Salah satu ungkapan hakikat Tuhan dalam al-Qur’an ada di dalam surat An-Nur, 35 :
Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada
pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak
dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak
di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala
sesuatu.
Ayat
ini kalau kita perhatikan dengan seksama menjelaskan kepada kita
tentang hakikat cahaya Allah dalam bentuk perumpamaan, sesuatu yang
dikenal oleh umat di zaman itu yaitu pohon zaitun. Tentu yang dimaksud
poho zaitun bukanlah pohon zaitun dalam makna harfiah, tapi itu hanyalah
symbol atau perumpamaan. “Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki”,
Guru Sufi menjelaskan bahwa cahaya di atas cahaya itu tidak lain adalah
para Rasul dan Para Wali, mereka berada di dalam cahaya dan mereka
tidak lain terbit dari cahaya Allah SWT. Allah dengan Pengasih dan
Penyayang membimbing manusia kepada cahaya-Nya, membimbing manusia untuk
meng-imani Rasul-Nya, mengambil semua pelajaran dari Rasul dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ulama
di tanah air menceritakan tentang hakikat seperti dalam surat An-Nur,
35 bukan dalam bentuk pohon zaitun karena masyarakat di tanah air tidak
mengenal sama sekali pohon zaitun, para ulama member perumpamaan tentang
hakikat dengan bentuk Buah Kelapa.
Buah
kelapa sebagaimana kita ketahui mempunyai lapisan, mulai dari kulit
terluar, sabut kelapa, batoknya yang keras sampai kepada daging yang
berisi santan. Santan secara alamiah mudah membusuk, harus diproses
terlebih dulu agar bisa menjadi minyak. Setelah menjadi minyak barulah
kelapa tadi menjadi “Abadi”, tahan lama, ikan dalam kondisi setengah
busuk pun kalau di goring dengan minyak yang telah di proses akan
menjadi harum dan enak di makan.
Struktur
buah kelapa yang berlapis dijadikan oleh ulama zaman dulu untuk
menjelaskan tentang agama yang juga mempunyai lapisan-lapisan. Kulit
terluar kelapa bisa di gambarkan sebagai syariat. Kulit kelapa berfungsi
untuk melindungi lapisan dalam, melindungi terhadap benturan. Kulit dan
sabut kelapa juga berfungsi untuk penyebaran buah kelapa, ketika buah
kelapa jatuh ke air atau ke laut dia akan mengapung. Itulah sebabnya
kelapa bisa dijumpai di pulau yang tidak berpenghuni di tengah laut,
proses penyebarannya karena buah kelapa mengapung di bawa arus dan
terdampar di pulau terasing kemudian tumbuh. Kulit dan sabut kelapa ini
sangat penting kedudukannya karena berfungsi sebagai penyebar kelapa,
sama halnya dengan syariat yang berfungsi untuk menyebarkan agama
keseluruh muka bumi.
Batok
kelapa yang keras berada di dalam kulit dan sabut kelapa bisa di
ibaratkan dengan Tarekat, keras dan juga tidak ada santan di dalamnya,
fungsinya melindungi secara langsung daging buah kelapa dari
gangguan-gangguan dari luar. Batok kelapa ini sebagai tempat melekat
dari daging kelapa dan juga sebagai penghubung antara daging kelapa
dengan kulit terluar. Untuk bisa menembus batok kelapa yang keras
diperlukan kesungguhan, usaha yang istiqamah. Berbeda dengan kulit
terluar kelapa dan sabut kelapa yang lebih mudah di tembus dan lebih
mudah dijumpai karena memang terlihat. Karena di batok kelapa tidak ada
daging apalagi santan, maka seorang yang hanya menempel di tarekat tanpa
mau melaksanakan zikir, melaksanakan perintah Guru dan istiqamah
beramal maka sama seperti dia berada di kulit luar, sama dengan syariat,
tidak mendapatkan apa-apa. Maka mustahil orang yang mala mini menekuni
tarekat besok langsung ke tahap makrifat, itu tidak mungkin. Maka
Rasulullah SAW bersabda, “Tarekat itu adalah perbuatanku”, atau
bisa disebut Hakikat itu metodeku, caraku untuk berhubungan dengan
Allah di Terakat pula tersimpan amalan dzikir dan ubudiah untuk
mendekatkan diri kepada Allah, untuk menembus sampai kepada daging
kelapa. Itulah sebabnya di dalam tarekat terdapa suluk, intensif beramal
dalam sekian hari, ada adab-adab yang harus dipatuhi dengan ketat,
aturan yang keras, begitulah yang harus dilakukan agar bisa melewati
tempurung kelapa yang keras.
