Sistem Khilafah merupakan
bentuk negara dalam Islam yang menerapkan hukum syariah di bawah
pimpinan seorang Khalifah. Negara Khilafah merupakan kekuatan politik
praktikal yang berfungsi untuk menerapkan hukum Islam serta
menyebarluaskan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan
jihad.
Khilafah adalah satu-satunya tharîqah (method) bagi penerapan syariah Islam secara menyeluruh (kaffah) dalam semua aspek kehidupan. Negara Khilafah ini berdiri atas dasar mabda' (ideology) Islam yang menjadikan aqidah Islam sebagai landasannya.
Sistem Khilafah adalah pemerintahan Islam yang berbeda dengan republik, monarki, atau imperium. Khilafah merupakan kepemimpinan umum bagi kaum Muslim di seluruh dunia. Istilah lain dari Khilafah adalah Imamah.
Mendirikan Khilafah adalah kewajiban seluruh kaum Muslim di seluruh dunia. Apatah lagi banyak hukum Islam seperti pelaksanaan 'uqûbat (hukuman seperti rajam, potong tangan, diyat, qishash, dll); penegakkan sistem ekonomi, sistem pendidikan, dan sosial Islam, dll; pengembangan risalah Islam ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad yang pelaksanaannya bertumpu pada Khalifah/Khilafah. Karena itu, kaum Muslim tidak boleh menangguh atau menunda-nunda pelaksanaan kewajiban ini.
Mengabaikan pelaksanaannya sama dengan mengabaikan kewajiban Islam lainnya; dan Allah Swt. akan mengazab pelakunya dengan azab yang sangat pedih.
Kembalinya Khilafah (Negara Islam) yang menyatukan seluruh negeri Muslim) telah menjadi fokus perhatian pemerintahan AS dan Britain. Beberapa bulan lalu PM Tony Blair, sebagaimana Rumsfeld dan Jenderal Myers dari AS, memperingatkan tentang kaum muslimin yang akan mengganti pemerintahan yang berkuasa saat ini di negeri-negeri Islam. Pidato Bush pada 6 Oktober 2005, menyatakan hal yang seumpamanya, "Kaum militan percaya bahawa dengan menguasai satu negara akan menggerakan umat Islam dan sanggup menggulingkan pemerintahan moderat di Timur Tengah serta menegakkan kembali imperium Islam radikal yang akan menyebar dari Spanyol hingga Indonesia."
Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld malah menjadikan kekhawatiran berdirinya Khilafah ini sebagai alasan bagi AS tetap berada di Iraq, ''Jika tentara AS keluar dari Iraq segera, Iraq akan menjadi surga bagi teroris dan menjadi tapak penyebaran negara adidaya Islam yang akan mengancam dunia...Iraq akan menjadi tapak negara Khilafah yang baru, yang akan meluas ke Timur Tengah." (Sumber: Washingtonpost.com, 5/12/2005).
Ketakutan akan sistem Khilafah Islam ini membuat Barat terus-menerus berusaha mencari jalan untuk menyimpangkan citra Khilafah dan umat Islam sepanjang sejarah.
Ilmuwan Perancis Count Henri Dicastri mengatakan dalam bukunya:
"Saya tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh umat Islam jika mereka mengetahui sejarah Abad Pertengahan dan mengerti isi syair-syair dari penggubah lagu-lagu gereja. Seluruh lagu-lagu kami , yang ditulis hingga abad ke-12 , menghasilkan satu satu pemikiran: ….semuanya berisi kebencian terhadap umat Islam…Semua lagu-lagu ini-akibatnya-memperkuat gambaran yang salah tentang Islam dalam pikiran masyarakat. Banyak syair yang menggambarkan kaum Muslim sebagai penyembah yang idiot, musyrik, kafir, orang murtad".
Sementara itu, Ariel Cohen, Ph.d, dalam rekomendasinya yang diterbitkan oleh The Heritage Foundation menyebutkan, "AS harus menyediakan dukungan pada media lokal untuk mempropagandakan contoh-contoh negatif dari aplikasi syariat, seperti potong tangan untuk kejahatan ringan, kepemilikan alkohol di Chechnya, keadaan Afganistan di bawah Taliban atau Saudi Arabia, dan tempat lainnya. Perlu juga diekspos perang sipil yang dituduhkan kepada gerakan Islam di Aljazair." (Islamic Group: An Emerging Threat to U.S. Interests in Central Asia).
