by: http://hankam.kompasiana.com/2013/09/08/serangan-ke-suriah-antara-gengsi-dan-khawatir-589786.html
Obama dengan tegas menyatakan, apabila Assad melanggar peringatan tersebut, maka akan ada langkah yang berupa sebuah konsekwensi signifikan. Seruan Obama tersebut menanggapi apa yang dikatakan juru bicara Kemlu Suriah, Jihad Makdissi dalam konperensi persnya (27/7/2012), yang menegaskan Suriah akan menyebarkan senjata kimia dalam setiap terjadinya intervensi asing. Ancaman tersebut nampaknya merupakan upaya detterent Suriah dalam menghadapi kemungkinan terburuk terhadap kemungkinan serangan dari Amerika dan sekutu. Makdissi menyatakan bahwa Suriah tidak akan pernah menggunakan senjata tersebut terhadap warga negaranya sendiri.
Isu adanya penggunaan senjata kimia yang konon mengakibatkan jatuhnya sekitar 1400 korban diantaranya anak-anak di dekat kota Damaskus kini menjadi pemicu semangat pemerintahan sipil di AS untuk ikut langsung terlibat.
Peluru Kendali Tangguh, Tomahawk AS (foto : fallingpixel.com)
Menarik yang disampaikan mantan Komandan US Army War College, Major General (Ret) Robert H. Scales, menuliskan di Washington Post bahwa bahasa tubuh Jenderal Martin Dempsey, Chairman of the Joint Chiefs of Staff, tidak menginginkan perang tersebut. Menurutnya, sikap tenang dan lebih berdiam diri Dempsey berbeda dengan gemuruhnya suara dan gaya dari Menlu John Kerry saat rapat dengar pendapat dengan Komite Hubungan Luar Negeri Senat Selasa lalu.
Scales menyatakan bahwa kini tidak ada satupun staf Gedung Putih yang memahami dan memiliki pengalaman perang. Dikatakannya konflik di Suriah bukan ancaman sistemik bagi keamanan bangsa Amerika. Menurutnya Suriah bukan Libya atau Serbia. Israel telah belajar dari Suriah pada tahun 1973, kesimpulannya, Suriah adalah pembunuh yang tangguh dan kejam dan tidak pernah merugi.
Militer AS akan tetap setia dan tetap mematuhi kewenangan konstitusional sipil. Tetapi kalangan militer membenci kebijakan sipil yang menginginkan mereka pergi berperang. Menurutnya, Presiden AS yang berasal dari militer dan yang dihormati, Jenderal Dwight Eisenhower, memiliki keberanian mengatakan tidak AS terlibat perang paling tidak delapan kali selama masa kepresidenannya. Diantaranya, ia mengakhiri Perang Korea dan menolak untuk membantu Perancis di Indo China, dia juga mengatakan tidak terlibat perang saat Inggris dan Perancis menuntut partisipasi AS dalam konflik terusan Suez. Kita semua tahu apa yang terjadi setelah para penggantinya mengabaikan nasihat Eisenhower. “Generasi saya harus pergi berperang,” kata Scales.
Kini dalam KTT G-20, Presiden Obama sedang berusaha menggalang dukungan dari negara-negara Uni Eropa. Mayoritas negara anggota G20 menyatakan tidak sepakat atas rencana aksi militer ke Suriah. Baru Prancis yang menyatakan kesediaannya ikut serta dalam aksi militer AS di Suriah. Sedangkan Inggris yang merupakan sekutu dekat AS, menyatakan kemungkinan tidak akan ikut bergabung karena parlemen menolak aksi militer tersebut.
Korban Jiwa Pasukan AS dalam Beberapa Perang
Sebagai negara adidaya, dan tetap menginginkan perannya sebagai negara pengatur dunia, Amerika Serikat telah banyak terlibat dalam beberapa konflik di belahan dunia. Dari sejarah keterlibatan, jatuhnya korban mencapai puluhan ribu nyawa pasukannya. Dalam perang Kosovo (Serbia) yang berlangsung antara 28 Februari 1998 hingga 11 Juni 1999, pasukan AS yang bergabung dengan NATO melawan militer Republik Federal Yugoslavia, Kosovo Liberation Army dan Militer Republik Kosovo yang didukung Albania dan Kroasia. Memang tidak ada korban jatuh dari pihak AS, hanya Amerika kehilangan 12 pesawat tempur dan 47 pesawat intainya jatuh.
