Suatu ketika seorang pria yang menamakan dirinya 'kekasih' tengah mengembara, mencari hati yang patut diselami.
Kepada wanita jelita, yang terurai rambutnya, putih mulus kulitnya, merah merekah bibirnya, sang kekasih bertanya, "Wahai dara jelita, bolehkah saya singgah di hati Anda?"
"Tentu saja," jawab sang wanita.
Alangkah kagetnya sang kekasih ketika menemui hati sang wanita tersebut tak seindah fisiknya. Mengembung, retak di sana sini. Menganga seperti tak berpintu. Hati tersebut telah berisikan banyak nama yang menyesaki hati sang wanita. Racun melumer di sekitarnya. Sungguh hati tersebut penuh jelaga. Sang kekasih jijik melihatnya. "Mengapa dia bisa tahan? Oh inikah namanya tipu daya dunia, inikah hawa nafsu yang merajalela?" tanyanya dalam hati.
Anda tahu mengapa hati dara jelita tersebut bernoda?
Ya, itu dikarenakan hawa nafsunya. Bermain dengan semua pria. Sembarang memasukkan nama di hatinya yang rawan. Dan dari situlah adanya salah pergaulan. Hati tersebut terluka. Racun yang seharusnya tersaring menguak keluar. Betapapun dara tersebut terlalu banyak disakiti ataupun menyakiti ia tak peduli lagi. Hawa nafsu telah merajainya. Hingga ia tak sadar pria-pria yang dulu dicintai dan mencintainya lama-lama menjadi bumerang baginya.
Dara tersebut lupa aturan dan norma. Ia bahkan rela menarik perhatian para kumbang walau tanggalkan busana. Ia umbar auratnya.
"Oh inikah tingkah manusia yang haus kesenangan dunia? Inikah pacaran yang sering mereka agung-agungkan? Berpegangan berpelukan dan selebihnya menjadi hal yang lumrah dan biasa? Di tempat umum saja berani, apalagi ketika sepi? Apakah superegonya tidak jalan? Di manakah rasa malu dan norma berada? Di museumkan kah? Atau hanya menjadi paradigma yang tak bermakna?"
Mungkin jika menilik teori psikoanalis Sigmund Freud kita bisa mengatakan Id (pikiranbawah sadar) mereka adalah hawa nafsu, ego (alam sadar) mereka ingin memuaskannya dengan jalan apapun, lini larangan pun berani ditembus dan sayangnya superegonya (keimanan) kemungkinan dalam keadaan stagnan, sehingga tidak ada yang menjadi penahan melawan godaan-godaan syetan.
Sang kekasih menggeleng-geleng kepala sembari mengelus dada. '’Bukan wanita ini yang saya cari. Saya yakin masih ada wanita yang hatinya lebih pantas untuk diselami. Dimana ia, bahkan jika pun di ujung samudra akan saya temui.'’
Sang kekasih berkelana dan terus berkelana mencari tambatan hati. Betapapun dunia ini penuh warna, betapapun dunia ini penuh terisi wanita-wanita jelita membuat sang kekasih lumayan kebingungan. "Alangkah banyaknya wanita cantik rupa. Wahai, Maha Agung ciptaan-Mu Tuhan..."
Namun di mana hati suci itu berada? Dimiliki oleh siapakah hati tersebut dari sekian banyak wanita?
Ditemuinya seorang wanita manis yang tampak biasa saja. Kasual dan tidak berlebihan. Bahkan cenderung berantakan. 'Mungkin inilah yang dimaksud wanita sederhana' pikir sang kekasih.
Kepadanya kekasih bertanya, "Bolehkah saya singgah di hati Anda?"
Sang wanita tersenyum, tampak seperti dipaksakan, lantas menganggukkan kepala. Tampak berat rasanya. Bukan sambutan yang menyenangkan.
Pelan tapi pasti dimasukinya hati sang wanita tersebut.
Lagi-lagi betapa terkejutnya sang kekasih mendapati hati tersebut mengembung dikarenakan nama yang menyesakinya. Sang kekasih tertegun. "Kenapa isinya wanita semua?"
Aaah keadaan hati wanita ini tidak jauh beda dengan hati yang sebelumnya. Inikah kesalahan jatuh cinta? Inikah yang disebut cinta sesama? Hati wanita tersebut penuh kerut keriput. Teroyak, bentuk pun tak layak. Ah, bukankah sesama jenis jika didekatkan menurut hukum, harusnya saling tolak menolak? Mengapa wanita ini seolah menyalahi aturan hukum? Apa itu sebabnya yang menjadikan hati wanita tersebut penuh keriput. Gambaran seperti tali karet yang direntangkan dan saling ditarik dengan arah berlawanan, apa yang akan terjadi? Melar dan terjadi kekeriputan. Mungkin hal tersebutlah yang dialami hati sang wanita.