Satu hal yang paling sering dituduhkan tentang sistem ini adalah bahawa sistem Khilafah merupakan sistem diktator. Mengapa diktator.? Ada beberapa alasan pada mereka. Pertama: pemimpinnya bukan dipilih oleh rakyat, tetapi melalui suatu pemaksaan; samada dengan kekuatan (militer) atau atas nama keturunan. Kedua: dalam sistem diktator tidak ada mekanisme 'muhasabah' terhadap penguasa. Ketiga: hukum yang berlaku adalah hukum sang penguasa sendiri. Keempat: tidak mempunyai mekanisme pertanggungjawaban terhadap rakyat. Kelima: tidak memihak pada kehendak rakyat.
Tuduhan bhawa sistem Khilafah adalah sistem diktator jelas tidak memiliki argumentasi yang kuat. Berikut penjelasannya:
a. Khalifah dipilih oleh rakyat
Khalifah adalah orang yang mewakili umat dalam urusan pemerintahan dan kekuasaan untuk menerapkan hukum-hukum syariah. Sebab, Islam telah menjadikan pemerintahan dan kekuasaan tersebut menjadi milik umat/rakyat (as-sulthân li al-ummah).
Umat kemudian mewakilkan kepada seseorang untuk melaksanakan urusan tersebut. Ini berarti, Khalifah hanyalah orang yang diangkat oleh rakyat. Kerana itu, tidak ada seorang pun sah menjadi khalifah kecuali dia telah dibaiat oleh rakyat. Kerana itu pula, Khalifah dipilih oleh rakyat atau Majelis Umat yang merupakan representasi rakyat.
Sistem Khilafah berbeda dengan kerajaan yang kepemimpinannya didasarkan pada sistem pewarisan berdasarkan garis keturunan. Apa yang dipraktikkan oleh negara-negara yang mengklaim berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah seperti Saudi Arabia jelas tidak mencerminkan sistem Khilafah.
Khalifah juga dipilih oleh rakyat berdasarkan keridhaan (kerelaan) rakyat, tidak boleh dengan paksaan. Sebab, kekuasaan tersebut sejatinya adalah milik rakyat yang tidak boleh dirampas oleh siapapun.
Memang, dalam sejarah Kekhilafahan Islam pernah ada pemimpin yang memaksa rakyat untuk memilihnya atau memilih anaknya seperti ketika Khalifah Muawiyah memaksa rakyat untuk memilih Yazid. Peristiwa ini jelas merupakan penyimpangan dari ketentuan syariah Islam. Peristiwa sejarah semacam ini tidak boleh dijadikan rujukan.
b. Rakyat berhak bahkan wajib mengkoreksi Khalifah
Dalam Islam mengontrol dan mengoreksi (muhasabah) penguasa yang menyimpang hukumnya adalah wajib. Mekanisme koreksi ini dikenal dengan istilah muhâsabah li al-hukkâm. Rasulullah saw sendiri memberikan kedudukan yang sama dengan pemimpin para syuhada kepada siapapun yang terbunuh karena meluruskan penguasa yang menyimpang dari kebenaran. Oleh itu, sungguh pelik kalau ada yang menuduh bhawa dalam sistem Khilafah rakyat tidak boleh mengkoreksi penguasa.
Dalam Islam mengoreksi Khalifah bukan saja hak rakyat, tetapi kewajiban rakyat. Bentuk koreksi itu boleh dilakukan oleh individu atau kelompok (partai politik). Kerana itu, dalam sistem Khilafah, siapapun boleh mendirikan partai politik atas dasar asas Islam, yang tugas pokoknya adalah mengontrol dan mengoreksi penguasa.
Bagaimana kalau terjadi perselisihan antara penguasa dan rakyat.? Mahkamah Mazhalim, yang merupakan bagian dari struktur Khilafah, yang akan mengurusi masalah ini. Mahkamah pengadilan ini bertugas menyelesaikan persengketaan antara rakyat dan penguasa. Keputusannya wajib ditaati oleh siapapun, termasuk oleh Khalifah.
c. Khilafah adalah negara hukum
Kewajiban terikat pada hukum Allah (syariat Islam) adalah perkara pokok dalam Islam. Hukum ini berlaku sama bagi siapa saja, termasuk bagi Khalifah. Sesiapapun yang menjadi warga negara Daulah Khilafah Islam, baik Muslim maupun non-Muslim, wajib tunduk pada syariah Islam sebagai aturan negara.
