by: http://birokrasi.kompasiana.com/2013/09/03/iklan-basa-basi-dan-pencitraan-para-capres-589335.html
Beberapa bulan terakhir, di berbagai media TV kita tentu melihat, semakin banyak iklan politik tentang capres dari berbagai parpol yang sudah “declare” capresnya. Golkar bulat dengan capres Aburizal Bakrie (ARB), Gerindra tegas mencalonkan Prabowo Subijanto, mantan Danjen Kopasus, Hanura pun yakin dan mengusung Wiranto, mantan Pangab berduet dengan Haritanoe bos MNC Grup. Di antara tiga parpol yang sudah mendeklarasikan capres, baru Hanura dengan percaya diri menggaet Haritanoe sebagi cawapres mendampingi Wiranto. Tidak dipungkiri rasa percaya diri muncul karena Haritanoe yang juga mantan petinggi Nasdem itu merupakan pemilik dari grup media besar, yang tentunya akan menjadi modal kuat untuk memenangi Pilpres mendatang.
Golkar telah bulat mengusung ARB sebagai capres namun, siapa pasangan cawapresnya, masih menjadi tanda tanya besar, dan dugaan kuat posisi ini menjadi posisi tawar menawar dalam “koalisi” nanti. Jika demikian halnya, penulis yakin Golkar belum pede bisa menang pemilu, apalagi hasil survei capresnya, tidak memuaskan bahkan di kalangan elite Golkar sendiri. Prabowo yang diusung oleh Gerindra sejauh ini masih menjadi capres dengan elektabilitas tertinggi dibanding “capres” lain yang sudah deklarasi. Tentu hal itu akan berubah bila nama Jokowi disertakan dalam penilaian, maka Prabowo menempati runner up. Namun Jokowi belumlah “resmi” mendeklarasikan sebagai capres.
Menarik memang, mencermati iklan pengenalan figur para capres yang saat ini berseliweran di berbagai media teruatama televisi yang hampir dimiliki oleh semua “rumah” di Indonesia. Dalam sehari iklan para capres tersebut bisa berkali-kali, bahkan belasan hingga puluhan kali. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah masyarakat sudah mengenalnya dengan baik? Apakah masyarakat bisa menerima dengan lapang apa yang diiklankan tersebut? Itu pertanyaan besar yang sudah harus bisa dijawab oleh masing masing parpol pengusung. Ramuan, model dan seperti apa tepat tentang content iklan saya yakin sudah dipilih oleh masing Timses capres, namun “kebebalan” masyarakat dalam menerima dan memahami bahwa dialah capres yang layak dipilih belumlah terjadi di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari hasil berbagai rilis survei elektabilitas capres yang dikeluarkan oleh berbagai institusi.
Tentunya “kebebalan” masyarakat untuk menerima dan memilih capres, disebabkan oleh historis yang ada. Semua capres yang “declared” adalah pemimpin parpol. Bila boleh penulis sebutkan parpol adalah sebuah kelompok atau grup atau organisasai dengan visi dan misi yang sama. Lebih mudah memimpin parpol karena adanya sebuah struktur dan persyaratan. Sehingga pemimpin parpol bukan pemimpin yang majemuk, sehingga penulis menyebutnya dengan pemimpin yang tidak nyata. Yang menjadi pemimpin adalah mereka para kader yang menjadi pimpinan daerah, karena di sanalah dia menjadi “pemimpin” yang sesungguhnya dengan berbagai kemajemukannya. Sehingga tingkat kesulitannya sangat berbeda, dan pasti lebih sulit dan kompleks menjadi pimpinan daerah.
Oleh karena seorang impinan daerah yang berhasil, pasti akan dicintai oleh rakyatnya, rakyat pasti kenal dan dengat dengannya. Fenomena itu saat ini mulai banyak terjadi di berbagai daerah di Tanah Air. DKI Jakarta contohnya, keberhasilan Jokowi mengatasi berbagai masalah real yang ada seperti PKL, Waduk Pluit, birokrasi yang korup, nampaknya menjadi daya pikat masyarakat tidak hanya di Jakarta. Tindakan dan kepempimpinan yang NYATA tersebut seolah sudah meluluhlantakan konten pencitraan para capres melalui iklan-iklannya di televisi. So, masyarakat memang perlu pemimpin REAL yang NYATA bekerja bukan untuk partai ataupun kelompoknya namun untuk kebaikan dan kesejahteraan warganya.
