GOOGLE TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

ARTIKEL PILIHAN

Misteri Seorang Pembunuh Berantai dalam Perspektif Psikologi ( Oleh : Sofiana Millati, Indah Novianti, M. Yudha Firas )

Written By Situs Baginda Ery (New) on Minggu, 11 Agustus 2013 | 15.17



http://www.talkmen.com/gfx/files/A00690/smiley.jpg
pic by: situs bagindaery
by: http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/forum/2-diskusi-topik-psikologi/4-pembunuh-berantai-dalam-perspektif-psikologi


A. Pendahuluan
Sebagai masyarakat modern, kita dibombardir dengan gambar dan konsep tentang pembunuh berantai. Apakah ada di film, serial televisi, dan terburuk dari semua berita menampilkan pembunuhan berantai. Tak hanya di luar negeri saja maraknya pembunuhan berantai, di indonesia pembunuhan berantai sedang marak-maraknya. Sungguh menabjubkan seseorang dapat membunuh banyak orang tanpa rasa bersalah.

Berbagai modus yang diungkap sehingga tersangka melakukan pembunuhan berantai. Uang, cinta hingga rasa sakit hati merupakan salah satu dari sekian banyak modus yang di gunakan tersangka untuk melakukan pembunuhan berantai. Berikut akan dijelaskan beberapa defines serta tipe- tipe dari pembunuh berantai dari sudut pandang psikologi.

B. Kajian Teoritis
Menurut definisi sudut pandang kriminal, pembunuh berantai adalah seseorang yg membunuh satu orang atau lebih dengan rentang waktu tidak membunuh selama 30 hari atau lebih di antaranya. Motivasi pembunuh berantai umumnya murni dari dalam dirinya sendiri, bukan paksaan atau bujukan dari orang lain. Para pembunuh berantai sendiri umumnya adalah orang yg tersingkirkan atau sengaja menarik diri dari lingkungannya. Karena itu, pembunuh berantai sering diidentikkan dengan perilaku antisosial. Akibat menarik diri dari lingkungan, mereka tumbuh menjadi pribadi yg egosentris & tidak punya rasa empati pada orang lain. Pada pembunuh berantai yg menjurus psikopat, ia berpikir bahwa nyawa hewan tak ada bedanya dengan nyawa manusia, sehingga sering menunjukkan sifat tidak menyesal usai membunuh .


Para pembunuh berantai secara khusus didorong oleh berbagai alasan psikologis, terutama tekanan (complusion) kekuasaan dan seksual. Mereka umumnya memiliki kekuarangan dan ketidakberhagaan, kadang-kadang mengalami penghinaan, bullying, dan pelecehan (abuse) pada masa kecilnya serta tekanan kemiskinan dan status ekonomi yang rendah di saat dewasa. Dalam banyak kasus, para pembunuh berantai melakukan kejahatan untuk mengkompensasi faktor-faktor tersebut dan meberikan rasa memiliki potensi dan sering melakukan balas dendam dengan memberikan mereka sebuah perasaan berkuasa, baik pada waktu melakukan pembunuhan maupun sesudahnya.

Sebagian pembunuh berantai menunjukkan satu atau lebih dari apa yang dikenal sebagai “tiga serangkai MacDonald (MacDonald triad)” tanda peringatan pada masa kecil, yakni:
Mulai membakar, atau selalu membakar rumah, untuk merasakan kegairahan saat menghancurkan sesuatu, untuk menarik perhatian, atau untuk membuat si pelaku merasa lebih kuat.

Kejam terhadap binatang (berkaitan dengan zoosadisme). Banyak anak-anak mungkin kejam terhadap binatang, misalnya menarik lepas kaki laba-laba. Tapi orang yang kelak menjadi pembunuh berantai sering membunuh binatang yang lebih besar, misalnya anjing dan kucing, dan sering kali demi kenikmatan sendiri, bukan untuk mengesankan teman-teman sebayanya. Dan yang terakhir adalah mimpi basah di usia yang sudah lewat dibanding anak-anak normal.

