Menyimak
pemberitaan negatif mengenai pelayanan rumahsakit yang membuncah
belakangan ini, saya jadi trenyuh. Bukan saja terhadap pasiennya, tetapi
juga kepada pegawai rumahsakit-nya. Sudah proporsionalkah semua
pemberitaan ini? Benarkan pihak rumahsakit se-tega itu? Bukan
apa-apa, saya pribadi sangat dekat dengan manajemen rumahsakit. Anak
saya adalah dokter, beberapa keponakan saya juga ada yang menjadi
dokter, sebagian lagi menjadi perawat. Karena setiap hari mereka ada di
depan mata saya, dan rumahsakit tempat mereka bekerja sudah seperti
halaman rumah saya, saya menjadi tahu kondisi di dalamnya.
Hingga
sekarang saya menilai bahwa tenaga-tenaga medis itu adalah malaikat
kecil yang diutus Tuhan ke dunia ini untuk menolong mereka yang
kesakitan. Mungkin ada oknum-oknum perawat yang mengingkari janji
sucinya, tetapi itu tidak seberapa. Mereka tetaplah abdi kemanusiaan
yang mulia, yang rela menanggung segala derita demi menjalankan
tugasnya.
Gambarannya sebagai berikut:
Ismiarti,
lulusan Akper 2011, pegawai rumahsakit Swasta di Jambi. Ia bekerja
dalam tiga sift, siang dan malam. Jenis pekerjaannya segala macam, mulai
dari mengepel lantai, memandikan pasien, membantu BAB termasuk
membersihkannya, mengganti perban luka, mengawasi perkembangan
penyakitnya, dan lain-lain. Termasuk resiko setiap petugas medis adalah
kemungkinan tertular penyakit dari pasien, atau mengalami depresi karena
terus-menerus berhadapan dengan penderita. Imbalan yang diterima
Ismiarti dari pengabdiannya itu adalah Rp.450.000,- sebulan. Gaji sebesar itu berlangsung selama masa percobaan 2 tahun pertama.
Ketika
Ismiarti sakit DBD, ia dirawat selama seminggu di rumahsakit tempatnya
bekerja. Biaya yang diperlukan untuk pengobatannya itu adalah Rp.
4.525.000.- Seluruhnya dibayar, tanpa ada keringanan. Saya tahu karena
sayalah yang membayarnya.
Rumahsakit
itu memiliki manajemen uang masuk dan keluar. Uang masuk datangnya dari
pasien. Oleh manajemen, uang itu dibagi-bagi untuk gaji pegawai, gaji
perawat, pajak, rekening telpon, air, termasuk sarana dan prasarana
rumahsakit. Sedangkan kebutuhan obat-obatan dan biaya kunjungan dokter,
dimasukkan dalam tagihan pasien sendiri.
Jadi
kalau ada pasien datang minta keringanan berobat, pihak rumahsakit
hanya bisa memberi keringanan sewa ruangan, listrik dan air, untuk
jangka waktu tertentu dan jumpah pasien tertentu. Untuk obat-obatan,
tenaga dokter, perawat-perawat, pihak rumahsakit tak dapat memaksa
mereka bekerja tanpa bayaran. Memang ada rumahsakit yang mampu menutupi
biaya ini tanpa diketahui pasien, karena mendapat subsidi dari
pemerintah. Itu bukan gratis!
Masuk
akal jika rumahsakit swasta menolak menerima pasien jika tak ada
jaminan mampu membeli obat-obatan dan membayar jasa perawat kesehatan.
Sebab apa gunanya menginap di rumah sakit jika tak minum obat dan tak
dijenguk dokter. Kalau toh keluarganya juga yang memandikannya,
membersihkan kotorannya dan membungkus lukanya, lebih baik dirawat di
rumah saja.
Makanya,
bagi warga masyarakat yang merasa tak mampun membayar biaya pengobatan
dengan uang sendiri, berobatlah ke rumahsakit milik pemerintah
(Puskesmas dan RSU) karena di sana ada anggaran ala-kadarnya dari
pemerintah yang bernama subsidi kesehatan. Memang tak seberapa, tetapi begitulah kemampuan keuangan pemerintah.
Jika
rumahsakit swasta dipaksa memberi pengobatan tanpa bayaran, bisa-bisa
bangkrut dan tutup nantinya karena tak mampu melunasi kewajibannya.
Tetapi
yang paling baik tentulah setiap orang bersiap diri menghadapi
masa-masa sakit. Jangan menyerah kepada kemiskinan. Tak ada orang yang
begitu miskin di Indonesia sehingga tak mampu membeli obat seharga Rp.
10.000.- saja di Puskesmas, asalkan rajin bekerja dan tekun memunguti
nikmat Tuhan yang bertebaran di bumi ini.
Sediakanlah biaya berobat sebelum sakit!
*****
by: http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/02/19/rumahsakit-dicela-tapi-didamba-535149.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com