GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Apa yang kira-kira faktor penyebab Facebook kurang ngetrend dikalangan orang Jepang?

Written By Situs Baginda Ery (New) on Selasa, 06 Agustus 2013 | 15.39

“Malu” Penyebab Facebook Kurang Ngetren di Jepang

Itu menjadi salah satu obrolan ringan kita berenam, Sabtu sore kemarin. Sengaja kami sekeluarga, meluangkan waktu untuk bersilaturahim dengan 2 orang pasangan suami istri, di daerah Okazaki, prefektur Aichi, kira-kira 1,5 jam arah timur dari kota Nagoya. Keduanya termasuk orang Jepang yang interes terhadap orang asing, mungkin karena mereka pengajar bahasa asing di salah satu universitas.

http://ikhlashati.files.wordpress.com/2010/07/malu4.jpgBicara ngalor ngidul, sampai pada pembicaraan Facebook. Hasil penelitian perusahaan Sharp, pengguna Facebook di Jepang kurang dari 2% dari pengguna internet di Jepang.  Berawal dari itu,..obrolan mengalir, begini ceritanya…
Bagi orang Indonesia, untuk bisa menjadi “teman”, tidak mesti harus mengenalnya dulu. Dalam arti, sebelum tertulis dalam daftar teman, tidak saling kenal sama sekali pun bisa saling meminta pertemanan. Lha,..hal seperti ini yang tidak cocok bagi orang Jepang. Mereka terbiasa ada yang mengkoneksikan untuk terjalinnya sebuah hubungan. Jadi, dengan cara mendapatkan rekomendasi dari seseorang, barulah dia bisa berteman. Cukup ribet ya,…kenapa bisa begitu?
Adanya pemikiran 個人情報を守るkojin joho wo mamoru (menjaga privasi orang lain) inilah, yang menjadi salah satu faktornya. Di antara mereka sepertinya ada perjanjian tak tertulis, misalnya, saling meminta ijin. jika akan upload foto setelah melakukan aktivitas bersama. Karena diangap bisa mengakibatkan suatu ketidaknyamanan. Misalnya, jika suatu saat disapa seseorang yang merasa tidak dikenalnya di jalan, mereka akan merasa malu, padahal sebetulnya orang yang menyapanya itu sudah berteman di Facebook.

Faktor lain adalah penulisan nama ID Facebook. Salah satu sifat orang Jepang “patuh” ini, membuat mereka terkesan mudah dibodohi oleh perintah tuk mengisi nama di Facebook dengan nama yang asli. Dan mereka kuatir akan muncul masalah penyalahgunaan nama. Ya memang, kehidupan keras kesehariannya, menyebabkan, mereka berusaha menghindari keterlibatan dari suatu permasalahan. Kalau orang Indonesia mungkin lebih berpikir ke arah menghindar karena buntut permasalahannya berkaitannya dengan hukum. Beda dengan orang Jepang yang berpikiran menghindari permasalahan yang bisa berbuntut “ke-malu-an”nya terusik.

Sudut pandang dalam menyikapi rasa malu mereka ini, sepertinya berbeda dengan kita. Jarak komunikasi non verbal mereka, secara fisik lebih dari 70cm. Dan hal ini mempengaruhi sewaktu berinteraksi. Mereka sangat memperhatikan 距離を取るkyori wo toru (arti: menjaga jarak) dalam segala jenis komunikasi. Dan rasa malu ini erat sangat kaitannya dengan hal ini. Jika ada seseorang yang tak dikenalnya masuk dalam area jarak yang sedang “dijaganya”, dirinya akan merasa “malu”, dan “ke-malu-an” ini, bertahan sampai akhir hidupnya. Itulah sebabnya, angka kematian bunuh diri tinggi, karena jika ketahuan dirinya berbuat tidak baik, tidak ada jalan lain selain, tidak bertatap muka pada orang yang terkena imbas karena kesalahannya.
Kembali menyoal Facebook, sebetulnya kalau kita pandai-pandai memanfaatkannya, tidak sedikit keuntungan yang bisa kita ambil. Selama 2 tahun terakhir ini saya memakai Facebook untuk berburu responden, dimulai dari responden tuk data percobaan, berlanjut pada data II yang respondennya orang Jepang. Saya berhasil mendapatkannya berawal dari Facebook. Mungkin karena foto, beberapa karya dalam note, dan juga jumlah mutual friends, saya merasa pantas dipercayai,..hehehe :) 

Tentu saja tidak mutlak karena faktor ini saja. Tapi setidaknya, kita bisa memanfaatkannya untuk 場を提供するba wo teikyo suru (memfasilitasi suatu kegiatan). Dan inilah yang membedakan kita dengan orang Jepang. Kita bisa mengadakan kegiatan yang anggotanya sama sekali tidak saling kenal, atau dari berbagai kalangan dengan mudahnya. Tetapi, beda dengan orang Jepang. Mereka memulai kegiatan dari komunitas yang anggotanya punya ketertarikan yang sama, dari komunitas yang sudah tertata. Jadi nyadar, kita dengan mereka ternyata sama-sama punya “malu”, tapi bagaimana pun juga jenis dan tingkat “ke-malu-an”nya, sangat berbeda dari sudut pandang sosial masyarakatnya. 
by: http://sosbud.kompasiana.com/2013/07/01/malu-penyebab-facebook-kurang-ngetren-di-jepang-569880.html

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...