Dua Tipe Pembunuh Berantai
Sejumlah besar pembunuh berantai akan menunjukkan aspek-aspek tertentubaik tipe terorganisasi maupun tidak terorganisasi, meskipun biasanya karakteristik salah satu lebih dominan. Sebagai pembunuh turun dari perilaku terorganisasi menjadi tidak terorganisasi ketika mereka terus melakukan pembunuhan. Pada awalnya mereka terus melakukan pembunuhan dengan hati-hati dan metodis, tapi menjadi ceroboh dan implusif ketika tekanan terhadap hidup mereka makin besar.
Namun FBI umumnya mengelompokkan pembunuhan berantai ke dalam dua tipe yang berbeda:

    Pelaku terorganisasi/nonsosisal, biasanya sangat cerdas, memiliki IQ di atas rata-rata (>100), dan merencanakan kejahatan mereka dengan sangat metodis, biasanya menculik korban-korbannya, membunuh mereka di satu tempat dan membuang mayatnya di tempat lain.
    [/li]
    Pelaku tak terorganisasi/asosial, biasanya memiliki kecerdasan yang rendah, IQ di bawah rata-rata (<90 br="" dan="" dengan="" hati="" implusif="" kata="" kejahatan="" melakukan="" menuruti="" mereka="">


Lima Motif Pembunuhan berantai
Motif-motif pembunuhan berantai bisa dibagi ke dalam lima kategori yang berbeda, meskipun sejumlah pembunuh berantai memperlihatkan karakteristik lebih dari satu tipe. Berikut adalah motif pembunuhan berantai:
•Visioner
Herbert Mullin membunuh 13 orang setelah dia mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa pembunuhan diperlukan untuk mencegah Carlifornia dari serangan gempa bumi. Mullin bersusah payah untuk “menunjukkan” bahwa California benar-benar terhindar dari gempa bumi selama dia melakukan rangkaian pembunuhan.
Ed Gein membunuh dua perempuan (atau lebih, jumlah tepatnya tidak diketahui) yang memiliki kemiripan dengan ibunya. Dia juga menggunakan daging dai mayat-mayat perempuan yang digali untuk membuat sebuah “setelan perempuan” (juga berbagai perhiasan rumah seperti gorden dan kap lampu) untuk dirinya sehingga dia bisa “menjadi” ibunya. Setelah ditangkap, dia ditempatkan di sebuah lembaga mental selama sisa hidupnya.

•Misioner
Para pembunuh yang tergolong misioner percaya bahwa aksi mereka dibenarkan dengan dasar bahwa mereka sedang membersihkan tipe manusia tertentu (seringnya para pelacur atau anggota etnis tertentu), dan demikian melakukan kebaikan bagi masyarakat.

•Hedonistis
Pembunuh tipe ini membunuh demi kesenangan belaka, meskipun aspek apa yang membuat mereka senang bermacam-macam. Ini tipe paling umum pembunuh berantai yang digambar dalam film horor, thriller psikologis, dan lain-lainnya. Pernyataan Yang Xibhai setelah ditangkap adalah tipikal sikap pembunuh demikian: “Ketika saya membunuh seseorang, saya memiliki keinginan untuk membunuh lagi. Keinginan itu mengilhami saya untuk membunuh lebih banyak. Saya tak peduli apakah mereka layak hidup atau tidak. Itu bukan urusan saya.” Sebagian pembunuh mungkin menikmati fase “memburu” atau “memancing” dan menjerat korban lebih dari segalanya, sedangkan sebagian lain mungkin terutama didorong oleh aksi penyiksaan dan perlakuan kejam terhadap korban ketika masih hidup.

