Saudara-saudariku yang semoga dirahmati Allah, tahukah anda kepada seseorang yang paling menguasai Al-Qur’an di muka bumi ini setelah Rasulullah? Tahukah pula anda terhadap seseorang yang paling baik bacaan Al-Qur’annya, sehingga Rasulullah pun sendiri yang memujinya? Beliau adalah Abdullah bin Mas’ud, penjaga Al-Qur’an terbaik yang pernah ada di muka bumi ini setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut kisahnya.
Masuk ke Islam
Suatu hari anak Makkah bernama Abdullah bin Mas’ud ini melihat dari kejauhan dua orang laki-laki dewasa yang berwibawa berjalan menuju ke arahnya, keduanya terlihat sangat kelelahan, keduanya nampak sangat kehausan sehingga bibir dan tenggorokan mereka mengering karenanya.
Ketika keduanya tiba di depan anak ini, keduanya mengucapkan salam dan berkata, “Wahai anak, perahlah susu domba ini untuk kami, kami sangat kehausan dan tenggorokan kami kekeringan.”
Anak itu menjawab, “Tidak, aku tidak mau. Ini bukan dombaku, aku hanya penggembalanya.”
Dua orang laku-laki itu tidak mengingkari jawaban anak itu, kerelaan terlihat dari wajah keduanya.
Kemudian salah seorang dari keduanya berkata, “Tunjukkan aku seekor domba kecil yang belum dikawini oleh pejantan.”
Maka anak itu menunjuk kepada seekor kambing betina kecil yang tidak jauh darinya. Laki-laki itu melangkah dan memegang kambing itu, dia mengusap emping kambing dengan tangannya sementara mulutnya mengucapkan nama Allah. Anak itu melihat kepadanya dengan kekaguman, dia berkata dalam dirinya, “Sejak kapan kambing kecil yang belum dikawini oleh pejantan bisa menghasilkan susu?”
Namun emping kambing itu tiba-tiba mengembang, susu memancar darinya dengan sangat derasnya, Maka laki-laki yang lain mengambil sebuah batu cekung dari tanah, dia memenuhinya, dia minum dan kawannya juga minum, kemudian keduanya memberiku minum, sementara keheranan terhadap apa yang aku lihat masih menyelimuti diriku.
Dahaga kami hilang, maka laki-laki yang penuh berkah itu tidak lain adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan kawannya itu tidak lain adalah Abu Bakar ash-Shiddiq.
Tidak lama berselang setelah itu Abdullah bin Mas’ud masuk Islam, dia menawarkan dirinya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengabdikan dirinya kepada beliau, maka Rasulullah menuruti tawarannya dengan senang hati.
Hidup bersama Rasulullah
Sejak hari itu anak yang beruntung ini selalu menyertai Rasulullah layaknya bayangan dengan pemiliknya, dia berada di samping beliau ketika tinggal dan dalam perjalanan, menyertainya di dalam dan di luar rumah. Dia yang membangunkan Nabi jika tidur, menutupi tubuh beliau dengan hijab di saat beliau mandi, menyiapkan dan melepaskan sandalnya, dan membawakan tongkat serta siwak beliau.
Abdullah bin Mas’ud terdidik di rumah Rasulullah, sehingga tidak mengherankan jika dia termasuk shahabat Nabi yang paling banyak hafalannya terhadap Al-Qur’an, paling memahami makna-maknanya dan paling mengetahui syariat Allah. Beliau juga dikatakan sebagai orang yang paling mirip akhlak dan perilakunya dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah pun memuji Abdullah bin Mas’ud ini di hadapan para shahabat, seperti yang diceritakan Umar bin Khattab, “Suatu malam Rasulullah sedang berbincang-bincang dengan Abu Bakar, keduanya bermusyawarah tentang urusan umat, sementara aku bersama mereka, kemudian Rasulullah keluar dan kami mengikuti beliau, kami melihat seorang alki-laki berdiri shalat di masjid, kami tidak mengetahui siapa dia, Rasulullah berhenti mendengar bacaannya, kemudian beliau menoleh kepada kami dan berkata,
“Barangsiapa ingin membaca Al-Qur’an dalam keadaan segar sebagaimana ia turun maka hendaknya dia membacanya dengan bacaan Ibnu Ummi Abd (panggilan ibn Mas’ud -ed).”
