by: http://filsafat.kompasiana.com/2009/10/31/pikiran-vs-hati-nurani-gunakan-yang-mana-20175.html
Kalau pikiran, ada pikiran baik ada pikiran jahat, kalau hati nurani tiada pilihan lagi, pasti baik semua!
Kalau pikiran, ada pikiran baik ada pikiran jahat, kalau hati nurani tiada pilihan lagi, pasti baik semua!
Kalau direnung-renungkan kembali
perjalanan hidup ini apakah kita lebih banyak menggunakan pikiran atau
hati nurani? Dengan berat hati saya menghitung, ternyata selama ini kita
lebih banyak dikuasai oleh pikiran. Ia telah menjadi penjajah bagi diri
kita. Ia telah menyingkirkan hati nurani sebagai tuan rumah.
Yang mengherankan kenapa kita tenang-tenang saja walau telah dijajah? Mungkin badan kita yang tenang, tapi apakah kita ada merasakan kegelisahan dan kesedihan nurani yang begitu mendalam? _ memang hati nurani bisa gelisah dan bersedih? _ Ia ingin sekali berontak tapi pikiran telah begitu mencengkram semua sendi-sendi kehidupan kita. Dari mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi. Dari yang berhubungan dengan kehidupan jasmani maupun rohani , semuanya kebanyakan semata menggunakan pemikiran. Begitu banyak hal yang tidak baik kita lakukan akibat pengaruh pikiran. Begitu sebaliknya banyak kebaikan yang kita lakukan juga hanya menggunakan pikiran, jadi bagaimana ada ketulusan. Semua ada pamrih dan hitungannya.
Sungguh luar biasa, kemaksiatan, kecurangan, kesombongan, kebencian, permusuhan dan lainnya ditimbulkan dari pikiran. Dalam hal berbuat baik pun atas suruhan pikiran, dengan demikian bukan kebaikan yang sesungguhnya lagi. Memberi, menolong dan membantu orang lain ada maksudnya . Minimal mengharapkan balasan nama dan kebanggaan. Sekarang mau beramal pun harus disorot televisi dan mengundang media untuk menyaksikan. Tapi tetap baik juga kan, siapa tahu dengan masuk televisi orang lain juga termotivasi untuk ikut menyumbang._ daripada saya yang cuma bengong menyaksikan saja! _ Pertanyaannya, sungguh setulus itukah? Bukannya untuk mencari nama dan kebanggaan? Mudah-mudahan saya salah!
Namun masih tetap baikan?
Dulu saya pernah dengar ada ‘GERAKAN KEMBALI ke HATI NURANI’ yang di sponsori Aa Gym, ide yang sangat mulia sekali. Tapi saat ini saya tak pernah tahu lagi kelanjutannya. Minimal mulai saat ini kita bisa memulainya dari sendiri sebuah gerakan ‘Kembali ke Hati Nurani’ dalam kehidupan sehari-hari. Hati nurani adalah milik siapa saja, dari seorang kyai sampai pencuri.
Dari seorang pendeta sampai orang-orang yang di penjara. Sepantasnya sebagai manusia memang semestinya hidup sesuai nurani. Tapi bukankah saya juga manusia? Jadi, sudahkah aku hidup sesuai dengan hati nurani?
Timbul pertanyaan lagi.
Masih perlu dipertanyakan saat ini, sudahkah???
Yang mengherankan kenapa kita tenang-tenang saja walau telah dijajah? Mungkin badan kita yang tenang, tapi apakah kita ada merasakan kegelisahan dan kesedihan nurani yang begitu mendalam? _ memang hati nurani bisa gelisah dan bersedih? _ Ia ingin sekali berontak tapi pikiran telah begitu mencengkram semua sendi-sendi kehidupan kita. Dari mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi. Dari yang berhubungan dengan kehidupan jasmani maupun rohani , semuanya kebanyakan semata menggunakan pemikiran. Begitu banyak hal yang tidak baik kita lakukan akibat pengaruh pikiran. Begitu sebaliknya banyak kebaikan yang kita lakukan juga hanya menggunakan pikiran, jadi bagaimana ada ketulusan. Semua ada pamrih dan hitungannya.
Sungguh luar biasa, kemaksiatan, kecurangan, kesombongan, kebencian, permusuhan dan lainnya ditimbulkan dari pikiran. Dalam hal berbuat baik pun atas suruhan pikiran, dengan demikian bukan kebaikan yang sesungguhnya lagi. Memberi, menolong dan membantu orang lain ada maksudnya . Minimal mengharapkan balasan nama dan kebanggaan. Sekarang mau beramal pun harus disorot televisi dan mengundang media untuk menyaksikan. Tapi tetap baik juga kan, siapa tahu dengan masuk televisi orang lain juga termotivasi untuk ikut menyumbang._ daripada saya yang cuma bengong menyaksikan saja! _ Pertanyaannya, sungguh setulus itukah? Bukannya untuk mencari nama dan kebanggaan? Mudah-mudahan saya salah!
Namun masih tetap baikan?
Dulu saya pernah dengar ada ‘GERAKAN KEMBALI ke HATI NURANI’ yang di sponsori Aa Gym, ide yang sangat mulia sekali. Tapi saat ini saya tak pernah tahu lagi kelanjutannya. Minimal mulai saat ini kita bisa memulainya dari sendiri sebuah gerakan ‘Kembali ke Hati Nurani’ dalam kehidupan sehari-hari. Hati nurani adalah milik siapa saja, dari seorang kyai sampai pencuri.
Dari seorang pendeta sampai orang-orang yang di penjara. Sepantasnya sebagai manusia memang semestinya hidup sesuai nurani. Tapi bukankah saya juga manusia? Jadi, sudahkah aku hidup sesuai dengan hati nurani?
Timbul pertanyaan lagi.
Masih perlu dipertanyakan saat ini, sudahkah???
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com