•Didorong Keuntungan
Sebagian besar penjahat yang melakukan pembunuhan berantai dengan tujuan materi (misalnya para penembak mafia), tidak dimasukkan ke dalam klasifikasi pembunuh berantai. Sebab mereka didorong oleh perolehan ekonomi, bukannya desakan psikopantologis. Namun hanya ada garis tipis yang membedakan para pembunuh ini. misalnya, Marcel Petiot, yang berpotensi di Prancisyang diduduki Nazi, bisa diklasifikasikan sebagai pembunuh berantai. Dia berpura-pura menjadi anggota French Resistance dan memikat orang-orang kaya Yahudi datang ke rumahnya, mengklaim bahwa dia bisa menyelundupkan mereka keluar dari negara itu. Alih-alih, dia membunuh mereka dan mencuri kekayaan mereka, membunuh 63 orang sebelum akhirnya ditangkap.

•Kekuatan dan Kontrol
Tujuan utama mereka membunuh adalah meraih menggunakan kekuatan atas korban mereka. Para pembunuh seperti ini kadang-kadang disiksa ketika anak-anak, dan memiliki perasaan yang lemah dan tidak cukup ketika dewasa. Banyak pembunuh yang didorong-kekuatan/kontrol secara seksual menyiksa korbannya, tapi berbeda dengan pembunuh hedonistik. Ketika memperkosa mereka tidak didorong oleh nafsu, melainkan oleh

Kesimpulan
Dalam perspektif psikologis, beberapa kasus pembunuhan berantai menjurus pada gangguan mental, misalnya skizofrenia. Ketika seseorang yang melakukan pembunuhan berantai dan didiagnosis mengidap suatu gangguan kejiwaan maka ia akan lepas dari berbagai tuntutan hukum. Ia tidak akan menjadi penghuni penjara, melainkan rumah sakit jiwa untuk mendapat perawatan mental.
Pada cotoh kasus Ed Gein, setelah ditangkap, dia ditempatkan di sebuah lembaga mental selama sisa hidupnya.

Dalam persidangan kasus- kasus pembunuhan berantai saksi ahli, seperti psikiatri, psikolog forensic, didatangkan ke meja hijau untuk memberikan keterangan apakah seseorang tersebut mengidap gangguan jiwa atau tidak. Ini bukan merupakan hal yang mudah, serangkaian tes psikologis harus dilakukan untuk membuktikan apakah tersangka memenuhi diagnosis gangguan kejiwaan ataukah “berpura pura gila” untuk menghidari tuntutan hukum. Bagi keluarga korban, tidak adil apabila seseorang yang telah melakukan pembunuhan berantai yang kejam tidak mendapatkan hukuman penjara atau hukuman mati justru mendapatkan perawatan khusus di bangsal rumah sakit jiwa. Oleh sebab itu, pemahaman akan berbagai perspektif dibutuhkan baik untuk masyartakat, maupun keluarga korban.
bentuk lain dominasi terhadap korban.
Pembunuh Berantai dalam Perspektif Psikologi

Oleh : Sofiana Millati, Indah Novianti, M. Yudha Firas


A. Pendahuluan
Sebagai masyarakat modern, kita dibombardir dengan gambar dan konsep tentang pembunuh berantai. Apakah ada di film, serial televisi, dan terburuk dari semua berita menampilkan pembunuhan berantai. Tak hanya di luar negeri saja maraknya pembunuhan berantai, di indonesia pembunuhan berantai sedang marak-maraknya. Sungguh menabjubkan seseorang dapat membunuh banyak orang tanpa rasa bersalah.

Berbagai modus yang diungkap sehingga tersangka melakukan pembunuhan berantai. Uang, cinta hingga rasa sakit hati merupakan salah satu dari sekian banyak modus yang di gunakan tersangka untuk melakukan pembunuhan berantai. Berikut akan dijelaskan beberapa defines serta tipe- tipe dari pembunuh berantai dari sudut pandang psikologi.

