Oleh : Abu Hafidzh Al Faruq
Laporan
adalah informasi, laporan bisa disampaikan secara tertulis maupun
lisan. Pada instansi resmi biasanya laporan disampaikan secara tertulis
bahkan seringkali harus dipresentasikan atau diexpose. Laporan biasanya
juga diminta secara periodik seperti harian, mingguan, bulanan atau
tahunan. Laporan ini dibutuhkan untuk mengevaluasi kinerja suatu
kegiatan atau aktivitas terhadap objek tertentu. begitulah defenisi
singkat saya tentang laporan. Dalam hubungan manusia dengan Tuhan dalam
konteks hamba dengan Khalik, mutlak diperlukan laporan yang lebih intens
oleh si hamba kepada Tuhan, kapan saja, dimana saja dan tentang apa
saja yang ingin dilaporkan tanpa ada suatu batasan apapun mengenai
waktu, tempat, objek yang dilaporkan dan tanpa harus melewati
protokoler apapun untuk melapor kepada Tuhan. Perbedaan antara laporan
manusia dengan manusia dan laporan antara manusia dengan Tuhan adalah,
kalau laporan manusia dengan manusia biasanya yang meminta laporan
adalah atasan anda, atasan anda yang meminta laporan anda untuk melihat
kinerja anda sedangkan laporan manusia dengan Tuhan adalah atas
inisiatip anda sendiri karena andalah yang butuh ”melaporkan” itu, bukan
Tuhan.
Melapor
kepada Tuhan tentulah berbeda dengan laporan komandan upacara kepada
inspektur upacara. Laporan kepada inspektur upacara itu mirip mirip
membentak. ’Lapor! Upacara siap untuk dilaksanakan! Laporan selesai!’
begitulah saya membentak kepala sekolah kami pagi senin itu dan beliau
langsung menimpali ’laksanakan!’. Melapor kepada Tuhan tentulah di awali
dengan puji pujian dulu seperti ’segala puja dan puji bagiMu Tuhan..,
Engkau maha pengasih lagi maha penyayang… dan seterusnya.. dan
sebagainya… kalau diterjemahkan dalam bahasa arab sperti ini ’alhamdulillahirrabbil ’alamin.. arrahmannirrahim..
dst.., dsb.., itupun kalau anda orang arab, kalau bukan pakailah bahasa
yang anda mengerti, bahasa Ibu anda, begitulah Guru saya berpesan.
Setelah puji pujian barulah anda melapor semisal tunjukilah aku jalan
lurus dan benar, bahasa arabnya ihdinassirattal mustaqim.. itupun
kalau yang anda butuhkan adalah jalan yang lurus dan benar. Kebutuhan
anda dan saya tentulah berbeda, pada saat saya butuh dana segar 10
milyar misalnya tentulah saya meminta suntikan dana segar 10 milyar,
saya tidak akan meminta jalan yang lurus. Kalau orang lain butuh anaknya
lulus tes CPNS misalnya mintalah agar lulus tes CPNS jangan minta jalan
lurus dan benar, gak nyambung soalnya.
Melapor itu lebih mirip sharing (berbagi) sebenarnya daripada berdoa. Sharing
itu akrab layaknya anda dengan orang orang terdekat anda ketika anda
minta pendapat, ada komunikasi dua arah yang terjadi. Contoh, dikisahkan
ketika istri terakhir Nabi Ayub meninggalkan beliau karena tidak tahan
menyertai Nabi yang sedang menerima cobaan Tuhan bertubi tubi dan
berkepanjangan, Ayub berkata kepada istrinya ’kalau engkau kembali
kepadaku, aku akan menderamu 100 kali. Ketika cobaan Tuhan mereda,
kesehatan Nabi Ayub membaik diikuti dengan kepulihan ekonomi beliau dan
menjadi kaya lagi, sang istri terakhir pun kembali kepada beliau, pada
saat itulah Nabi Ayub kebingungan dan melapor kepada Tuhanya. Tuhan, aku
harus melaksanakan janjiku menderanya 100 kali tapi aku tidak tega,
kemudian Tuhan memberikan solusi dan berfirman kepadanya ’ambillah
seratus lidi dan kumpulkanlah lidi lidi itu kemudian pukulkan sekali ke
tubuh istrimu’. Sungguh Ayub telah mendapat pencerahan luar biasa ketika
Ayub yang berkonsep 1 x 100 kebingungan dan Tuhan menawarinya konsep
100 x 1 dengan hasil yang sama tetapi memberikan efek yang jauh berbeda.
Inilah gunanya melapor.
Lalu
seberapa pentingkah melapor kepada Tuhan? Saudara, semua orang tahu
kalau bersetubuh itu haram meskipun dengan istri sekalipun selama
berpuasa. Ketika bulan Ramadhan saat Nabi Muhammad SAW sedang duduk
duduk dengan para sahabat, ada seseorang yang datang kepada Rasulullah
melapor dan terjadilah ilustrasi dialog kira kira seperti di bawah ini :
Orang melapor ; ya Rasulullah, saya tidak tahan ya Rasulullah, saya telah menggauli istri saya
Rasulullah ; merdekakan olehmu seorang budak
Orang melapor ; saya tidak punya uang ya Rasulullah
Rasulullah ; ganti puasamu dengan puasa 60 hari berturut turut pada bulan yang lain
Orang melapor ; 1 hari saja saya tidak mampu ya Rasulullah, bagaimana saya mampu puasa 60 hari berturut turut?
