Sebenarnya hal ini
sudah agak kedaluarsa untuk dibahas, tetapi saya akan berhutang janji
bila tidak menuliskannya. Semoga saja pembahasan saya tetap bermanfaat
bagi pembaca.
Beberapa waktu
lalu beredar opini di masyarakat yang mengangkat fenomena kasus Aa’ Gym
VS Ariel Noah (saat kasusnya mencuat lebih dikenal sebagai Ariel Peter
Pan). Banyak pihak tak habis pikir dengan kelakukan masyarakat
Indonesia. Betapa tidak, seorang ustadz berbudi santun dihujat habis-habisan hanya karena menikah lagi secara resmi sesuai aturan agama atau
poligami, sedangkan seorang penyanyi yang melakukan zina dengan
beberapa wanita, yang bahkan berstatus ibu dan istri, dielu-elukan,
dibela habis-habisan, tetap dipuja. Mereka, yang merasa masih bisa
berpikir waras, menganggap fenomena ini sebagai indikator sakitnya
masyarakat kita. Bila kita cermati lebih luas, sebenarnya gejala ’sakit’
ini tidak hanya menjangkiti masyarakat Indonesia, tapi sudah terjadi
pada masyarakat seluruh dunia,
bahkan sejak dulu kala. Bukankah sejak dahulu para pemuja penyanyi atau
selebriti tak pernah peduli dengan kualitas moral pujaannya? Selama
pujaannya masih tetap tampil memuaskan. Pemuja John Lenon tak peduli
dengan gaya hidup John yang hippies. Pemuja Ozzy Osbourne tak peduli
berapa kali pun dia ditangkap polisi karena narkoba. Pemuja Lady Gaga
mungkin bersedia ikut memuja setan bila diminta.
Memang benar, dari
sudut pandang moral dan susila, masyarakat kita sudah mulai sakit
tertular gaya hidup hedonisme dari luar Indonesia, dan hanya agamalah
yang jadi obatnya.
Kali ini saya
tidak akan membahas fenomena ini dari sudut pandang moral atau susila
maupun agama. Saya akan membahasnya dari suatu sudut pandang yang
mungkin membuat Anda menganggap fenomena ini sangat wajar, yaitu sudut
pandang teori marketing atau pemasaran.
Ustadz Abdullah
Gymnastiar memiliki sikap yang santun dan lemah lembut. Seorang suami
dan bapak yang baik, sholih, kaya tapi tidak sombong. Segala ciri
tentang suami dan bapak idaman ada pada Aa Gym. Sebagai seorang da’i,
pembawaan Aa Gym yang santai rendah hati, dengan materi yang renyah tapi
faktual dan berbobot sangat mengena di hati umat pendengarnya.
“Contoh tuh Aa
Gym, meskipun sukses bisnis gak neko-neko, setia sama istrinya, sayang
sama anak. Gak hanya pintar ngomong tapi selalu nyontohin dengan sikap
dan tindakan…!!” Begitulah kira-kira yang disampaikan ibu-ibu kepada
suaminya. Sang suami terdiam, tidak menjawab, tapi dalam hatinya
membenarkan kata-kata istrinya.
Aa Gym sanggup
menguatkan brand image produknya. Sering sekali Aa Gym tampil di muka
umum bersama istri dan menunjukkan sikap keharmonisan, sehingga menguatkan
posisinya di segment pasar pasangan rumah tangga terutama ibu-ibu.
Beberapa kali Aa Gym tampil macho menunggangi motor gede, yang membuat
segment pasarnya meluas ke anak muda dan semakin menguat.
Perpaduan antara
kepiawaian berbicara di panggung, seorang suami yang romantis dan setia,
bapak yang bijaksana, ditambah keberhasilan dalam bisnis, jadi sebuah
paket produk yang luar biasa berkualitas: ‘Ustadz Keluarga Bahagia dan
Kaya”. Paket produk Aa Gym ini semakin lama semakin menguatkan posisi
dan menguasai ‘pasarnya’ dalam satu kesatuan. Satu kesatuan, melekat
satu sama lain, sehingga bila salah satu aspek dalam paket ini ‘rusak’
maka keseluruhan paket produk akan dianggap ‘rusak’ oleh para
pelanggannya.