B. Kajian Teoritis
Menurut definisi sudut pandang kriminal, pembunuh berantai adalah seseorang yg membunuh satu orang atau lebih dengan rentang waktu tidak membunuh selama 30 hari atau lebih di antaranya. Motivasi pembunuh berantai umumnya murni dari dalam dirinya sendiri, bukan paksaan atau bujukan dari orang lain. Para pembunuh berantai sendiri umumnya adalah orang yg tersingkirkan atau sengaja menarik diri dari lingkungannya. Karena itu, pembunuh berantai sering diidentikkan dengan perilaku antisosial. Akibat menarik diri dari lingkungan, mereka tumbuh menjadi pribadi yg egosentris & tidak punya rasa empati pada orang lain. Pada pembunuh berantai yg menjurus psikopat, ia berpikir bahwa nyawa hewan tak ada bedanya dengan nyawa manusia, sehingga sering menunjukkan sifat tidak menyesal usai membunuh .

Para pembunuh berantai secara khusus didorong oleh berbagai alasan psikologis, terutama tekanan (complusion) kekuasaan dan seksual. Mereka umumnya memiliki kekuarangan dan ketidakberhagaan, kadang-kadang mengalami penghinaan, bullying, dan pelecehan (abuse) pada masa kecilnya serta tekanan kemiskinan dan status ekonomi yang rendah di saat dewasa. Dalam banyak kasus, para pembunuh berantai melakukan kejahatan untuk mengkompensasi faktor-faktor tersebut dan meberikan rasa memiliki potensi dan sering melakukan balas dendam dengan memberikan mereka sebuah perasaan berkuasa, baik pada waktu melakukan pembunuhan maupun sesudahnya.

Sebagian pembunuh berantai menunjukkan satu atau lebih dari apa yang dikenal sebagai “tiga serangkai MacDonald (MacDonald triad)” tanda peringatan pada masa kecil, yakni:
Mulai membakar, atau selalu membakar rumah, untuk merasakan kegairahan saat menghancurkan sesuatu, untuk menarik perhatian, atau untuk membuat si pelaku merasa lebih kuat.

Kejam terhadap binatang (berkaitan dengan zoosadisme). Banyak anak-anak mungkin kejam terhadap binatang, misalnya menarik lepas kaki laba-laba. Tapi orang yang kelak menjadi pembunuh berantai sering membunuh binatang yang lebih besar, misalnya anjing dan kucing, dan sering kali demi kenikmatan sendiri, bukan untuk mengesankan teman-teman sebayanya. Dan yang terakhir adalah mimpi basah di usia yang sudah lewat dibanding anak-anak normal.

Dua Tipe Pembunuh Berantai
Sejumlah besar pembunuh berantai akan menunjukkan aspek-aspek tertentubaik tipe terorganisasi maupun tidak terorganisasi, meskipun biasanya karakteristik salah satu lebih dominan. Sebagai pembunuh turun dari perilaku terorganisasi menjadi tidak terorganisasi ketika mereka terus melakukan pembunuhan. Pada awalnya mereka terus melakukan pembunuhan dengan hati-hati dan metodis, tapi menjadi ceroboh dan implusif ketika tekanan terhadap hidup mereka makin besar.
Namun FBI umumnya mengelompokkan pembunuhan berantai ke dalam dua tipe yang berbeda:

  1. Pelaku terorganisasi/nonsosisal, biasanya sangat cerdas, memiliki IQ di atas rata-rata (>100), dan merencanakan kejahatan mereka dengan sangat metodis, biasanya menculik korban-korbannya, membunuh mereka di satu tempat dan membuang mayatnya di tempat lain.
  2. [/li]
  3. Pelaku tak terorganisasi/asosial, biasanya memiliki kecerdasan yang rendah, IQ di bawah rata-rata (<90 dan="" dengan="" hati="" implusif="" kata="" kejahatan="" li="" melakukan="" menuruti="" mereka="">


