimpinan Politik yang Berkeadilan dalam Islam

Written By Situs Baginda Ery (New) on Jumat, 11 April 2014 | 19.16

Kepemimpinan Politik yang Berkeadilan dalam Islam 

Oleh KH MA Sahal Mahfudh
Keharusan adanya pemimpin pada setiap komunitas sekecil apapun tidak diingkari baik oleh norma sosial mau pun norma agama Islam. Manusia sebagai makhluk sosial, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu berkumpul, bergaul dan berinteraksi dengan sesamanya. Dalam hal ini mereka memerlukan seorang pemimpin yang dipercaya dan mampu memimpin.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Rasulullah mengatakan, ''Apabila tiga orang keluar bepergian, maka hendaklah mereka menunjuk salah satunya menjadi pemimpin”. Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya meriwayatkan hadits, "Tidak halal bagi tiga orang berada di padang (sakhra') dari bumi, kecuali harus menjadikan salah satunya seorang pemimpin.”

Kata "pemimpin" dan "kepemimpinan" berbeda, yang satu kata benda dan yang lain kata abstrak. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan dalam konsep yang normal. Pemimpin adalah sosok yang berwatak dan berkarakter kepemimpinan, bahkan mampu melaksanakan tugas kepemimpinan. Meskipun demikian tidak mustahil terjadi penyimpangan, dengan diangkatnya seorang pemimpin formal mau pun non formal yang tidak bisa menampilkan sikap dan perilaku kepemimpinan.

***

Bila politik dipahami sebagai kekuasaan formal, maka kepemimpinan politik merupakan kekuatan formal untuk menjalankan kekuasaan atas anggota kelompok kecil mau pun besar untuk mencapai tujuan tertentu. Kekuatan itu biasanya didukung oleh mekanisme yang mapan dalam sistem kekuasaan yang dihimpun dari berbagai komponen.

***

Ajaran Islam mengenal istilah siyasah syar'iyah dan kepemimpinan formal disebut khilafah, imaratul mu'minin dan imamah kubro. Kalangan Syafi'iyah mengatakan, politik harus sesuai dengan tujuan umum syari'ah Islamiyah, yaitu memelihara agama, akal, jiwa, harta dan keturunan. Kalangan Hanafiyah mengatakan, siyasah adalah suatu upaya memaslahatkan makhluk dengan memberi petunjuk mereka ke jalan yang menyelamatkan di dunia dan akhirat.

Sementara itu Imam Abil Wafa' Ibnu Aqil mengatakan, siasah merupakan perbuatan -sikap dan perilaku- yang melibatkan masyarakat, yang lebih mendekatkan mereka kepada kemaslahatan sekaligus menjauhkan dari mafsadah, meskipun hal itu belum pernah dilakukan oleh seorang Rasul mau pun belum pernah diwahyukan. Sedangkan Yusuf al-Qardlawy menegaskan, siyasah ialah suatu tindakan penguasa mengenai maslahah yang dipertimbangkan olehnya.

Ungkapan-ungkapan tersebut di atas dapat dipahami, bahwa apapun pengertian tentang siyasah, ia adalah suatu paradigma yang intinya bertujuan mencapai maslahah di dunia dan akhirat bagi masyarakat. Kemaslahatan mana mesti diarahkan pada pencapaian tujuan umum syari’ah, dengan pengertiannya yang luas dan dinamis, sehingga mampu mengakomodasi segala bentuk transformasi sosial yang terjadi.

Siyasah dengan demikian tidaklah hanya terbatas pada politik yang bersifat struktural dan formal. Tetapi lebih dari itu, ia mempunyai kekuatan dan kemampuan mendinamisir warga masyarakat untuk bersikap dan berperilaku politis dengan pertimbangan maslahah yang luas. Siyasah demikian akan mampu membentuk infrastruktur yang kuat, sekaligus memperkuat suprastruktur yang seimbang dengan kaidah fiqhiyah, bahwa kebijakan Imam atas rakyatnya harus bergantung pada pertimbangan maslahah. Yusuf al-Qardlawi menegaskan, politik yang adil (al-siyasah al-'adilah) bukan harus sesuai dengan syari’at, tetapi harus tidak bertentangan dengan syari'at.

Seperti telah disebutkan, kepemimpinan formal ada yang disebut khilafah, imaratul mukminin dan imamah kubro. Lalu ada pemimpin yang disebut khalifah, amirul mukminin dan al-imam al-akbar. Orang pertama yang disebut khalifah adalah sahabat Ahu Bakar karena beliau menggantikan Rasulullah dalam memimpin agama dan politik duniawi. Atas dasar itu, beliau tidak rela disebut khalifah Allah. Kemudian sebagian ulama dan ahli fiqih berpendapat, tidak boleh meletakkan sebutan khalifah Allah kepada penguasa atau siapapun. Namun ada sebagian ulama yang memperbolehkan atas dasar ayat A1-Qur'an sebagaimana tersebut dalam kitab Nihayat al-Muhtaj.