Berkaitan dengan hal ini Rasulullah saw. pernah menegaskan, " Seandainya anakku Fatimah mencuri, pasti akan kupotong tangannya."
Adanya tuduhan bhawa Khilafah adalah sistem diktator lebih disebabkan kerena adanya anggapan bahwa Khilafah sama dengan negara teokrasi. Dalam sistem negara teokrasi memang suara raja dianggap sebagai suara Tuhan yang tidak boleh dibantah. Kerena itu, perintah raja otomatis menjadi hukum. Hal ini jelas berbeda dengan sistem Khilafah.
Dalam Islam, yang menjadi sumber hukum adalah al-Quran dan as-Sunnah. Perintah atau kata-kata Khalifah sebagai kepala negara tidak automatik menjadi hukum kalau bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah.
Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah Swt". Artinya, penyimpangan yang dilakukan oleh Khalifah tidak wajib ditaati. Perkara penting lain yang menunjukkan bahwa Khilafah adalah negara hukum ditunjukkan oleh kenyataan bahwa semua persoalan atau perselisihan, sebelum diberi putusan, harus menerusi mekanisme pengadilan yang dipimpin oleh seorang qadhi (hakim). Qadhi akan menetapkan hukum berdasarkan bukti-bukti yang ada, yang diatur dalam hukum-hukum pembuktian (ahkâm al-bayyinât). Keputusan qadhi (hakim) tidak boleh disanggah oleh siapapun, termasuk Khalifah.
d. Khalifah adalah pengurus rakyat
Sistem Khilafah memang bukan pemerintahan demokrasi yang menjadikan kedaulatan di tangan rakyat. Sebab, dalam Islam sumber hukum bukanlah suara rakyat, tetapi hukum syariah. Namun, bukan berarti Islam tidak memperhatikan rakyat. Sebab, Allah telah menetapkan bahawa Khalifah adalah pelayan rakyat yang bertugas mengatur segala urusan mereka.
Karena itu, Khalifah/Khilafah wajib memenuhi keperluan asasi setiap individu rakyat (makanan, pakaian dan tempat tinggal); termasuk keperluan kolektif rakyat seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, dan pengangkutan. Perkara ini merupakan keperluan rakyat yang wajib dipenuhi oleh Khalifah, selaku pengurus rakyat.
Khilafah merupakan sistem ketatanegaraan yang didasarkan pada mabda' (ideologi) yang sahih, karena bersumber dari wahyu, yakni Allah Swt. Hal ini merupakan jaminan utama bahawa sistem ini adalah sistem yang terbaik dibandingkan dengan sistem buatan manusia seperti Kapitalisme atau Sosialisme. Islam yang diterapkan oleh Khilafah merupakan agama universal.
Karena itu, Khilafah layak dan akan mampu menjadi penyelesaian ke atas pelbagai persoalan manusia tanpa melihat agama, suku, atau warna kulitnya. Islam yang diterapkan oleh sistem Khilafah bukan sebatas agama ritual, tetapi ia juga memiliki pemecahan yang solutif atas pelbagai persoalan manusia. Sistem Khilafah memiliki peringkat mekanisme yang jelas untuk menyelesaikan persoalan manusia dengan Islam; aqidah dan syariatnya.
Dua kecenderungan dunia saat ini, globalisasi dan kegagalan Kapitalisme, akan memberikan peluang sekaligus alternatif bagi manusia untuk berpaling kepada sistem Khilafah. Kegagalan Kapitalisme adalah nyata. Berbagai persoalan dunia saat ini seperti kemiskinan global, kesenjangan negara maju dan berkembang, serta konflik dan peperangan adalah di antara hasil yang tampak ketika dunia dipimpin oleh ideologi Kapitalisme.
Di sinilah kelayakan manusia, apalagi umat Islam, untuk kembali pada sistem Khilafah. Bagaimanapun, Barat dengan kekuatan negaranya yang dibangun atas dasar ideologi Kapitalisme yang mengglobal, juga harus dilawan dengan kekuatan negara yang dibangun di atas ideologi yang juga mengglobal. Negara tersebut adalah Daulah Khilafah Islam. Bagi Umat Islam sendiri, mengemban sistem Khilafah adalah kewajiban yang tidak boleh ditunda-tunda lagi.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Menjamin keamanan dunia
Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan pelbagai peluang bagi sesiapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka.
Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga pelbagai ilmu, sastera, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa; yang menjadikan Asia Barat sebagai bahagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad. [Will Durant - The Story of Civilization].
Menyatukan umat manusia
Agama Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri-negeri yang terbentang mulai dari China, Indonesia, India hingga Parsi, Syam, Jazirah Arab, Mesir bahkan hingga Morocco dan Sepanyol. Islam telah memiliki cita-cita mereka, menguasai akhlaknya, membentuk kehidupannya, dan membanggkitkan harapan di tengah-tengah mereka, yang meringankan urusan kehidupan maupun kesusahan mereka.
Islam telah mewujudkan kejayaan dan kemuliaan bagi mereka sehingga jumlah orang yang memeluknya dan berpegang teguh padanya pada saat ini [1926] sekitar 350 juta jiwa. Agama Islam telah menyatukan mereka dan melunakkan hatinya walaupun ada perbezaan pendapat maupun latar belakang politik di antara mereka. [Will Durant - The Story of Civilization].
Menciptakan kemajuan ekonomi
Pada masa pemerintahan Abdurrahman III diperoleh pendapatan sebesar 12,045,000 dinar emas. Diduga kuat bahawa jumlah tersebut melebihi pendapatan pemerintahan negeri-negeri Masihi Latin jika digabungkan kesemuanya. Sumber pendapatan yang besar tersebut bukan berasal dari cukai yang tinggi, melainkan salah satu pengaruh dari pemerintahan yang baik serta kemajuan pertanian, industri, dan pesatnya aktiviti perdagangan. [Will Durant - The Story of Civilization].
Menjamin kesehatan masyarakat
Islam telah menjamin seluruh dunia dalam mempersiapkan pelbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluan rakyatnya. Contohnya adalah al-Bimarustan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160, telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan ubat-ubatan secara percuma. Para sejarahwan berkata bahawa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun. [Will Durant - The Story of Civilization].
Wallahu a'la wa a'lam wa ilayhi al-Mashir
Khilafah adalah satu-satunya tharîqah (method) bagi penerapan syariah Islam secara menyeluruh (kaffah) dalam semua aspek kehidupan. Negara Khilafah ini berdiri atas dasar mabda' (ideology) Islam yang menjadikan aqidah Islam sebagai landasannya.
Sistem Khilafah adalah pemerintahan Islam yang berbeda dengan republik, monarki, atau imperium. Khilafah merupakan kepemimpinan umum bagi kaum Muslim di seluruh dunia. Istilah lain dari Khilafah adalah Imamah.
Mendirikan Khilafah adalah kewajiban seluruh kaum Muslim di seluruh dunia. Apatah lagi banyak hukum Islam seperti pelaksanaan 'uqûbat (hukuman seperti rajam, potong tangan, diyat, qishash, dll); penegakkan sistem ekonomi, sistem pendidikan, dan sosial Islam, dll; pengembangan risalah Islam ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad yang pelaksanaannya bertumpu pada Khalifah/Khilafah. Karena itu, kaum Muslim tidak boleh menangguh atau menunda-nunda pelaksanaan kewajiban ini.
Mengabaikan pelaksanaannya sama dengan mengabaikan kewajiban Islam lainnya; dan Allah Swt. akan mengazab pelakunya dengan azab yang sangat pedih.
Kebencian dan Kekhawatiran Barat Terhadap Khilafah
Kembalinya Khilafah (Negara Islam) yang menyatukan seluruh negeri Muslim) telah menjadi fokus perhatian pemerintahan AS dan Britain. Beberapa bulan lalu PM Tony Blair, sebagaimana Rumsfeld dan Jenderal Myers dari AS, memperingatkan tentang kaum muslimin yang akan mengganti pemerintahan yang berkuasa saat ini di negeri-negeri Islam. Pidato Bush pada 6 Oktober 2005, menyatakan hal yang seumpamanya, "Kaum militan percaya bahawa dengan menguasai satu negara akan menggerakan umat Islam dan sanggup menggulingkan pemerintahan moderat di Timur Tengah serta menegakkan kembali imperium Islam radikal yang akan menyebar dari Spanyol hingga Indonesia."
Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld malah menjadikan kekhawatiran berdirinya Khilafah ini sebagai alasan bagi AS tetap berada di Iraq, ''Jika tentara AS keluar dari Iraq segera, Iraq akan menjadi surga bagi teroris dan menjadi tapak penyebaran negara adidaya Islam yang akan mengancam dunia...Iraq akan menjadi tapak negara Khilafah yang baru, yang akan meluas ke Timur Tengah." (Sumber: Washingtonpost.com, 5/12/2005).
Ketakutan akan sistem Khilafah Islam ini membuat Barat terus-menerus berusaha mencari jalan untuk menyimpangkan citra Khilafah dan umat Islam sepanjang sejarah.
Ilmuwan Perancis Count Henri Dicastri mengatakan dalam bukunya:
"Saya tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh umat Islam jika mereka mengetahui sejarah Abad Pertengahan dan mengerti isi syair-syair dari penggubah lagu-lagu gereja. Seluruh lagu-lagu kami , yang ditulis hingga abad ke-12 , menghasilkan satu satu pemikiran: ….semuanya berisi kebencian terhadap umat Islam…Semua lagu-lagu ini-akibatnya-memperkuat gambaran yang salah tentang Islam dalam pikiran masyarakat. Banyak syair yang menggambarkan kaum Muslim sebagai penyembah yang idiot, musyrik, kafir, orang murtad".
Sementara itu, Ariel Cohen, Ph.d, dalam rekomendasinya yang diterbitkan oleh The Heritage Foundation menyebutkan, "AS harus menyediakan dukungan pada media lokal untuk mempropagandakan contoh-contoh negatif dari aplikasi syariat, seperti potong tangan untuk kejahatan ringan, kepemilikan alkohol di Chechnya, keadaan Afganistan di bawah Taliban atau Saudi Arabia, dan tempat lainnya. Perlu juga diekspos perang sipil yang dituduhkan kepada gerakan Islam di Aljazair." (Islamic Group: An Emerging Threat to U.S. Interests in Central Asia).
Khilafah: Sistem Diktator.?
Satu hal yang paling sering dituduhkan tentang sistem ini adalah bahawa sistem Khilafah merupakan sistem diktator. Mengapa diktator.? Ada beberapa alasan pada mereka. Pertama: pemimpinnya bukan dipilih oleh rakyat, tetapi melalui suatu pemaksaan; samada dengan kekuatan (militer) atau atas nama keturunan. Kedua: dalam sistem diktator tidak ada mekanisme 'muhasabah' terhadap penguasa. Ketiga: hukum yang berlaku adalah hukum sang penguasa sendiri. Keempat: tidak mempunyai mekanisme pertanggungjawaban terhadap rakyat. Kelima: tidak memihak pada kehendak rakyat.
Tuduhan bhawa sistem Khilafah adalah sistem diktator jelas tidak memiliki argumentasi yang kuat. Berikut penjelasannya:
a. Khalifah dipilih oleh rakyat
Khalifah adalah orang yang mewakili umat dalam urusan pemerintahan dan kekuasaan untuk menerapkan hukum-hukum syariah. Sebab, Islam telah menjadikan pemerintahan dan kekuasaan tersebut menjadi milik umat/rakyat (as-sulthân li al-ummah).
Umat kemudian mewakilkan kepada seseorang untuk melaksanakan urusan tersebut. Ini berarti, Khalifah hanyalah orang yang diangkat oleh rakyat. Kerana itu, tidak ada seorang pun sah menjadi khalifah kecuali dia telah dibaiat oleh rakyat. Kerana itu pula, Khalifah dipilih oleh rakyat atau Majelis Umat yang merupakan representasi rakyat.
Sistem Khilafah berbeda dengan kerajaan yang kepemimpinannya didasarkan pada sistem pewarisan berdasarkan garis keturunan. Apa yang dipraktikkan oleh negara-negara yang mengklaim berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah seperti Saudi Arabia jelas tidak mencerminkan sistem Khilafah.
Khalifah juga dipilih oleh rakyat berdasarkan keridhaan (kerelaan) rakyat, tidak boleh dengan paksaan. Sebab, kekuasaan tersebut sejatinya adalah milik rakyat yang tidak boleh dirampas oleh siapapun.
