Suatu hari terjadi percakapan antara saya dengan
seorang senior di kampus, ketika saya masih di bangku kuliah. Di
pembicaraan itu, senior saya mengkritik perilaku teman-teman mahasiswa
aktivis dakwah yang suka menundukkan pandangannya ketika berbicara
dengan lawan jenis. Senior saya berkata, "Katanya jaga hijab… Yang perlu
dihijab kan hati. Walau pun tidak melihat tapi hatinya bermain, kan
sama saja bohong. Lebih baik hati yang dihijab." Seperti itu lah
kira-kira.
Saat itu saya mangut-mangut. Ungkapan itu terdengar logis.
Berapa lama kemudian di sebuah pengajian, terdengar
kritik dari seorang anggota pengajian (dia adalah senior saya yang lain)
kepada para aktivis dakwah kampus yang menyepelekan hijab. "Mereka
bilang ghodul qulub (menjaga hati) lebih penting, kemudian menyepelekan
ghodul bashor (menjaga pandangan). Padahal yang benar ghodul bashor ilaa
ghodul qulub (menjaga pandangan untuk menjaga hati). Jaga pandangan
dulu untuk kemudian jaga hati!"
Nah lho… saya termangut-mangut lagi. Mana yang benar?
Yang ditawarkan oleh senior pertama adalah penjagaan
yang langsung di pusatnya: hati, daripada bersusah-susah menjaga
pandangan. Tapi menurut senior kedua, tidak mungkin menjaga hati apabila
tidak menjaga pandangan.
Sejauh mana kita bisa menjaga hati? Yang ditawarkan
oleh senior pertama adalah kita mengontrol langsung hati kita sendiri.
Pertanyaannya, bisa kah kita mengontrol atau mengendalikan hati kita?
Bahwa kondisi hati mengendalikan kita, jelas sekali
dalilnya. “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah.
Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh anggota
tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh
anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah hati.” (Hadis
Riwayat Al-Bukhari)
Lalu, sekali lagi, sejauh apa kendali kita terhadap hati?
Di surat Al-Anfal ayat 24, Allah swt berfirman,
"…ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan
hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan." Maksudnya
adalah Allah lah yang menguasai hati seorang hamba.
Dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Abu Syaibah,
Aisya rha., berkata, “Nabi SAW sering berdoa dengan mengatakan, ‘Wahai
Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk selalu taat
kepada-Mu.’ Aku pernah bertanya, ‘Ya Rasulullah, kenapa Anda sering
berdoa dengan menggunakan doa seperti itu? Apakah Anda sedang merasa
ketakutan?’ Beliau menjawab, ‘Tidak ada yang membuatku merasa aman, hai
Aisyah. Hati seluruh hamba ini berada di antara dua jari Allah Yang Maha
Memaksa. Jika mau membalikkan hati seorang hamba-Nya, Allah tinggal
membalikkannya begitu saja.’”
Dari ayat dan hadits di atas, jelas sekali bahwa hati seorang hamba ada pada kekuasaan Allah swt.
Ketika kita diperintahkan untuk menjaga hati, maka
kita diperintahkan untuk tidak mengotori hati. Kotornya hati adalah
karena maksiat. Maksiat yang kita lakukan seperti noda yang menutupi
hati kita. "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu
mereka usahakan itu menutupi hati mereka." (Al-Muthofifin : 83)
Hati yang tertutup noda maksiat ini akan menjadi
hati yang sakit, bahkan berpeluang menjadi hati yang mati. Dengan
istighfar dan taubat lah noda yang menutupi hati bisa dibersihkan.
Lalu yang termasuk maksiat adalah melihat hal-hal
yang diharamkan Allah untuk dilihat. "Katakanlah kepada orang laki-laki
yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah
kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya”" (QS. An-Nuur : 30-31).
Karena itu, saya rasa pernyataan senior yang kedua
lebih tepat: ghodul bashor ilaa ghodul quluub (menjaga pandangan untuk
menjaga hati). Bagaimana mungkin kita menjaga hati sementara indera kita
dibiarkan bermaksiat?
