Sudah hampir 2 tahun lamanya BlackBerry merajai pasar Indonesia khususnya Jakarta dengan fungsi BBM-nya, sampai saat ini saya masih melihat orang yang berBB setiap saat di transportasi umum, kantor, mall dan banyak tempat lainnya. Blackberry juga masih menjadi impian pasar ekonomi kecil seperti tukang ojek, pedagang makanan sampai pembantu rumah tangga, mereka yang tidak terlalu mengerti akan adanya biaya rutinan yang akan ada akibat punya BB hanya melihat bahwa BB itu teknologi yang OK.
Beberapa teman sudah mulai mengeluhkan keberadaan BB mereka yang membuat mereka selalu bisa di ‘akses’ oleh atasan untuk melakukan follow up ini, upload itu, cek status ini dan kirim laporan itu. BBM yang tidak mengenal ‘barrier’ itu menjadi pesan yang selalu dalam status follow up dan seolah-olah menjadi list item to do yang tidak bisa di reject. Keadaan dilematis ini gimana juga tidak membuat mereka lantas melepas BB mereka dan meninggalkannya begitu saja, tentu saja orang yang tidak pernah tersentuk BB tidak perlu merasakan hal seperti ini.
Kepiawaian BB untuk menghubungkan orang lain dengan BBM ini tidak selalu juga dianggap buruk oleh sebagian orang lainnya, masih banyak sekali orang yang menikmati fungsi ini dan terus menerus BBM tanpa pernah berhenti dan seperti tidak ada jeda. Saya sangat tidak mengerti bagaimana orang-orang ini bisa terus-terusan chatting dengan bahan yang tidak habis-habis, walaupun mungkin dilakukan dengan orang yang berbeda dan topiknya mungkin berbeda saya tetap tidak mengerti akan sebuah kebutuhan seseorang ‘berkomunikasi’ terus tanpa henti setiap saat menggunakan BBM ini.
Seorang kenalan saya ibu rumah tangga membiarkan anaknya setiap hari diasuh oleh susternya dan ber BBM sepanjang hari tanpa henti, padahal kegiatannya ber-BBM bukan jualan seperti yang dilakukan beberapa orang lain. Jadi kegiatan BBM-nya itu konsumtif, lalu apa aja yah yang dibicarakan lewat BBM itu sepanjang hari, setiap hari, berulang selama senin sampai senin lagi? saya tidak mengerti.
Mungkin karena saya tipikal manusia yang lebih menyukai perbincangan yang berbobot dan mengisi waktu-waktu luang saya dengan suatu hal yang lebih berkualitas seperti membaca buku, memasak, cari resep, baca tulisan di internet atau berpikir dan berdialog akan sebuah ide yang diperoleh dari perenungan sesuatu tentu saja bukan berarti orang yang berBBM seolah-olah tidak berbobot dan tidak berkualitas yah…. pada kenyataannya ada orang yang menggunakan BB justru untuk mencari uang tambahan dan untuk hal seperti ini saya justru salut dan angkat jempol untuk mereka namun sulit bagi saya memahami kebutuhan seseorang untuk bercerita dan mendengar cerita orang lain terus menerus via BBM ( fungsi yang sama seperti YM atau gtalk yang nyala 24/7 kan? ) tanpa arah yang jelas, rasanya sulit sekali memastikan apa yang dibahas tidak melenceng menjadi pembahasan gosip atau hal-hal yang tidak penting.
Saya juga melihat teman sekantor yang berBB sangat jarang menengok BB-nya, BB dia sangat jarang berbunyi dan menurut pengakuannya memang manfaat BB ini terasa sekali untuk menjaga komunikasi tetap tercapai pada orang yang dimaksud dan untuk urusan kerjaan sangat membantu. Aku sendiri setelah sekian lama bertahan dengan handphone ‘jadul’ kesayanganku yang akhirnya hilang digondol maling aku terpaksa menyerah dengan teknologi. Pilihanku tidak jatuh ke BB tapi ke SmartPhone besutan Android, namun setelah 1 bulan menggunakannya aku mulai tergelitik untuk menghidupkan teknologi yang dimiliki oleh si SmartPhone ini dan ‘gatal’ untuk terus cek email, cari aplikasi baru sampai bosan. Setelah dipelajari lalu ternyata tidak berguna akhirnya di uninstall lalu cari lagi dan lagi dan lagi, ujung-ujungnya sekarang lagi kepikir untuk ‘menghidupkan’ si account FB atau ikut-ikutan ‘tweet’ secara aplikasinya di si Android itu udah attach n nempel nicely gitu. Tapi godaan ini masih sanggup aku lawan n FB-ku masih ‘mati suri’ disana……..
Akhirnya aku mulai tersudut ke paradigma teknologi yang membuat kita semakin exists di jagad maya menghadirkan eksistensi kita dalam position, location, latitude dll hingga akhirnya keputusan finalnya ditanganku adalah menentukan “teknologi yang mengendalikan anda atau anda yang mengendalikan teknologi”
by: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/08/24/blackberry-masihkah-penting-486507.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com