Lima Motif Pembunuhan berantai
Motif-motif pembunuhan berantai bisa dibagi ke dalam lima kategori yang berbeda, meskipun sejumlah pembunuh berantai memperlihatkan karakteristik lebih dari satu tipe. Berikut adalah motif pembunuhan berantai:
Visioner
Herbert Mullin membunuh 13 orang setelah dia mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa pembunuhan diperlukan untuk mencegah Carlifornia dari serangan gempa bumi. Mullin bersusah payah untuk “menunjukkan” bahwa California benar-benar terhindar dari gempa bumi selama dia melakukan rangkaian pembunuhan.
Ed Gein membunuh dua perempuan (atau lebih, jumlah tepatnya tidak diketahui) yang memiliki kemiripan dengan ibunya. Dia juga menggunakan daging dai mayat-mayat perempuan yang digali untuk membuat sebuah “setelan perempuan” (juga berbagai perhiasan rumah seperti gorden dan kap lampu) untuk dirinya sehingga dia bisa “menjadi” ibunya. Setelah ditangkap, dia ditempatkan di sebuah lembaga mental selama sisa hidupnya.

•Misioner
Para pembunuh yang tergolong misioner percaya bahwa aksi mereka dibenarkan dengan dasar bahwa mereka sedang membersihkan tipe manusia tertentu (seringnya para pelacur atau anggota etnis tertentu), dan demikian melakukan kebaikan bagi masyarakat.

•Hedonistis
Pembunuh tipe ini membunuh demi kesenangan belaka, meskipun aspek apa yang membuat mereka senang bermacam-macam. Ini tipe paling umum pembunuh berantai yang digambar dalam film horor, thriller psikologis, dan lain-lainnya. Pernyataan Yang Xibhai setelah ditangkap adalah tipikal sikap pembunuh demikian: “Ketika saya membunuh seseorang, saya memiliki keinginan untuk membunuh lagi. Keinginan itu mengilhami saya untuk membunuh lebih banyak. Saya tak peduli apakah mereka layak hidup atau tidak. Itu bukan urusan saya.” Sebagian pembunuh mungkin menikmati fase “memburu” atau “memancing” dan menjerat korban lebih dari segalanya, sedangkan sebagian lain mungkin terutama didorong oleh aksi penyiksaan dan perlakuan kejam terhadap korban ketika masih hidup.

•Didorong Keuntungan
Sebagian besar penjahat yang melakukan pembunuhan berantai dengan tujuan materi (misalnya para penembak mafia), tidak dimasukkan ke dalam klasifikasi pembunuh berantai. Sebab mereka didorong oleh perolehan ekonomi, bukannya desakan psikopantologis. Namun hanya ada garis tipis yang membedakan para pembunuh ini. misalnya, Marcel Petiot, yang berpotensi di Prancisyang diduduki Nazi, bisa diklasifikasikan sebagai pembunuh berantai. Dia berpura-pura menjadi anggota French Resistance dan memikat orang-orang kaya Yahudi datang ke rumahnya, mengklaim bahwa dia bisa menyelundupkan mereka keluar dari negara itu. Alih-alih, dia membunuh mereka dan mencuri kekayaan mereka, membunuh 63 orang sebelum akhirnya ditangkap.

•Kekuatan dan Kontrol
Tujuan utama mereka membunuh adalah meraih menggunakan kekuatan atas korban mereka. Para pembunuh seperti ini kadang-kadang disiksa ketika anak-anak, dan memiliki perasaan yang lemah dan tidak cukup ketika dewasa. Banyak pembunuh yang didorong-kekuatan/kontrol secara seksual menyiksa korbannya, tapi berbeda dengan pembunuh hedonistik. Ketika memperkosa mereka tidak didorong oleh nafsu, melainkan oleh

Kesimpulan
Dalam perspektif psikologis, beberapa kasus pembunuhan berantai menjurus pada gangguan mental, misalnya skizofrenia. Ketika seseorang yang melakukan pembunuhan berantai dan didiagnosis mengidap suatu gangguan kejiwaan maka ia akan lepas dari berbagai tuntutan hukum. Ia tidak akan menjadi penghuni penjara, melainkan rumah sakit jiwa untuk mendapat perawatan mental.
Pada cotoh kasus Ed Gein, setelah ditangkap, dia ditempatkan di sebuah lembaga mental selama sisa hidupnya.

