by: http://muda.kompasiana.com/2013/09/09/ceritaku-kisah-yang-mirip-zaskia-gotik-590887.html
Saya pernah punya cerita, pengalaman nyata yang alur ceritanya mirip seperti yang dialami oleh Zaskia Gotik. Sama-sama tertipu, tapi waktu itu saya tak sampai ke hubungan serius.
Entah dari mana kami tiba-tiba saling comment di facebook, chat dan berlanjut ke whatsapp. Setibanya di Indonesia ada perempuan yang sepertinya tergila-gila entah karena faktor apa. Dia hampir setiap hari menelfon dan bercerita banyak hal. Saya yang memang pulang dalam rangka liburan, tentu tak banyak aktifitas selain main-main ke rumah sanak famili dan berjalan sore ke ladang. Kambing, sapi, ayam, ikan nila dan lele.
Sebut saja namanya Sinta. Temen facebook yang tiba-tiba deket dan mulai mengarah ke area rasa. Hal yang bagi saya memang tak pernah menganggapnya serius. Selain waktu itu hati saya memang sudah diisi oleh perempuan lain sebelumnya.
Bagaimana mungkin seorang jatuh cinta hanya karena facebook? di facebook, bahkan orang lelaki pun bisa membuat akun perempuan dengan foto-foto seseorang. Tapi semua ini benar-benar sudah terlanjur. Sejak awal saya tak pernah percaya dengan teman-teman facebook yang belum pernah ketemu. Karena kebanyakan teman dunia maya biasanya kenal karena pembaca blog dan berteman sebagai sesama blogger, kalau kebetulan sekota biasanya kopdar. Kalau jauh ya cuma balas-balasan komentar. Selain itu biasanya curhat dan saling minta pendapat.
Berbeda dengan Sinta, perempuan yang begitu agresif dan tertarik entah karena faktor apa. Mungkin melihat status saya sebagai kandidat master di universitas luar? tulisan di blog? status di fb? atau mungkin karena saya ganteng? haha entah lah. Setelah telfonan, Sinta tak pernah mau ketemu. Ada saja alasanya, tidak seperti teman-teman yang kadang meskipun jauh, mereka tetap berusaha untuk ketemu. Contohnya salah satu siswi saya ketika mengajar di SMP dulu (2007). Karena kebetulan dia sekeluarga main ke surabaya, akhirnya disempatkan mampir ke madura cuma untuk ketemu mantan pengajar pembimbing yang cuma 6 bulan. Di umur 17 tahun, saya mengajar anak-anak SMP, tepatnya Cikarang Barat Bekasi, dan saya menganggap mereka adalah teman agak tak terlalu formal. Mengingat saya bukan juga bapa-bapak waktu itu.
Tidak hanya mengajar di SMP, di waktu yang sama saya juga bertugas sebagai TU SMA di yayasan yang kebetulan di bawah satu naungan yayasan. Dan siswa-siswi SMA itu sampai sekarang masih sering berkomunikasi. Pernah ada salah seorang siswa lulusan SMA yang tiba-tiba minta ketemuan di Kuala Lumpur, namanya Rizal, dia ini dari ujung Malaysia, Penang. Ke Kuala Lumpur cuma buat main. Inilah sebuah hubungan teman.
Berbeda dengan Sinta, yang udah setiap hari sms, nelpon. Sayang-sayangan, cinta dan ciuman chat (mmuah) yang membuat saya prihatin terhadapnya, malah enggan untuk sekedar ngobrol. Toh kenyataanya saya juga ga pernah berharap dia benar-benar cinta dan kita berpacaran. Tapi itulah Sinta dengan segala kebohonganya. Facebooknya diisi oleh foto-foto perempuan yang berbeda. Katanya dia adalah lulusan sarjana hukum di Univesitas Paramadina. Sayangnya dia terlalu dini berbohong, kebetulan saya ada teman-teman mahasiswa/i di Universitas Paramadina yang menyarankan agar saya menguji dengan beberapa pertanyaan jebakan. Ya seperti judul skripsi, dosen pembimbing, KKN seperti apa dan praktikal. Dan Sinta pun gelagapan bercerita, muter-muter dari ujung selatan ke utara. Ga jelas.