Pada periode khalifah Umar bin Khattab, meskipun fungsi khalifah tidak berubah, namun beliau populer disebut Amirul Mukminin. Sedangkan sebutan imam menurut Ibnu Khaldun, adalah karena menyerupai imam shalat dalam hal diikuti oleh para makmum.

Apapun sebutan yang diberikan kepada pemimpin, pada umumnya ia dimaknai sebagai pemimpin tertinggi bagi suatu daulah. Para ulama dalam hal ini mensyaratkan beberapa hal antara lain al-'adalah. Ia harus adil untuk dirinya sendiri dalam arti tidak menjalankan kefasikan serta adil untuk yang dipimpin, dalam arti tidak dza1im. Yang pertama, sebagaimana telah dirinci oleh para ahli fiqih dengan berbagai pandangan, bila ia berbuat kefasikan, bukan berarti ia harus bersih sama sekali dari perbuatan dosa. Tidak ada manusia yang ma’shum kecuali Nabi.

Ini berbeda dengan pendapat kaum Syi'ah Imamiyah al-Ja’fariyah yang berpendapat, Imam adalah ma'shum lahir mau pun batinnya sejak kecil sampai mati, seperti Nabi. Pengertian adil diri di sini adalah bila ia menjalankan kewajiban-kewajiban dirinya sendiri (furudl al-'ain) secara benar sekaligus tidak melakukan dosa besar, serta tidak terus menerus menjalankan dosa kecil.

***

Pengertian 'adalah untuk yang dipimpin atau untuk orang lain secara esensial tidaklah dipertentangkan oleh para ulama. Semuanya sepakat bahwa Imam mutlak harus mempunyai watak, sikap, perilaku dan kebijakan yang berkeadilan terhadap rakyatnya. Mereka tidak saja menggunakan dalil-dalil naqliyah mau pun ‘aqliyah saja, tetapi juga menggunakan dalil-dalil 'adiyah/thobi'iyah.

Keadilan seperti itu oleh bangsa mana pun merupakan norma sosial yang mutlak dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apala bagi seorang Imam. Ketidakadilan seorang Imam akan berdampak negatif secara lebih luas daripada yang dilakukan oleh seseorang yang tidak mempunyai jabatan imamah.

Di dunia ini tidak ada yang menyukai kelaliman, menerima ketidakadilan dan menyetujui kesewenang an . Kecuali bag i mere ka yang tidak normal akal pikirannya, meskipun mereka tak suka dituduh sebagai orang lalim, tidak adil dan sewenang-wenang. Ini berarti, bahwa ketika seseorang menerima jabatan kepemimpinan pada dasarnya telah menyadari adanya tuntutan 'adalah yang tidak dapat ditawar-tawar. Hanya saja yang sering terjadi, manusia tidak menyadari kelemahan, kekurangan dan cacat dirinya sendiri yang dapat mempengaruhi tumbuhnya ketidakadilan.

Berbeda dengan Abu bakar Shiddiq ketika ditetapkan sebagai khalifah. Pertama ia mengakui kekurangannya secara jujur tanpa mempertimbangkan harga diri dan kewibawaannya. Hal ini dapat dipahami dari pidato beliau ketika itu. "Saya telah diberi kekuasaan (tauliyah) atas kalian," kata Abu Bakar, "Padahal saya bukan yang terbaik di antara kalian. Apabila saya benar, dukunglah kepemimpinan saya. Tapi bila salah atau menyimpang, luruskanlah saya. Taatilah sepanjang saya mentaati Allah dalam memimpin kalian. Tapi bila saya berbuat ma'shiyat, maka kalian wajib tidak mentaatinya."

Sahabat Umar bin Khattab pernah mengatakan, "Siapa di antara kalian melihat adanya penyimpangan pada diri saya, hendaklah ia meluruskannya." Salah seorang yang mendengar ucapan beliau langsung menanggapi seraya mengatakan, "Kalau saya melihat ada penyimpangan pada dirimu, maka saya akan meluruskannya dengan pedangku." Kontan ketika mendengar tanggapan ini, Khalifah Umar berujar, "Alhamdulillah bila di antara umat Muhammad ada yang mau meluruskan penympangan Umar dengan pedangnya."

Keadilan mempunyai abstraksi yang sangat luas. Karenanya sering terjadi perbedaan ukuran antara pemimpin dan yang dipimpin. Pemimpinan berpandangan, bahwa kebijakannya sudah memenuhi kaidah keadilan. Sementara yang dipimpin menganggap kebijakannya belum adil. Dalam hal ini mekanisme musyawarah, dialog demokratis dan terbuka antara keduanya merupakan salah satu cara untuk mencari penyelesaian, dengan berpedoman pada standarisasi keadilan yang telah disepakati dan ditetapkan UU.

