Salah seorang pelaut mengisahkan kepadaku
sebuah kisah yang pernah terjadi di kapal mereka. Ia berkata,”Kami
berlayar di atas kapal mengitari berbagai negeri untuk mencari rizki.
Pada sebuah perjalanan, kami ditemani oleh seorang pemuda yang shalih,
tulus hatinya, baik budi pekertinya. Kami melihat pancaran ketakwaan
yang memancar dari wajahnya, cahaya dan keceriaan tergambar pada
kehidupannya.
Kami tidak melihatnya kecuali dalam
keadaan wudhu, shalat, atau dalam keadaan memberikan nasihat dan arahan.
Jika telah datang waktu shalat, dia adzan untuk kami dan shalat
memimpin kami. Jika salah seorang di antara kami tertinggal atau
terlambat dia menegur dan menasihatinya. Kami senantiasa dimanjakan
dengan nasihat-nasihatnya sepanjang perjalanan kami.
Lautpun mengantarkan kami menuju sebuah
pulau dari kepulauan di India, kemudian kami pun berlabuh di sana. Sudah
menjadi kebiasaan para pelaut, menjadikan hari-hari berikutnya sebagai
untuk beristirahat, setelah penatnya perjalanan jauh. Mereka
berjalan-jalan di pasar-pasar kota untuk membeli barang-barang asing
yang mereka temukan sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan sanak saudara.
Kemudian mereka kembali ke kapal di malam hari.
Di antara mereka ada beberapa orang yang
terjerumus ke dalam kesesatan. Mereka pergi ke tempat-tempat permainan,
mengumbar hawa nafsu ke tempat-tempat hina dan pelacuran. Sedangkan
pemuda shalih tersebut sama sekali tidak turun dari kapal, bahkan dia
menghabiskan hari-harinya untuk membenahi kapal dan apa saja yang
dibutuhkan untuk diperbaiki. Demikian pula ia sibukkan dirinya dengan
berdzikir, membaca al-Qur an dan shalat.
Pada suatu ketika, saat pemuda tersebut
sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba datanglah salah seorang awak kapal
yang termasuk orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan melakukan
segala perbuatan yang berseberangan dengan amal-amal shalih, dan
berakhlak dengan akhlak yang rendah. Dia berbisik kepadanya seraya
berkata,”Wahai sahabatku, kenapa engkau berdiam diri di kapal tidak
menyertai kami? Kenapa engkau tidak turun hingga melihat dunia yang
bukan duniamu? Kamu akan melihat apa-apa yang bisa menyenangkan hatimu,
dan menggembirakan jiwamu! Aku tidak berkata kepadamu, mari menuju
tempat-tempat pelacuran, tidak juga ke tempat-tempat kebinasaan dan
kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi marilah, lihatlah
kepada tempat-tempat permainan ular, bagaimana bermain-main dengan ular,
melihat kepada penunggang gajah, bagaimana dia menjadikan belalainya
sebagai tangga kemudian dia naik dengan kedua kaki dan tangannya hingga
mendirikannya di atas satu kaki. Lihatlah kepada orang yang berjalan di
atas paku, orang yang mengunyah bara api seperti mengunyah huah-buahan,
orang yang meminum air laut yang menyegarkannya seperti air tawar
menyegarkannya. Wahai saudaraku turunlah, dan lihatlah manusia.
Maka jiwa pemuda itupun tergerak rindu terhadap apa yang ia dengar. Maka dia berkata,”Apakah yang kamu sebutkan memang di luar sana?’ Maka berkatalah teman yang buruk tersebut: ‘Ya, turunlah, lihatlah apa yang bisa menyenangkanmu’.
Maka turunlah pemuda shailih tersebut
bersama dengan temannya. Keduanya berjalan-jalan di pasar kota dan
berbagai sudut jalan hingga masuk ke sebuah jalan kecil yang sempit.
Keduanya sampai di penghujung jalan di depan sebuah rumah kecil.
Temannya masuk ke dalam rumah tersebut dan meminta kepada pemuda tadi
untuk menunggunya dan berkata,”Sebentar lagi aku akan mendatangimu, tetapi kamu jangan mendekat ke rumah itu.”
Duduklah pemuda tersebut jauh dari pintu.
Dia habiskan waktunya membaca dan berdzikir. Tiba tiba, dia mendengar
suara tawa keras terbahak-bahak, dan terbukalah pintu yang tadi dimasuki
oleh temannya dan keluarlah seorang wanita yang telah melepaskan rasa
malu dan menanggalkan akhlaknya.
Sang pemuda tergerak hatinya, diapun
mendekat ke pintu dan memasang pendengarannya untuk mengetahui apa yang
ada dalam rumah. Tiba-tiba dia mendengar suara yang lain, kemudian dia
melihat dari celah-celah pintu, pandangan diikuti dengan pandangan yang
lainnya, terus bergantian. Dia melihat sesuatu yang tidak biasa dan
belum pernah ia lihat sebelumnya. Kemudian dia kembali ke tempatnya.