Keutamaan Beliau
Abdullah bin Mas’ud selain beliau ahli dalam Al-Qur’an, beliau juga merupakan seseorang yang kuat, teguh dan pemberani jika perkara serius menghadangnya.
Cukup baginya bahwa dialah muslim pertama yang melantunkan Al-Qur’an di muka bumi ini secara terbuka setelah Rasulullah. Dikisahkan bahwa pada suatu hari para shahabat Nabi sedang berkumpul di Makkah, saat itu jumlah mereka masih sedikit dan mereka belum mempunyai kekuatan. Mereka berkata, “Demi Allah, Quraisy belum pernah mendengar Al-Qur’an yang dibacakan dengan keras di depan mereka. Siapa gerangan yang berani melakukannya?”
Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Aku yang akan melakukannya.”
Mereka berkata, “kami mengkhawatirkanmu, kami menginginkan seorang laki-laki yang mempunyai sanak kerabat yang akan menjaga dan melindunginya dari mereka jika mereka ingin berbuat jahat kepadanya.”
Abdullah berkata, “Biarkan aku melakukannya, Allah akan melindungiku dan menjagaku.”
Kemudian Abdullah berangkat ke masjid, dia menuju Maqam Ibrahim di waktu Dhuha, saat itu orang-orang Quraisy sedang duduk di sekeliling Ka’bah, Abdullah berdiri di atas Maqam dan membaca bismillahirrahmanirrahm -dengan suara lantang-:
﴾الرَّحْمَٰنُ ﴿١﴾ عَلَّمَ الْقُرْآنَ ﴿٢﴾ خَلَقَ الْإِنسَانَ ﴿٣﴾ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ ﴿٤
Abdullah terus membacanya, maka orang-orang Quraisy mulai memperhatikannya, mereka berkata, “Apa yang diucapkan oleh Ibnu Ummi Abdullah? Celaka dia, dia membaca sebagaian yang dibawa oleh Muhammad.”
Maka mereka menghampirinya, mereka memukuli wajahnya sementara Abdullah terus membaca semampu dia membaca, kemudian dia pulang kepada para shahabatnya dengan darah menetes dari tubuhnya. Mereka berkata kepadanya, “Inilah yang kami takutkan akan menimpamu.”
Maka Abdullah berkata, “Demi Allah, musuh-musuh Allah itu tidak lebih remeh bagiku melebihi hari ini. Kalau kalian ingin besok aku akan melakukannya lagi.”
Mereka berkata, “Jangan, kamu telah membuat mereka mendengar apa yang tidak mereka sukai.”
Termasuk daripada keutamaan beliau juga adalah ketawadhu’an, beliau berkata, “Demi Allah yang tidak ada Ilah yang haq selainNya, tidak ada ayat dari kitab Allah yang turun kecuali aku mengetahui di mana ia turun, aku mengetahui dalam perkara apa ia turun. Kalau aku mengetahui seseorang yang lebih mengetahui kitab Allah dari diriku yang jarak tempat tinggalnya masih memungkinkan untuk dijangkau oleh punggung unta niscaya aku akan mendatanginya.”
Wafatnya Beliau
Abdullah bin Mas’ud hidup sampai zaman khilafah Ustman bin Affan, pada saat Abdullah sakit yang dalam sakitnya ini dia wafat, Utsman menjenguknya. Utsman bertanya kepadanya, “Apa yang kamu keluhkan?” Dia menjawab, “Dosa-dosaku.” Utsman bertanya, “Apa yang kamu keluhkan?” Dia menjawab, “Dosa-dosaku.” Utsman bertanya, “Apa yang kamu inginkan?” Dia menjawab, “Rahmat Rabb-ku.” Utsman bertanya, “Maukah kamu menerima jatah pemberianmu dari negara yang selama ini kamu menolak menerimanya?” Abdullah menjawab,”Aku tidak memerlukannya.” Utsman berkata, “Untuk anak-anak perempuanmu sesudahmu.” Abdullah berkata, “Apakah kamu takut anak-anak akan miskin? Sesungguhnya aku menyuruh mereka untuk membaca surat al-Waqi’ah setiap malam dan aku mendegar Rasulullah bersabda, “Barangsiapa membaca al-Waqi’ah setiap malam niscaya dia tidak akan ditimpa kemiskinan selamanya.”
