“Kapan punya bayi? Mamah papahnya udah pengen gendong cucu tu!”
Ah, rasanya pingin punya Jubah-Tak-Terlihat nya Harry Potter aja kalo sudah mulai dengar pertanyaan (dan pernyataan) macam itu.
Ini hanya sekedar curhatan dan unek-unek yang saya (dan mungkin segelintir orang-orang di luar sana) yang kebetulan belum dipertemukan dengan jodoh hidup.
Saya memiliki hidup yang bahagia menurut standar ukuran saya, kedua orang tua hebat yang masih bersama saya hingga saat ini jg sungguh merupakan anugerah yang begitu saya syukuri. Saya tidak pernah kekurangan teman, pekerjaan pun saya rasa cukup menyenangkan. Singkatnya, saya suka dengan kehidupan saya yang sekarang.
Jangan salah paham, saya tidak termasuk kaum wanita ekstrimis yang begitu independen dan merasa tidak membutuhkan laki-laki dan perkawinan. Saya sungguh memimpikan ada seorang suami yang baik dan bertanggung jawab serta anak-anak manis yang memanggil saya “mama”. Namun apa lacur? Tuhan belum berkenan mewujudkan mimpi saya itu.
Well, kalau anda bertanya pada saya, saya akan berkata bahwa ini tidak masalah. Penantian yang saya lewati dengan sabar ini karena saya yakin Tuhan sedang menyiapkan skenario yang terbaik buat saya. I have no doubt on this. Tetapi masalah menjadi lain ketika pertanyaan dilayangkan kepada kedua orang tua saya, maupun kepada orang-orang terdekat kami. Reaksi yang didapat biasanya berupa dorongan (yang menusuk) untuk segera berkeluarga.
Yaaa, saya juga sadar bahwa ini sebenarnya adalah dorongan yang positif, dan mereka melakukannya dengan niat baik. Hanya saja saya mengkhawatirkan reaksi orang tua saya.
Ketika berkeluarga sudah menjadi tuntutan sosial dan bukan lagi pemenuhan kebutuhan diri, saya jadi bertanya-tanya apa sesungguhnya makna perkawinan? Jika hanya untuk perubahan status di mata masyarakat maka tentulah landasannya amat dangkal.
Bagi kami para bujangan yang didesak dan didorong untuk segera berkeluarga demi memenuhi standar kelayakan sosial, sungguh mendapatkan beban yang berat. Tidakkah seharusnya kami mendapatkan ruang pribadi atas hal ini? Bisik-bisik di antara para tetangga juga menambah beban kami 3 kali lipat.
contoh-contoh perkawinan buruk yang bertebaran di seantero penjuru jelas menjadi pertimbangan bagi saya untuk tidak gegabah dan terburu-buru dalam mengambil keputusan sekali-seumur-hidup ini. Jadi rasanya menjengkelkan sekali jika selalu diingatkan atas hal yang sesungguhnya tak pernah lepas dari pikiran kita.
Yah, sekali lagi ini hanyalah sekedar unek-unek seorang bujangan. Semoga bisa diterima oleh anda-anda sekalian.
Oh ya satu lagi, saya ingin mengingatkan bahwa hal terbaik yang bisa dilakukan untuk membantu kami adalah DOA, jika anda berkenan :)
Terima kasih dan salam hangat,
pinky
by: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/07/14/curhat-seorang-bujangan-477870.html
Ah, rasanya pingin punya Jubah-Tak-Terlihat nya Harry Potter aja kalo sudah mulai dengar pertanyaan (dan pernyataan) macam itu.
Ini hanya sekedar curhatan dan unek-unek yang saya (dan mungkin segelintir orang-orang di luar sana) yang kebetulan belum dipertemukan dengan jodoh hidup.
Saya memiliki hidup yang bahagia menurut standar ukuran saya, kedua orang tua hebat yang masih bersama saya hingga saat ini jg sungguh merupakan anugerah yang begitu saya syukuri. Saya tidak pernah kekurangan teman, pekerjaan pun saya rasa cukup menyenangkan. Singkatnya, saya suka dengan kehidupan saya yang sekarang.
Jangan salah paham, saya tidak termasuk kaum wanita ekstrimis yang begitu independen dan merasa tidak membutuhkan laki-laki dan perkawinan. Saya sungguh memimpikan ada seorang suami yang baik dan bertanggung jawab serta anak-anak manis yang memanggil saya “mama”. Namun apa lacur? Tuhan belum berkenan mewujudkan mimpi saya itu.
Well, kalau anda bertanya pada saya, saya akan berkata bahwa ini tidak masalah. Penantian yang saya lewati dengan sabar ini karena saya yakin Tuhan sedang menyiapkan skenario yang terbaik buat saya. I have no doubt on this. Tetapi masalah menjadi lain ketika pertanyaan dilayangkan kepada kedua orang tua saya, maupun kepada orang-orang terdekat kami. Reaksi yang didapat biasanya berupa dorongan (yang menusuk) untuk segera berkeluarga.
Yaaa, saya juga sadar bahwa ini sebenarnya adalah dorongan yang positif, dan mereka melakukannya dengan niat baik. Hanya saja saya mengkhawatirkan reaksi orang tua saya.
Ketika berkeluarga sudah menjadi tuntutan sosial dan bukan lagi pemenuhan kebutuhan diri, saya jadi bertanya-tanya apa sesungguhnya makna perkawinan? Jika hanya untuk perubahan status di mata masyarakat maka tentulah landasannya amat dangkal.
Bagi kami para bujangan yang didesak dan didorong untuk segera berkeluarga demi memenuhi standar kelayakan sosial, sungguh mendapatkan beban yang berat. Tidakkah seharusnya kami mendapatkan ruang pribadi atas hal ini? Bisik-bisik di antara para tetangga juga menambah beban kami 3 kali lipat.
contoh-contoh perkawinan buruk yang bertebaran di seantero penjuru jelas menjadi pertimbangan bagi saya untuk tidak gegabah dan terburu-buru dalam mengambil keputusan sekali-seumur-hidup ini. Jadi rasanya menjengkelkan sekali jika selalu diingatkan atas hal yang sesungguhnya tak pernah lepas dari pikiran kita.
Yah, sekali lagi ini hanyalah sekedar unek-unek seorang bujangan. Semoga bisa diterima oleh anda-anda sekalian.
Oh ya satu lagi, saya ingin mengingatkan bahwa hal terbaik yang bisa dilakukan untuk membantu kami adalah DOA, jika anda berkenan :)
Terima kasih dan salam hangat,
pinky
by: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/07/14/curhat-seorang-bujangan-477870.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com