***

Kemapanan keadaan masyarakat sering dipengaruhi oleh hubungan antara keadilan -ketaatan- dan musyawarah. Keadilan dan ketamerupakan dua hal yang sulit dipisahkan dalam kehidupan masyarakat, karena ketaatan pihak yang dipimpin sering terbentuk oleh keadilan pemimpinnya. Karena ketidakadilan pemimpin, ketaatan umat menjadi surut atau hilang sama sekali, kecuali karena keterpaksaan yang berujung pada adanya ketaatan semu.

Hubungan simbiosis antara keadilan dan ketaatan bukanlah sifat alamiah yang bisa terjadi dengan sendirinya, akan tetapi tergantung pada komitmen-komitmen tertentu yang disepakati kedua belah pihak yang memimpin dan yang dipimpin. Komitmen-komitmen itu akan muncul tergantung pada mekanisme musyawarah dan dialog. Itulah sebabnya Sayyid Quthub mengatakan, “Keadilan, ketaatan dan musyawarah, sangat mendasar bagi kepemimpinan politik dalam Islam.”

Paradigma keadilan dengan demikian selalu berbeda-beda berdasarkan sasaran berbeda. Keadilan ekonmi tentu berbeda dengan keadilan politik, berbeda pula dengan aspek-aspek kehidupan lainnya. Begitu pula batas-batas keadilan akan berbeda-beda atas dasar perbedaan hak dan kewajiban.

Sedangkan hak dan kewajiban setiap individu mau pun jama'ah akan bergantung pada perkembangan status sosialnya. Dalam komunitas keluarga misalnya, mula-mula suami isteri mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Ketika lahir seorang anak, status keduanya berubah dan berkembang menjadi ayah dan ibu, hak dan kewajibannya bertambah pula. Begitu pula keadaannya ketika ia mengangkat seseorang dalam keluarga sebagai pembantu. Statusnya menjadi majikan yang mempunyai hak dan kewajiban tertentu pula. Dan seterusnya, ketika misalnya suami tersebut dipilih menjadi ketua RT, Kepala Desa dan sebagainya.

Kesadaran dan kemampuan manajemen mengaplikasikan hak dan kewajiban secara seimbang atas dasar kejujuran, keamanatan dan solidaritas yang kuat, merupakan dorongan yang kuat untuk menumbuhkan sikap, perilaku dan kebijakan yang berkeadilan bagi pemimpin.

Imam al-Razi dalam tafsirnya menyitir sebuah hadits yang menegaskan posisi al-'adlu berada di antara alshidqu dan al-rahmah. Dr Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam kitab al-Nidhom al-Siyasi fi al-Islam menegaskan, keadilan pada hakikatnya adalah al-shidqu dan al-rahmah.

Keadilan berarti menegakkan kebenaran dan kejuuran, serta belas kasih dan solidaritas. Dan bahwa kemaslahatan umat bergantung pada al-shidqu, al-'adlu dan al-rahmah. Risalah Rasulullah adalah rahmatan li al-‘alamin. Semoga kita selalu mendapat rahmat Allah.

***

Kepustakaan:

1.    Tafsir Imam Razi
2.    Al-Fajru al-Shodiq - Afandi Shidqi
3.    Al-Islam Baina al-‘Ulama wa al-Hukama’ - Abdul Aziz Al-Badry.
4.    Al-Ahkam al-Sulthoniyah - Al-Mawardy
5.    Al-Ahkam al-Sulthoniyah - Abu Ya'la Al-Hanbali
6.    Al-Nidhom al-Siyasi fi al-Islam - Dr. M. Abd. Qadir Abu Faris
7.    Al-Isti'anah Bighoiri al-Muslimin fi al-fiqih al-Islamy - Dr. AbdulLah bin Ibrahim Al-Thuraifi
8.    Al-'Adalah a1-Ijtima’iyah fi al-Islam - Sayid Quthub
9.    Syari’at al-Islam - Dr. Yusuf Qardlawy
10.  ‘Idhatu al-Nasyi'in - Musthafa al-Ghulayaini
11.  Al-Hasyiyah - Al-Bujairamy
12.  Al-Watsaiqu al-Siyasiyah - M. Humaidullah
13.  Al-Asybah wa al-Nadha'ir - Imam Suyuthi
14.  Al-Siyasah al-Syar’iyah - Ibnu Taimiyah
15.  Nihayah al-Muhtaj - Imam al-Ramly
16.  Al-Muqaddimah – Ibnu Khaldun



*) Diambil dari KH MA Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, 2004 (Yogyakarta: LKiS), dengan judul "Penguasa yang Adil. Judul "Kepemimpinan Politik Yang Berkeadilan Dalam Islam" merujuk pada makalah asli sebagaimana pernah disampaikan pada halaqah Fiqih Nashbu al-Imam (Kepemimpinan yang Berkeadilan) yang diselenggarakan oleh P3M, RMI dan Pesantren Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, 3-5 November 1992. Judul asli Kepemimpinan Politik Yang Berkeadilan Dalam Islam.

https://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,6-id,51292-lang,id-c,taushiyah-t,Kepemimpinan+Politik+yang+Berkeadilan+dalam+Islam-.phpx
19.16 | 0 komentar | Read More

