Kehidupan glamour dan dunia entertainment merupakan gaya hidup yang mengantarkan penikmatnya pada kemerosotan moral.
''Barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya) niscaya
disesatkan-Nya. Dan, barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk
diberi-Nya petunjuk) niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan
yang lurus.'' (QS Al-An'am: 39).
Ayat serupa juga dapat ditemukan pada surah Alqashash ayat 56, Albaqarah
ayat 142 dan 272, serta Ali Imran ayat 73.
Ayat ini rupanya tepat disematkan pada Sara Bokker, seorang model,
aktris, sekaligus aktivis dan instruktur fitnes. Allah memberikan
hidayah dan petunjuk padanya untuk menerima kedamaian agama Islam.
Kehidupannya sebagai seorang model, aktris, dan pelatih fitnes mulai
dirasakannya sebagai sebuah rutinitas yang membosankan dan hanyalah gaya
hidup semata.
Seperti umumnya gadis remaja Amerika yang tinggal di kota besar, Bokker
menikmati kehidupan yang serbagemerlap. Ia pernah tinggal di Florida dan
South Beach, Miami, yang dikenal sebagai tempat yang glamor di Amerika.
Kehidupan Bokker ketika itu hanya terfokus pada bagaimana ia menjaga
penampilannya agar menarik di mata orang banyak.
Setelah bertahun-tahun,
Bokker mulai merasakan bahwa selama ini dirinya
sudah menjadi budak mode.
Dirinya menjadi tawanan penampilannya sendiri.
Rasa ingin memuaskan ambisi dan kebahagian diri sendiri sudah
mengungkungnya dalam kehidupan yang serbaglamor.
Dunia entertainment yang telah membesarkan namanya itu tak
membuat hidupnya menjadi lebih tenang, damai, dan nyaman. Kerap kali, ia
mengalami ketegangan dan kebingungan dalam menjalani hidup. Bokker pun
mulai mengalihkan kegiatannya dari pesta ke pesta dan alkohol menuju ke
meditasi, mengikuti aktivitas sosial, dan mempelajari berbagai agama.
Perkenalannya dengan agama Islam justru diawali ketika banyak orang
menganggap agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW ini sebagai agama yang
mengajarkan kekerasan, terorisme, pedang, dan lain sebagainya.
Apalagi, saat terjadinya peristiwa pengeboman World Trade Center (WTC)
di Amerika Serikat yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mengatasnamakan jaringan Islam. Peristiwa yang menewaskan sekian ribu
orang itu begitu membekas di benaknya.
Namun, di balik upaya sekelompok orang mendiskreditkan Islam, Sara
Bokker menemukan hidayah Allah. Ia mulai menaruh perhatian besar pada
agama Islam. Benarkah agama Islam sebagai tempat teroris?
''Pada titik itu, saya masih mengasosiasikan Islam dengan
perempuan-perempuan yang hidup di tenda-tenda, pemukulan terhadap istri,
dan dunia teroris. Sebagai seorang feminis dan aktivis, saya
menginginkan dunia yang lebih baik bagi seluruh umat manusia,'' papar
Sara.
Pandangannya tentang Islam belum berubah. Namun, keinginannya untuk
mengenal agama ini begitu kuat. Hingga akhirnya ia pun menemukan sebuah
Alquran yang dikemas secara apik. Ia pun kemudian berusaha untuk membaca
(terjemahannya--Red) dan mempelajari isinya. Ia mempelajari kehidupan,
penciptaan, dan hubungan antara Pencipta (Khalik) dan yang diciptakan
(makhluk).
''Isi Alquran sangat menyentuh hati dan jiwa saya yang paling dalam,
tanpa perlu saya menginterpretasikan atau menanyakannya pada pastor,''
tambahnya.
Inilah kebenaran firman Allah yang tertuang dalam surah al-An'am ayat
125. ''Barang siapa yang dikehendaki Allah untuk diberi petunjuk
niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan,
barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatan niscaya Allah menjadikan
dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.
Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak
beriman.''
Sara Bokker pun mulai menemukan jati dirinya kembali. Jiwanya yang
dahulu labil, goyah, dan gampang putus asa secara perlahan bangkit
kembali. Ia benar-benar menemukan kedamaian ketika memahami kitab suci
Alquran yang selama ini dipandang negatif oleh sekelompok orang Barat.
Baginya, Alquran telah memberikan petunjuk dan pencerahan dalam
mengarungi kehidupan yang lebih baik.
Maka, tanpa ragu dan bimbang, Sara Bokker, seorang sang model, pelatih
fitness, dan aktris yang telah menjadi salah satu public figure, akhirnya mendeklarasikan diri menjadi seorang Muslimah. Asyhadu an Lailaha Illallah, Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.
Kedamaian berjilbab
Ia pun memeluk Islam. Ia telah menemukan jalan kebenaran. Dan, Sara
Bokker mendapatkan kedamaian dalam Islam. Karena itu, ia pun langsung
menunjukkan kecintaannya pada Islam dan berusaha menjalankan segala
perintah agama Islam dengan baik dan benar. Ia lalu mengganti dan
mengubah penampilannya, dari yang sebelumnya seksi dan memakai baju
superketat berganti menjadi pakaian yang bersahaja dengan pakaian yang
longgar dan jilbab. Ia menutupi seluruh auratnya.