Saat temannya keluar, pemuda tersebut segera menemuinya dan berkata: “Apa ini?! Celaka kamu! Ini adalah perkara yang dimurkai Allah, dan tidak Dia ridhai.” Temannya menghardik,‘Diamlah, wahai orang buta, wahai orang yang dungu, ini bukan urusanmu.”
Kemudian perawi kisah ini mengatakan:
“Maka kamipun kembali ke kapal, di akhir-akhir malam. Sementara sang
pemuda terjaga tidak bisa tidur sepanjang malam. Pikirannya sibuk
mengurai apa yang telah dilihatnya. Panah setan telah menguasai hatinya,
pemandangan tersebut telah menguasai batinnya. Belum lagi matahari
terbit, fajar belum menyingsing tetapi pemuda menjadi orang pertama yang
turun dan kapal, dalam benaknya tidak ada maksud lain kecuali hanya
melihat-lihat, tidak ada keinginan lain kecuali hanya untuk melihat
saja. Maka pergilah dia ke tempat tersebut, selesai melihat yang ini ia
lanjutkan melihat yang itu dan begitu seterusnya melihat dari satu
pemandangan ke pemandangan lainnya, hingga akhirnya ia berani membuka
pintu dan menghabiskan waktunya di tempat tersebut. Hari berganti hari,
sementara dirinya dalam keadaan demikian.
Nahkoda kapal mencari-carinya, dan bertanya, ‘Di mana muadzdzin (tukang adzan) kita? Di mana imam shalat kita? Di mana pemuda shalih tersebut?” Tidak
ada satu pelautpun yang menjawabnya. Sang nahkoda memerintahkan anak
buahnya untuk berpencar mencarinya. Hingga sampailah kabar kepada sang
nahkoda berita tentang pemuda shalih dari orang yang pergi
menunjukkannya ke tempat maksiat tersebut. Sang nahkoda meminta orang
itu menghadap, ia memaki dan memarahinya seraya berkata: “Tidakkah kamu bertakwa kepada Allah, dan takut adzabnya? Segera pergi ke sana dan bawa Ia kemari!”. Maka
pergilah dia menuju pemuda tersebut, berulang kali, akan tetapi
sia-sia. Orang tidak bisa membawa sang pemuda karena dia menolak dan
tidak mau pulang bersama mereka. Maka tidak ada cara lain, pemimpin
kapal akhimya mengutus beberapa orang untuk memaksanya kembali.
Merekapun meringkusnya secara paksa, dan membawanya kembali pulang ke
kapal,
Perawi kisah ini melanjutkan,“Kapal
tersebut berlayar kembali menuju ke negeri asalnya. Para pelaut kembali
kepada pekerjaan mereka masing-masing, sementara sang pemuda berada di
sisi kapal dalam keadaan menangis menyesali nasib, merintih-rintih
hingga hampir putus urat nadinya karena kerasnya tangisan. Para awak
kapal menghidangkan makanan untuknya, namun ia tidak mau memakannya.
Selama beberapa hari demikianlah yang terjadi padanya. Kondisinya
semakin memprihatinkan. Pada suatu malam, tangis dan rintihannya semakin
menjadi-jadi, tidak ada satu orangpun dan awak kapal yang bisa
tertidur. Maka nahkoda kapal mendatanginya dan berkata,
“Wahai pemuda, bertakwalah kepada
Allah, ada apa denganmu? Sungguh rintihanmu itu mengganggu kami, kami
tidak bisa tidur, duhai engkau apa gerangan yang menjadikanmu berubah
seperti ini?”
Pemuda itupun menjawab sambil menahan sakit,
“Tinggalkan aku sendirian, sungguh aku tidak mengetahui apa yang menimpaku.” Maka berkatalah nahkoda tersebut,‘Apa yang menimpamu?”
Kemudian sang pemuda menyingkap pakaian
dan auratnya, ternyata belatung-belatung tengah berjatuhan dari
kemaluannya. Bukan main terkejutnya sang Nahkoda, tubuhnya gemetar
ketakutan menyaksikan hal itu, ia berkata,”A’udzubillahi min hadza (Aku
berlindung kepada Allah dari yang demikian).” Kemudian ia berdiri
meninggalkan pemuda tersebut. Sesaat sebelum fajar, awak kapal terbangun
oleh suara keras yang memanjang, mereka segera berlari berhamburan
menuju ke sumber suara dan mereka mendapati pemuda tersebut telah
meninggal dalam keadaan menggigit kayu kapal, awak kapal mengucapkan
kalimat istirja’ (innalillahi wa innailaihi raji’un) dan berdo’a memohon kepada Allah khusnul khatimah bagi pemuda tensebut.
Maka jadilah kisah ini sebagai pelajaran
bagi orang yang mengambil pelajaran. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali
dengan izin Allah dan tidak ada benteng yang terbaik yang melindungi
kita dari nafsu setan kecuali menjauhi fitnah dan tempat fitnah
tersebut.(AR)*
Oleh : Ahmad Al-Qahthany
***sumber bundel 6 Qiblati
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com