Inilah Etika Politik Menurut Islam

http://smadapati.files.wordpress.com/2010/06/fajar8zy.jpg 

Oleh Fauzi Abubakar
SIAPA pun yang terjun dalam bidang politik pasti memiliki kepentingan kekuasaan. Kekuasaan di mata Islam bukanlah barang terlarang, sebaliknya kekuasaan dan politik dianjurkan selama tujuannya untuk menjalankan visi-misi kekhalifahan. Untuk itu kekuasaan harus didapatkan dengan tetap berpegang pada etika Islam. Sebagai agama yang sempurna, Islam telah memberikan panduan etika dalam kehidupan manusia. Karena itu etika dalam politik menjadi suatu keharusan.
Fakta memperlihatkan bahwa tidak sedikit yang menghalalkan segala cara dalam memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Bertemunya berbagai kepentingan antarkelompok dalam kalangan elite politik adalah sebuah keniscayaan akan terjadinya konflik bahkan berujung pada penyelesaian dengan jalan kekerasan, jika tidak ada kesepahaman bersama.
Etika politik adalah sesuatu yang sangat penting dalam Islam, karena politik dipandang sebagai bagian dari ibadah, maka politik harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip ibadah. Di samping itu, politik berkenaan dengan prinsip Islam dalam pengelolaan masyarakat, karena itu prinsip-prinsip hubungan antarmanusia seperti saling menghargai hak orang lain dan tidak memaksakan kehendak harus berlaku dalam dunia politik.
Mestinya ketika membahas tentang etika politik saat ini tidak dipandang seperti berteriak di padang pasir yang tandus dan kering. Sementara realitas politik itu sebenarnya pertarungan antara kekuatan dan kepentingan yang tidak ada kaitan dengan etika. Politik dibangun bukan dari yang ideal dan tidak tunduk kepada apa yang seharusnya. Dalam politik, kecenderungan umum adalah tujuan menghalalkan segala cara seperti yang diajarkan oleh Machiavelli. Sementara Immanuel Kant menyebutkan bahwa ada dua watak yang terselip di setiap insan politik, yaitu watak merpati dan watak ular.
Pada satu sisi insan politik memiliki watak merpati yaitu memiliki sikap lemah lembut dan penuh kemuliaan dalam memperjuangkan idealisme, tetapi di sisi lain juga memiliki watak ular yang licik dan selalu berupaya untuk memangsa merpati. Jika watak ular yang lebih menonjol daripada watak merpati, inilah yang merusak pengertian politik itu sendiri yang menurut filosof Aristoteles bahwa politik itu sendiri bertujuan mulia. Untuk itulah pentingnya etika politik sebagai alternatif untuk mewujudkan perilaku politik yang santun.
Pemikiran Aristoteles sejalan dengan konteks pemikiran Islam, al-Ghazali yang tidak memisahkan antara etika dan politik, keduanya saudara kembar yang tidak mungkin dipisahkan. Keduanya akan menentukan nilai baik-buruk atau benar-salah dari setiap tindakan dan keinginan masyarakat. Maka politik sebagai otoritas kekuasaan untuk mengatur masyarakat agar sesuai dengan aturan-aturan moral, bertanggung jawab, dan mengerti akan hak serta kewajibannya dalam hubungan kemasyarakatan secara keseluruhan.
Di sini terlihat Islam sebagai way of life (pandangan hidup) yang baik dan memiliki moral code atau rule of conduct dalam melayani rakyat. Islam datang dengan resource yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan yaitu Alquran sebagai sumber utama dan dipertegaskan dengan Sunnah Nabi. Alquran sebagai dasar  bagi manusia kepada hal-hal yang dilakukan memberikan tekanan-tekanan atas amal perbuatan manusia (human action) dari pada gagasan. Artinya Alquran memperlakukan kehidupan manusia sebagai keseluruhan aspek yang organik, semua bagian harus dibimbing dengan petunjuk dan perintah-perintah etik yang bersumber dari wahyu, yang mengajarkan konsep kesatuan yang padu dan logis.
Dalam etika politik yang merupakan etika sosial, untuk dapat mewujudkan pandangannya dibutuhkan persetujuan dari masyarakat karena menyangkut tindakan kolektif. Maka hubungan antara pandangan seseorang (etika individual) dengan tindakan kolektif membutuhkan perantara yang berfungsi menjembatani kedua pandangan ini berupa nilai-nilai. Melalui nilai-nilai inilah politikus berusaha meyakinkan masyarakat agar menerima pandangannya sehingga mendorong kepada tindakan bersama. Karena itu, politik disebut juga seni meyakinkan melalui wicara dan persuasi, bukan manipulasi dan kekerasan.
 Nilai-nilai kebenaran
Etika politik merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keadilan dan tangung jawab atas realitas kehidupan. Untuk itu realitas politik diupayakan dengan mengkonsepkan dan mengelaborasikan secara mendalam fenomena terhadap pandangan Alquran tentang etika dalam pelayanan rakyat.
Islam menetapkan nilai-nilai dasar dalam kehidupan politik, yaitu: Pertama, prinsip musyawarah (syura), dalam Islam tidak hanya dinilai prosedur pengambilan keputusan yang direkomendasikan, tetapi juga merupakan tugas keagamaan. Seperti yang telah dilakukan oleh Nabi dan diteruskan oleh khulafaur rasyidin. Firman Allah Swt: “..dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu...” (QS. Ali Imran: 159)  
Kedua, prinsip persamaan (musawah), dalam Islam tidak mengenal adanya perlakuan diskriminatif atas dasar perbedaan suku bangsa, harta kekayaan, status sosial dan atribut keduniaan lainnya. Yang menjadikannya berbeda di mata Allah hanya kualitas ketakwaan seseorang sebagaimana firmanNya: “...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujarat: 13).
Ketiga, prinsip keadilan (‘adalah), menegakkan keadilan merupakan suatu keharusan dalam Islam, terutama bagi para penguasa. Islam juga memerintahkan untuk menjadi manusia yang lurus, bertanggung jawab dan bertindak sesuai dengan kontrol sosialnya sehingga terwujud keharmonisan dan keadilan hidup, sebagaimana firman Allah Swt: “...Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8).
Keempat, prinsip kebebasan (al-Hurriyah), dalam Islam prinsip kebebasan pada dasarnya adalah sebagai tanggung jawab terakhir manusia. Konsep kebebasan harus dipandang sebagai tahapan pertama tindakan ke arah perilaku yang diatur secara rasional berdasarkan kebutuhan nyata manusia, baik secara material maupun secara spiritual. Kebebasan yang dipelihara oleh politik Islam adalah kebebasan yang mengarah kepada ma’ruf dan kebaikan. Allah berfirman: “... Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudaratannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain...” (QS. Al-An’am: 164).
Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat berupa pedoman, keyakinan hukum atau aktifitas dan informasi. Prinsip-prinsip Islam dalam politik tersebut menentang pandangan politik menghalalkan segala cara. Pelaksanaan prinsip Islam dalam politik berlaku menyeluruh dalam sistem pemerintahan, karena sistem itu menjadi bagian yang integral dalam Islam.
* Drs. Fauzi Abubakar, M.Kom.I, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah, Lhokseumawe. Email: marhamah_rusdy@yahoo.com
http://aceh.tribunnews.com/2014/03/14/etika-politik-menurut-islam
19.15 | 0 komentar | Read More