Dalam persidangan kasus- kasus pembunuhan berantai saksi ahli, seperti psikiatri, psikolog forensic, didatangkan ke meja hijau untuk memberikan keterangan apakah seseorang tersebut mengidap gangguan jiwa atau tidak. Ini bukan merupakan hal yang mudah, serangkaian tes psikologis harus dilakukan untuk membuktikan apakah tersangka memenuhi diagnosis gangguan kejiwaan ataukah “berpura pura gila” untuk menghidari tuntutan hukum. Bagi keluarga korban, tidak adil apabila seseorang yang telah melakukan pembunuhan berantai yang kejam tidak mendapatkan hukuman penjara atau hukuman mati justru mendapatkan perawatan khusus di bangsal rumah sakit jiwa. Oleh sebab itu, pemahaman akan berbagai perspektif dibutuhkan baik untuk masyartakat, maupun keluarga korban.
bentuk lain dominasi terhadap korban. - See more at: http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/forum/2-diskusi-topik-psikologi/4-pembunuh-berantai-dalam-perspektif-psikologi#sthash.wIdyo0xQ.dpuf
Pembunuh Berantai dalam Perspektif Psikologi

Oleh : Sofiana Millati, Indah Novianti, M. Yudha Firas


A. Pendahuluan
Sebagai masyarakat modern, kita dibombardir dengan gambar dan konsep tentang pembunuh berantai. Apakah ada di film, serial televisi, dan terburuk dari semua berita menampilkan pembunuhan berantai. Tak hanya di luar negeri saja maraknya pembunuhan berantai, di indonesia pembunuhan berantai sedang marak-maraknya. Sungguh menabjubkan seseorang dapat membunuh banyak orang tanpa rasa bersalah.

Berbagai modus yang diungkap sehingga tersangka melakukan pembunuhan berantai. Uang, cinta hingga rasa sakit hati merupakan salah satu dari sekian banyak modus yang di gunakan tersangka untuk melakukan pembunuhan berantai. Berikut akan dijelaskan beberapa defines serta tipe- tipe dari pembunuh berantai dari sudut pandang psikologi.

B. Kajian Teoritis
Menurut definisi sudut pandang kriminal, pembunuh berantai adalah seseorang yg membunuh satu orang atau lebih dengan rentang waktu tidak membunuh selama 30 hari atau lebih di antaranya. Motivasi pembunuh berantai umumnya murni dari dalam dirinya sendiri, bukan paksaan atau bujukan dari orang lain. Para pembunuh berantai sendiri umumnya adalah orang yg tersingkirkan atau sengaja menarik diri dari lingkungannya. Karena itu, pembunuh berantai sering diidentikkan dengan perilaku antisosial. Akibat menarik diri dari lingkungan, mereka tumbuh menjadi pribadi yg egosentris & tidak punya rasa empati pada orang lain. Pada pembunuh berantai yg menjurus psikopat, ia berpikir bahwa nyawa hewan tak ada bedanya dengan nyawa manusia, sehingga sering menunjukkan sifat tidak menyesal usai membunuh .

Para pembunuh berantai secara khusus didorong oleh berbagai alasan psikologis, terutama tekanan (complusion) kekuasaan dan seksual. Mereka umumnya memiliki kekuarangan dan ketidakberhagaan, kadang-kadang mengalami penghinaan, bullying, dan pelecehan (abuse) pada masa kecilnya serta tekanan kemiskinan dan status ekonomi yang rendah di saat dewasa. Dalam banyak kasus, para pembunuh berantai melakukan kejahatan untuk mengkompensasi faktor-faktor tersebut dan meberikan rasa memiliki potensi dan sering melakukan balas dendam dengan memberikan mereka sebuah perasaan berkuasa, baik pada waktu melakukan pembunuhan maupun sesudahnya.