Sebenarnya, tanpa pertanyaan pancingan pun saya sudah bisa memprediksi kalau dia ini sebenarnya pembohong. Tapi ya sudah lah, have fun aja. Mungkin Sinta lagi butuh teman untuk sekedar meringankan kenyataan hidup. Apalagi ketika Sinta memaksakan diri untuk bicara dalam bahasa inggris. Asli saya menahan diri untuk tidak tertawa dengan kosa kata dan tulisan yang 80% salah total. Ya, waktu itu saya cuma menghargai dia yang berusaha untuk bisa berkomunikasi dalam bahasa inggris.
Mungkin pembaca heran, kenapa saya membiarkan orang seperti ini tetap menjadi teman? atau malayaninya? Buang-buang waktu!. Saya pun merasa begitu, tapi saya fikir setiap orang bisa berubah, mungkin suatu saat dia akan mengaku seperti apa dirinya yang sebenarnya. Jadi ya saya ikuti saja skenario yang dia mainkan. Bukanya berubah, Sinta malah tambah menjadi jadi dalam menyusun cerita dan profil pribadinya. Mengaku bekerja sebagai staf PNPM mandiri. Ceritanya mulai mewah, dari mobil, gadget sampai tanah warisan neneknya yang katanya baru dijual senilai 800 juta rupiah. Angka yang sangat fantastis untuk ukuran ekonomi kebanyakan warga Madura tentunya.
Sebelum Sinta, saya juga pernah digombali oleh perempuan-perempuan spam yang berasal dari luar negri. Semua dengan alur cerita yang sama (memposisikan diri mereka sebagai pribadi yang wah), tapi bedanya Dea, Nisa dan Bela ini orientasinya lebih ke keuangan. Minta beliin pulsa, curhat lagi sakit butuh dana dan berbagai motif lainya. Saya yang memang sudah kebal dengan dunia maya, cuma bisa tersenyum-senyum sendiri membaca chat yang mereka kirimkan. Meski kenyataanya saya menjawab seolah-olah saya sedih sekali mendengar mereka kesusahan. hihihi inilah dunia maya, semua orang bisa menciptakan cerita dan taqdirnya sendiri di sana.
Tapi tak semua orang-orang yang kita kenal di dunia maya jahat. Ada memang yang benar-benar menganggap kita teman dan saling membantu meski belum pernah ketemu. Seperti mendengarkan mereka curhat atau yang lebih sering saya lakukan adalah mengkartunkan gambar wajah mereka atau membuatkan nama mereka seunik mungkin melalui aplikasi photoshop atau corel draw. Cukup dengan terima kasih, bagi saya sudah lebih dari cukup untuk sebuah pertemanan.
Kembali soal Sinta, berhubung saya ga bisa lama-lama di Indonesia, akhirnya saya putuskan untuk berkunjung ke rumahnya. Lokasi yang dekat dan kebetulan saya juga sedang ada kepentingan di sana. Nyatanya Sinta ga ada di rumah, yang menemui saya adalah kakak dan orang tuanya. Saya telpon ga diangkat, sms ga dijawab. Aneh aja kalau ada orang yang katanya temen, sayang-sayangan kok ya dikunjungi ke rumahnya malah ga ada. Bahkan meski sedang dalam meeting pun saya yakin bisa meluangkan waktu, meski hanya untuk 1-2 menit. Tapi setelah beberapa jam mengobrol dengan keluarga Sinta, perempuan ini ga pernah keluar dan ga memberi tahu kapan akan pulang.
Karena saya tak punya banyak waktu, akhirnya saya memilih melanjutan perjalanan sebelum akhirnya pulang. Sebelum pamitan, kakak Sinta sempat terlihat kurang nyaman. Dan akhirnya menunjukkan gambar Sinta yang sebenarnya, Sinta ga sedang meeting, kerja atau apa lah namanya, dia sedang berada di dalam rumah dan ga mau menemui saya. Haha. Sambil menenangkan, saya pastikan kalau ini bukan salah siapa-siapa. Saya juga kebetulan mampir, ya ga ada salahnya berkunjung.
