by: http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/20/hukum-dan-penjara-indonesia-sebuah-kesempatan-kedua-atau-ajang-penghancuran-hidup-566896.html
Indonesia, sebuah Negeri yang besar dengan
jumlah penduduk yang begitu padat. Berbagai ragam lika liku kehidupan
manusia dapat ditemukan di sini. Mereka yang kaya di dalam rumah megah
dengan mobil seharga satu nyawa mereka yang di sisi lain sedang tertidur
di atas jembatan kedinginan menahan lapar berhari-hari. Mereka yang
sedang asyik membaca buku mencari pengetahuan di sebuah restoran makanan
mahal seharga 6 kali makan mereka yang di sisi lain sedang mengamen di
atas bus demi sesuap nasi. Dan mereka yang memiliki kekuasaan mengadili
kehidupan mereka yang kehilangan arah hidup kemudian salah jalan dan
berbuat kriminal.
Pada 1977, Sengkon dan Karta didakwa
melakukan perampokan dan pembunuhan terhadap pasangan suami-istri
Sulaiman-Siti Haya di Pondok Gede, Bekasi. Vonis pengadilan Negeri
Bekasi menjatuhkan hukuman 12 tahun (Sengkon) dan 7 tahun (Karta).
Putusan itu dikuatkan oleh pengadilan Tinggi Jawa Barat. Sejak itu,
mereka meringkuk di Penjara LP Cipinang. Sewaktu Sengkon sedang sekarat
karena penyakit TBC, setelah 5 tahun menghuni LP Cipinang, seorang
narapidana lain bernama Gunel, merasa iba. Gunel meringkuk di penjara
yang sama, karena kasus lain. Dengan jujur, dan merasa berdosa, dia
meminta maaf dan mengaku kepada Sengkon. Gunel kemudian mengaku kepada
pihak berwajib, bahwa dia dan teman-temannyalah yang merampok dan
membunuh Sulaiman-Siti Haya, bukan Sengkon. Berdasarkan pengakuan ini,
Kejaksaan Agung, mengajukan penangguhan pelaksanaan menjalani hukuman
bagi Sengkon dan Karta. Tetapi hukuman sudah dijatuhkan! Akibat
perlakuan yang buruk di penjara, Sengkon menderita penyakit TBC dan
akhirnya meninggal. Keluarga Karta dengan seorang istri dan 12 anak
kocar-kacir. Semua sawah dan tanah mereka sudah ludes terjual untuk
membiayai perkara dan biaya hidup. Lebih tragis lagi, Karta mengalami
musibah. Tewas tertabrak truk, tidak lama setelah bebas dari penjara[1] .
Kriminalitas bukan lagi merupakan hal yang
baru di Negeri yang besar ini. Dengan panjangnya rentetan kejadian di
masa lalu yang kemudian melahirkan jutaan efek bagi masyarakat
Indonesia, kesejahteraan dan kebahagiaan bagi banyak manusia menjadi
sesuatu yang sangat mahal hingga mereka rela menghalalkan segala cara
demi sesuap nasi. Kalau sudah begitu, berdasarkan norma yang berlaku,
mereka yang tertangkap akan dikenai hukuman dan perlakuan yang sangat
mengerikan di dalam penjara dalam batas waktu yang tidak sebentar.
Menurut hukum, itulah salah satu bentuk perlindungan dari Pemerintah
kepada masyarakat. Memberikan pelajaran kepada mereka yang mengusik
kehidupan yang lain.
Namun kemudian, kalau dipikir lagi
menggunakan hati nurani. Apakah setelah mereka yang tertangkap itu masuk
ke dalam hukuman bernama penjara Indonesia yang penuh hal mengerikan
itu akan keluar dengan lembaran baru dan menjadi manusia yang lebih
baik?. Atau mereka hanya akan kehilangan waktu bertahun-tahun lamanya
dan kehilangan masa depan seperti halnya Sengkon dan Karta.
Apa yang sedang terjadi dengan Negeri ini?
Di mana nurani para penguasa yang memegang nasib jutaan manusia di
Negeri ini. Tidak adakah sedikit pun sisi kebaikan tersisa dari para
kriminal Indonesia yang tertangkap akibat tindakan mereka yang dilakukan
karena terpaksa itu?. Bukankah setiap manusia berhak memperoleh
kesempatan kedua dalam hidup ini. Namun yang terjadi di Negeri ini,
kesempatan kedua yang kemudian bisa datang tersebut malah jadi ajang
penghancuran hidup.
Di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, seorang
pria (35 tahun) yang dituding mencuri uang sebesar Rp 15000,00 tewas
ditembak polisi. Pria ini ditangkap oleh dua orang polisi di tempat
kerjanya di Tlogosari, Semarang. Dibawa ke Polsek dan digelandang ke
Pantai Moro, Demak. Menurut Polisi, dia berusaha melarikan diri. Dia
ditembak kakinya, tapi yang terkena kepalanya. Pria ini tewas seketika!
Baru ditangkap sudah ditembak mati, padahal kesalahan yang dituduhkan
hanya mencuri uang Rp 15000,00 Astaghfirullahhal’adzim![2]
Setiap manusia memiliki kesalahan dalam
hidup. Tak ada satupun manusia di dunia ini luput dari yang namanya
kesalahan. Hal ini harusnya menjadi perhatian bagi para penguasa yang
menciptakan sistem penghukuman dan perlindungan bagi masyarakat
Indonesia untuk melihat bangsa ini sebagai manusia yang memiliki serba
kekurangan di sana sini dengan kondisi yang bahkan tak jarang menuntut
mereka melakukan tindak kriminal. Dengan merubah kondisi penjara Negeri
ini yang bagaikan neraka menjadi sebuah rumah nyaman dengan dipenuhi
media pembelajaran agar mereka yang tersangkut kasus kriminal mampu
belajar menjadi manusia yang lebih baik merupakan solusi terbaik.
Tidak semua manusia yang terjerat tindak
kriminial sepenuhnya makhluk yang sangat kejam. Beberapa di antara
mereka bahkan memiliki keluarga dan anak-anak yang masih harus dipenuhi
kebutuhannya. Bertahun-tahun mereka harus dikurung di dalam penjara
dengan perlakuan yang sangat mengerikan tanpa mampu berbuat apa-apa
hanya akan menghancurkan hidup dan masa depan mereka. karena setiap kali
manusia berbuat kesalahan, mereka seharusnya berhak memperoleh
kesempatan kedua, bukannya malah dihakimi habis-habisan hingga hancur
masa depannya. Inilah salah satu koreksi besar bagi bangsa ini, betapa
kejam dan egoisnya bangsa ini yang begitu sulitnya memberikan maaf bagi
para kriminal yang belum tentu melakukan tindakan jahat dengan sengaja
tanpa ada alasan yang memaksa mereka harus berbuat demikian. Bahkan
jika kelak di kemudian hari lahir Sengkon dan Karta berikutnya, tak
dapat dibayangkan betapa besar dosa bangsa ini pada kehidupan manusia.
[1] Roesli, Rully. 2012, Playing God. PT Mizan Pustaka ; Bandung. Hal 65
[2] Harian Media Indonesia terbitan 1 April 2010.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com