Dalam perang di Afghanistan sejak tahun 2011 hingga kini, dimana AS didukung oleh sembilan negara dalam operasi dengan sandi Enduring Freedom, melawan lima kekuatan (insurgent group) diantaranya Taliban, Al-Qaeda dan Haqani. Korban meninggal di pihak koalisi mencapai 3.275 orang (AS 2.173 jiwa). Rakyat sipil yang terbunuh berjumlah 16.725-19.725 (2001-2013).
Dalam invasinya ke Irak, dimana perang berlangsung selama 8 tahun dan delapan bulan lebih (20 Maret 2003-15 Desember 2011), pasukan multi nasional dari sepuluh negara dibawah pimpinan AS melawan militer Irak. AS melibatkan 112.000 orang dari total 176.000 pasukan gabungan. Dalam perang Irak, korban meninggal tercatat 4.805 jiwa (AS, 4.487 jiwa). Korban luka-luka pasukan koalisi berjumlah 32.753 plus, pasukan AS 32.226 orang. Pihak Irak meninggal 16.623 jiwa, luka-luka 40.000 lebih.
Suriah Berbeda dengan Libya
Pendapat dari Major Jenderal (Ret) Robert H. Scales dapat dikatakan agak mewakili suara realistis kelompok militer yang kini mulai enggan terlibat dengan perang yang tanpa alasan prinsip. Rakyat AS nampaknya mulai jenuh dengan keterlibatan pasukan AS dalam konflik di negara lain yang telah menelan korban jiwa ribuan anggota pasukan. Banyak keluarga Amerika yang masih meratapi kepergian anggota keluarganya. Mereka baru akan bersatu pendapat apabila ada ancaman sistemik langsung terhadap keamanan bangsa Amerika Serikat. Sebagai contoh adalah peristiwa 911, dimana menera kembar WTC diruntuhkan oleh serangan teroris.
Dilain sisi, nampak rasa khawatir rakyat dan militer AS dalam menghadapi Suriah yang memiliki senjata kimia dan biologi. Sebagian besar diketahui telah aktif sejak tahun 1980-an. Sebuah laporan yang dipersiapkan untuk Kongres tahun 2013 oleh Director of National Intelligence, menyimpulkan bahwa Suriah memiliki sebuah “program senjata biologi yang sudah berlangsung lama.” Termasuk koleksi bakteri dan virus yang mematikan serta peralatan modern penyerang yang diperlukan untuk melakukan serangan. Disebutkan juga, ”bahwa bagian-bagian itu mungkin telah lebih maju melampaui tahap penelitian dan pengembangan, dan mungkin mampu diproduksi walau masih terbatas jumlahnya menjadi senjata-senjata pembunuh yang mematikan.”
Amerika perlu menghitung kemampuan pertahanan udara Suriah yang terintegrasi. Dalam operasi di Libya, sekutu mampu memporak porandakan sistem hanud Libya, dan kemudian AU koalisi mampu menguasai dan mengontrol udara Libya, menyatakan zona larangan terbang. Militer Libya khususnya kekuatan darat dihancurkan oleh kekuatan udara Sekutu, sehingga pemberontak mampu menguasai Tripoli. Kondisi militer Libya sangat berbeda dengan Suriah, justru sebagian besar rudal Libya ditangani oleh tehnisi Suriah. Nampaknya Suriah akan mampu bertahan terutama dengan kepemilikan hanud aktif, rudal penyerang (Yankhots) serta pasukan darat elit yang setia kepada pemerintah. Suriah bahkan mampu mengancam alutsista militer AS dan negara sekutu lainnya yang terlibat.