Berita Prabowo Capres Partai Gerindra: Prabowo Effect Pendongkrak Utama Suara Gerindra

JAKARTA, FAJAR -- Partai Gerindra mengalami kenaikan suara hingga tiga kali lipat pada pemilihan umum legislatif (pileg) 2014. Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI) Agung Suprio mengatakan bahwa kenaikan suara partai pimpinan Prabowo Subianto itu dipicu beberapa hal.

Di antaranya adalah kesuksesan Prabowo Subianto yang berhasil mengemas dirinya untuk tampil lebih baik dalam berbagai forum dan mendapat perhatian dari media massa atau Prabowo Effect.

"Kini, Prabowo juga lebih terbuka kepada media dibandingkan sebelum-sebelumnya. Bukan itu saja, akun Prabowo di media sosial di like atau difollow oleh jutaan masyarakat dimana Prabowo dapat menyampaikan gagasannya tanpa batasan waktu," kata Agung kepada wartawan di Jakarta, Kamis (11/4).

Di samping itu, sambung Agung, kampanye hitam (black campaign) yang terus dimunculkan kepada Partai Gerindra selama masa kampanye pileg 2014 tidak mempan. Menurutnya, hal ini berkat manajemen krisis yang sangat responsif dari tim kampanye partai berlambang kepala burung garuda itu.

Bahkan sebaliknya, serangan kampanye hitam justru malah menguatkan posisi Prabowo.

"Yang mendapatkan simpatinya adalah Prabowo. Sebaliknya penyebar atau pun yang menyuruh kampanye hitam justeru menerima antipati publik. Ini karena ada tim media yg efektif dalam mengelola setiap serangan black campaign, termasuk menciptakan counter attack kepada kompetitor," papar Agung.

Faktor lainnya, Partai Gerindra memiliki manajemen publikasi yang baik. Publikasi yang luas atas pernyataan Prabowo yang berkarakter dalam berbagai kampanye, Antara lain akan memberantas korupsi dan memperkuat institusi KPK, berdikari serta memberdayakan ekonomi desa.

Agung menambahkan, Partai Gerindra juga bisa memaksimalkan kerja mesin partainya. Hal ini terbukti optimal untuk meningkatkan elektabilitas Prabowo dan Partai Gerindra di berbagai daerah dan mampu mendistribusikan serta meneruskan pesan-pesan yang disampaikan Prabowo kepada konstituen.