Daging kelapa itu ibarat Hakikat, disana tersimpan rahasia keabadian rohani dari manusia. Rasulullah mengatakan “Hakikat itu
Kediamanku”, Beliau selama 24 jam berada dalam alam hakikat karena
memang dalam diri Beliau telah ada Nur Allah SWT. Apa yang Beliau
kerjakan sepenuhnya adalah “gerak” Allah yang bersemayam dalam diri
Beliau. Di dalam santan itulah tersimpan minyak yang bersifat abadi.
Rasulullah mengatakan, “Makrifat itu adalah Rahasiaku”, kenapa
menjadi rahasia karena memang makrifat itu berada di dalam hakikat.
Ibarat minyak tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa diproses
terlebih dulu.
Perdebatan-perdebatan
tentang Tuhan hanya terjadi pada tahap syariat dan tarekat, disana
memang keras, kering dan tidak ada santan apalagi minyak. Memperdebatkan
sesuatu yang tidak ada akan membuang energi, tapi manusia memang senang
melakukannya. Ketika telah sampai ke alam hakikat dan Makrifat maka
disana tidak ada lagi perdebatan, disana tidak ada lagi mempelihatkan
kehebatan dan kelebihan karena orang-orang yang telah sampai disana
sedang sibuk menikmati apa yang di dapat, sibuk menikmati keindahan
pemandangan yang belum pernah di dapat seumur hidup. Karena semua telah
memandang maka tidak aka nada lagi perdebatan, semua telah menjadi
NYATA.
Perdebatan
tentang Gajah hanya ada pada orang buta yang belum pernah melihat
Gajah, tapi bagi pawang gajah atau orang-orang yang kesehariannya selalu
bersama gajah, mereka tidak lagi berdebat tentang gajah, mereka sudah
sibuk dengan melihat gajah yang ada di depan matanya.
Syariat
ibarat orang yang mempelajari tentang cara melakukan perjalanan,
menghapal rambu-rambu jalan, belajar cara mengendarai kenderaan dan
semua aturan yang ada di dalamnya, namun tidak pernah melakukan
perjalanan, hanya mempelajari saja. Tarekat yang bermakna jalan dan
perjalanan adalah orang yang sedang berjalan menuju ke suatu tempat.
Orang yang hanya menghapal cara berkendaraan dan rambu-rambu jalan dan
belum pernah berjalan pada umumnya bersifat sok tahu dan merasa pandai.
Perdebatan antara orang yang sudah berjalan dengan orang yang hanya
menghapal tentang perjalanan sering kali terjadi, berselisih dari zaman
Rasul sampai akhir zaman.
Ketika
musafir yang telah mempelajari tentang perjalanan dan kemudian berjalan
sampai mencapai tujuan maka inilah orang yang telah sampai ke tahap
hakikat dan makrifat. Karena terlalu lelah dalam perjalanan dan terlena
dengan pemandangan yang menakjubkan maka biasanya tidak lagi berselera
untuk berdebat, bagi dia semua sudah jelas dan terang benderang.
Bagi
yang masih senang mencari kesalahan orang lain, merasa benar sendiri,
silahkan meneruskan perjalanan atau silahkan memulai perjalanan, bisa
jadi belum pernah melangkahkan kaki tapi merasa sudah sampai, ini
penyakit kebanyakan manusia. Tapi ada hal yang sangat penting yang harus
anda ingat, Jangan pernah berjalan sendiri karena akan tersesat di jalan.
Carilah seorang pemandu yang ahli yang sudah pernah bolak balik ke
tempat tujuan, yang hapal luar kepala seluk beluk jalan, tikungan tajam,
lembah yang terjal, pendakian yang membahakan semua sudah diketahui
oleh pemandu, itulah cara teraman untuk selamat sampai ke tempat tujuan.
Ketika sampai ke tempat tujuan, maka nikmatilah pemandangan yang indah,
minumlah di telaga keabadian, disana hanya ada senyuman. Jangan banyak
bersuara, karena orang-orang yang berada disana sedang menikmati
kesunyian dan kesendiriannya bersama SANG PEMILIK TEMPAT.
Di
hari Jum’at yang penuh berkah ini, mudah-mudahan tulisan tentang Kelapa
ini bisa menjadi renungan untuk kita semua. Selamat menunaikan shalat
Jum’at, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua.
sumber: http://sufimuda.net/2013/07/19/memahami-hakikat-tuhan-lewat-kelapa/
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com