Perang
Uhud meninggalkan kesan yang amat dalam bagi pribadi Rasulullah dan
para sahabat. Tewasnya Hamzah bin Abdul Muthalib sang paman yang menjadi
pembela utama mempunyai arti yang sangat besar. Sebenarnya bukan
kematian itu yang menyedihkannya tetapi perlakuan yang diluar batas
terhadap mayat pamannya oleh istri Abu Sufyan yang bernama Hindun.
Perempuan itu benar-benar ingin melampiaskan balas dendamnya karena
banyak di antara keluarganya yang terbunuh ketika perang Badar.
Ketika
itu pasukan kaum Muslimin dipimpin langsung oleh Rasulullah berhadapan
dengan kaum musyrikin yang dipimpin langsung oleh Abu Sufyan. Dalam
peristiwa perang Uhud tokoh Hamzah bin Abdul Muthalib dipercaya memegang
komando penting mengobarkan semangat jihad. Abu Sufyan selalu berusaha
melakukan berbagai taktik untuk meneror Rasulullah agar semangat utusan
Allah ini kendur antara lain dengan cara memusnahkan orang yang menjadi
pembelanya.
Abu
Sufyan memiliki seorang budak yang bernama Wahsyi. Kepada budaknya ini
Abu Sufyan menjanjikan apabila dia berhasil membunuh Hamzah bin Abdul
Muthalib akan dimerdekakan. Janji tersebut sangat menggembirakan Wahsyi
sehingga dengan berbagai usaha dia berhasil menyusup ke tengah pasukan
Muslimin dan berhasil membunuh Hamzah. Pasukan Muslimin kocar-kacir
menyebabkan banyak syuhada yang gugur termasuk Hamzah. Hindun yang
melihat sudah tewas dan mayatnya belum sempat dibawa pergi oleh prajurit
muslimin langusung menyerbu dan membelah dada Hamzah serta mengeluarkan
hatinya kemudian langsung dikunyahnya. Kejadian itu disaksikan dari
jauh karena pasukan Musilimin sedang dalam keadaan kacau balau.
Perang
sudah usai. Dakwah Islam kian berkembang dan kekuatan kaum Muslimin
terus bertambah. Namun pihak Abu Sufyan yang berkuasa di Mekkah selalu
berusaha menghalang-halangi kaum Muslimin yang akan melakukan ibadah
haji. Pada suatu ketika diputuskan untuk melakukan penyerbuan ke Mekkah
dan merebut tanah kelahiran terutama untuk melindungi kaum Muslimin yang
tertindas di sana dengan kekuatan yang cukup besar.
Dalam
peperangan ini, Rasulullah selau berpesan supaya menghindari banyaknya
korban. Untuk itu Rasulullah mengutus beberapa orang sahabat untuk
bernegosiasi dengan pimpinan musyrikin Quraisy. Abu Sufyan sendiri
merasa bahwa kekuatannya sudah tidak memadai lagi. Maka ketika
mengadakan perundingan dengan utusn Rasulullah, Abu Sufyan meminta
jaminan. Bagaimanapun juga sebagai tokoh utama kaumnya dirinya tidak
ingin dipermalukan, biar kalah tapi namanya tetap terhormat dan dirinya
tetap dihormati. Rasulullah sendiri sebenarnya sudah mengerti benar
watak pemimpin Quraisy yang satu ini.
“Ya
Rasulullah! Abu Sufyan itu pemuka yang sangat dihormati dan disegani
kaumnya. Maka tempatkanlah dia sebagai orang yang dihormati supaya tidak
tersisih dari kaumnya,” kata salah seorang sahabat.
“Baiklah.
Kalian dengarkan dan sampaikan kepada Abu Sufyan, ‘Siapa yang masuk
Masjidil Haram, aman! Dan siapa yang masuk rumah Abu Sufyan, aman’,”
kata Rasulullah.
Mendapat
jaminan itu, Abu Sufyan sangat terangkat. Jaminan itu merupakan
penghormatn yang tinggi seakan-akan menyamakan fungsi masjid dengan
rumah Abu Sufyan. Semula Hindun dan beberapa tokoh lainnya tidak mau
menerima jaminan terhadap Abu Sufyan tersebut. Namun dengan kebesaran
dan kekuasaan di tangannya semua tunduk dan patuh kepadanya kecuali
melarikan diri. Akhirnya pertempuran dapat dihindari. Abu Sufyan,
istrinya dan Wahsyi serta pengikut Abu Sufyan memperkuat barisan Islam.
Dalam
kondisi seperti itu masih banyak diantara sahabat merasa tidak puas dan
kurang menerima perlakuan Rasulullah terhadap Abus Sufyan dan
pengikutnya. Sahabat menginginkan supaya dilakukan hukum setimpal
terhadap pembunuh Hamzah bin Abdul Muthalib. Namun Rasulullah tidak
terpengaruh tekanan para sahabatnya. Didalam hatinya tidak sedikitpun
menyimpan rasa dendam. Dulu pertentangan antara iman dan kufur, sekarang
semua sudah berada dalam satu kalimat panji-panji tauhid. Haram
menumpahkan darah sesama muslim tanpa sebab yang membenarkan berdasarkan
hukum Allah.
Walaupun
Rasulullah kehilangan paman sekaligus pelindung yang dicintainya, yang
dibunuh dengan kejam, namun beliau tetap sabar. Beliau tidak membalas
bahkan memaafkannya. Buah dari kesabarannya, banyak orang-orang yang
tadinya memusuhi berbalik menjadi pengikutnya yang setia. Walaupun hati
beliau sangat sedih dan merasa kehilangan tetapi tidak berarti menjadi
gelap mata dan kehilangan emosinya.
(Sumber : Nasiruddin, S.Ag, MM, 2007, Kisah Orang-Orang Sabar, Republika, Jakarta.)
artikel by: http://sufimuda.net
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com