''Saya membeli gaun panjang
yang bagus dan kerudung seperti layaknya busana Muslimah dan saya
berjalan di jalan dan lingkungan yang sama, di mana beberapa hari
sebelumnya saya berjalan hanya dengan celana pendek, bikini, atau
pakaian kerja yang elegan,'' tutur Bokker.
Setelah mengenakan busana
Muslimah, terang Bokker, untuk pertama kalinya ia merasa benar-benar
menjadi seorang perempuan. Ia merasakan rantai yang selama ini
membelenggunya sudah terlepas dan akhirnya menjadi orang yang bebas.
Tak lama berselang, setahun
setelah mengikrarkan diri menjadi Muslimah, Allah menganugerahinya
seorang suami yang baik dan bisa mengajak dirinya menjadi Muslimah yang
taat beribadah.
Dengan dukungan suaminya, ia pun menggunakan jilbab lengkap dengan cadarnya (burqa).
Kendati suaminya telah menyampaikan bahwa jilbab hukumnya wajib,
sedangkan cadar tidak wajib, Sara Bokker yakin dengan bercadar, dirinya
akan makin nyaman. Karena itu, ia pun mengambil keputusan menjadi
Muslimah yang sesungguhnya.
''Alasannya, saya merasa Allah
akan lebih senang dan saya merasa lebih damai daripada cuma mengenakan
jilbab saja,'' kata Bokker.
Perjuangkan Kebebasan Berbusana Muslimah
Tak lama setelah ia mengenakan
pakaian Muslimah lengkap dengan cadarnya, media massa setempat banyak
memberitakan pernyataan dari para politikus, pejabat Vatikan, serta
kelompok aktivis kebebasan dan hak asasi manusia yang mengatakan bahwa
cadar (niqab atau burqa)
adalah penindasan terhadap perempuan, hambatan bagi integrasi sosial,
dan belakangan seorang pejabat Mesir menyebut jilbab sebagai pertanda
keterbelakangan.
Sara tak mau ambil peduli. Ia
menganggap pernyataan sang pejabat tersebut sangat munafik. ''Pemerintah
dan kelompok-kelompok yang katanya memperjuangkan hak asasi manusia
berlomba-lomba membela hak perempuan ketika ada pemerintah yang
menerapkan kebijakan cara berbusana, tapi para pejuang kebebasan itu
bersikap sebaliknya ketika kaum perempuan kehilangan haknya di kantor
atau sektor pendidikan hanya karena mereka ingin melakukan haknya
mengenakan jilbab atau cadar,'' kritiknya.
Sara Bokker yang kini berganti
menjadi Muslimah berjanji akan terus aktif di dunia perempuan dan
feminis. Ia sebagai seorang feminis Muslim yang berseru kepada para
Muslimah untuk tetap menunaikan tanggung jawabnya dan memberikan
dukungan penuh kepada suami-suami mereka agar menjadi seorang Muslim
yang baik. Selain itu, mereka juga membesarkan dan mendidik anak-anak
mereka agar menjadi Muslim yang berkualitas sehingga mereka bisa menjadi
penerang dan berguna bagi seluruh umat manusia.
Di samping itu, Sara Bokker
juga menyerukan kaum perempuan untuk berbuat kebaikan dan menjauhkan
kemungkaran, menyebarkan kebaikan dan menentang kebatilan,
memperjuangkan hak berjilbab ataupun bercadar, serta berbagi pengalaman
tentang jilbab dan cadar bagi Muslimah lainnya yang belum pernah
mengenakannya.
Ia mengungkapkan, banyak
mengenal Muslimah yang mengenakan cadar dari kaum perempuan Barat yang
lebih dulu menjadi mualaf. Beberapa di antaranya, kata Sara Bokker,
bahkan belum menikah. Kendati sebagian keluarga dan lingkungan mereka
menentang penggunaan cadar, '' Mereka tetap menganggap bahwa mengenakan
cadar adalah pilihan pribadi dan tak seorang pun boleh menyerah atas
pilihan pribadinya sendiri,'' tegasnya.
Jika sebelumnya bikini dan
kehidupan glamor ala Barat menjadi simbol kebebasan dirinya dalam
memperjuangkan hak-hak kaum perempuan, kini simbol-simbol kebebasan
tersebut tidak lagi membuatnya merasa bahagia dalam menjalani kehidupan
di tengah masyarakat.
Mulai saat ini, kedua simbol
kebebasan tersebut telah digantikan dengan busana Muslimah lengkap
beserta cadar, yang menurutnya, adalah sebuah simbol baru bagi kebebasan
perempuan dalam mencari jati dirinya dan yang berhubungan dengan sang
Pencipta.
''Kepada kaum perempuan,
janganlah mudah menyerah kepada stereotipe negatif yang ditujukan kepada
pakaian Muslimah ini. Karena, Anda (sekalian) tidak akan mengetahuinya
ada yang hilang dari diri Anda.''
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com