Memang, dalam sejarah Kekhilafahan Islam pernah ada pemimpin yang memaksa rakyat untuk memilihnya atau memilih anaknya seperti ketika Khalifah Muawiyah memaksa rakyat untuk memilih Yazid. Peristiwa ini jelas merupakan penyimpangan dari ketentuan syariah Islam. Peristiwa sejarah semacam ini tidak boleh dijadikan rujukan.
b. Rakyat berhak bahkan wajib mengkoreksi Khalifah
Dalam Islam mengontrol dan mengoreksi (muhasabah) penguasa yang menyimpang hukumnya adalah wajib. Mekanisme koreksi ini dikenal dengan istilah muhâsabah li al-hukkâm. Rasulullah saw sendiri memberikan kedudukan yang sama dengan pemimpin para syuhada kepada siapapun yang terbunuh karena meluruskan penguasa yang menyimpang dari kebenaran. Oleh itu, sungguh pelik kalau ada yang menuduh bhawa dalam sistem Khilafah rakyat tidak boleh mengkoreksi penguasa.
Dalam Islam mengoreksi Khalifah bukan saja hak rakyat, tetapi kewajiban rakyat. Bentuk koreksi itu boleh dilakukan oleh individu atau kelompok (partai politik). Kerana itu, dalam sistem Khilafah, siapapun boleh mendirikan partai politik atas dasar asas Islam, yang tugas pokoknya adalah mengontrol dan mengoreksi penguasa.
Bagaimana kalau terjadi perselisihan antara penguasa dan rakyat.? Mahkamah Mazhalim, yang merupakan bagian dari struktur Khilafah, yang akan mengurusi masalah ini. Mahkamah pengadilan ini bertugas menyelesaikan persengketaan antara rakyat dan penguasa. Keputusannya wajib ditaati oleh siapapun, termasuk oleh Khalifah.
c. Khilafah adalah negara hukum
Kewajiban terikat pada hukum Allah (syariat Islam) adalah perkara pokok dalam Islam. Hukum ini berlaku sama bagi siapa saja, termasuk bagi Khalifah. Sesiapapun yang menjadi warga negara Daulah Khilafah Islam, baik Muslim maupun non-Muslim, wajib tunduk pada syariah Islam sebagai aturan negara.
Berkaitan dengan hal ini Rasulullah saw. pernah menegaskan, " Seandainya anakku Fatimah mencuri, pasti akan kupotong tangannya."
Adanya tuduhan bhawa Khilafah adalah sistem diktator lebih disebabkan kerena adanya anggapan bahwa Khilafah sama dengan negara teokrasi. Dalam sistem negara teokrasi memang suara raja dianggap sebagai suara Tuhan yang tidak boleh dibantah. Kerena itu, perintah raja otomatis menjadi hukum. Hal ini jelas berbeda dengan sistem Khilafah.
Dalam Islam, yang menjadi sumber hukum adalah al-Quran dan as-Sunnah. Perintah atau kata-kata Khalifah sebagai kepala negara tidak automatik menjadi hukum kalau bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah.
Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah Swt". Artinya, penyimpangan yang dilakukan oleh Khalifah tidak wajib ditaati. Perkara penting lain yang menunjukkan bahwa Khilafah adalah negara hukum ditunjukkan oleh kenyataan bahwa semua persoalan atau perselisihan, sebelum diberi putusan, harus menerusi mekanisme pengadilan yang dipimpin oleh seorang qadhi (hakim). Qadhi akan menetapkan hukum berdasarkan bukti-bukti yang ada, yang diatur dalam hukum-hukum pembuktian (ahkâm al-bayyinât). Keputusan qadhi (hakim) tidak boleh disanggah oleh siapapun, termasuk Khalifah.
d. Khalifah adalah pengurus rakyat
Sistem Khilafah memang bukan pemerintahan demokrasi yang menjadikan kedaulatan di tangan rakyat. Sebab, dalam Islam sumber hukum bukanlah suara rakyat, tetapi hukum syariah. Namun, bukan berarti Islam tidak memperhatikan rakyat. Sebab, Allah telah menetapkan bahawa Khalifah adalah pelayan rakyat yang bertugas mengatur segala urusan mereka.
Karena itu, Khalifah/Khilafah wajib memenuhi keperluan asasi setiap individu rakyat (makanan, pakaian dan tempat tinggal); termasuk keperluan kolektif rakyat seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, dan pengangkutan. Perkara ini merupakan keperluan rakyat yang wajib dipenuhi oleh Khalifah, selaku pengurus rakyat.
