by : http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatquran&id=74
Adab-Adab Membaca al-Qur'an
Al-Qur'an
adalah kitab suci umat Islam yang memiliki kedudukan tersendiri di hati
setiap Muslim. Ia merupakan kalamullah dan sebagai sumber hukum pertama
bagi umat Islam.
Sebagai
sebuah kitab suci yang memiliki keistimewaan, tentu patutlah bagi
seorang Muslim untuk memuliakan dan menghormatinya, termasuk dalam sikap
kita ketika ingin membacanya. Nah, apakah adab-adabnya? Silahkan
menyimak!!
Banyak sekali adab-adab yang harus diperhatikan ketika membaca al-Qur'an, diantaranya:
1. Ikhlash atau meluruskan niat karena Allah semata.
Ini merupakan adab yang paling penting di mana suatu amal selalu
terkait dengan niat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
"Sesungguhnya semua amalan itu tergantung niat-niatnya dan setiap orang
tergantung pada apa yang diniatkannya..." (HR.al-Bukhari, kitab Bad'ul
Wahyi, Jld.I, hal.9)
Karena
itu, wajib mengikhlashkan niat dan memperbaiki tujuan serta menjadikan
hafalan dan perhatian terhadap al-Qur'an demi-Nya, menggapai surga-Nya
dan mendapat ridla-Nya.
Siapa saja yang menghafal al-Qur'an atau membacanya karena riya',
maka ia tidak akan mendapatkan pahala apa-apa. Nabi SAW bersabda, "Tiga
orang yang pertama kali menjalani penyidangan pada hari Kiamat
nanti...[Rasulullah SAW kemudian menyebutkan diantaranya]...dan seorang
laki-laki yang belajar ilmu lalu mengajarkannya, membaca al-Qur'an lalu
ia dibawa menghadap, lalu Allah mengenalkan kepadanya nikmat-nikmat-Nya,
maka ia pun mengetahuinya, lalu Dia SWT berkata, 'Untuk apa kamu
amalkan itu.?" Ia menjawab, 'Aku belajar ilmu untuk-Mu,mengajarkannya
dan membaca al-Qur'an.' Lalu Allah berkata, 'Kamu telah berbohong akan
tetapi hal itu karena ingin dikatakan, 'ia seorang Qari (pembaca ayat
al-Qur'an).' Dan memang ia dikatakan demikian. Kemudian ia dibawa lalu
wajahnya ditarik hingga dicampakkan ke dalam api neraka." (HR.Muslim,
Jld.VI, hal.47)
Manakala
seorang Muslim menghafal dan membaca al-Qur'an semata karena
mengharapkan keridlaan Allah, maka ia akan merasakan kebahagian yang
tidak dapat ditandingi oleh kebahagiaan apa pun di dunia.
2. Menghadirkan hati (konsentrasi penuh) ketika membaca
dan berupaya menghalau bisikan-bisikan syetan dan kata hati, tidak
sibuk dengan memain-mainkan tangan, menoleh ke kanan dan ke kiri dan
menyibukkan pandangan dengan selain al-Qur'an.
3. Mentadabburi (merenungi) dan memahami apa yang dibaca, merasakan bahwa setiap pesan di dalam al-Qur'an itu ditujukan kepadanya dan merenungi makna-makna Asma Allah dan sifat-Nya.
4. Tersentuh dengan bacaan.
Imam as-Suyuthi RAH berkata, "Dianjurkan menangis ketika membaca
al-Qur'an dan berupaya untuk menangis bagi yang tidak mampu (melakukan
yang pertama-red.,), merasa sedih dan khusyu'." (al-Itqan, Jld.I, hal.302)
5. Bersuci. Maksudnya dari hadats besar, yaitu jinabah dan haidh atau nifas bagi wanita.
Al-Qur'an merupakan zikir paling utama. Ia adalah kalam Rabb Ta'ala. Karena itu, di antara adab membacanya, si pembaca harus suci dari hadats besar dan kecil.
Ia dianjurkan untuk berwudhu sebelum membaca. Hal ini berdasarkan
hadits yang diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Umar RA, ia berkata,
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah menyentuh al-Qur'an kecuali orang
yang suci." (Shahih al-Jaami', no.7657)---àQS Waqi’ah
Perlu
diketahui, bahwa seseorang boleh membaca al-Qur'an asalkan tidak sedang
berhadats besar, demikian pula disunnahkan baginya untuk mencuci mulut
(menggosok gigi-red.,) dengan siwak sebab ia membersihkan mulut
sedangkan mulut merupakan 'jalan' al-Qur'an.