Sebagian pembunuh berantai menunjukkan satu atau lebih dari apa yang dikenal sebagai “tiga serangkai MacDonald (MacDonald triad)” tanda peringatan pada masa kecil, yakni:
Mulai membakar, atau selalu membakar rumah, untuk merasakan kegairahan saat menghancurkan sesuatu, untuk menarik perhatian, atau untuk membuat si pelaku merasa lebih kuat.

Kejam terhadap binatang (berkaitan dengan zoosadisme). Banyak anak-anak mungkin kejam terhadap binatang, misalnya menarik lepas kaki laba-laba. Tapi orang yang kelak menjadi pembunuh berantai sering membunuh binatang yang lebih besar, misalnya anjing dan kucing, dan sering kali demi kenikmatan sendiri, bukan untuk mengesankan teman-teman sebayanya. Dan yang terakhir adalah mimpi basah di usia yang sudah lewat dibanding anak-anak normal.

Dua Tipe Pembunuh Berantai
Sejumlah besar pembunuh berantai akan menunjukkan aspek-aspek tertentubaik tipe terorganisasi maupun tidak terorganisasi, meskipun biasanya karakteristik salah satu lebih dominan. Sebagai pembunuh turun dari perilaku terorganisasi menjadi tidak terorganisasi ketika mereka terus melakukan pembunuhan. Pada awalnya mereka terus melakukan pembunuhan dengan hati-hati dan metodis, tapi menjadi ceroboh dan implusif ketika tekanan terhadap hidup mereka makin besar.
Namun FBI umumnya mengelompokkan pembunuhan berantai ke dalam dua tipe yang berbeda:

  1. Pelaku terorganisasi/nonsosisal, biasanya sangat cerdas, memiliki IQ di atas rata-rata (>100), dan merencanakan kejahatan mereka dengan sangat metodis, biasanya menculik korban-korbannya, membunuh mereka di satu tempat dan membuang mayatnya di tempat lain.
  2. [/li]
  3. Pelaku tak terorganisasi/asosial, biasanya memiliki kecerdasan yang rendah, IQ di bawah rata-rata (<90 dan="" dengan="" hati="" implusif="" kata="" kejahatan="" li="" melakukan="" menuruti="" mereka="">


Lima Motif Pembunuhan berantai
Motif-motif pembunuhan berantai bisa dibagi ke dalam lima kategori yang berbeda, meskipun sejumlah pembunuh berantai memperlihatkan karakteristik lebih dari satu tipe. Berikut adalah motif pembunuhan berantai:
Visioner
Herbert Mullin membunuh 13 orang setelah dia mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa pembunuhan diperlukan untuk mencegah Carlifornia dari serangan gempa bumi. Mullin bersusah payah untuk “menunjukkan” bahwa California benar-benar terhindar dari gempa bumi selama dia melakukan rangkaian pembunuhan.
Ed Gein membunuh dua perempuan (atau lebih, jumlah tepatnya tidak diketahui) yang memiliki kemiripan dengan ibunya. Dia juga menggunakan daging dai mayat-mayat perempuan yang digali untuk membuat sebuah “setelan perempuan” (juga berbagai perhiasan rumah seperti gorden dan kap lampu) untuk dirinya sehingga dia bisa “menjadi” ibunya. Setelah ditangkap, dia ditempatkan di sebuah lembaga mental selama sisa hidupnya.

•Misioner
Para pembunuh yang tergolong misioner percaya bahwa aksi mereka dibenarkan dengan dasar bahwa mereka sedang membersihkan tipe manusia tertentu (seringnya para pelacur atau anggota etnis tertentu), dan demikian melakukan kebaikan bagi masyarakat.