Selain itu Rakyat AS jelas menghitung, konflik AS-Suriah berpotensi dapat meluas, melibatkan Iran dan Rusia walau tidak secara langsung, belum lagi adanya pasukan Hizbullah Lebanon yang pro Suriah. Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehqan menyampaikan, Iran berjanji akan terus mendukung Suriah dalam menghadapi kemungkinan serangan militer Amerika Serikat dan sekutu, seperti yang diberitakan media setempat dan dilansir kantor berita AFP, Kamis (5/9/2013). Bentuk dukungan belum secara ekplisit dinyatakan, hanya ditegaskan hingga akhir.
Kesimpulan
Telah terjadi perbedaan pendapat dikalangan rakyat Amerika Serikat dalam memutuskan dilaksanakan atau tidaknya serangan militer AS ke Suriah. Walaupun Pemerintah dibawah Presiden Obama menyatakan serangan lebih bersifat terbatas, dalam wilayah terbatas, sebuah pemandulan senjata ofensif kimia bukanlah hal yang sederhana. Apabila pusat senjata kimia Suriah diserang, ada kemungkinan Suriah justru akan balik menyerang dengan senjata kimianya, termasuk mengancam Yordania. Dalam teori perang, menyerang adalah salah satu bagian dari upaya bertahan. Kini tidak jelas berapa jumlah Scud yang telah diisi dengan senjata kimia.
Pertentangan pendapat hanya berkisar di dua sisi, gengsi Amerika Serikat karena Presiden Obama pernah mengancam akan menyerang apabila senjata kimia digunakan rezim Assad. Ini yang akan dibuktikannya. Dilain sisi, senjata kimia dan biologi menjadi momok dan akan merupakan ancaman serius yang sangat berbahaya bagi rakyat Suriah, sekutu AS dan negara tetangga Suriah. Militer Suriah sudah terlatih dalam konflik tiga tahun dalam perang saudara yang brutal. Mereka dapat disebut sebagai raja tega karena korban sudah diatas 100.000 jiwa.
Perang selanjutnya apabila terjadi nampaknya hanya akan melibatkan serangan rudal Tomahawk, Patriot, pesawat UAV, dan pesawat tempur (AS dan sekutu), Rudal Yankhot dan Scud (Suriah). Teknologi perang AS jelas jauh lebih unggul, tetapi arsenal Suriah penuh dengan peluru kendali jarak menengah. Secara mental militer AS belum tentu lebih siap dari militer Suriah. Sedikit saja terdapat ketidak cermatan pasukan sekutu, akibatnya akan fatal. Korban bisa jatuh dikalangan rakyat sipil Suriah atau bahkan akan memakan korban alutsista AS. Rudal Yankhot yang juga dimiliki TNI AL, dalam uji cobanya diketahui hanya dengan satu peluncuran mampu menenggelamkan kapal sejenis LST hanya dalam waktu 8 menit pada jarak 182 km.
Pemerintah Suriah termasuk keras dan nekat, militernya tega membunuh rakyatnya sendiri. Kemungkinan AS akan menyerang Suriah pada minggu kedua bulan ini, serangan modusnya sama dengan saat penyerangan Irak, dilakukan pada malam hari, mengandalkan unsur pendadakan. Penggempuran dengan rudal Tomahawk dengan sasaran kekuatan udara dan Hanud Libya. Setelah AU dan Hanud Aktifnya hancur, AS dan sekutu akan menyerang sasaran penting lainnya dengan pesawat tempur yang diterbangkan dari kapal induk.
Apa yang terbaik? Yang terbaik, Amerika Serikat membatalkan rencana serangan. Penghancuran Suriah tidak akan langsung menyelesaikan konflik yang terjadi, hanya menambah penderitaan rakyat Suriah. Yang didapat hanyalah sebuah gengsi, dan nasib Obama pada saatnya nanti tidak akan jauh berbeda dengan Bush, dicerca masyarakat dunia dan tidak disukai rakyatnya.
Oleh : Prayitno Ramelan, Air Vice Marshal (Ret). www.ramalanintelijen.net
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com