Sepanjang perjalanan sejak merdeka hingga sekarang berbagai perasaan yang terjadi, sehingga judul
diatas perlu dipertimbangkan – Merdeka sesungguhnya apakah sudah
dirasakan oleh setiap warga Negara NKRI, ini perlu dipertanyakan dan
dijawab dengan jujur.
Berbicara
tentang Hukum – sepanjang hidup yang sama-sama berusia 65 tahun, jujur
bahwa hukum selalu dikumandangkan dimana-mana, pejabat yang berkuasa
selalu membuat statement bahwa semua dikembalikan pada supermasi hukum
namun keadilan terhadap hukum belum benar-benar terasa. Bagi rakyat
kecil hukum sangat ditegakan, berbeda dengan yang berduit, hukum bisa
dipertimbangkan menurut situasi dan kondisi. Hukum bisa diatur menurut
penapsiran oknum berkuasa, Memnag hukum segala-galanya
dalam menegakan kebenaran, namun hukum juga bisa dijual belikan,
sehingga mudah diatur. Suasana ini sudah berjalan 65 tahun lamanya,
berubahkah ? rakyat kecil bisa menilai, mereka yang tidak diperlakukan
adil menghujat hukum – Tidak bersalah dijadikan salah
karena permainan hukum, saksi palsu bisa diatur, bukti bisa dihilangkan,
statement yang sudah dikeluarkan pejabat, bisa diralat, atau bisa
disalah tapsirkan. Orang jujur sulit bertahan, kecuali yang bisa
menerima budaya sama ( ikut mempermainkan hukum ) – Jika dulu rakyat
dijajah, hukum diperlakukan tidak adil oleh penjajah, sekarang rakyat
tetap menerima perlakuan yang sama, hanya penjajahnya berbeda.
Berbicara
tentang ekonomi – Apakah sudah dirasakan kemerdekaan ? sepanjang
perjalanan ekonomi jaman order lama, ekonomi sangat sulit, tuntutan
politik untuk berdikari segala bidang, dirasakan begitu sulitnya untuk
berkembang baik, namun semangat kepatriotan masih terasa. Meskipun masih
kesulitan dalam tekanan penguasa khususnya oknum TNI, yang
sewenang-wenang menangkap pelanggar ekonomi, terutama yang monopoli
ekonomi. Masuk zaman order baru, ekonomi dikuasai oleh konglomerat, bagi
yang bisa berkolusi dengan oknum pejabat, ia akan dengan mudah
berkembang menjadi orang kaya baru. Orang kaya yang melalui kerja keras,
akan dipaksakan untuk menjual sahamnya untuk bisa bertahan hidup. Orang
yang memiliki kemampuan berkolusi dengan pejabat, mudah sekali meleset
usahanya — Bagaimana dengan mereka yang jujur dalam usaha ? sangat
berbeda perlakuannya, mau pinjam kredit bank, tanpa pelican sulit
diperoleh, minta ijin usaha tanpa pelican sulit diijinkan. Dimana-mana
monopoli bercokol, mulai dari tepung, import beras, gula dimonopoli oleh
beberapa perusahaan besar ( khususnya yang ada kemampuan berkolusi ) cengkeh,
beras dikuasai tengkulak, sistim ijon tetap ada – Bukankah rakyat
kehilangan kemerdekaan, ada bedanya dengan penjajah sebelum merdeka ?
Dimanakan fair play ? – Perbedaan jenjang miskin dan kaya makin jauh,
yang kaya bertambah kaya yang miskin bertambah miskin.
Berbicara
tentang keamanan – dimana-mana dirasakan tidak aman, ada pencuri,
perampok, ada mafia ada korak ada geng-geng. ada pemerkosaan, perampokan
ada pemerasan ada ketidak adilan – dimana perasaan merdeka yang
dilindungi undang-undang ? Angkutan umum penuh dengan copet, membuat
mereka yang menengah atas segan berkendaraan umum, belum lagi kumuhnya
angkutan umum. Pengangkutan umum selalu dikompas oleh korak-korak,
dirampok barang angkutannya. Sejak order baru hinga saat ini fenomena
ini tidak pernah hilang. Bagaimana mungkin angkutan umum bisa menjadi
angkutan yang aman dan nyaman, tidak heran mereka yang
menengah atas lebih suka naik kendaraan pribadi yang berakibat
dimana-mana macet, sudsidi bbn bertambah terus. Oh dimanakah kemerdekaan
bisa dinikmati pleh rakyat ?
Berbicara
tentang pendidikan, zaman penjajahan hanya orang-orang tertentu yang
bisa sekolah, zaman ini ada lebih baik, namun masih dirasakan adanya
tekanan-tekanan yang kurang adil, perlakukan dan aturan yang banyak
menekan kebebasan dalam belajar, belum lagi dituntut dengan ujian
nasional yang belum memiliki keadilan yang bisa menjamin mutu sekolah.
Menjamin siswa lebih peraya diri. Pendidikan sangat bernuasa politis,
tidak pernah dipikirkan dengan program yang matang. Sejak zaman orde
baru hingga sekarang, silih berganti peraturan dan kurikulum, hingga
terkenal dengan istilah ganti menteri ganti aturan dan kurikulum. Guru
guru yang seharusnya sebagai ujung tombak masa depan bangsa, sama sekali
kurang diperhatikan, mental guru dirusak karena dianggap profesi kelas
dua. Gaji guru yang tidak menunjang layak hidup dijadikan pahlawan tanpa
jasa. Jika zaman penjajah rakyat ditindas
dengan tidak diberi kesempatan untuk sekolah, zaman sekarang dipolitisir
dengan bergagai aturan dan perubahan kurikulum yang bernuasa politis
dan kolusi.
