Saat keadaan sudah begitu
mendesak, menuntut, menekan, kita akan tiba pada sebuah titik dimana
kita tidak sanggup berbuat apa-apa kecuali diam dan mencaci keadaan.
Saat kita mulai bosan dengan semua aktivitas yang dilakukan
berulang-ulang namun tidak menghasilkan sesuatu yang signifikan. Kondisi
ini pasti pernah atau bahkan sering dialami oleh setiap orang, yaitu
sebuah kondisi yang sering kita sebut sebagai kondisi “jenuh”.
Jenuh akan datang jika
kita terlalu terburu-buru untuk mencapai sesuatu. Sesuatu yang dilakukan
dengan terburu-buru akan membuat pekerjaan menjadi semakin rumit, tidak
seimbang dan tidak tertata sehingga kita akan merasa malas untuk
melanjutkannya lagi. Maka pesan Rasulullah SAW adalah istiqomah. Yang
paling penting adalah kontinuitas, kita hanya diperintahkan untuk
melakukan sesuatu yang ringan namun kontinyu. Bukan melakukan
pekerjaan-pekerjaan besar tapi tidak konsisten.
Jenuh pada dasarnya
adalah saat kita disorientasi dengan tujuan kita, pada awalnya kita
semangat karena tujuan kita jelas dan seakan sudah didepan mata, tapi
ketika sudah berjalan beberapa waktu, bayangan tentang cita-cita itu
semakin pudar sehingga tidak jelas untuk apa sebenarnya segala hal yang
kita usahakan sekarang. Jika sudah tiba pada titik itu, yang perlu kita
lakukan adalah berhenti sejenak dan memperbaiki niat. Menata kembali
semua pekerjaan dan mengusap bayangan cita-cita yang sudah pudar
sehingga semakin jelas.
Jenuh adalah kewajaran.
Jika kita sudah mencapai sebuah titik jenuh, kita akan dihadapkan pada 3
pilihan, yaitu terus naik, stagnan atau turun. Idealnya kita harus
memilih opsi pertama, yaitu terus naik. Ketika kita memilih untuk terus
naik maka kita harus menganggap bahwa kejenuhan itu tidak ada. Dari
sini, muncullah konsep sabar. Kemuliaan seseorang bukan ditentukan oleh
seberapa banyak masalah yang bisa ia selesaikan, tapi seberapa lama ia
bisa bertahan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Waktu adalah proses
terapi. Sabar adalah obat paling pahit, namun sangat manjur untuk
menyembuhkan segala penyakit jiwa.
Ketika kita jenuh,
sebenarnya Allah sedang menguji kita, mampukah kita bertahan dalam
situasi yang tidak menyenangkan. Apa yang bisa kita lakukan? Majulah,
majulah dan tinggalkan jenuh itu, jika ia mulai mengejar kembali,
teruslah berjalan kedepan hingga jenuh itu jenuh mengikuti kita.
by: http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/06/15/jenuh-569177.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com