Begitu pemurah Allah swt sehingga di bulan penuh berkah ini, Dia memberikan pahala yang berlipat ganda bagi orang yang melaksanakan ibadah di bulan ini. Selama sebulan, kita di motivasi oleh Tuhan untuk mengerjakan ibadah-ibadah yang telah diperintahkan-Nya. Lalu apakah tujuan dari ibadah hanya semata-mata untuk mendapatkan ganjaran?
Bagi
pemula, merupakan hal yang wajar dia termotivasi dengan berbagai macam
“hadiah” yang dijanjikan, surga dengan segala kenikmatannya,
bidadari-bidadari, makanan yang berlimpah dan lain-lain. Sudah menjadi
takdir ketentuan dari Allah bawah Islam awalnya diturunkan di kalangan
bangsa Arab yang profesi utamanya adalah pedagang, sehingga sangat
termotivasi dengan konsep pahala yang di ceritakan dalam al-Qur’an.
Shalat wajib di gandakan 70 kali dan shalat sunnat di hitung wajib,
secara hitung-hitungan, ini tawaran yang sangat menggiurkan dan sulit
untuk di tolak. Di surga akan ada sungai air bersih dan jernih, sungai
madu dan sungai susu yang mengalir secara terus menerus, hal yang langka
di dapat di negeri Arab saat itu, sebuah tawaran yang sulit di tolak
oleh bangsa pedagang yang menghitung segala sesuatu berdasarkan untung
rugi.
Pahala
bagi orang yang mati dalam jihad disediakan 40 orang bidadari, akan
sanggup membakar semangat orang Arab untuk mengorbankan nyawanya demi
agama, terutama orang-orang yang baru memahami Islam dari kulit saja.
Tawaran 40 bidadari cantik tentu hal yang tidak bisa di tolak sama
sekali, tawaran yang menarik. Terkadang akal sehat kita pun berkata, “Dalam kondisi sakit gigi saja orang tidak lagi selera melihat perempuan cantik, konon lagi sudah mati”.
Begitulah agama, harus dipandang dalam berbagai dimensi termasuk
dimensi kecerdikan Nabi memotivasi orang Arab zaman itu untuk mendukung
agama yang baru tumbuh.
Bagi
para sahabat Nabi yang dekat dan mencintai Nabi, tawaran-tawaran
seperti itu tidak memberikan pengaruh sedikit pun, mereka berjuang
karena mereka mencintai Allah dan Rasul-Nya. Kecintaan mereka terhadap
Rasul melebihi kecintaan mereka terhadap diri sendiri dan keluarganya,
nyawa pun akan diberikan untuk Rasul yang sangat dicintainya. Andai Nabi
mengatakan kalau berjuang di jalan Allah tidak mendapatkan apa-apa pun
mereka akan tetap membela agamanya karena atas dasar cinta kepada Allah
dan Rasul-Nya.
Zaman
terus berubah, masa terus berganti, namun jenis manusia yang beribadah
berbagai macam akan terus ada. Ada yang beribadah karena motivasi
imbalan yang luar biasa, ada yang beribadah karena takut ancaman dan
tentu ada yang beribadah karena rasa cinta kepada-Nya. Harus jujur kita
akui, bahwa kita semua berangkat dari jenis beribadah karena takut dank
arena mengharapkan imbalan, semua orang bergerak dari arah sana. Ada
yang tetap di sana, ada yang kemudian pindah kepada dimensi berikut,
dimensi cinta dan sayang.
Karena
Agama mempunyai dimensi yang bertingkat, pemahaman terhadap agama juga
memiliki tingkatan masing-masing. Surga yang dijanjikan oleh Allah pun
dipahami secara berbeda. Ada yang memahami secara tekstual, apa yang
tertulis dalam Al-Qur’an dan Hadist diartikan secara harfiah, sehingga
tergambar surga dalam bentuk visual, rumah yang indah, kasur yang
cantik, tanaman yang berbuah sepanjang masa dan tentu saja lengkap
dengan bidadari-bidadari yang cantik. Gambaran surga secara apa adanya
dari teks ini yang disebut oleh Abu Yazid sebagai “surga anak-anak” dan
Rabi’ah Al-Adawiyah berani menolaknya. Abu Yazid al-Bisthami ketika
berada dalam puncak kegembiraan, dia berbisik, “Apakah itu surga?