Malam tiba, Abdullah bin Mas’ud berpulang ke hadapan Allah Azza wa Jalla sementara lisannya senantiasa basah dengan mengingat Allah, bergetar dengan melantunkan ayat-ayatNya yang jelas.
Abdullah dishalatkakn oleh kaum muslimin dalam jumlah besar. Di antara mereka adalah az-Zubair bin Awwam. Kemudian dia dimakamkan di al-Baqi’. Semoga Allah merahmatinya.
Sumber referensi: “Mereka adalah para shahabat : Kisah-kisah manusia pilihan dari generasi terbaik umat Muhammad” | Dr Abdurrahman Ra’fat Basya
by: http://www.udrussunnah.or.id/kisah/pembaca-al-quran-terbaik-setelah-rasulullah
Saudara-saudariku
yang semoga dirahmati Allah, tahukah anda kepada seseorang yang paling
menguasai Al-Qur’an di muka bumi ini setelah Rasulullah? Tahukah pula
anda terhadap seseorang yang paling baik bacaan Al-Qur’annya, sehingga
Rasulullah pun sendiri yang memujinya? Beliau adalah Abdullah bin Mas’ud, penjaga Al-Qur’an terbaik yang pernah ada di muka bumi ini setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut kisahnya.
Masuk ke Islam
Suatu hari anak Makkah bernama Abdullah bin Mas’ud ini melihat dari kejauhan dua orang laki-laki dewasa yang berwibawa berjalan menuju ke arahnya, keduanya terlihat sangat kelelahan, keduanya nampak sangat kehausan sehingga bibir dan tenggorokan mereka mengering karenanya.
Ketika keduanya tiba di depan anak ini, keduanya mengucapkan salam dan berkata, “Wahai anak, perahlah susu domba ini untuk kami, kami sangat kehausan dan tenggorokan kami kekeringan.”
Anak itu menjawab, “Tidak, aku tidak mau. Ini bukan dombaku, aku hanya penggembalanya.”
Dua orang laku-laki itu tidak mengingkari jawaban anak itu, kerelaan terlihat dari wajah keduanya.
Kemudian salah seorang dari keduanya berkata, “Tunjukkan aku seekor domba kecil yang belum dikawini oleh pejantan.”
Maka anak itu menunjuk kepada seekor kambing betina kecil yang tidak jauh darinya. Laki-laki itu melangkah dan memegang kambing itu, dia mengusap emping kambing dengan tangannya sementara mulutnya mengucapkan nama Allah. Anak itu melihat kepadanya dengan kekaguman, dia berkata dalam dirinya, “Sejak kapan kambing kecil yang belum dikawini oleh pejantan bisa menghasilkan susu?”
Namun emping kambing itu tiba-tiba mengembang, susu memancar darinya dengan sangat derasnya, Maka laki-laki yang lain mengambil sebuah batu cekung dari tanah, dia memenuhinya, dia minum dan kawannya juga minum, kemudian keduanya memberiku minum, sementara keheranan terhadap apa yang aku lihat masih menyelimuti diriku.
Dahaga kami hilang, maka laki-laki yang penuh berkah itu tidak lain adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan kawannya itu tidak lain adalah Abu Bakar ash-Shiddiq.
Tidak lama berselang setelah itu Abdullah bin Mas’ud masuk Islam, dia menawarkan dirinya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengabdikan dirinya kepada beliau, maka Rasulullah menuruti tawarannya dengan senang hati.
Hidup bersama Rasulullah
Sejak hari itu anak yang beruntung ini selalu menyertai Rasulullah layaknya bayangan dengan pemiliknya, dia berada di samping beliau ketika tinggal dan dalam perjalanan, menyertainya di dalam dan di luar rumah. Dia yang membangunkan Nabi jika tidur, menutupi tubuh beliau dengan hijab di saat beliau mandi, menyiapkan dan melepaskan sandalnya, dan membawakan tongkat serta siwak beliau.