Rasulullah ; kalau begitu berilah makan 60 orang fakir miskin
Orang melapor ; saya orang miskin ya Rasulullah, saya tidak mampu memberi makan fakir miskin
Rasulullah
; ya sudah, bagikan ini kepada orang miskin di tempatmu (sambil nabi
memberikan sekeranjang kurma kepada orang melapor tadi)
Orang melapor ; ya Rasulullah, saya adalah orang termiskin di tempat saya.
Rasulullah ; ya sudah, bawalah pulang anggur itu untukmu
Orang melapor ; terima kasih ya Rasulullah..
Saudara,
kalau lah kita ada di selingkar duduk Nabi pada saat itu mungkin kita
sendiri akan iri sambil berguman ’ini orang sudah melakukan kesalahan
kok malah dapat hadiah pulak?!!’. Akhirnya halal haram boleh atau tidak
menjadi tidak penting lagi disini, yang penting adalah MELAPOR! Kalau
orang yang melapor tadi tidak tahu Tuhan dia melapor saja kepada Nabi,
ketika Nabi tidak memberi sanksi apapun dan malah memberi hadiah kepada
si orang tadi, itu sudah menjadi tanggung jawab Nabi lah kepada Tuhan.
Ini
cerita dari Guru saya, ketika muda Guru saya bekerja pada sebuah
keluarga kaya di ujung pulau seberang, pada saat berencana hendak
mengunjungi Gurunya di Medan Sumatera Utara, Guru saya muda telah jauh
jauh hari melapor kepada majikannya minta diijinkan cuti pada hari H
untuk mengunjungi Gurunya di Medan. Sambil bekerja Guru saya muda
menanam bunga yang memperkirakan hasilnya nanti bisa digunakan untuk
ongkos keberangkatan ke Medan. Perjalanan ke Medan adalah perjalanan
sehari semalam di darat ditambah tiga hari dua malam kapal berlayar.
Guru saya muda telah memperkirakan dengan cermat kapan harus menanam
supaya hasilnya bisa digunakan tepat pada waktunya menjelang hari H. Apa
yang tejadi saudara? Justru pada saat panen bunga tiba, tanamannya
mati semua. Hancurlah perasaan Guru saya yang telah menaruh harapan
besar pada satu satunya harapan agar bisa mengunjungi Gurunya di Medan.
Maha suci Tuhan, kemudian Guru saya mengambil air wudhu dan setelah
selesai sembahyang dan masih di atas tikar sembahyangnya Guru saya
melapor.. Tuhan, aku sudah menanam bunga yang hasilnya bisa aku pakai
untuk ongkos pergi ke Medan, tapi… kini bunga bunga itu mati, bagaimana
aku bisa mengunjungi Guruku Tuhan?.. sambil bercerita Guru saya bertanya
kepada kami, menangiskah sambil melapor? Kami mengangguk sambil
menjawab lirih serempak ’iyaa..’. Guru saya menimpali dengan suara yang
keras dan panjang ’MEENAANGIIS!!’. Kata Guru barusan sangat mempertegas
kepada kami bahwa melapor kepada Tuhan, berkeluh kesah kepada Tuhan
adalah dengan segenap perasaan dan jiwa. Guru melanjutkan ceritaNya..
apa kata Tuhan? Seolah olah Guru bertanya kepada kami dan kemudian
melanjutkan ’Heii MALAIKAT!!! KAU URUS ITU SI … (sambil menyebut namanya
sendiri)’. Guru saya melanjutkan bahwa ketika selesai Guru saya muda
melipat tikar sembahyangnya, sang majikan datang sambil membawa amplop
tebal yang berisi uang dan menyerahkannya kepada Guru saya muda sambil
berkata ’kapan berangkat? Ini untuk ongkos di jalan, pergi dan pulang
beserta uang saku di jalan…’. ALLAH MAHA KAYA, ALLAH MAHA KAYA, ALLAH
MAHA KAYA…
Saudara
sekalian, pada saat menanam bunga Guru saya muda memperkirakan hasilnya
hanya cukup untuk ongkos pergi saja, setelah melapor, Tuhan memberikan
lengkap ongkos pergi dan ongkos pulang tambah uang saku.
Saudara sekalian, statemen yang kita tangkap adalah yang penting MELAPOR!.
Statemen ini hanya berlaku bagi saudara saudara yang sudah mengenal
Tuhannya, bagi yang belum silahkan cari dulu Tuhannya, kalau tidak bisa
mencari Tuhan carilah dulu orang yang sudah mengenal Tuhan biar ada yang
bimbing. Terima kasih.
Saudaraku,
Melaporlah pada saat senang agar Tuhan juga mau mendengar laporan kita pada saat susah
Melaporlah pada saat banyak uang agar Tuhan juga mendengar laporan pada saat kita tak punya uang
Melaporlah pada saat bahagia agar Tuhan menemani kita pada saat sengsara
Melaporlah…
http://sufimuda.net/2013/12/24/lapor-tuhan/
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com