"Terbukti Gerindra mendapatkan banyak limpahan suara dari Partai Demokrat dan partai lainnya," tandas Agung. (jpnn)
http://www.fajar.co.id/politik/3206397_5665.html
19.13 | 0 komentar | Read More

Antara Jokowi dan Prabowo: Jokowi vs Prabowo; Pergulatan Cinta dan Narasi

Nasihin Masha
Nasihin Masha


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nasihin Masha

“Pahlawan tak memiliki cacat, tapi pemimpin mempunyai noda. Jarang pemimpin tanpa kekurangan...Semua pemimpin terlalu manusiawi. Kadang orang baik melakukan hal buruk, demikian pula sebaliknya.” (Joseph S Nye Jr)


Dalam sebuah diskusi informal yang sangat serius, seorang anggota Komite Ekonomi Nasional berusaha meyakinkan semua yang hadir bahwa Jokowi belum layak untuk menjadi presiden. Masih perlu jam terbang untuk diuji oleh waktu. Sejumlah kelemahan diungkapkan. Bahkan dia menuduh pers telah latah dan berlebihan dalam mempromosikan Jokowi. Namun saya meyakinkan bahwa ini bukan soal latah atau berlebihan. Ini masalah yang sulit untuk didiskusikan. Publik sudah telanjur mencintai mantan wali kota Solo tersebut. “Yang membedakan Jokowi dengan para kandidat lain adalah dia memiliki hati,” kata saya.

Hati. Itulah sesuatu yang sulit ditemukan pada para kandidat yang lain. Padahal...Jokowi orangnya kerempeng, pakaiannya orang kebanyakan, kulitnya terlalu banyak terbakar matahari, nyengirnya khas orang umum, bahasa tubuhnya juga tak asing bagi rakyat. Tak ada polesan (walau akhir-akhir ini rambutnya sudah klimis). Semuanya alami. Ia wakil sesungguhnya dari mayoritas rakyat Indonesia. Gaya bicara, struktur kalimat, dan intonasinya sulit ditemukan pada pejabat kita. Saat kampanye pilgub DKI Jakarta yang lalu ia tak membawa konsep yang muluk. Ia cukup membawa contoh kartu untuk program kesehatan dan pendidikan. Ia blusukan ke sana ke mari. Tanpa protokoler yang rumit. Namun senyum dan aura yang ia bawa membuat siapapun merasa nyaman dan nyambung. Jokowi tak membawa narasi, namun ia menghadirkan cinta kepada siapapun.

Sebaliknya, Prabowo adalah figur yang dipenuhi gagasan. Sejak masih perwira menengah, jika bepergian ke luar negeri, dia akan memborong banyak buku. Tentu ini sesuatu yang langka bagi seorang tentara, bahkan bagi orang Indonesia. Saat menjadi Danjen Kopassus, ia memperbanyak buku karya Sterling Seagrave. Judulnya Lords of the Rim, buku yang kemudian diterjemahkan oleh penerbit Alvabet menjadi Pangeran Pesisir tersebut. Seagrave adalah pakar Asia Timur. Bukunya tentang Marcos dan Dinasti Song menjadi best seller. Saat ia dalam pengasingan, setelah dicopot dari kemiliteran, saya berkesempatan untuk melakukan wawancara khusus. Tempatnya di sebuah apartemen di Kuala Lumpur. Untuk memperkuat argumen dalam wawancara itu ia membuka sejumlah buku dan menunjukkannya. Di antaranya buku Seagrave itu.

Narasi. Itulah yang dibawa Prabowo. Gerindra adalah partai yang paling solid dalam hal narasi. Warna, simbol, dan iklan yang disampaikan selalu berfokus pada kedaulatan, pemerataan, nasionalisme ekonomi, serta nasib buruh, petani, dan nelayan. Jiwa juang juga selalu digelorakan. Prabowo dan Gerindra menjadi identik dengan semangat, patriotisme, dan ide-ide progresif. Prabowo paling gemar mengenakan baju dengan warna dan desain yang dulu banyak dikenakan oleh para gerilyawan setelah kemerdekaan. Hal itu dilengkapi dengan intonasi dan bahasa yang lugas dan tegas.

Jokowi dan Prabowo seakan berada dalam kontras. Namun seperti kata Nye, tak ada pemimpin tanpa cacat. Bukan berarti kita mengabaikan kekurangan dan melupakannya begitu saja, namun ada hal lain yang patut kita khidmati dari seorang pemimpin. Bung Hatta menyatakan matahari terbit bukan karena ayam berkokok, tapi ayam berkokok karena matahari terbit. Untuk itu, Bung Hatta mengingatkan, “Pergerakan rakyat timbul bukan karena pemimpin bersuara, tetapi pemimpin bersuara karena ada pergerakan, atau karena ada perasaan dalam hati rakyat...Menduga perasaan rakyat dan memberi jalan kepada perasaan itu keluar, itulah kewajiban yang amat sulit dan susah. Itulah kewajiban leiderschap.
Jadi, pemimpin akan dinilai dari efektivitasnya. Salah satunya adalah dalam hal kemampuan menyelami hati dan pikiran rakyatnya. Apakah dia berkokok seperti yang dimaui rakyatnya atau dia berkokok seperti maunya sendiri atau bahkan maunya orang lain di luar kepentingan rakyatnya. Pada titik inilah kita bisa menilai, pemimpin kita berkokok mengikuti matahari terbit atau ia berkokok sesuka hati.

