Ini
bukan kisah fiksi. Bukan pula karangan cerita yang penuh retorika. Ini
kisah nyata yang terjadi tak jauh dari lingkungan tempat tinggal saya.
Akhir pekan lalu pertama kali saya mendengar beritanya. Kisah tragis dan
memilukan yang terjadi pada seorang gadis remaja yang masih berstatus
pelajar SMK.
Rizta Fransiska (17), seorang remaja yang
tercatat sebagai salah satu siswi di sebuah SMK Negeri di Ponorogo. Di
lingkungan sekolahnya, gadis ini dikenal sebagai pelajar berprestasi dan
memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata. Tahun lalu gadis ini
juga tercatat sebagai salah satu juara Olimpiade Bahasa Inggris tingkat
nasional.
Namun, kisah hidup gadis ini ternyata tak
seindah prestasinya di sekolah. Bahkan bisa disebut memilukan. Jumat
malam lalu (12/7), anak ini ditemukan meninggal dengan kondisi
mengenaskan. Seorang pengendara motor yang kebetulan sedang menepi yang
pertama kali menemukannya. Mayatnya ditemukan di sebuah selokan di
pinggir jalan provinsi yang menghubungkan Ponorogo-Wonogiri-Solo.
Jasad gadis itu ditemukan dalam kondisi
tertelungkup di parit. Badannya ditindih sebuah batu besar, sehingga
cukup menyulitkan untuk dievakuasi. Setelah evakuasi dan dilakukan
visum, ditemukan banyak luka tusuk ditubuhnya. Ada sekitar 7 luka tusuk
di perut dan leher korban. Dan satu lagi, dari visum juga diketahui
ternyata gadis ini dalam kondisi hamil 7 bulan. Sungguh mengenaskan,
seorang siswi dalam kondisi hamil dan dibunuh dengan sadis.
Hingga kini pelaku pembunuhan biadab itu
belum terungkap. Namun polisi sudah mendalami dan meminta keterangan
keluarga hingga teman-teman korban. Kabar terakhir menyebutkan,
kemungkinan pelaku pembunuhan itu merupakan teman dekat/pacar korban.
Dan pelakunya pun diperkirakan tidak sendiri.
Pertama kali mendengar berita ini sayapun
cukup terperanjat. Terlebih lagi hal ini terjadi di dunia remaja. Remaja
yang seharusnya disibukkan dengan dunia pendidikan, kini justru banyak
yang terjebak dalam dunia artis. Bukan artis dalam arti sebenarnya,
melainkan artis yang banyak mengisi acara-acara kriminal di televisi.
Mulai dari tawuran, kekerasan, hingga pembunuhan.
Tak ayal berita ini membuat geger warga
sekitar. Tak terkecuali warga sekitar tempat tinggal saya yang berjarak
beberapa kilometer saja dari lokasi. Akhir pekan lalu saya yang sedang
liburan di rumah pun merasakannya. Berita ini menjadi topik yang banyak
dibicarakan.
Para orang tua yang memiliki anak gadis
semakin khawatir dengan pergaulan anaknya. Beragam nasehat, petuah
hingga pesan-pesan moral diberikan pada anak-anak mereka. Begitulah yang
sering terjadi, terkadang masyarakat baru sadar akan gentingnya masalah
pergaulan anaknya setelah diingatkan melalui kejadian seperti ini.
Ironi sebenarnya.
Sebuah Pergeseran Standar Norma
Sekitar 5 tahun lalu saya masih duduk di
bangku SMA. Ketika itu, saya akui pergaulan di kalangan remaja juga
sudah cukup bebas. Bebas dalam arti, tak ada lagi sungkan dan malu dalam
interaksi antar lawan jenis. Ketika membawa anak orang untuk dibawa
keluyuran bermalam minggu, justru hal itu dianggap suatu kebanggaan.
Di sanalah masalah bermula. Itu yang terjadi 5
tahun lalu. Dan jika melihat kondisi sekarang, saya meyakini hal ini
justru semakin parah.
Mungkin kini kita dapat mengatakan jika jaman
sudah berubah. Teknologi telah berkembang demikian pesatnya. Begitu
pula dengan perilaku remajanya. Perilaku remaja kita yang telah jauh
berbeda dari standar orang tua dahulu dianggap sebagai suatu kewajaran.
“Itu sudah biasa dan wajar, namanya juga anak muda”. Demikianlah yang
kerap diucapkan masyarakat.
Namun harus saya katakan, kata-kata itulah
sumber masalah ini. Kata-kata WAJAR dan BIASA lah yang membuat kita
terlena. Seolah yang biasa dan wajar itu sudah benar dan tak perlu
dikhawatirkan.
Saya meyakini kasus di atas juga diawali dari
hal tersebut. Menganggap wajar dan biasa sebuah hubungan yang sering
disebut pacaran. Dari kebiasaan itulah muncul kedekatan dua insan yang
belum seharusnya. Dari sekedar saling perhatian hingga terjadi kehamilan
yang tidak diinginkan.
Dari kehamilan yang tidak diinginkan tentu
muncul kelahiran yang tak diinginkan pula. Bagi anak-anak usia sekolah
yang masih labil hal itu tentu jadi masalah besar. Masalah yang bisa
membutakan hati dan logika mereka. Hingga menganggap jalan pintas
menghilangkan nyawa sebagai sebuah penyelesai masalah.
Dan setelah melihat semua ini, Apakah kita
harus menunggu korban-korban berikutnya untuk menjadi sadar? Ini masalah
serius pada remaja kita. Dan tugas kita bersama untuk membenahinya.
Jika sekarang saja sudah begini, saya tak berani membayangkan bagaimana
kondisi ini sepuluh tahun lagi…
by: http://regional.kompasiana.com/2013/07/16/hamil-7-bulan-dibunuh-dan-dibuang-ke-selokan-kisah-tragis-seorang-gadis-574207.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com