by: http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/03/perasaan-seorang-pelacur-597892.html
Banyak cerita klise yang dilontarkan orang tentang aku. Kata orang, aku
adalah primadona yang menjadi idola banyak lelaki pada tempat pelesiran
diujung kota Jakarta. Ada yang mengatakan bahwa menjadi pelacur adalah
pilihanku sendiri karena disangkanya aku ingin hidup mewah dengan cepat.
Dan ada pula yang berpendapat, bahwa aku melakukan itu karena
keterpaksaan. Padahal, sesungguhnya banyak orang yang tidak mengerti
seandainya mereka menjadi aku.
Aku
lahir dari sebuah perkawinan antara kebodohan dengan kemiskinan pada
sebuah dusun kecil di sudut pulau Jawa. Kebodohan dan kemiskinan adalah
kembar identik yang saling menguatkan. Menjadikan seseorang tidak bisa
lagi membedakan yang mana sikap pasrah dengan kebebasan menentukan
pilihan. Aku lahir dari rahim kerontangnya budi pekerti akibat dari
kedunguan dan kemelaratan yang melingkupi kehidupanku.
Itu semua telah menjadikan pandangan hidupku menjadi bersahaja. Bahwa kehidupan manusia itu sudah ada yang mengatur. Kita hanya nrimo ing pandum.
Aku hanya menerima saja kodratku sebagai perempuan. Walaupun itu
bukanlah seorang perempuan dalam arti yang paling sederhana. Perempuan
yang merasa tidak utuh tanpa kehadiran seorang lelaki didalam
kehidupanku.
Di
Jakarta, aku menjalani garis tanganku sebagai pemangku hasrat
kelelakian. Hasrat banyak lelaki. Bukan hanya seorang laki-laki seperti
yang kuakui sebagai bagian dari kebenaran. Seringkali aku bertanya-tanya
dalam hati, kenapa aku harus menjadi pelacur. Kenapa aku harus menjadi
air bagi panasnya api kelelakian. Sehingga aku mengalami kesulitan untuk
menegakkan eksistensiku sendiri.
Aku,
mau tak mau harus bergantung kepada banyak laki-laki. Ketergantungan
yang telah membuat malam-malamku bertambah kaya akan wawasan kelelakian.
Dalam pandanganku, laki-laki adalah manusia biasa dengan hasrat kuda
jantan. Dalam ketelanjangannya, laki-laki adalah bayi merengek yang haus
akan tetek ibunya. Aku sangat memahami, bahwa kepongahan seorang lelaki
hanya digunakan untuk menutupi rasa tak percaya akan dirinya sendiri.
Telah
sekian lama aku merasakan kegetiran hidup yang kulakoni sebagai
perempuan milik umum. Adakah atribut yang tepat bagi sebuah obyek yang
kini terdampar diatas wilayah yang tak terdapat dalam peta kehidupan
bermartabat?. Pantaskah aku disebut sebagai mahluk yang bernama
manusia?. Manusia yang telah kehilangan keakuannya?. Didalam waktu-waktu
ketika sedang sendirian, aku selalu menanyakan kembali konsep tentang
kewanitaanku.
Aku
harus berhenti. Aku ingin mengembalikan kebenaran yang dulu pernah
kuyakini, bahwa menjadi seorang wanita bagi seorang pria tertentu adalah
inti keseimbangan alam yang kodratnya memang berpasang-pasangan. Aku
ingin menjadi ibu rumah tangga biasa, seperti kebanyakan orang-orang.
Namun pengalaman hidup telah mengajarkanku, bahwa angan-angan itu hampir
mustahil dapat kuraih di Jakarta. Ada sepercik keraguan bahwa hal itu
juga akan bisa aku dapatkan di kampung halaman, tapi instingnku
mengatakan, bahwa aku harus mencoba.
* * * * *
Rumah
sederhana di dusun terpencil itu lagi-lagi bersimbah airmata. Aku
pulang kampung, setelah sekian lama menjadi sumber ketidakpastian bagi
keluargaku. Bunga desa itu sudah kembali. Sebutir mutiara telah kembali
kepelukan ibunya. Kepulanganku telah menutup luka kerinduan kedua orang
tuaku. Aku menangis,
tertelungkup dipangkuan wanita yang dulu pernah melahirkanku. Tak ada
kata-kata terdengar, tumpahan perasaan hanya berupa kebisuan diantara
sedu sedan.
Sejak
kemunculanku ditengah para kerabat, banyak orang ingin tahu
pengalamanku selama sekian waktu menghilang dari pergaulan desa.
Orang-orang ingin mengerti pengalamanku dari hari ke hari semasa aku
hidup di kota. Mungkin saja ada yang menarik dan luar biasa. Hasrat yang
umum, karena aku adalah sekuntum kembang desa. Setiap orang mempunyai
kecenderungan terhadap hal-hal yang berbau sensasi. Orang ingin tahu
riwayat hidupku secara lengkap dan obyektif selama mengarungi kehidupan
di ibukota. Namun aku telah mengunci diri. Aku bertekad untuk tidak
pernah berkata apapun dan kepada siapapun tentang sejarah masa laluku
yang kelam.
Aku
menyadari, adalah hal yang mustahil rekaman cerita sepenggal
kehidupanku terhapus dan hanya disimpan sebagai rahasia. Aku tahu betul,
bahwa waktu tidak pernah berhenti membuat catatan. Apabila dia tidak
menuliskannya diatas lembaran kertas, waktu akan menggoreskannya
ditempat yang lain.
Sejarah
adalah guru kehidupan yang tidak mungkin disingkirkan. Sepenggal
pengalaman hidupku yang pedih perih telah menggores dalam-dalam dan
membuat luka jiwaku. Luka itu kini telah menjadi bagian dari
keseharianku. Aku terima rasa sakit tersebut sebagai garis tangan yang
harus kulakoni, walaupun rasa sakit itu terus menerus menunda ambang
batasnya.
Sejarah
masa lalu seringkali membuat aku malu untuk berangan-angan menjadi
seorang perempuan kebanyakan, seperti yang aku cita-citakan saat mau
pulang kampung. Mungkinkah ada seorang lelaki yang bersedia mendampingi
seorang wanita tanpa martabat kemanusiaan?. Sebuah faktor
yang membedakannya dengan seekor satwa?. Tidak sekali-dua aku ingin
mencurahkan kegundahan-kegundahanku kepada seseorang, tapi kepada siapa
dan bagaimana?.
Pernah
terlintas untuk menyatakan hal itu kepada ibuku, sebagai orang yang
paling dekat dan paling mengerti diriku. Tapi, ketika hendak menepis
prasangka-prasangka, mulutku terasa kelu. Keberanianku terkikis oleh
suatu perasaan yang aku sendiri tidak mengerti itu apa. Aku terus
tersandar diantara pilihan-pilihan, padahal hati kecilku membutuhkan
sebuah kepastian.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com