•Hedonistis
Pembunuh tipe ini membunuh demi kesenangan belaka, meskipun aspek apa yang membuat mereka senang bermacam-macam. Ini tipe paling umum pembunuh berantai yang digambar dalam film horor, thriller psikologis, dan lain-lainnya. Pernyataan Yang Xibhai setelah ditangkap adalah tipikal sikap pembunuh demikian: “Ketika saya membunuh seseorang, saya memiliki keinginan untuk membunuh lagi. Keinginan itu mengilhami saya untuk membunuh lebih banyak. Saya tak peduli apakah mereka layak hidup atau tidak. Itu bukan urusan saya.” Sebagian pembunuh mungkin menikmati fase “memburu” atau “memancing” dan menjerat korban lebih dari segalanya, sedangkan sebagian lain mungkin terutama didorong oleh aksi penyiksaan dan perlakuan kejam terhadap korban ketika masih hidup.

•Didorong Keuntungan
Sebagian besar penjahat yang melakukan pembunuhan berantai dengan tujuan materi (misalnya para penembak mafia), tidak dimasukkan ke dalam klasifikasi pembunuh berantai. Sebab mereka didorong oleh perolehan ekonomi, bukannya desakan psikopantologis. Namun hanya ada garis tipis yang membedakan para pembunuh ini. misalnya, Marcel Petiot, yang berpotensi di Prancisyang diduduki Nazi, bisa diklasifikasikan sebagai pembunuh berantai. Dia berpura-pura menjadi anggota French Resistance dan memikat orang-orang kaya Yahudi datang ke rumahnya, mengklaim bahwa dia bisa menyelundupkan mereka keluar dari negara itu. Alih-alih, dia membunuh mereka dan mencuri kekayaan mereka, membunuh 63 orang sebelum akhirnya ditangkap.

•Kekuatan dan Kontrol
Tujuan utama mereka membunuh adalah meraih menggunakan kekuatan atas korban mereka. Para pembunuh seperti ini kadang-kadang disiksa ketika anak-anak, dan memiliki perasaan yang lemah dan tidak cukup ketika dewasa. Banyak pembunuh yang didorong-kekuatan/kontrol secara seksual menyiksa korbannya, tapi berbeda dengan pembunuh hedonistik. Ketika memperkosa mereka tidak didorong oleh nafsu, melainkan oleh

Kesimpulan
Dalam perspektif psikologis, beberapa kasus pembunuhan berantai menjurus pada gangguan mental, misalnya skizofrenia. Ketika seseorang yang melakukan pembunuhan berantai dan didiagnosis mengidap suatu gangguan kejiwaan maka ia akan lepas dari berbagai tuntutan hukum. Ia tidak akan menjadi penghuni penjara, melainkan rumah sakit jiwa untuk mendapat perawatan mental.
Pada cotoh kasus Ed Gein, setelah ditangkap, dia ditempatkan di sebuah lembaga mental selama sisa hidupnya.

Dalam persidangan kasus- kasus pembunuhan berantai saksi ahli, seperti psikiatri, psikolog forensic, didatangkan ke meja hijau untuk memberikan keterangan apakah seseorang tersebut mengidap gangguan jiwa atau tidak. Ini bukan merupakan hal yang mudah, serangkaian tes psikologis harus dilakukan untuk membuktikan apakah tersangka memenuhi diagnosis gangguan kejiwaan ataukah “berpura pura gila” untuk menghidari tuntutan hukum. Bagi keluarga korban, tidak adil apabila seseorang yang telah melakukan pembunuhan berantai yang kejam tidak mendapatkan hukuman penjara atau hukuman mati justru mendapatkan perawatan khusus di bangsal rumah sakit jiwa. Oleh sebab itu, pemahaman akan berbagai perspektif dibutuhkan baik untuk masyartakat, maupun keluarga korban.
bentuk lain dominasi terhadap korban. - See more at: http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/forum/2-diskusi-topik-psikologi/4-pembunuh-berantai-dalam-perspektif-psikologi#sthash.wIdyo0xQ.dpuf

0 komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com

BACA JUGA

DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY

Ikuti situs Bagindaery

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...