Setelah beberapa hari saya ga mau lagi mengangkat telpon dari Sinta, tapi setelah lama kelamaan akhirnya saya terima juga. Dan dia mengaku semuanya. Dia bukanlah sarjana, hanya lulusan SD yang ga sempat lulus SMA. Semua foto dan ceritanya adalah cerita palsu.
Aneh ya, padahal saya berteman dengan banyak kalangan dan ga pernah membedakan seseorang dengan status sosialnya. Saya jadi teringat teman saya yang lain, perempuan yang selulus SMA langsung bekerja ketika hampir semua temanya kuliah. Toh dia cerita apa adanya. Ada juga teman saya yang selulus SD langsung jualan gorengan sampai sekarang, kami masih bisa berkomunikasi dan bergurau sebagai teman yang baik. Tanpa pembeda antara saya sarjana dan dia bukan. Meski memang di beberapa kesempatan dia agak minder kalau kebetulan kami teman-teman SD nya yang sama-sama kuliah kemudian agak khilafbergurau tentang topik politik dalam negri. Tapi kami kemudian bernostalgia lagi, dengan bahasan yang bisa sama-sama dimengerti.
Ada banyak orang yang berusaha berpura-pura agar dapat dihargai dan dihormati. Padahal sebagai manusia yang punya nurani, kita masih bisa saling menghormati siapapun kamu, siapapun saya dan siapapun dia. Tentu bukan salah Zaskia untuk mencari dan berharap menemukan seseorang dengan prestasi luar biasa. Semua orang ingin seperti itu. Tapi apakah harus berbohong? entah lah. Bagi saya pribadi, lebih baik terlihat kumuh, ga menarik asal memang itulah saya, daripada menjadi orang yang dikenal pintar dan gemerlap tapi semuanya hanya tipu-tipu
#ThinkAgain
Saya pernah punya cerita, pengalaman nyata yang alur ceritanya mirip seperti yang dialami oleh Zaskia Gotik. Sama-sama tertipu, tapi waktu itu saya tak sampai ke hubungan serius.
Entah dari mana kami tiba-tiba saling comment di facebook, chat dan berlanjut ke whatsapp. Setibanya di Indonesia ada perempuan yang sepertinya tergila-gila entah karena faktor apa. Dia hampir setiap hari menelfon dan bercerita banyak hal. Saya yang memang pulang dalam rangka liburan, tentu tak banyak aktifitas selain main-main ke rumah sanak famili dan berjalan sore ke ladang. Kambing, sapi, ayam, ikan nila dan lele.
Sebut saja namanya Sinta. Temen facebook yang tiba-tiba deket dan mulai mengarah ke area rasa. Hal yang bagi saya memang tak pernah menganggapnya serius. Selain waktu itu hati saya memang sudah diisi oleh perempuan lain sebelumnya.
Bagaimana mungkin seorang jatuh cinta hanya karena facebook? di facebook, bahkan orang lelaki pun bisa membuat akun perempuan dengan foto-foto seseorang. Tapi semua ini benar-benar sudah terlanjur. Sejak awal saya tak pernah percaya dengan teman-teman facebook yang belum pernah ketemu. Karena kebanyakan teman dunia maya biasanya kenal karena pembaca blog dan berteman sebagai sesama blogger, kalau kebetulan sekota biasanya kopdar. Kalau jauh ya cuma balas-balasan komentar. Selain itu biasanya curhat dan saling minta pendapat.