Abdullah bin Mas’ud terdidik di rumah Rasulullah, sehingga tidak mengherankan jika dia termasuk shahabat Nabi yang paling banyak hafalannya terhadap Al-Qur’an, paling memahami makna-maknanya dan paling mengetahui syariat Allah. Beliau juga dikatakan sebagai orang yang paling mirip akhlak dan perilakunya dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah pun memuji Abdullah bin Mas’ud ini di hadapan para shahabat, seperti yang diceritakan Umar bin Khattab, “Suatu malam Rasulullah sedang berbincang-bincang dengan Abu Bakar, keduanya bermusyawarah tentang urusan umat, sementara aku bersama mereka, kemudian Rasulullah keluar dan kami mengikuti beliau, kami melihat seorang alki-laki berdiri shalat di masjid, kami tidak mengetahui siapa dia, Rasulullah berhenti mendengar bacaannya, kemudian beliau menoleh kepada kami dan berkata,
“Barangsiapa ingin membaca Al-Qur’an dalam keadaan segar sebagaimana ia turun maka hendaknya dia membacanya dengan bacaan Ibnu Ummi Abd (panggilan ibn Mas’ud -ed).”
Keutamaan Beliau
Abdullah bin Mas’ud selain beliau ahli dalam Al-Qur’an, beliau juga merupakan seseorang yang kuat, teguh dan pemberani jika perkara serius menghadangnya.
Cukup baginya bahwa dialah muslim pertama yang melantunkan Al-Qur’an di muka bumi ini secara terbuka setelah Rasulullah. Dikisahkan bahwa pada suatu hari para shahabat Nabi sedang berkumpul di Makkah, saat itu jumlah mereka masih sedikit dan mereka belum mempunyai kekuatan. Mereka berkata, “Demi Allah, Quraisy belum pernah mendengar Al-Qur’an yang dibacakan dengan keras di depan mereka. Siapa gerangan yang berani melakukannya?”
Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Aku yang akan melakukannya.”
Mereka berkata, “kami mengkhawatirkanmu, kami menginginkan seorang laki-laki yang mempunyai sanak kerabat yang akan menjaga dan melindunginya dari mereka jika mereka ingin berbuat jahat kepadanya.”
Abdullah berkata, “Biarkan aku melakukannya, Allah akan melindungiku dan menjagaku.”
Kemudian Abdullah berangkat ke masjid, dia menuju Maqam Ibrahim di waktu Dhuha, saat itu orang-orang Quraisy sedang duduk di sekeliling Ka’bah, Abdullah berdiri di atas Maqam dan membaca bismillahirrahmanirrahm -dengan suara lantang-:
Maka mereka menghampirinya, mereka memukuli wajahnya sementara Abdullah terus membaca semampu dia membaca, kemudian dia pulang kepada para shahabatnya dengan darah menetes dari tubuhnya. Mereka berkata kepadanya, “Inilah yang kami takutkan akan menimpamu.”
Maka Abdullah berkata, “Demi Allah, musuh-musuh Allah itu tidak lebih remeh bagiku melebihi hari ini. Kalau kalian ingin besok aku akan melakukannya lagi.”
Mereka berkata, “Jangan, kamu telah membuat mereka mendengar apa yang tidak mereka sukai.”
Termasuk daripada keutamaan beliau juga adalah ketawadhu’an, beliau berkata, “Demi Allah yang tidak ada Ilah yang haq selainNya, tidak ada ayat dari kitab Allah yang turun kecuali aku mengetahui di mana ia turun, aku mengetahui dalam perkara apa ia turun. Kalau aku mengetahui seseorang yang lebih mengetahui kitab Allah dari diriku yang jarak tempat tinggalnya masih memungkinkan untuk dijangkau oleh punggung unta niscaya aku akan mendatanginya.”
Masuk ke Islam
Suatu hari anak Makkah bernama Abdullah bin Mas’ud ini melihat dari kejauhan dua orang laki-laki dewasa yang berwibawa berjalan menuju ke arahnya, keduanya terlihat sangat kelelahan, keduanya nampak sangat kehausan sehingga bibir dan tenggorokan mereka mengering karenanya.
Ketika keduanya tiba di depan anak ini, keduanya mengucapkan salam dan berkata, “Wahai anak, perahlah susu domba ini untuk kami, kami sangat kehausan dan tenggorokan kami kekeringan.”