Walau hitung manual oleh KPU belum dilakukan, namun hasil hitung cepat oleh lembaga survei sudah bisa ditilik perkiraan perolehan suara pada pemilu legislatif Rabu (9/4) lalu. Hasilnya cukup mengejutkan. Tak ada yang bisa mencapai angka presidential threshold. Ada tiga partai besar, yaitu PDIP, Golkar, dan Gerindra. Partai-partai Islam bangkit lagi, kecuali PKS yang turun kurang dari satu persen. Namun kontestasi capres diperkirakan belum bergeser dari figur Jokowi, Prabowo Subianto, dan Aburizal Bakrie. Namun hasil perolehan suara tersebut membuat kandidat cawapres memiliki kartu yang bagus terutama Hatta Rajasa, Jusuf Kalla, Mahfud MD, dan kandidat cawapres yang bisa saja dikeluarkan Demokrat. Variasi koalisinya bisa bergerak antara dua hingga empat pasang. Situasinya memang saling mengunci.

Jika Prabowo tak diisolasi, maka kontestasi tetap akan mengerucut pada pertarungan Jokowi melawan Prabowo. Pertarungan yang sudah diprediksi sejak awal. Inilah pertarungan antara kekuatan cinta dan narasi. Kita harus memilih pemimpin yang bisa berkokok mengikuti “pergerakan dan perasaan hati rakyat” seperti yang diingatkan Bung Hatta.
19.12 | 0 komentar | Read More

( Berita Tentang Cawapres Jokowi ) Jadi Cawapres Jokowi? Ahok: Harus Izin Gerindra

http://news.detik.com - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok disebut-sebut jadi salah satu pasangan yang cocok disandingkan dengan capres PDIP, Joko Widodo. Bahkan petinggi partai PDIP juga sudah membuka peluang untuk meminang politisi partai Gerindra itu. Lalu bagaimana respon Ahok yang kini sedang menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta itu?

Menurutnya, dia bisa saja menerima pinangan jadi calon wakil presiden Jokowi, tapi ada syaratnya. Dia bilang Jokowi harus meminta izin dari partainya. "Ya harus izin Gerindra," kata dia di Balaikota DKI Jakarta, jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (11/4).

Sebelumnya, Ahok mengaku dia sudah "diwakafkan" oleh partai untuk mengurusi pemerintahan di DKI Jakarta. Itu sebabnya dia tidak lagi dilibatkan sebagai juru kampanye mendulang suara bagi partai Gerindra. Tetapi, sebagai kader partai ia akan ikut perintah partai tempatnya bernaung.

Artinya, jika partai lantas memberikan lampu hijau untuk langkah politiknya maju ke Pilpres, Ahok akan siap mengikuti. "Saya sih tergantung perintah partai Gerindra," kata dia lagi.

Pemasangan Jokowi dan Ahok dinilai akan membuat keduanya jadi pasangan yang kuat dan membuat elektabilitas keduanya melonjak. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Exit Poll yang dilakukan Cyrus Network dan CSIS pada 9 April lalu. Dari hasil jajak pendapat atas 8.000 responden dengan menggunakan metode exit poll, alias menanyai pemilih seusai dia memberikan suara di tempat pemungutan suara, mereka mensimulasikan peta kekuatan pasangan capres-cawapres.

"Elektabilitas Capres PDIP Joko Widodo jika dipasangkan dengan mantan Wapres dibandingkan dengan dipasangkan dengan Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ternyata tidak jauh berbeda, bahkan bisa dikatakan setara," kata Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi, dalam siaran pers, Jumat (11/4).

Jika dipasangkan dengan Jusuf Kalla, pasangan Jokowi-JK dipilih sebanyak 41,1% responden, hanya berbeda 1,29% dibandingkan pasangan Jokowi-Ahok meraup 39,81%. Jika dihitung berdasarkan Margin of Error +/-1%, selisih 1,29% tidaklah signifikan, dua hasil elektabilitas ini bisa diartikan sebagai elektabilitas yang setara.

Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait menyatakan ada beberapa nama yang sudah masuk radar bursa cawapres seperti Mahfud MD dan Abraham Samad, Hatta Rajasa, Ryamizard Ryacudu, Moeldoko, Luhut Panjaitan dan Pramono Edhie. Dia bilang pihaknya akan menginventarisir dengan mempertimbangkan kekurangan dan kelebihannya, kecocokan dengan tantangan dan realitas politik serta masalah publik yang ada.