Berbeda dengan Sinta, perempuan yang begitu agresif dan tertarik entah karena faktor apa. Mungkin melihat status saya sebagai kandidat master di universitas luar? tulisan di blog? status di fb? atau mungkin karena saya ganteng? haha entah lah. Setelah telfonan, Sinta tak pernah mau ketemu. Ada saja alasanya, tidak seperti teman-teman yang kadang meskipun jauh, mereka tetap berusaha untuk ketemu. Contohnya salah satu siswi saya ketika mengajar di SMP dulu (2007). Karena kebetulan dia sekeluarga main ke surabaya, akhirnya disempatkan mampir ke madura cuma untuk ketemu mantan pengajar pembimbing yang cuma 6 bulan. Di umur 17 tahun, saya mengajar anak-anak SMP, tepatnya Cikarang Barat Bekasi, dan saya menganggap mereka adalah teman agak tak terlalu formal. Mengingat saya bukan juga bapa-bapak waktu itu.
Tidak hanya mengajar di SMP, di waktu yang sama saya juga bertugas sebagai TU SMA di yayasan yang kebetulan di bawah satu naungan yayasan. Dan siswa-siswi SMA itu sampai sekarang masih sering berkomunikasi. Pernah ada salah seorang siswa lulusan SMA yang tiba-tiba minta ketemuan di Kuala Lumpur, namanya Rizal, dia ini dari ujung Malaysia, Penang. Ke Kuala Lumpur cuma buat main. Inilah sebuah hubungan teman.
Berbeda dengan Sinta, yang udah setiap hari sms, nelpon. Sayang-sayangan, cinta dan ciuman chat (mmuah) yang membuat saya prihatin terhadapnya, malah enggan untuk sekedar ngobrol. Toh kenyataanya saya juga ga pernah berharap dia benar-benar cinta dan kita berpacaran. Tapi itulah Sinta dengan segala kebohonganya. Facebooknya diisi oleh foto-foto perempuan yang berbeda. Katanya dia adalah lulusan sarjana hukum di Univesitas Paramadina. Sayangnya dia terlalu dini berbohong, kebetulan saya ada teman-teman mahasiswa/i di Universitas Paramadina yang menyarankan agar saya menguji dengan beberapa pertanyaan jebakan. Ya seperti judul skripsi, dosen pembimbing, KKN seperti apa dan praktikal. Dan Sinta pun gelagapan bercerita, muter-muter dari ujung selatan ke utara. Ga jelas.
Sebenarnya, tanpa pertanyaan pancingan pun saya sudah bisa memprediksi kalau dia ini sebenarnya pembohong. Tapi ya sudah lah, have fun aja. Mungkin Sinta lagi butuh teman untuk sekedar meringankan kenyataan hidup. Apalagi ketika Sinta memaksakan diri untuk bicara dalam bahasa inggris. Asli saya menahan diri untuk tidak tertawa dengan kosa kata dan tulisan yang 80% salah total. Ya, waktu itu saya cuma menghargai dia yang berusaha untuk bisa berkomunikasi dalam bahasa inggris.
Mungkin pembaca heran, kenapa saya membiarkan orang seperti ini tetap menjadi teman? atau malayaninya? Buang-buang waktu!. Saya pun merasa begitu, tapi saya fikir setiap orang bisa berubah, mungkin suatu saat dia akan mengaku seperti apa dirinya yang sebenarnya. Jadi ya saya ikuti saja skenario yang dia mainkan. Bukanya berubah, Sinta malah tambah menjadi jadi dalam menyusun cerita dan profil pribadinya. Mengaku bekerja sebagai staf PNPM mandiri. Ceritanya mulai mewah, dari mobil, gadget sampai tanah warisan neneknya yang katanya baru dijual senilai 800 juta rupiah. Angka yang sangat fantastis untuk ukuran ekonomi kebanyakan warga Madura tentunya.
Sebelum Sinta, saya juga pernah digombali oleh perempuan-perempuan spam yang berasal dari luar negri. Semua dengan alur cerita yang sama (memposisikan diri mereka sebagai pribadi yang wah), tapi bedanya Dea, Nisa dan Bela ini orientasinya lebih ke keuangan. Minta beliin pulsa, curhat lagi sakit butuh dana dan berbagai motif lainya. Saya yang memang sudah kebal dengan dunia maya, cuma bisa tersenyum-senyum sendiri membaca chat yang mereka kirimkan. Meski kenyataanya saya menjawab seolah-olah saya sedih sekali mendengar mereka kesusahan. hihihi inilah dunia maya, semua orang bisa menciptakan cerita dan taqdirnya sendiri di sana.