Anak itu menjawab, “Tidak, aku tidak mau. Ini bukan dombaku, aku hanya penggembalanya.”
Dua orang laku-laki itu tidak mengingkari jawaban anak itu, kerelaan terlihat dari wajah keduanya.
Kemudian salah seorang dari keduanya berkata, “Tunjukkan aku seekor domba kecil yang belum dikawini oleh pejantan.”
Maka anak itu menunjuk kepada seekor kambing betina kecil yang tidak jauh darinya. Laki-laki itu melangkah dan memegang kambing itu, dia mengusap emping kambing dengan tangannya sementara mulutnya mengucapkan nama Allah. Anak itu melihat kepadanya dengan kekaguman, dia berkata dalam dirinya, “Sejak kapan kambing kecil yang belum dikawini oleh pejantan bisa menghasilkan susu?”
Namun emping kambing itu tiba-tiba mengembang, susu memancar darinya dengan sangat derasnya, Maka laki-laki yang lain mengambil sebuah batu cekung dari tanah, dia memenuhinya, dia minum dan kawannya juga minum, kemudian keduanya memberiku minum, sementara keheranan terhadap apa yang aku lihat masih menyelimuti diriku.
Dahaga kami hilang, maka laki-laki yang penuh berkah itu tidak lain adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan kawannya itu tidak lain adalah Abu Bakar ash-Shiddiq.
Tidak lama berselang setelah itu Abdullah bin Mas’ud masuk Islam, dia menawarkan dirinya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengabdikan dirinya kepada beliau, maka Rasulullah menuruti tawarannya dengan senang hati.
Hidup bersama Rasulullah
Sejak hari itu anak yang beruntung ini selalu menyertai Rasulullah layaknya bayangan dengan pemiliknya, dia berada di samping beliau ketika tinggal dan dalam perjalanan, menyertainya di dalam dan di luar rumah. Dia yang membangunkan Nabi jika tidur, menutupi tubuh beliau dengan hijab di saat beliau mandi, menyiapkan dan melepaskan sandalnya, dan membawakan tongkat serta siwak beliau.
Abdullah bin Mas’ud terdidik di rumah Rasulullah, sehingga tidak mengherankan jika dia termasuk shahabat Nabi yang paling banyak hafalannya terhadap Al-Qur’an, paling memahami makna-maknanya dan paling mengetahui syariat Allah. Beliau juga dikatakan sebagai orang yang paling mirip akhlak dan perilakunya dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah pun memuji Abdullah bin Mas’ud ini di hadapan para shahabat, seperti yang diceritakan Umar bin Khattab, “Suatu malam Rasulullah sedang berbincang-bincang dengan Abu Bakar, keduanya bermusyawarah tentang urusan umat, sementara aku bersama mereka, kemudian Rasulullah keluar dan kami mengikuti beliau, kami melihat seorang alki-laki berdiri shalat di masjid, kami tidak mengetahui siapa dia, Rasulullah berhenti mendengar bacaannya, kemudian beliau menoleh kepada kami dan berkata,
“Barangsiapa ingin membaca Al-Qur’an dalam keadaan segar sebagaimana ia turun maka hendaknya dia membacanya dengan bacaan Ibnu Ummi Abd (panggilan ibn Mas’ud -ed).”
Keutamaan Beliau
Abdullah bin Mas’ud selain beliau ahli dalam Al-Qur’an, beliau juga merupakan seseorang yang kuat, teguh dan pemberani jika perkara serius menghadangnya.
Cukup baginya bahwa dialah muslim pertama yang melantunkan Al-Qur’an di muka bumi ini secara terbuka setelah Rasulullah. Dikisahkan bahwa pada suatu hari para shahabat Nabi sedang berkumpul di Makkah, saat itu jumlah mereka masih sedikit dan mereka belum mempunyai kekuatan. Mereka berkata, “Demi Allah, Quraisy belum pernah mendengar Al-Qur’an yang dibacakan dengan keras di depan mereka. Siapa gerangan yang berani melakukannya?”
Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Aku yang akan melakukannya.”
Mereka berkata, “kami mengkhawatirkanmu, kami menginginkan seorang laki-laki yang mempunyai sanak kerabat yang akan menjaga dan melindunginya dari mereka jika mereka ingin berbuat jahat kepadanya.”