Berbicara
tentang ketuhanan yang maha esa, kebebasan beragama, zaman order lama
jauh lebih baik jika dibanding zaman order baru hingga sekarang,
dimana-mana masih terlihat pembakaran, pengrusakan terhadap agama
minoritas. Kepastian hukum dikalahkan dengan kekuatan massa, DImanakah
kemerdekaan itu ? Adanya kekuasaan ormas melebihi kekuasaan polisi, bisa
berbuat anargis dengan sesukanya. Bahkan pejabatpun juga menggunakan
jasa mereka, Dimanakah kebebasan agama sesuai Pancasila ?
Berbicara
tentang keadilan, Adilkah kita ? masih banyak rakyat yang dibawah garis
kemiskinan, masih banyak rakyat kecil yang tidak mampu sekolah, masih
banyak orang kaya yang bisa lolos membayar pajak yang sebenarnya, masih
banyak orang kaya tidak membayar pajak. Masih banyak pejabat yang sudah
menjadi milyarder, sedangkan rakyat kecil mencari nafkah di pinggir
jalan dikejar-kejar. Dimanakah keadilan dalam zaman kemerdekaan ini ?
NKRI
yang kita cintai masuk usai 65 tahun, seperti usia seorang kakek, yang
sudah memiliki anak cucu, JIka ditanya jujur, pernahkah menikmati
merdeka yang sesungguhnya ? jika toh ada, sesungguhnya kemerdekaan yang
bertendensi, kemerdekaan yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu – JIka
mau jujur lagi , ada berapa banyak pejabbat yang jujur ? JIka ada, toh
mereka tidak memiliki kekuasaan, mereka tidak bisa berbuat banyak karena
sebagai pemhambat ambisi dan kerakusan. Dimanakah kemerdekaan itu
sendiri ? Budaya setor dari pejabat rendahan ke pejabat lebih tinggi, bukan lagi rahasia, ujungnya rakyat yang ditindas dan diperas. – Dimanakah kemerdekaan yang sesungguhnya ?
Setiap
tahun perayaan tujuh belasan, diseluruh pelosok bumi Indoenesia
merayakan kemerdekaan, mari kita merenungkan, siapakah yang merasakan
benar-benar mereka ? apakah mereka yang berteriak pekik merdeka ? sambil
berpawai gagah gempita ataukah mereka yang berdiri di panggung
menyaksikan dengan dielu-elu oleh yang dibawah panggung ? – Dimanakah
kemerdekaan yang bisa dinikmati oleh rakyat ? Saat masih muda, ikut
dalam perayaan kemerdekaan, diguyur hujan, basah kuyup masih tetap
berdiri tegap, berteriak merdeka ! merdeka ! sambil kedinginan, belum
lagi tiba dirumah dengan menggigil yang harus berurusan dengan obat dan
dokter. Dimanakah mereka yang diatas panggung ? Bukankah mereka dipayomi
oleh tenda anti hujan ? Pernahkah mereka memikirkan yang ada dibawah
yang berteriak-teriak merdeka dan berbaris dengan gagah gempita ? Saat
musim kemarau panas yang menyengat semua berdiri tegap dibawah panggung,
tiba-tiba ada yang pingsan, adakah yang diatas panggung turun ikut
ber-empati ?
Ohhhh,
wakil rayat, bukankah anda juga diangkat oleh rakyat, mengapa anda
mengatasnamakan rakyat memperkaya diri ? Dimana perjuangan nyata yang
diberikan ? anda berangkat dengan sederhana, begitu menjadi wakil rakyat
anda dipenuhi dengan kehidupan mewah, masuk rumah mewah, naik mobil
mewah, dapat gaji besar . Lupa saat memberi janji-jani yang manis, namun tanpa ada realitanya,
Ohhhh,
Merdeka ! Merdeka ! tolong lah pejabat-pejabat yang diatas, tengoklah,
berempatilah pada rakyat, bukankah anda juga dari rakyat ? bukankah anda
pernah merasakan itu semua ? mengapa begitu anda memiliki kekuasaan
lupa masa lalu, lupa akan orang yang kekurangan , orang yang kedinginan
tidak memiliki tempat berteduh ? Janganlah anda merampas kemerdekaan
yang sesungguhnya yang dimiliki seluruh rakyat. Sadarlah anda bisa duduk
disana juga dukungan rakyat, bukan ? tanpa rakyat anda juga masih
rakyat biasa juga. Janganlah merasa itu adalah hak anda untuk menikmati
kemerdekaan, sedangkan lainnya menerima nasib untuk dijajah !
Enampuluh
lima tahun katanya kita merdeka, Siapakah sebenarnya yang merdeka ?
Dimanakah merdeka yang sesungguhnya ? Berapa lama lagi rakyat bisa
menikmati merdeka yang sesungguhnya ? lima tahun ? 10 tahun ? atau
tunggu sampai penuh seabad ? atau memang merdeka hanya untuk sekelompok
kecil saja, sedangkan lainnya sebagai budak-budak yang bekerja untuk
kelompok kecil ini ?
by: http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/16/dimanakah-merdeka-sesungguhnya-228122.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com