by: http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/07/13/olga-sebelum-kualat-ingatlah-nasib-tessy-srimulat-471042.html
Sejarah berulang. Iya. Tidak hanya di politik. Pun hiburan sama saja. Olga harusnya menyadari yang begini ini. Menyamakan Olga dengan Tessy Srimulat, bukan semata melambai-nya itu, tapi kejadian berulang nyaris sama.
Olga harus tahu itu. Tessy Srimulat siapa bakal menyangka bisa terjungkal di dunia hiburan, begitu ada aturan ‘dari pihak yang berwenang di industri pertelevisian’ tidak boleh ada lelaki yang berdandan ala wanita, bertingkah kewanita-wanitaan, kebanci-bancian.
Kemasyuran Tessy Srimulat langsung rontok. Padahal siapa yang berani membayangkan nasibnya sedemikian telengas begitu. Apalagi setelah Ketoprak Humor, tidak memakai Tessy lagi. Lha, iya, iya… apa lucunya Tessy kalau tidak berakting jadi cewek; dengan sok judes bilang; BENCI AKU. Atawa dengan tanpa sengaja, padahal disengaja, menggelundungkan konde lalu memperlihatkan rambutnya yang tipis pis, dan penonton menjadi tertawa karenanya.
Sama seperti Olga sekarang ini. Tessy juga sering disemprit karena kelakuannya memancing tawa dengan tindakan berlebihan, saat satu panggung dengan bintang tamu cewek di ketoprak humor atau acara lainnya di TV.
Tiba-tiba memeluk, pura-pura menubruk tubuh bintang tamu cewek, alasannya didorong Timbul, misalnya, padahal Timbul tidak mendorong. Bintang Tamu memekik, karena kalau Tessy makin dibiarkan, bisa kepala atau tangan menyentuh bagian sensitif wanita. Ini menjadi ironis. Bagaimana mungkin, pelawak memerankan tokoh wanita, justru melecehkan wanita.
Olga, sebelum kualat, harus berkaca dari Tessy Srimulat. Tak ada yang bisa menghentikan Olga, wong dianya ini lagi laris-larisnya, pemancing Rating, dan pokoknya dijamin acara laris… disemprit mau sejuta kali sama KPI sekalipun.
Yang menghentikan Olga adalah sensitifitas masyarakat mayoritas Indonesia. Umat Muslim. Ya, ucapan melecehkan assalamualaikum itu. Bahkan sekalipun Olga mewek mewek minta maaf, kalau Olga dilarang tampil di televisi banyak anak yatim piatu terlantarkan, tidak bakal mempengaruhi.
Yang membedakan antara Tessy dan Olga ya, begini ini. Olga kalau diberi peringatan keras, apalagi larangan tampil, lantas di jumpa pers akan mewek-mewek, tapi Tessy Srimulat tidak. Tessy tidak bisa membela diri dengan menghiba-hiba; jangan larang akyu, akyu memelihara anak Yatim Piatuuuuu…..
Sejarah berulang. Iya. Tidak hanya di politik. Pun hiburan sama saja. Olga harusnya menyadari yang begini ini. Menyamakan Olga dengan Tessy Srimulat, bukan semata melambai-nya itu, tapi kejadian berulang nyaris sama.
Olga harus tahu itu. Tessy Srimulat siapa bakal menyangka bisa terjungkal di dunia hiburan, begitu ada aturan ‘dari pihak yang berwenang di industri pertelevisian’ tidak boleh ada lelaki yang berdandan ala wanita, bertingkah kewanita-wanitaan, kebanci-bancian.
Kemasyuran Tessy Srimulat langsung rontok. Padahal siapa yang berani membayangkan nasibnya sedemikian telengas begitu. Apalagi setelah Ketoprak Humor, tidak memakai Tessy lagi. Lha, iya, iya… apa lucunya Tessy kalau tidak berakting jadi cewek; dengan sok judes bilang; BENCI AKU. Atawa dengan tanpa sengaja, padahal disengaja, menggelundungkan konde lalu memperlihatkan rambutnya yang tipis pis, dan penonton menjadi tertawa karenanya.
Sama seperti Olga sekarang ini. Tessy juga sering disemprit karena kelakuannya memancing tawa dengan tindakan berlebihan, saat satu panggung dengan bintang tamu cewek di ketoprak humor atau acara lainnya di TV.
Tiba-tiba memeluk, pura-pura menubruk tubuh bintang tamu cewek, alasannya didorong Timbul, misalnya, padahal Timbul tidak mendorong. Bintang Tamu memekik, karena kalau Tessy makin dibiarkan, bisa kepala atau tangan menyentuh bagian sensitif wanita. Ini menjadi ironis. Bagaimana mungkin, pelawak memerankan tokoh wanita, justru melecehkan wanita.
Olga, sebelum kualat, harus berkaca dari Tessy Srimulat. Tak ada yang bisa menghentikan Olga, wong dianya ini lagi laris-larisnya, pemancing Rating, dan pokoknya dijamin acara laris… disemprit mau sejuta kali sama KPI sekalipun.
Yang menghentikan Olga adalah sensitifitas masyarakat mayoritas Indonesia. Umat Muslim. Ya, ucapan melecehkan assalamualaikum itu. Bahkan sekalipun Olga mewek mewek minta maaf, kalau Olga dilarang tampil di televisi banyak anak yatim piatu terlantarkan, tidak bakal mempengaruhi.
Yang membedakan antara Tessy dan Olga ya, begini ini. Olga kalau diberi peringatan keras, apalagi larangan tampil, lantas di jumpa pers akan mewek-mewek, tapi Tessy Srimulat tidak. Tessy tidak bisa membela diri dengan menghiba-hiba; jangan larang akyu, akyu memelihara anak Yatim Piatuuuuu…..
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com