Yang ia tangkap dari melongok hati wanita ini adalah sepenuh apapun hatinya, masihlah tampak hampa. Sejati dan sejatinya dia masihlah manusia. Fisik dan perasaannya mengatakan untuk membangkang, menyalahi aturan dengan kasih antar perempuan, namun sesungguhnya hati dan nuraninya bagaimanapun jua membutuhkan seorang laki-laki. Hanya saja keegoisan masih dijunjung tinggi, pura-pura tuli dan pura-pura tak peduli.
Ah, kekasih tak habis pikir. Hati yang satu terlalu sesak oleh daftar nama laki-laki yang sempat berkediaman di hatinya, yang satu lagi sebaliknya, hatinya terlalu sepi untuk tamu pria. Pantas saja wanita tadi tidak menyambutnya dengan hangat dan baik, karena ia tidak teralu peduli dan suka dengan lelaki. Bahkan jika boleh dibilang kasarannya wanita ini adalah lesbi. Ya Tuhan… apakah karena terlalu banyaknya wanita dan terlalu langkanya pria membuat wanita ini mengibaskan hukum dan norma? Sang kekasih menghela nafas.
Ada-ada saja hidup ini. Ya, hidup ini penuh warna. Namun, memang tidak semua warna itu indah, tidak semua warna itu cerah. Ada saja warna yang suram, kelam, atau bahkan tampak abstrak, seolah tak nampak. Ah, inikah bagian dari permainan dunia? Tipu-tipu yang membenamkan jalan kebenaran dan memperjelas dan memudahkan jalan kesesatan. Lagi-lagi mengatasnamakan nafsu untuk menentang norma? Sungguh, ini adalah suatu kebodohan, kematian akal pikiran.
Sang kekasih tertunduk: ‘‘Jelas bukan ini wanita yang saya cari.’’
Kembali sang kekasih berkelana. Menapaki setapak demi setapak jalan dengan penuh kesabaran dan penuh pengharapan dapat menemukan hati yang berdisain zabarjad, kristal untuk permata. Jika hati adalah tunas, maka kekasih ingin menemukan hati yang bernas.
Kepada seorang wanita yang halus budinya, lembut tutur katanya, sopan dan tertutup pakaiannya, sahaja sikapanya, sang kekasih bertanya, “Wahai titisan hawa, saya sungguh sangat lelah telah mengarungi panjangnya perjalanan, bolehkah saya singgah sebentar saja di hati Anda?”
Sang gadis tersenyum. Manis tanpa sakarin. Dengan tutur bahasa yang tertata sang gadis menjawab, “Wahai kekasih, sungguh betapa senang hati ini jika engkau singgahi hingga kau bisa menanggalkan letihmu di sini. Sungguh saya ingin membantumu tapi maafkan saya, saya tak bisa melakukannya. Hati ini bertahun-tahun lamanya saya jaga dengan harapan hati ini akan menjadi rumah singgahan terakhir untuk bertaut dengan hati seorang yang dipilihkan-Nya. Saya ingin hati saya nantinya menjadi tempat belahan jiwa saya bersemayam. Sekali lagi maaf, saya tidak bisa.”
Kekasih pun tersenyum. Bukan tersinggung karena tertolak yang ia rasakan, tapi bahkan sebuah kepuasan, sebuah kelegaan. Ternyata masih ada wanita yang berhati semaja, baik kridanya, kuat imannya.
Ya Tuhan, bahkan di antara rusaknya moralitas, di tengah kerancuan mengartikan paradigma tentang cinta, di mana orang sibuk berfilosofi mengenai hubungan yang tercipta dari ‘lima huruf’ tersebut yang acapkali malah membuat orang lupa diri, sok tahu dan penasaran tinggi untuk ‘mencoba’ hingga tak mengindahkan norma, namun Engkau masih menyisakan mereka yang hatinya benar bersih dari hubungan cinta yang mendahului waktu.
Wanita masih tersenyum menanti respon dari sang kekasih. Sang kekasih masih bermonolog, memuja muji kehendak dan ciptaan Tuhan termasuk ciptaan kemolekan dunia yang selalu bisa membius laki-laki. Ya, dialah makhluk bernama: wanita.
“Duhai, tak apa. Tapi sungguh saya butuh tempat bersinggah. Bolehkah?”
Sang wanita diam sejenak, mencoba berpikir. Kemudian lantas mengangguk.
“Baiklah, tapi maaf Anda tak bisa berlama-lama. Anda hanya berhak untuk melongok sejenak saja, ya Tuan.”
Sang kekasih tersenyum, mengangguk setuju.
Maka terkagum-kagumlah sang kekasih ketika mendapati hati wanita tersebut benar-benar utuh, tak ada cela. Guratan cinta hakiki kepada Sang Khaliq yang kekasih temui. Seperti dugaannya semula, bahwa wanita ini benar-benar menjaga ‘cinta’ yang diamanahkan penciptanya. Sang kekasih terdiam, tak henti memuji sang wanita dan tidak lupa pula yang menciptakanNya. Inikah yang dinamakan cinta transendental?
Dengan tersenyum pasti kekasih bergumam: “Ya inilah hati yang selama ini kucari...”
sumber: https://www.facebook.com/notes/ariwiena-hulala-tadonga/kisah-sang-pengembara-hati-editedend/10150397237883769
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com