Hujan itu belum reda. Tetesannya jatuh satu-satu di jendela
kamarku. Makin lama makin menderas. Seperti tumpahan tangis perempuan.
Entah perempuan mana dan siapa. Itu katanya. Ya dia.
Maka ingatan tentang kata-kata itu spontan saja buat jari-jariku mengelana. Menekan tombol ini dan itu di laptop bututku hingga aku terdampar di sebuah lagu. Judulnya, “Someone Like You”. Flashhhhh, ia menggema di dinding-dinding telingaku. Bersahut-sahutan dengan hujan suara hujan yang menderas itu.
He, kukira kata-katanya bahwa “Hujan deras seperti tangisan perempuan” itu telah menuntunku untuk meresapi sore yang menghujan ini. Lagu “Someone Like You” itu.., he, mungkin hanya gelitik syaraf-syaraf usil di kepalaku. Sebuah rasa ingin menemukan. Menemukan rasaku padanya. Oh, begitukah ? Entahlah.
Hasilnya, tak ada. Rasa itu tak kutemukan hingga hujan itu reda dan lagu “Someone Like You” itu usai. Rasaku padanya, tetap tak berupa. Tak jelas wujudnya. Entah telah keberapa kali hujan menderas lalu reda itu mengejekku. Tetap saja tak kutemukan rasaku itu. Entah telah berapa lagu dan musik instrumen pengiring kugunakan, usahaku selalu gagal. Rasaku padanya tetap tak berupa.
Kukira, rasaku padanya memang tak ada. Tak adakah ? Yah, tak ada pada lagu semacam “Someone Like You” itu meski kata-katanya menggelegar dan menghentak rasa. Tak akan kutemukan pada hujan yang menderas.
Entah pada menit ke berapa, kudengar suara-suara yang menyeru,
“Apa kau lupa, laguku adalah “Hujan di Hutan Yang Sepi…” bukan lagu itu…”
“Maka menggiring rasaku padamu adalah dengan hujan yang tetesnya jatuh satu-satu, bukan hujan yang rinainya menderas..”
Tak jelas suara siapa. Padahal aku hanya menatap sebuah kaset usang. Entah kaset apa. Dalam daftar lagu di kaset itu ada lagu yang berjudul “Hujan di Hutan Yang Sepi”. Di belakang kaset usang itu, ada sebuah tulisan, in memoriam…. dan namanya tertulis disana. Oh, kukira suara itu adalah suaranya. Mungkin angin dan hujan telah membawa suara itu padaku. Ah, betapa anehnya.
Begitulah. Hujan telah reda dan sepenggal lagu “Someone Like You” itu telah usai sepuluh menit yang lalu. Tak semua rasa usil akan temukan kepuasannya. Tak semua tanya miliki jawabannya. Itu, he, katanya lagi, dulu. Oh, betapa janggal sore ini.
Perempuan kurus berwajah tirus menatap hujan reda dari jendela. Lihatlah, hujan bisa buat jiwa-jiwa manusia mengelana kemana saja. Kau coba saja.
by: http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2012/04/15/hujan-dan-sepenggal-lagu-someone-like-you-454701.html
Maka ingatan tentang kata-kata itu spontan saja buat jari-jariku mengelana. Menekan tombol ini dan itu di laptop bututku hingga aku terdampar di sebuah lagu. Judulnya, “Someone Like You”. Flashhhhh, ia menggema di dinding-dinding telingaku. Bersahut-sahutan dengan hujan suara hujan yang menderas itu.
He, kukira kata-katanya bahwa “Hujan deras seperti tangisan perempuan” itu telah menuntunku untuk meresapi sore yang menghujan ini. Lagu “Someone Like You” itu.., he, mungkin hanya gelitik syaraf-syaraf usil di kepalaku. Sebuah rasa ingin menemukan. Menemukan rasaku padanya. Oh, begitukah ? Entahlah.
Hasilnya, tak ada. Rasa itu tak kutemukan hingga hujan itu reda dan lagu “Someone Like You” itu usai. Rasaku padanya, tetap tak berupa. Tak jelas wujudnya. Entah telah keberapa kali hujan menderas lalu reda itu mengejekku. Tetap saja tak kutemukan rasaku itu. Entah telah berapa lagu dan musik instrumen pengiring kugunakan, usahaku selalu gagal. Rasaku padanya tetap tak berupa.
Kukira, rasaku padanya memang tak ada. Tak adakah ? Yah, tak ada pada lagu semacam “Someone Like You” itu meski kata-katanya menggelegar dan menghentak rasa. Tak akan kutemukan pada hujan yang menderas.
Entah pada menit ke berapa, kudengar suara-suara yang menyeru,
“Apa kau lupa, laguku adalah “Hujan di Hutan Yang Sepi…” bukan lagu itu…”
“Maka menggiring rasaku padamu adalah dengan hujan yang tetesnya jatuh satu-satu, bukan hujan yang rinainya menderas..”
Tak jelas suara siapa. Padahal aku hanya menatap sebuah kaset usang. Entah kaset apa. Dalam daftar lagu di kaset itu ada lagu yang berjudul “Hujan di Hutan Yang Sepi”. Di belakang kaset usang itu, ada sebuah tulisan, in memoriam…. dan namanya tertulis disana. Oh, kukira suara itu adalah suaranya. Mungkin angin dan hujan telah membawa suara itu padaku. Ah, betapa anehnya.
Begitulah. Hujan telah reda dan sepenggal lagu “Someone Like You” itu telah usai sepuluh menit yang lalu. Tak semua rasa usil akan temukan kepuasannya. Tak semua tanya miliki jawabannya. Itu, he, katanya lagi, dulu. Oh, betapa janggal sore ini.
Perempuan kurus berwajah tirus menatap hujan reda dari jendela. Lihatlah, hujan bisa buat jiwa-jiwa manusia mengelana kemana saja. Kau coba saja.
by: http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2012/04/15/hujan-dan-sepenggal-lagu-someone-like-you-454701.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com