Tapi tak semua orang-orang yang kita kenal di dunia maya jahat. Ada memang yang benar-benar menganggap kita teman dan saling membantu meski belum pernah ketemu. Seperti mendengarkan mereka curhat atau yang lebih sering saya lakukan adalah mengkartunkan gambar wajah mereka atau membuatkan nama mereka seunik mungkin melalui aplikasi photoshop atau corel draw. Cukup dengan terima kasih, bagi saya sudah lebih dari cukup untuk sebuah pertemanan.
Kembali soal Sinta, berhubung saya ga bisa lama-lama di Indonesia, akhirnya saya putuskan untuk berkunjung ke rumahnya. Lokasi yang dekat dan kebetulan saya juga sedang ada kepentingan di sana. Nyatanya Sinta ga ada di rumah, yang menemui saya adalah kakak dan orang tuanya. Saya telpon ga diangkat, sms ga dijawab. Aneh aja kalau ada orang yang katanya temen, sayang-sayangan kok ya dikunjungi ke rumahnya malah ga ada. Bahkan meski sedang dalam meeting pun saya yakin bisa meluangkan waktu, meski hanya untuk 1-2 menit. Tapi setelah beberapa jam mengobrol dengan keluarga Sinta, perempuan ini ga pernah keluar dan ga memberi tahu kapan akan pulang.
Karena saya tak punya banyak waktu, akhirnya saya memilih melanjutan perjalanan sebelum akhirnya pulang. Sebelum pamitan, kakak Sinta sempat terlihat kurang nyaman. Dan akhirnya menunjukkan gambar Sinta yang sebenarnya, Sinta ga sedang meeting, kerja atau apa lah namanya, dia sedang berada di dalam rumah dan ga mau menemui saya. Haha. Sambil menenangkan, saya pastikan kalau ini bukan salah siapa-siapa. Saya juga kebetulan mampir, ya ga ada salahnya berkunjung.
Setelah beberapa hari saya ga mau lagi mengangkat telpon dari Sinta, tapi setelah lama kelamaan akhirnya saya terima juga. Dan dia mengaku semuanya. Dia bukanlah sarjana, hanya lulusan SD yang ga sempat lulus SMA. Semua foto dan ceritanya adalah cerita palsu.
Aneh ya, padahal saya berteman dengan banyak kalangan dan ga pernah membedakan seseorang dengan status sosialnya. Saya jadi teringat teman saya yang lain, perempuan yang selulus SMA langsung bekerja ketika hampir semua temanya kuliah. Toh dia cerita apa adanya. Ada juga teman saya yang selulus SD langsung jualan gorengan sampai sekarang, kami masih bisa berkomunikasi dan bergurau sebagai teman yang baik. Tanpa pembeda antara saya sarjana dan dia bukan. Meski memang di beberapa kesempatan dia agak minder kalau kebetulan kami teman-teman SD nya yang sama-sama kuliah kemudian agak khilafbergurau tentang topik politik dalam negri. Tapi kami kemudian bernostalgia lagi, dengan bahasan yang bisa sama-sama dimengerti.
Ada banyak orang yang berusaha berpura-pura agar dapat dihargai dan dihormati. Padahal sebagai manusia yang punya nurani, kita masih bisa saling menghormati siapapun kamu, siapapun saya dan siapapun dia. Tentu bukan salah Zaskia untuk mencari dan berharap menemukan seseorang dengan prestasi luar biasa. Semua orang ingin seperti itu. Tapi apakah harus berbohong? entah lah. Bagi saya pribadi, lebih baik terlihat kumuh, ga menarik asal memang itulah saya, daripada menjadi orang yang dikenal pintar dan gemerlap tapi semuanya hanya tipu-tipu
#ThinkAgain
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com