Abdullah berkata, “Biarkan aku melakukannya, Allah akan melindungiku dan menjagaku.”
Kemudian Abdullah berangkat ke masjid, dia menuju Maqam Ibrahim di waktu Dhuha, saat itu orang-orang Quraisy sedang duduk di sekeliling Ka’bah, Abdullah berdiri di atas Maqam dan membaca bismillahirrahmanirrahm -dengan suara lantang-:
﴾الرَّحْمَٰنُ ﴿١﴾ عَلَّمَ الْقُرْآنَ ﴿٢﴾ خَلَقَ الْإِنسَانَ ﴿٣﴾ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ ﴿٤
Abdullah terus membacanya, maka orang-orang Quraisy mulai
memperhatikannya, mereka berkata, “Apa yang diucapkan oleh Ibnu Ummi
Abdullah? Celaka dia, dia membaca sebagaian yang dibawa oleh Muhammad.”Maka mereka menghampirinya, mereka memukuli wajahnya sementara Abdullah terus membaca semampu dia membaca, kemudian dia pulang kepada para shahabatnya dengan darah menetes dari tubuhnya. Mereka berkata kepadanya, “Inilah yang kami takutkan akan menimpamu.”
Maka Abdullah berkata, “Demi Allah, musuh-musuh Allah itu tidak lebih remeh bagiku melebihi hari ini. Kalau kalian ingin besok aku akan melakukannya lagi.”
Mereka berkata, “Jangan, kamu telah membuat mereka mendengar apa yang tidak mereka sukai.”
Termasuk daripada keutamaan beliau juga adalah ketawadhu’an, beliau berkata, “Demi Allah yang tidak ada Ilah yang haq selainNya, tidak ada ayat dari kitab Allah yang turun kecuali aku mengetahui di mana ia turun, aku mengetahui dalam perkara apa ia turun. Kalau aku mengetahui seseorang yang lebih mengetahui kitab Allah dari diriku yang jarak tempat tinggalnya masih memungkinkan untuk dijangkau oleh punggung unta niscaya aku akan mendatanginya.”
Wafatnya Beliau
Abdullah bin Mas’ud hidup sampai zaman
khilafah Ustman bin Affan, pada saat Abdullah sakit yang dalam sakitnya
ini dia wafat, Utsman menjenguknya. Utsman bertanya kepadanya, “Apa yang
kamu keluhkan?” Dia menjawab, “Dosa-dosaku.” Utsman bertanya, “Apa yang
kamu keluhkan?” Dia menjawab, “Dosa-dosaku.” Utsman bertanya, “Apa yang
kamu inginkan?” Dia menjawab, “Rahmat Rabb-ku.” Utsman bertanya,
“Maukah kamu menerima jatah pemberianmu dari negara yang selama ini kamu
menolak menerimanya?” Abdullah menjawab,”Aku tidak memerlukannya.”
Utsman berkata, “Untuk anak-anak perempuanmu sesudahmu.” Abdullah
berkata, “Apakah kamu takut anak-anak akan miskin? Sesungguhnya aku
menyuruh mereka untuk membaca surat al-Waqi’ah setiap malam dan aku
mendegar Rasulullah bersabda, “Barangsiapa membaca al-Waqi’ah setiap
malam niscaya dia tidak akan ditimpa kemiskinan selamanya.”
Malam tiba, Abdullah bin Mas’ud berpulang ke
hadapan Allah Azza wa Jalla sementara lisannya senantiasa basah dengan
mengingat Allah, bergetar dengan melantunkan ayat-ayatNya yang jelas.
Abdullah dishalatkakn oleh kaum muslimin
dalam jumlah besar. Di antara mereka adalah az-Zubair bin Awwam.
Kemudian dia dimakamkan di al-Baqi’. Semoga Allah merahmatinya.
Sumber referensi: “Mereka adalah para
shahabat : Kisah-kisah manusia pilihan dari generasi terbaik umat
Muhammad” | Dr Abdurrahman Ra’fat Basya
- See more at: http://www.udrussunnah.or.id/kisah/pembaca-al-quran-terbaik-setelah-rasulullah#sthash.hKuR2X5G.dpuf
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com