Surga hanyalah mainan dan kesukaan anak-anak. Aku hanya mencari Dzat
Allah. Bagiku surga bukanlah kenikmatan yang sejati. Dzatnya menjadi
sumber kebahagiaanku, ketentraman yang menjadi tujuanku.”
Sementara
kaum bijak memaknai surga adalah pancaran dari cahaya Allah swt yang
masuk ke dalam qalbu orang beriman, sehingga hidupnya akan menjadi surga
yang abadi. Surga pada hakikatnya adalah beserta dengan Allah karena
seperti yang di jelaskan dalam hadist bahwa kenikmatan tertinggi
penduduk surga adalah memandang wajah Allah. Jadi surga itu bukan di
peroleh setelah mengalami kematian sebagai yang dipahami secara tekstual
oleh sebagian besar orang. Surga itu harus selesai di dunia, harus di
dapat dunia sehingga tidak menjadi bahan tebak-tebakan lagi dalam hidup,
tidak menjadi seperti permainan judi, untung atau rugi, surga atau
neraka.
Kaum
sufi dan pengamal tarekat dalam keseharian tidak pernah membicarakan
tentang surga, hanya membicarakan tentang Tuhan semata. Barangkali
karena mereka merasakan rohani mereka telah berada disana, di dalam
kenikmatan abadi yang berasal dari sisi Allah. Seperti ucapan seorang
Guru Sufi, “Kita ini adalah orang-orang akhirat yang sedang bermain-main di muka bumi”.
Barangkali
benar bahwa dunia ini hanyalah tempat bermain semata. Bermain tentu
bagi orang yang telah selesai dengan segala urusannya. Bagi yang belum
selesai maka jangan coba-coba bermain karena waktu sangat terbatas,
selesaikan dulu segala kewajiban baru boleh bermain dengan suka hati.
Tidak
ada orang yang menolak surga, termasuk kaum sufi tapi kita harus
sepakat dulu tentang makna dari surga. Kalau surga hanya melulu tentang
bidadari yang membangkitkan syahwat seperti yang sering kita dengar
ceramah para pendakwah, barang kali biarlah surga yang dijanjikan itu
untuk orang yang memang sangat bernafsu. Kalau surga yang dimaksud
adalah air jernih, kolam indah, susu, madu dan lain-lain, mari
bersungguh-sungguh berbisnis di dunia karena kalau anda kaya raya semua
itu akan bisa anda dapat di dunia ini.
Dan
kalau surga yang dimaksud adalah beserta dengan Allah dimana hamba
selalu berada dalam “pangkuan-Nya”, cahaya Ilahi mengalir keseluruh
tubuh sehingga mampu memadamkan neraka dalam dirinya sehingga kedamaian
selalu ada di hati dari dunia sampai akhirat, barangkali kita semua akan
berusaha menggapainya lewat mujadah, perang terus menerus melawan hawa
nafsu yang selalu menjadi penghalang antara kita dengan Sang Kekasih.
Ketika kemenangan dicapai, dimana saling berpandang-pandangan antara
yang dirindui dengan para perindu, perang pun akan terus berlanjut,
perang mempertahankan hubungan dengan Sang Kekasih agar tidak tercampak
keluar dari rahmat-Nya, sebagaimana kisah pahit yang pernah dialami oleh
leluhur semua manusia yaitu Adam as.
Semoga tulisan di hari Jum’at penuh berkah ini bermanfaat untuk semua, amin ya Rabbal ‘Alamin!
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com