"Ada banyak nama yang berkembang di publik. Ada yang pengalaman tinggi seperti pak JK, ada yg terbukti bisa kerjasama dan menempatkan diri dengan tepat sebagai wakil yakni pak Ahok. Semua sah-sah saja," kata Maruarar ketika ditemui di kantor DPP PDIP, kemarin malam.

Ditanya siapa yang paling ideal mendampingi Jokowi memimpin Indonesia, Maruarar menyerahkannya pada Ketua Umum Megawati Soekarno Putri untuk memutuskannya. "Saya yakin mba Mega sekali lagi dengan bijaksana pasti memutuskan yang terbaik," kata dia.
19.11 | 0 komentar | Read More

Berita Tentang Partai Politik: Melihat Gerindra, Nasdem, dan PKB

 
KOMPAS.com - SELAIN Partai Gerakan Indonesia Raya yang naik tajam perolehan suaranya, Pemilihan Umum Legislatif 2014 ini juga memperlihatkan fenomena besarnya dukungan kepada Partai Nasional Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa. Keduanya akan menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan dalam konstelasi politik nasional.

Berdasarkan hitung cepat (quick count) yang dilakukan Litbang Kompas (hingga pukul 20.00 WIB dengan data masuk 82 persen), Partai Gerindra akan memperoleh 11,65 persen, Partai Nasdem akan memperoleh sekitar 6,77 persen suara, dan PKB akan memperoleh 9,17 persen.

Dalam pemilu sebelumnya (2009), Partai Gerindra hanya memperoleh 4,46 persen suara sehingga mendapat kenaikan lebih dari 7 persen pada pemilu kali ini. PKB juga mendapat kenaikan signifikan sebesar lebih dari 4 persen dalam pemilu sekarang karena sebelumnya hanya memperoleh 4,95 persen suara. Sementara Nasdem sebagai partai politik baru ternyata melampaui pesaing terdekatnya, Hanura, yang sebelumnya diprediksi menyamai Nasdem dalam menggalang suara.

Turunnya pamor Partai Demokrat yang sebelumnya menang Pemilu 2009 menjadi berkah bagi hampir semua partai, termasuk Gerindra. Sejak kegaduhan menimpa parpol yang didirikan dan diketuai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini pada tahun 2012, survei Litbang Kompas sudah merekam kenaikan Gerindra. Suara untuk Gerindra terekam sebesar 6,1 persen pada Desember 2012, lalu melesat drastis menjadi 13,6 persen pada Juni 2013, dan cenderung stabil di angka 11,5 persen pada Desember 2013.
Limpahan Demokrat
Berdasarkan survei saat itu, Gerindra mendapat limpahan suara sekitar 16,7 persen dari Demokrat. Hasil survei setelah pencoblosan (exit poll), yakni survei yang dilakukan terhadap responden yang baru keluar dari bilik suara, juga menunjukkan bahwa Gerindra mendapat limpahan suara terbesar dari Demokrat, sebesar 21,3 persen.
Sementara itu, PKB yang dalam survei sebelumnya diperkirakan hanya naik tipis pada pemilu kali ini ternyata mampu menggandakan perolehan suaranya. Dalam survei Desember 2013, PKB diprediksi hanya akan mendapat 5,1 persen dan pada Februari 2014 menjadi 5,4 persen. Kenaikan PKB yang di atas 4 persen, menurut hasil hitung cepat pemilu, menunjukkan gejala kembalinya kekuatan nahdliyin di tubuh PKB. Hasil survei setelah pencoblosan menunjukkan, PKB mendapat limpahan suara sebesar 8,6 persen dari pemilih yang pada Pemilu 2009 memilih Demokrat. Selain itu, soliditas warga NU juga diperlihatkan dengan dukungan yang sangat kuat kepada PKB. Suara PKB yang berasal dari warga nahdliyin mencapai 90,6 persen.
Jaringan organisasi
Sebagai partai baru, Nasdem menjadi partai yang sangat beruntung pada pemilu ini. Kekuatannya hampir menyamai Partai Demokrat pada Pemilu 2004 yang langsung mendapatkan suara 7,45 persen dan menempati partai papan menengah. Jika perolehan suara Partai Demokrat lebih banyak disokong popularitas SBY, Partai Nasdem lebih mengandalkan jaringan organisasinya yang merebak hingga ke desa-desa. Popularitas Surya Paloh sebagai pendiri dan tokoh utama Partai Nasdem hanya mencapai 1,6 persen, berdasarkan survei Litbang Kompas, Februari 2014. Artinya, ketokohan bukan modal utama bagi parpol yang telah ditinggalkan Hary Tanoesoedibjo, salah satu pentolannya. Kepindahan Hary ke Partai Hanura, yang tadinya diperkirakan menggembosi suara Partai Nasdem, ternyata tidak terjadi. Bahkan, sumbangan pemilik sejumlah media massa ini kepada perolehan Partai Hanura nyaris tidak terlalu signifikan. Ini menunjukkan, kekuatan media massa ternyata tidak selalu linier dengan perolehan suara. (Litbang Kompas)
19.09 | 0 komentar | Read More

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...