Dan itulah yang terjadi saat Aa Gym menikah lagi.
Nazril Irham yang
bernama artis Ariel adalah penyanyi dengan suara indah yang romantis.
Aksi panggungnya sanggup memukau penonton baik laki-laki maupun
perempuan. Wajah dan postur tubuh Ariel enak dipandang. Kecerdasan Ariel
menggubah lagu-lagu cinta melengkapi daya tariknya. Sebuah produk
berkualitas tinggi, paket produk yang sangat laku dan diminati. Seorang
Ariel adalah penyanyi bersuara emas, macho, cerdas, ramah, dan tidak
sombong. Ariel adalah sebuah paket produk yang berkualitas, namun tidak
ada item moral dalam keunggulannya. Maka bila Ariel melakukan tindakan
amoral bahkan criminal, tidaklah menurunkan kualitas paket produknya,
tidak menganggu posisi pasarnya. Seburuk apapun moral Ariel, berapa
tahun pun Ariel dipenjara, posisi di pasarnya akan tetap tinggi selama
dia tetap macho, tampan, bernyanyi dan beraksi di panggung dengan bagus.
Sebenarnya pelanggan yang
meninggalkan Aa Gym hanyalah orang-orang yang sensitif terhadap praktik
poligami, orang-orang yang mengidentikkan poligami dengan
ketidaksetiaan, sayangnya pelanggan jenis ini yang mendominasi pasar Aa
Gym. Pelanggan Ariel juga banyak yang meninggalkannya saat dia terlibat
kasus perzinahan, yaitu orang-orang yang sangat sensitif dengan susila dan moral. Beruntungnya Ariel, pelanggan jenis ini hanya minoritas di pasarnya.
Kejadian yang
dialami Aa Gym dan bisnisnya tidak bisa dibandingkan dengan kasus yang
menimpa Ariel, dua hal yang berbeda. Mereka adalah dua produk yang beda
jenis dan beda pasar. Pasar Aa Gym adalah para pencari figur teladan,
sedangkan pasar Ariel adalah para pencari kesenangan atau penikmat
musik. Ibu-ibu yang mendominasi pasar Aa Gym, yang menjadikannya sebagai
sosok suami dan bapak teladan merasa geram dan dikhianati saat Aa Gym
menikah lagi. Para gadis atau wanita muda yang terpesona dengan
penampilan Ariel tidak menyalahkannya karena berzina, bahkan cemburu dan
menyalahkan wanita-wanita yang berzina dengannya.
Aa Gym tidak
bersalah karena melakukan poligami, itu yang saya yakini dan juga
diyakini sebagian besar umat Islam. Aa Gym hanya sedikit keliru strategi
dan meleset memperhitungkan pasar yang dikuasainya, apalagi semua lini
bisnisnya melekat pada sosok citranya. Mungkin lain cerita bila
sebelumnya pelan-pelan Aa Gym melakukan edukasi pasar tentang poligami.
Kalau sedikit
melebar, sebenarnya banyak ustadz atau tokoh yang berpoligami selain Aa
Gym tapi pasar mereka tidak terganggu secara significant.
Pasar mereka terlihat tidak terganggu karena tidak semembahana pasar Aa
Gym, atau pelanggan menyukai produk mereka tanpa aspek ’suami yang
setia dan tidak berpoligami’. Produk mereka memiliki kekuatan tertentu
selain itu.
Anda boleh menolak poligami seperti menolak zina, tapi yang jelas Anda harus hati-hati dengan aspek-aspek yang menjadi kekuatan produk Anda. Anda harus jeli dan teliti dalam memahami karakter pasar yang Anda bidik maupun yang sudah Anda kuasai.
sumber: http://filsafat.kompasiana.com/2013/04/02/fenomena-aa-gym-dan-ariel-bukanlah-poligami-vs-zina-547132.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com