6. Sebaiknya, ketika membaca al-Qur'an, menghadap Qiblat
sebab ia merupakan arah yang paling mulia, apalagi sedang berada di
masjid atau di rumah. Tetapi bila tidak memungkinkan, baik karena ia
berada di kios, mobil atau sedang bekerja, maka tidak apa membaca
al-Qur'an sakali pun tidak menghadap Qiblat.
7. Disunnahkan bagi seseorang untuk ber-ta'awwudz (berlindung) kepada Allah dari syaithan yang terkutuk.
Allah Ta'ala berfirman, "Maka apabila kamu membaca al-Qur'an,
berlindunglah kepada Allah dari syaithan yang terkutuk." (an-Nahl:98)
8. Memperindah suaranya ketika membaca al-Qur'an
sedapat mungkin. Rasulullah SAW bersabda, "Hiasilah al-Qur'an dengan
suara-suara kamu sebab suara yang bagus membuatnya bertambah bagus."
(dinilai shahih oleh al-Albani, Shahih al-Jaami', no.358)
"Disunnahkan
memperbagus dan menghiasi suara dengan al-Qur'an... Terdapat banyak
hadits yang shahih mengenai hal itu. Jika seseorang suaranya tidak
bagus, maka ia boleh memperbagus semampunya asalkan jangan keluar hingga
seperti karet (dilakukan secara tidak semestinya dan menyalahi kaidah
tajwid-red.,)." (al-Itqaan, Jld.I, hal.302)
Rasulullah
SAW bersabda, "Tidaklah termasuk golongan kami orang yang tidak
bersenandung dengan al-Qur'an (melantunkannya dengan bagus)." (Shahih
al-Bukhari, Jld.XIII, hal.501, bab at-Tauhid, no.7527) Hendaknya
pembaca al-Qur'an membaca sesuai dengan karakternya, tidak
menyusah-nyusahkan diri (dibuat-buat) dengan cara menaklid salah seorang
Qari atau dengan intonasi-intonasi tertentu sebab hal itu dapat
menyibukkan dirinya dari mentadabburi dan memahaminya serta menjadikan
seluruh keinginannya hanya pada mengikuti orang lain (taqlid) saja.
9. Membaca dengan menggunakan mushaf. Hal ini dikatakan oleh as-Suyuthi,
"Membaca
dengan menggunakan mushaf lebih baik dari pada membaca dari hafalan
sebab melihatnya merupakan suatu ibadah yang dituntut." (al-Itqaan,
Jld.I, hal.304)
Hanya
saja, Imam an-Nawawi dalam hal ini melihat dari aspek kekhusyu'an; bila
membaca dengan menggunakan mushaf dapat menambah kekhusyu'an si
pembaca, maka itu lebih baik. Demikian pula, bila bagi seseorang yang
tingkat kekhusyu'an dan tadabburnya sama dalam kondisi membaca dan
menghafal; ia boleh memilih membaca dari hafalan bila hal itu menambah
kekhusyu'annya.
Di
antara hal yang perlu diperhatikan di sini, hendaknya seorang pembaca,
khususnya bagi siapa saja yang ingin menghafal, untuk memilih satu jenis
cetakan saja sehingga hafalannya lebih kuat dan mantap.
Demikian
pula, hendaknya ia menghormati mushaf dan tidak meletakkannya di
tanah/lantai, tidak pula dengan cara melempar kepada pemiliknya bila
ingin memberinya. Tidak boleh menyentuhnya kecuali ia seorang yang suci.
10. Membaca di tempat yang layak (kondusif) seperti di masjid
sebab ia merupakan tempat paling afdhal di muka bumi, atau di satu
tempat di rumah yang jauh dari penghalang, kesibukan dan suara-suara
yang dapat mengganggu untuk melakukan tadabbur dan memahaminya. Karena
itu, ia tidak seharusnya membacakan al-Qur'an di komunitas yang tidak
menghormati al-Qur'an.
(Sumber:
Silsilah Manaahij Dauraat al-'Uluum asy-Syar'iyyah -fi'ah an-Naasyi'ah-
al-Hadits karya Dr Ibrahim bin Sulaiman al-Huwaimil, hal.21-25
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com