*****
Manusia tidak punya kontrol langsung terhadap
hatinya. Allah lah yang punya kontrol langsung. Allah bisa membalikkan
hati seorang hamba, dari semangat untuk beribadah kemudian hatinya tidak
dalam keadaan mood untuk beribadah, atau istilahnya futur. Itulah
mengapa Rasulullah saw berdoa agar Allah menetapkan hatinya pada
ketaatan, jangan sampai Allah membalikkan hatinya pada ketidak-taatan.
Yang diharapkan adalah ketika berada pada masa
jenuhnya, seseorang tetap berada dalam sunnah Rasulullah saw. “Setiap
amalan ada masa semangatnya, dan masa semangat ada masa jenuhnya.
Barangsiapa kejenuhannya kembali kepada sunnahku berarti dia telah
berbahagia, dan barangsiapa yang kejenuhannya tidak membawa dia kepada
yang demikian maka dia telah binasa.” (HR. Ahmad, lihat Shahih
At-Targhib
Kendali manusia terhadap hatinya diperantarai oleh
perbuatan yang ia lakukan. Manusia tidak bisa secara langsung
membersihkan hatinya, melainkan ia terlebih dahulu harus melakukan
taubat dan ketaatan-ketaatan yang menyempurnakan taubatnya.
Terbolak-baliknya hati manusia ada korelasinya
dengan amal yang ia upayakan. Keimanan itu bertambah dan berkurang.
Bertambah karena ketaatan, berkurang karena kemaksiatan. Iman yang
turun/berkurang berimplikasi pada keadaan jenuh seseorang. Kejenuhan itu
bisa berawal dari kemaksiatan yang ia lakukan. Dan keadaan semangat
seseorang terjadi mana kala imannya sedang naik atau bertambah. Hal itu
diletupkan oleh ketaatan yang ia perbuat.
Oleh karena itu, agar Allah senantiasa memposisikan
hatinya pada semangat beribadah, seorang hamba harus berupaya menjaga
ketaatannya dan menjaga inderanya untuk tidak bermaksiat kepada Allah
sehingga hatinya bersih. Kalau tidak, Allah akan membalikkan hatinya
karena hatinya dikerumuni oleh noda-noda maksiat.
*****
Kedengkian, riya’, dan dendam, dan penyakit hati
lain yang bersarang pada hati kita sebenarnya melewati indera kita
terlebih dahulu. Yaitu berawal dari lintasan pikiran. Allah masih
mengampuni lintasan pikiran ini. Tapi segeralah berlindung kepada Allah
dari penyakit hati dan bertaubatlah dari penyakit hati yang telah
terlanjur bersarang.
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
Allah mengampuni dari umatku terhadap apa yang masih terlintas di dalam
hati mereka (Hadits Shahih, Irwaa`al Ghalil VII/139 nomor 2026)
Biasanya godaan ingin dipuji muncul setelah beramal
sholeh. Kalau kita cepat tersadar, maka pikiran itu tidak akan mengendap
di hati. Begitu juga dengan kebencian atau iri hati terhadap orang
lain, bersegeralah berlindung kepada Allah saat terlintas pikiran
tersebut pertama kali. Kalau terlambat, penyakit itu akan bersarang. Dan
penyakit-penyakit itu tidak akan bersarang kecuali kalau pada
lingkungan yang memungkinkannya untuk hidup, yaitu hati yang kumuh dan
berpenyakit karena kemaksiatan kepada Allah swt. Dan lintasan pikiran
itu sendiri tidak akan mudah tercetus kecuali dari pikiran yang sakit,
yang diakibatkan oleh hati yang sakit.
Kalau pikiran itu terlalu sering melintas,
bermuhasabahlah. Khawatirnya hati kita sudah menjadi sarang penyakit.
Kalau benar, maka segeralah bertaubat.
Jagalah indera kita dari bermaksiat kepada Allah, agar hati kita terjaga kebersihannya.
Allahu’alam bish-showab.
—
by: http://andaleh.blogsome.com/2009/08/25/menjaga-hati/
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com