Salam
Beberapa bulan terakhir, di berbagai media TV kita tentu melihat, semakin banyak iklan politik tentang capres dari berbagai parpol yang sudah “declare” capresnya. Golkar bulat dengan capres Aburizal Bakrie (ARB), Gerindra tegas mencalonkan Prabowo Subijanto, mantan Danjen Kopasus, Hanura pun yakin dan mengusung Wiranto, mantan Pangab berduet dengan Haritanoe bos MNC Grup. Di antara tiga parpol yang sudah mendeklarasikan capres, baru Hanura dengan percaya diri menggaet Haritanoe sebagi cawapres mendampingi Wiranto. Tidak dipungkiri rasa percaya diri muncul karena Haritanoe yang juga mantan petinggi Nasdem itu merupakan pemilik dari grup media besar, yang tentunya akan menjadi modal kuat untuk memenangi Pilpres mendatang.
Golkar telah bulat mengusung ARB sebagai capres namun, siapa pasangan cawapresnya, masih menjadi tanda tanya besar, dan dugaan kuat posisi ini menjadi posisi tawar menawar dalam “koalisi” nanti. Jika demikian halnya, penulis yakin Golkar belum pede bisa menang pemilu, apalagi hasil survei capresnya, tidak memuaskan bahkan di kalangan elite Golkar sendiri. Prabowo yang diusung oleh Gerindra sejauh ini masih menjadi capres dengan elektabilitas tertinggi dibanding “capres” lain yang sudah deklarasi. Tentu hal itu akan berubah bila nama Jokowi disertakan dalam penilaian, maka Prabowo menempati runner up. Namun Jokowi belumlah “resmi” mendeklarasikan sebagai capres.
Menarik memang, mencermati iklan pengenalan figur para capres yang saat ini berseliweran di berbagai media teruatama televisi yang hampir dimiliki oleh semua “rumah” di Indonesia. Dalam sehari iklan para capres tersebut bisa berkali-kali, bahkan belasan hingga puluhan kali. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah masyarakat sudah mengenalnya dengan baik? Apakah masyarakat bisa menerima dengan lapang apa yang diiklankan tersebut? Itu pertanyaan besar yang sudah harus bisa dijawab oleh masing masing parpol pengusung. Ramuan, model dan seperti apa tepat tentang content iklan saya yakin sudah dipilih oleh masing Timses capres, namun “kebebalan” masyarakat dalam menerima dan memahami bahwa dialah capres yang layak dipilih belumlah terjadi di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari hasil berbagai rilis survei elektabilitas capres yang dikeluarkan oleh berbagai institusi.
Tentunya “kebebalan” masyarakat untuk menerima dan memilih capres, disebabkan oleh historis yang ada. Semua capres yang “declared” adalah pemimpin parpol. Bila boleh penulis sebutkan parpol adalah sebuah kelompok atau grup atau organisasai dengan visi dan misi yang sama. Lebih mudah memimpin parpol karena adanya sebuah struktur dan persyaratan. Sehingga pemimpin parpol bukan pemimpin yang majemuk, sehingga penulis menyebutnya dengan pemimpin yang tidak nyata. Yang menjadi pemimpin adalah mereka para kader yang menjadi pimpinan daerah, karena di sanalah dia menjadi “pemimpin” yang sesungguhnya dengan berbagai kemajemukannya. Sehingga tingkat kesulitannya sangat berbeda, dan pasti lebih sulit dan kompleks menjadi pimpinan daerah.
Oleh karena seorang impinan daerah yang berhasil, pasti akan dicintai oleh rakyatnya, rakyat pasti kenal dan dengat dengannya. Fenomena itu saat ini mulai banyak terjadi di berbagai daerah di Tanah Air. DKI Jakarta contohnya, keberhasilan Jokowi mengatasi berbagai masalah real yang ada seperti PKL, Waduk Pluit, birokrasi yang korup, nampaknya menjadi daya pikat masyarakat tidak hanya di Jakarta. Tindakan dan kepempimpinan yang NYATA tersebut seolah sudah meluluhlantakan konten pencitraan para capres melalui iklan-iklannya di televisi. So, masyarakat memang perlu pemimpin REAL yang NYATA bekerja bukan untuk partai ataupun kelompoknya namun untuk kebaikan dan kesejahteraan warganya.
Salam
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com