Hanya Sistem Khilafah yang Layak Memimpin Dunia
Khilafah merupakan sistem ketatanegaraan yang didasarkan pada mabda' (ideologi) yang sahih, karena bersumber dari wahyu, yakni Allah Swt. Hal ini merupakan jaminan utama bahawa sistem ini adalah sistem yang terbaik dibandingkan dengan sistem buatan manusia seperti Kapitalisme atau Sosialisme. Islam yang diterapkan oleh Khilafah merupakan agama universal.
Karena itu, Khilafah layak dan akan mampu menjadi penyelesaian ke atas pelbagai persoalan manusia tanpa melihat agama, suku, atau warna kulitnya. Islam yang diterapkan oleh sistem Khilafah bukan sebatas agama ritual, tetapi ia juga memiliki pemecahan yang solutif atas pelbagai persoalan manusia. Sistem Khilafah memiliki peringkat mekanisme yang jelas untuk menyelesaikan persoalan manusia dengan Islam; aqidah dan syariatnya.
Dua kecenderungan dunia saat ini, globalisasi dan kegagalan Kapitalisme, akan memberikan peluang sekaligus alternatif bagi manusia untuk berpaling kepada sistem Khilafah. Kegagalan Kapitalisme adalah nyata. Berbagai persoalan dunia saat ini seperti kemiskinan global, kesenjangan negara maju dan berkembang, serta konflik dan peperangan adalah di antara hasil yang tampak ketika dunia dipimpin oleh ideologi Kapitalisme.
Di sinilah kelayakan manusia, apalagi umat Islam, untuk kembali pada sistem Khilafah. Bagaimanapun, Barat dengan kekuatan negaranya yang dibangun atas dasar ideologi Kapitalisme yang mengglobal, juga harus dilawan dengan kekuatan negara yang dibangun di atas ideologi yang juga mengglobal. Negara tersebut adalah Daulah Khilafah Islam. Bagi Umat Islam sendiri, mengemban sistem Khilafah adalah kewajiban yang tidak boleh ditunda-tunda lagi.
---------------------------------------------------------------------------------------------
DUNIA MENGAKUI SISTEM KHILAFAH
Menjamin keamanan dunia
Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan pelbagai peluang bagi sesiapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka.
Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga pelbagai ilmu, sastera, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa; yang menjadikan Asia Barat sebagai bahagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad. [Will Durant - The Story of Civilization].
Menyatukan umat manusia
Agama Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri-negeri yang terbentang mulai dari China, Indonesia, India hingga Parsi, Syam, Jazirah Arab, Mesir bahkan hingga Morocco dan Sepanyol. Islam telah memiliki cita-cita mereka, menguasai akhlaknya, membentuk kehidupannya, dan membanggkitkan harapan di tengah-tengah mereka, yang meringankan urusan kehidupan maupun kesusahan mereka.
Islam telah mewujudkan kejayaan dan kemuliaan bagi mereka sehingga jumlah orang yang memeluknya dan berpegang teguh padanya pada saat ini [1926] sekitar 350 juta jiwa. Agama Islam telah menyatukan mereka dan melunakkan hatinya walaupun ada perbezaan pendapat maupun latar belakang politik di antara mereka. [Will Durant - The Story of Civilization].
Menciptakan kemajuan ekonomi
Pada masa pemerintahan Abdurrahman III diperoleh pendapatan sebesar 12,045,000 dinar emas. Diduga kuat bahawa jumlah tersebut melebihi pendapatan pemerintahan negeri-negeri Masihi Latin jika digabungkan kesemuanya. Sumber pendapatan yang besar tersebut bukan berasal dari cukai yang tinggi, melainkan salah satu pengaruh dari pemerintahan yang baik serta kemajuan pertanian, industri, dan pesatnya aktiviti perdagangan. [Will Durant - The Story of Civilization].
Menjamin kesehatan masyarakat
Islam telah menjamin seluruh dunia dalam mempersiapkan pelbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluan rakyatnya. Contohnya adalah al-Bimarustan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160, telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan ubat-ubatan secara percuma. Para sejarahwan berkata bahawa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun. [Will Durant - The Story of Civilization].
Wallahu a'la wa a'lam wa ilayhi al-Mashir
http://www.facebook.com/notes/komunitas-rindu-syariah-khilafah/sebarkan-mengenal-sistem-khilafah-islamiyyah/370848897536
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com